Martyr of Love.

maaf bila ada kesalahan EYD, OOC, OOG(ada kah? mungkin hanya buatanku.)

Naruto punya pemiliknya, bukan punyaku.

Summary : ketika salah satu dari kita berkhianat akan cinta, pasti akan ada balasan yang setimpal. Ya kan sayang?

Uchiha Sasuke (23 tahun)

Haruno Sakura (23 tahun)

Chap 1

Aku berpura–pura tidur saat suamiku sampai di rumah dan mulai berganti baju. Sudah tercium aroma anggur dari tubuhnya yang menjelaskan dimana ia dari sekitar jam 6 malam sampai sekarang, jam 3 pagi.

Bar.

ya, hanya kata itu yang terlintas di kepalaku saat ini.

"Sakura." Suara parau sehabis mabuk itu memanggilku. Suamiku yang memiliki rambut yang berwarna hitam legam. Sampai – sampai ada dibeberapa bagian yang terlihat biru tua. Matanya yang hitam legam mampu menghipnotis siapa saja. Yang menarik banyak perhatian kaum hawa. Yang kini sedang memanggilku yang sedang berpura–pura tertidur.

Entah apa yang merasuki diriku untuk menikah dengannya. Entah pesona apa yang membuatku terjerat olehnya. Entah kuasa siapa yang membiarkanku mencintainya setulus hati. Entah apa dipikirannya untuk menikahiku, aku sama sekali tidak tahu perasaannya terhadapku. Ia selalu memberikan perhatian, tapi hanya batas sapaan dan kebutuhan.

Perlahan – lahan aku memutar tubuhku yang saat tidur-berpura-pura tidur dan menatapnya dengan wajah dan mata yang sayu. Jujur saja, selagi aku menunggunya. Aku menangis. Jadi sedikit mendukung aku yang berpura–pura tidur.

"Hm,ada apa Sasuke?" kubuat suaraku sedikit parau sehabis tidur.

"Adakah kegiatan lain yang dapat kaulakukan selain menungguku dan menangis?" ia mendekatkan wajahnya dan menatapku dengan pandangan lurus. Bagaimana ia bisa menyiksaku seperti ini? Memberikan tatapan yang paling kusuka, serta perhatiannya. Pernah kucoba untuk menanyakan kepadanya apakah ia mencintaiku? Ia hanya menjawab. "aku juga tidak tahu." Dengan enteng ia mengabaikan perasaanku.

"A.. a-aku tidak kok. Eeh, kau mau kusiapkan air hangat? Kurasa kau mabuk. Agar tidak sakit saat bangun tidur, lebih baik kau mandi. ahh, kusiapkan dulu air hangatnya." Aku segera bangun dari ranjang dan berlari – lari kecil menuju dapur.

Rumah kami sederhana, karena memakai gabungan gajiku dan gaji sasuke yang bekerja sebagai direktur perusahaan dan aku sebagai dosen di sebuah fakultas di bidang ekonomi. Dengan gaji sasuke yang bisa dibilang banyak dibanding aku, kami mudah mendapatkan rumah. Awalnya ia akan membeli rumah-yang lebih tepatnya seperti istana. Tapi kubilang, membuang – buang uang itu tidak baik. Akhirnya atas usulku, kami membeli rumah yang sebenarnya hanya satu lantai, tapi kami tambahkan lantai 2 yang hanya setengah untuk ruang perpustakaan dan ruang kerja. Sedangkan dapur, kamar tidur, kamar mandi dan ruang tamu berada di lