Title : KONAYUKI

Author : Shirayuki Sakuya (YuuYa)

Pairing : Uchiha Sasuke X Uzumaki Naruto (SasuNaru)

Rating : T

Disclaimer : Kishimoto-sensei Own Naruto, Yuuya Own Konayuki Heheh XDD

WARNING : YAOI, BOY X BOY, SHOUNEN AI

DO NOT READ IF YOU'RE YAOI HATER OR ANTI FUJOSHI !!!

AN : Mohon maaf kalau Chapter terakhir ini sangat terlambat. Mohon dimaklumi segala bentuk Typo dll. Dan untuk terakhir kali nya…

Haphe Nice Read Minna-san!!! Hiks TwT


KONAYUKI

By Shirayuki Sakuya (Yuuya)



We want to understand each other

It's me who softly brush the surface

Just by tightly gripping your numb and cold hand, We tied to each other



Chapter 9 : We Tied Each Other



Mata biru itu terbuka.

Menampakkan kembali langit yang sempat disembunyikannya.

Hanya warna putih buram yang dapat dilihatnya. Perlahan, setelah mata biru itu kembali fokus, dia baru menyadari kalau ini bukanlah kamarnya.

Naruto mencoba mengingat kembali yang terjadi, bagaimana bisa dia di ruangan serba putih ini?

Entah kenapa, tubuhnya terasa sakit dan sulit untuk digerakan.

Dia ingat sekarang, saat itu memorinya merekam dengan sangat jelas. Detik-detik dimana sebuah mobil melaju dengan sangat kencang dan punggung Sasuke yang semakin menjauh darinya.

'Matte!!! Sasuke ??!!! Sasuke wa ??!!!'

Mata biru itu melebar. Naruto hendak bangkit namun rasa nyeri yang hebat segera menyerangnya. Naruto menjengit kesakitan dan kembali terbaring lemah.

Dia baru menyadari kalau ada seseorang yang tertidur di tepi ranjangnya. Seseorang yang menggenggam erat tangannya.

Hanya warna rambut hitam yang sedikit berantakan yang memenuhi pandangannya. Walaupun sedikit ragu, Naruto hanya bisa menduga bahwa orang yang ada di sampingnya adalah Sasuke.

Dengan sedikit sisa tenaga yang dia punya, Naruto mengerakkan tangannya untuk menyentuh pelan rambut hitam itu. Membelainya dengan lembut.

Sasuke terbangun ketika merasakan sensasi aneh menyentuh helai rambutnya. Menyisirnya lembut seakan hendak mengantarkannya untuk kembali tertidur. Hampir saja kelopak mata itu tertutup. Namun mata hitam itu kembali terbuka ketika menyadari hanya ada dia dan Naruto saja yang ada di ruangan itu.

Kontan saja tubuh Sasuke bergerak, membuat Naruto sedikit terkejut.

Onyx bertemu Sapphire

Membuat Sasuke hanya terpaku ketika mata biru itu balas memandangnya.

Menepis keraguan Naruto sebelumnya. Sasuke selamat dan kini ada di sampingnya. Itu yang terpenting.

"Na-Naru?!" panggil Sasuke berusaha meyakinkan agar matanya tak salah lihat.

Yang dipanggil hanya mengerjap pelan kemudian seulas senyuman lembut terlukis di wajah Tan itu. Bibir yang masih tampak pucat itu bergerak, mengucapkan sebuah ejekan yang begitu Sasuke rindukan.

'Teme!'

Tak ada suara yang terdengar namun Sasuke hapal dengan gerak bibir itu.

Tanpa membuang waktu, Sasuke bergerak maju. Memeluk tubuh Naruto dalam dekapannya. Tak terlalu kuat karena takut membuat lukanya terbuka.

Semula Naruto hanya terpaku. Terdiam dan membiarkan Sasuke terus memeluknya. Dia benar-benar dibuat terkejut dengan kelakuan Sasuke saat ini. Apalagi ketika dirasakan cairan hangat mulai membasahi bahunya. Tubuh Sasuke bergetar, suara isak mulai terdengar darinya.

"Baka Dobe! Baka Dobe!"

Begitu kata Sasuke berkali-kali.

Naruto hanya tersenyum lembut, membalas pelukan Sasuke. Mengusap pelan punggung sahabat kecilnya, mencoba mengirimkan pesan lewat bahasa tubuhnya. Bahwa Naruto akan selalu ada untuknya.

Biasanya Naruto akan marah mendengar ejekan 'Dobe' yang selalu Sasuke lontarkan untuknya. Namun kali ini dia bahagia. Bahagia karena Sasuke mau berbagi tangis dengannya.

"Kau tahu kata ibuku di dunia ini kita tak mungkin hidup sendiri, kalaupun iya kita tak perlu sedih, karena suatu saat nanti pasti ada seseorang yang mau berbagi tangis dan tawa dengan kita."

-

-

-


Iruka-san memeluk erat putranya itu, seakan tak peduli Naruto yang sedikit meringis kesakitan.

"Kau jangan bertindak bodoh lagi, baka! Membuat khawatir saja." ujar Iruka sembari mengecup lembut dahi putra kesayangannya itu.

Wajah Naruto sedikit memerah. Apalagi kejadian tadi dilihat oleh Sasuke dan Kakashi-sensei yang berdiri di belakang mereka.

"Ne~ Naruto mana yang sakit? Apa yang kau rasakan sekarang? Bilang mana yang sakit? Huh, mana? mana?"

Naruto hanya sweatdrop melihat kelakuan ayah angkatnya yang terlalu over itu.

Sementara Sasuke tampak cemberut. Yeah… walaupun rasanya dia tak bakal mau dibilang cemberut.

"Urayamashikunai deshou ka? Ne~ Sasuke-kun? Kau boleh mencium Naruto juga nanti." bisik Kakashi-sensei.

"Urusai!!! Baka-sensei!!!" teriak Sasuke keras.

Mengejutkan Iruka dan Naruto yang berpaling kearah guru dan murid itu. Keheranan melihat wajah pucat Sasuke yang kini merona merah.

Sementara itu Kakashi-sensei hanya menyengir aneh dibalik maskernya.

-

-

-


Neji tak datang sendiri hari itu. Tak hanya bersama Gaara, tetapi dia juga membawa rombongan. Bagaimana tidak, Shikamaru, Kiba dan Hinata datang bersama mereka. Tak cukup hanya mereka berlima, Sakura dan Ino pun turut serta. Datang membawa bouquet bunga besar dari Yamanaka's Flower, toko bunga yang cukup terkenal milik keluarga Ino.

Kening Sasuke hanya berkedut kesal saat melihat dua gadis pendiri Uchiha Sasuke Fan Club itu ada di sini.

Kata-kata andalan Shikamaru, rasanya sangat cocok untuk saat ini.

'Ck, mendokusei~'

SASUKE POV

Secara bergantian mereka semua datang menjenguk Naruto. Aku tetap berada di samping Naruto, menjaganya kalau-kalau dia membutuhkan sesuatu.

Saat Hinata memeluk Naruto dan sedikit menangis terisak dipelukannya, entah kenapa aku ingin cepat-cepat menyingkirkan tangan gadis Hyuuga itu. Kalau tak mengingat dia saudara Neji mungkin sudah kudorong dan kujauhkan dia dari tubuh Dobe ku.

Woaaaaa… sejak kapan aku jadi Possessive terhadap Naruto begini?!

Apa yang dilakukan Hinata memang masih bisa ku tolerir. Tapi yang lebih membuatku heran adalah kelakuan Sakura dan Ino.

Memang sih seharusnya aku bersyukur karena kedua gadis cerewet itu tidak lagi menggodaku ataupun nempel-nempel genit di dekatku. Entah kenapa mereka malah terkikik geli ataupun berteriak-teriak 'Kyaaaaa~ Kyaaaaa~' setiap kali aku membantu Naruto untuk minum, membaringkannya kembali ataupun sekedar merapikan rambut pirangnya yang berantakan.

"Sasuke-kun~ Naruto pasti lapar juga. Ayo suapi dunk?!"

Huh??!!!

"Sasuke-kun~ Pegang tangannya dong! Naruto pasti kedinginan."

Wha-??!!!

Daripada wajah kami berdua semakin memerah. Dengan terpaksa ku tendang saja mereka berdua keluar ruangan ini.

Ck. Dasar berisik!!!

-

-

-



"Jujur saja, aku sedikit ngeri melihat mata mu itu."

"Hn, Dobe! Soalnya hanya dengan begini saja aku bisa mendengarmu."

Pemuda pirang di sampingku ini hanya cemberut menanggapi komentarku. Dia masih terbaring di ranjang rumah sakit ini, sengaja memberi sedikit ruang buatku untuk ikut berbaring bersamanya di ranjang yang lumayan sempit ini. Perawat yang barusan melakukan pemeriksaan rutin padanya, hanya menggeleng pelan dan tersenyum-senyum saja melihat kelakuan kami. Aku berbaring menghadapnya dan mata biru itu memandangku. Sharingan memang sengaja ku aktifkan untuk mempermudahku berkomunikasi dengan Naruto.

Aku juga baru mengetahui kemampuan Sharingan yang dapat membaca gerak bibir lawan meskipun tak dapat mendengarnya ataupun dari jarak jauh sekalipun.

"Itachi-nii juga bilang cara seperti ini akan lebih mudah untuk memahami ucapanmu, tak perlu repot menulis di notes ataupun belajar bahasa isyarat," ujarku.

Tangan kecilnya yang menyembul dari balik selimut kugenggam erat dan dia tampaknya tak keberatan dengan hal itu. Sengaja aku membatasi jarak diantara kami agar aku tak menyentuh luka-lukanya.

"Dasar pemalas! Tapi… Sasuke sudah berbaikan dengan Itachi-san ka? Yokatta na~"

Tiga pasang garis aneh di wajah Tan itu semakin terlihat jelas ketika Naruto menyengir lebar.

"Hn, Dobe!"

"Ck, Teme~! Bisakah sehari saja kau tidak memanggilku 'Dobe'?"

Bibirnya maju dua centi, aku sedikit tersenyum geli. Dia benar-benar kekanak-kanakan.

Kali ini aku tak menanggapi lagi perkataannya. Aku hanya terdiam dan menatapnya tajam. Naruto mengerutkan alisnya, mungkin bingung karena mendadak aku berubah serius.

"Doushita no?" tanyanya. Mata biru itu berbinar khawatir.

"Aku tak melupakanmu, kau tahu itukan?!" ujarku. Naruto tak menjawab, jadi aku melanjutkan perkataanku.

"Hari itu, hari pertama kali aku bertemu denganmu adalah hari dimana aku kehilangan Ibu. Itulah yang berusaha aku lupakan dari ingatanku," kataku. Kuhela nafas sebentar sebelum kulanjutkan kisahku.

"Dua tahun setelah itu, hari bersalju yang sama datang lagi. Dan kembali aku melihat kematian di depanku, ayah bunuh diri tepat dihadapanku waktu itu. Aku memang tak menangis saat itu, tapi walaupun kami tak begitu dekat, aku merasa… yeah, kau tahu… dia tetaplah orang tuaku," lanjutku. Kali ini Naruto mengangguk pelan.

"Tak berapa lama, Itachi meninggalkan ku. Aku membencinya. Aku dendam dan bersumpah tak akan lagi menganggapnya sebagai saudara," ucapku lagi. Mungkin ada sedikit amarah di nada suaraku tadi hingga kurasakan jemarinya balas menggenggamku erat.

"Semua itu masa lalu yang berusaha aku lupakan, Naruto. Masa lalu yang ingin aku kubur dan tak ingin ku ingat lagi."

Mata biru sedikit berkaca-kaca ketika menatapku. Aku tersenyum kecil membalasnya.

"Tapi aku lupa, aku buta. Dibalik semuanya ternyata aku masih memiliki kenangan yang indah dan berharga. Masa kecilku dulu, hari bersalju dimana untuk pertama kalinya aku bertemu denganmu." Kubawa telapak tanganku menyentuh helai rambut pirangnya. Membelainya pelan.

"Kau tahu, sebenarnya aku begitu senang karena kau masih mengenalku. Terlebih lagi ketika kau mengembalikan syal biru kenangan dari ibuku. Tapi aku begitu egois, aku kesal dan marah karena kedatanganmu seperti menguak masa laluku dulu."

"Belakangan ini baru ku tahu juga, kalau bukan cuma aku saja yang memiliki masa lalu yang pahit. Kau juga begitukan, Naruto?" tanyaku.

Sejenak aku terdiam menanti jawabannya. Dia tertunduk, tapi bisa kulihat jelas kesenduan di wajahnya. Aku tak suka itu.

"A-aku…"

"Aku tak tahu bagaimana kau bisa melewati semuanya. Yang kulihat, kau selalu saja tersenyum tanpa beban. Itu yang membuatku sadar betapa kuatnya dirimu. Itu yang membuatku begitu kagum padamu," potongku sebelum Naruto melanjutkan perkataannya. Mata biru itu sedikit melebar ketika memandangku lagi.

"Aku tak ingin kehilangan lagi. Aku tak ingin kehilanganmu, Naruto…" bisikku.

"Sasu…"

"Karena itu jangan berbuat bodoh lagi, Naruto. Jangan membuatku membenci hari bersalju lagi. Jangan tinggalkan aku sendiri," pintaku. Kali ini kusentuh pipi nya yang sudah mulai basah oleh air mata.

"Kenapa kau menangis, Naruto?" tanyaku.

"Ka-kau sendiri juga kenapa menangis, dasar Sasuke!" jawabnya. Suaranya sedikit serak karena menahan isak tangisnya.

Dia menggenggam tanganku yang masih berada di pipinya. Menjaganya agar tetap berada disana.

"Baka dobe, kenapa juga kau malah ikutan menangis, hah?"

"Diam Teme~! Aku ingin menangis karena memang aku ingin saja. Kau ini ternyata cerewet ya?!"

"Ck, Dobe!"

"Teme!"

"Suki da yo, Naruto…"

Ucapanku kali ini benar-benar berhasil membuatnya terkejut. Mata biru itu kini melebar sempurna. Mulutnya membuka dan menutup, mungkin tak percaya dengan pernyataanku barusan.

"Sasuke??"

"Hontou ni, Suki de…" ucapku lagi. Berusaha meyakinkannya.

Sejenak kami hanya terdiam dan saling memandang. Naruto menghela nafas panjang, dipejamkan matanya sebentar. Dia kembali menatapku lembut dengan dengan mata birunya yang cantik itu. Membuat jantungku berdebar keras saat ini.

Senyumnya mengembang ketika akhirnya aku mendapatkan sebuah jawaban darinya.

"Ore mo Sasuke no koto ga suki desu."

Pada akhirnya kami berdua terlelap. Dia tertidur di pelukanku meskipun aku berusaha untuk tak memeluknya terlalu erat. Dan untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun belakangan ini. Mimpi buruk tak lagi mengusikku.

-

-

-


Beberapa hari kemudian

"Salju turun lagi…" bisikku namun kurasa dia mendengarnya.

'Hmmm…'

Aku menatap pria berambut blonde di sebelahku, dia hanya tersenyum menatap salju yang turun semakin deras. Kembali mewarnai bumi dengan warna putih bersihnya.

Sudah seminggu lebih sejak kejadian itu, kini Naruto sudah kembali di tengah-tengah kami. Masih dengan 'suara' khasnya dan cengirannya yang membuat siapapun tertarik dalam pesonanya.

Semua menyambutnya dengan gembira. Mengacak-ngacak rambut pirangnya bahkan memeluknya. Membuatku sedikit kehilangan kesabaran dan terpaksa 'melindunginya' dari 'serangan' teman-teman sekelas kami.

"Jealous, Uchiha?" tanya Kiba menggodaku.

"Urusai!!!" seruku. Meskipun tak kupungkiri kalau aku memang cemburu. Pipiku sedikit menghangat saat itu.

"Ck, mendokusei~" ujar Shikamaru seperti biasanya.

Wajah Naruto sendiri tampak memerah. Membuatnya tampak lebih manis.

Tu-tunggu! Apa sih yang kupikirkan?

Ya, ampun…

Dan disinilah kami. Di pintu keluar menuju halaman sekolah. Jam pulang sekolah sudah berlalu sekitar satu jam lalu. Namun sepertinya tinggal kami berdua saja yang terjebak disini. Sudah sedikit sepi, hanya beberapa anak saja yang tinggal dan sibuk dengan kegiatan klub mereka. Sebagian besar murid-murid yang lain memutuskan pulang tanpa menunggu salju reda.

Tadinya aku ingin menerobos hujan salju ini untuk segera pulang ke rumah. Tapi aku tak mau Naruto melakukan hal yang sama, bisa-bisa terjadi sesuatu lagi dengannya.

Aku pun membujuknya untuk pulang bersamaku. Ku telepon Itachi dan memintanya untuk menjemput kami.

But, Damn! Kemana saja Kakak tercintaku itu? sedang sibuk apa dia dengan Deidara hingga tak juga datang.

Yeah, Itachi kini pulang. Kami memutuskan untuk tak menjual rumah turun temurun milik keluarga Uchiha itu. Begitu banyak kenangan manis dan indah disana.

Salju masih turun. Ku perhatikan Naruto yang menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya untuk sedikit menghangatkan tubuhnya.

Mata birunya melebar ketika dia menyadari sesuatu yang sepertinya terlupa. Di ambilnya sesuatu dari dalam tasnya.

Dia tersenyum lebar, menampilkan deretan giginya yang putih. Tangannya memamerkan syal biru tua yang baru saja diambilnya tadi. Aku membalas senyumannya.

Tanpa membuang waktu dia memakaikan syal itu di leherku. Aku mengerutkan keningku.

"Kalau begini, kau yang akan kedinginan, Dobe!"

Dia menggeleng dan kemudian cemberut, seakan berkata

'Tidak, aku tak akan kedinginan. Dan jangan panggil aku Dobe, Teme!'

Aku hampir tak bisa menahan tawaku melihat kelakuan antik nya.

Aku melepaskan kembali syal itu, Naruto tampak kebingungan. Mata langitnya itu sedikit melebar saat ku lingkarkan syal di leherku dan di lehernya. Meminimalkan jarak kami dan membuat wajahku maupun wajahnya memerah.

Aku bisa merasakan suhu tubuhnya, membuat jantungku berdebar-debar.

Ah, kuharap dia tak bisa mendengarnya.

"Na-Naruto…"

Dia memandangku, pipinya bersemu merah, gumpalan udara tipis bisa ku lihat keluar dari bibirnya ketika dia menghembuskan nafas.

Uuughh!

Aku benar-benar ingin…

"Bo-boleh a-aku me… me-mencium mu?"

Damn! Kenapa aku jadi seperti gadis Hyuuga itu?!

Mata birunya terbelalak, wajahnya semakin memerah. Walau pelan pada akhirnya dia mengangguk juga.

Jika tak mengingat siapa aku, pasti sekarang aku akan melonjak kegirangan.

Duh! Seorang Uchiha tak mungkin melompat-lompat kegirangan kan?

Perlahan ku raih dagunya, mendekatkan wajahnya ke arahku. Tak ada dari kami yang menutup mata, semakin dekat dan bisa kurasakan hembus nafasnya di bibirku, semakin dekat dan akhirnya bibir kami bersentuhan.

Lembut.

Itu yang pertama kali ku pikirkan saat kurasakan bibirnya di bibirku. Bibirnya bagaikan kepingan puzzle yang pas sekali di bibirku. Rasa lemon tea yang di minumnya saat istirahat tadi masih membekas di sana. Manis dan aku tak berpikir untuk segera melepaskannya.

Pelan-pelan ku tutup mataku dan aku tahu dia pun meniru hal aku lakukan.

Itu hanyalah ciuman kecil. Tak lebih. Namun untuk sekarang, itu sudah cukup.

Perlahan kami melepaskan diri, aku yang pertama kali membuka mata. Ku lihat wajahnya yang masih memerah, bibirnya masih sedikit terbuka. Aku mengusap pipinya, dan perlahan kelopak mata itu terbuka, menampilkan kembali langit yang tadinya di sembunyikannya.

Cantik.

Tak ku buang waktu, seketika itu juga dia telah berada di pelukanku dan dia balas memelukku lebih erat. Diam-diam aku tersenyum sendiri.

"Kyaaaaaaaaaa~ ~"

Kami-sama!

Aku mengerang pelan ketika teriakan itu mampir ditelingaku.

"Sutekiiiiiii~" teriak Ino.

"Sasuke-kun wa kakkoi desu ne? Naruto-kun mo honto ni kawaiiiiiii~" kali ini giliran Sakura yang berteriak.

Aku melepaskan pelukanku pada Naruto. Pandanganku beralih kearah dua gadis yang berisik itu. Ku berikan Death Glare andalanku pada Ino dan Sakura namun mereka terus saja berteriak 'Kyaaa~ Kyaaa~' seolah tak terpengaruh sama sekali.

Keningku kembali berkedut saat menyadari si gadis Hyuuga juga ada bersama mereka. Wajahnya yang pucat itu memerah sekali. Beberapa murid perempuan juga ada disana, bersembunyi diam-diam dibalik pintu ataupun tembok.

Mengintip ya?

Ya ampun, apa mau mereka seh?

"Yosh! Mari kita tinggalkan mereka berdua, kita tidak boleh menjadi pengganggu kan?" ujar Sakura. Para gadis itu mengangguk-angguk dengan semangat.

"Sasuke-kun, Naruto-kun. Kami mendukung kalian. Ganbatteeee!!!!" teriak Ino. Kali ini lebih keras.

Mereka kemudian berlari-lari disepanjang koridor. Masih terdengar jelas kikik geli mereka ketika meninggalkan kami.

Aku hanya sweatdrop melihat tingkah kedua gadis yang berubah 1800 itu. apalagi ketika Hyuuga Hinata dan beberapa murid-murid perempuan yang sedari tadi mengintip kami tampak membungkuk hormat kearah kami berdua sebelum berlalu mengikuti 'Leader' mereka. Salah satu nya bahkan tampak kerepotan menutup hidungnya dengan Tissu.

Are? Mimisan?

Yare-yare~

Mereka bahkan lebih Pervert ketimbang Kakashi. Kuharap sensei-ero itu tak mengajari gadis-gadis itu sesuatu yang aneh.

Perhatianku kembali teralih pada Naruto. Wajah pemuda bermata biru disebelahku ini tampak memerah menahan malu.

Aku mengacak-ngacak pelan rambut pirangnya itu. Dia menatapku heran, tak berapa lama pipinya menggembung. Cemberut karena merasa diperlakukan seperti anak kecil olehku.

Aku hanya tersenyum geli melihat ekspresinya itu.

Suara klakson mobil sedikit mengejutkan kami.

Sebuah sedan berwarna hitam berhenti tepat di depan halaman sekolah. Bisa kulihat di kursi pemngemudi, Itachi tampak melambai dan menyengir lebar.

Hhhh… datang juga dia.

Ku raih segera tangan Naruto. Wajahnya kembali memerah. Mata biru itu berbinar memandangiku.

"Ikkou…"

'Un'

Dia mengangguk dan membiarkanku menggandengnya. Menggenggam erat tangannya yang hangat.

Di hari bersalju, kami bertemu.

Di hari bersalju yang sama, kami berpisah.

Dan ketika waktu berlalu, salju kembali mempertemukan kami.

Salju yang membuat kami kembali pada orang-orang yang kami kasihi

Salju yang membuatku, menemukan kembali kau yang begitu kucintai…

Ya… Salju masih turun hari ini.

-

-

-

OWARI

-

-

-


Akhirnya Konayuki TAMAT juga. Saya minta maaf atas keterlambatan ataupun segala bentuk kesalahan yang saya lakukan saat pengerjaan Fic ini. Hontou ni Domo Arigato, buat yang mau mereview, memberikan saran dan bersabar menunggu kelanjutan Fic ini. Saya sedikit terharu juga karena Fic pertama saya ini akhirnya bisa terselesaikan juga… Hiks *Lebay* heheheh XP. Terimakasih ya atas dukungannya selama ini *Bows*

Sebenarnya untuk Chapter terakhir Konayuki, saya meminta "Sobat" saya untuk RP dengan saya. Tapi Saya kecewa sekali karena tiba-tiba dia menghilang tanpa kata. Saya sudah berusaha menghubunginya, tapi panggilan saya ternyata dialihkan. Bahkan SMS pun tak dibalas. Saya kecewa, bukan karena "Sobat" saya itu tidak mau ber-RP dengan saya. Tetapi karena dia tiba-tiba pergi begitu saja, padahal kami sudah begitu dekat. Kalaupun saya ada salah, melalui kesempatan ini Saya meminta maaf. Saya tak tahu apa yang salah, kalau "Sobat" tak memberitahu apa kesalahan saya. Saya kecewa… Saya sudah berusaha mempercayai "Sobat" dan yakin kalau Dia tak akan meninggalkan saya. Tapi ternyata… Yeah… Kore de, ii desu ka?

Kok jadi curhat ya? Ahahahahahahahahahaha XP

Chapter terakhir ini untukmu Sobat.

Aku tak pandai memilih kata-kata

Tak bisa mengungkapkannya dengan baik

Terimakasih mau berbicara denganku

Terimakasih mau tertawa bersamaku

Dariku untukmu, Sobatku…

LUV

YUUYA

At last, READ & REVIEW Please!!!


NOTES :

Matte!!! : Wait!!!, Tunggu!!!

Baka : Bodoh

Urayamashikunai deshou ka? : Cemburu ya?

Urusai : Berisik

Yokatta na~ : Syukurlah

Doushita no? : Ada apa?

Suki da yo : Aku menyukaimu

Hontou ni, Suki de : Benar-benar suka

Ore mo Sasuke no koto ga suki desu : Aku juga menyukai Sasuke

Suteki~ : Wonderful, Sangat bagus / Indah

Sasuke-kun wa kakkoi desu ne? Naruto-kun mo honto ni kawaiiiiiii~ :

Sasuke-kun keren ya? Naruto-kun juga manis sekali ^///^

Kami-sama! : Ya Tuhan!

Ganbatte!!!! : Semangat!!!!

Yare-yare~ : Ya ampun

Sensei-ero : Sensei pervert

Ikkou : Ayo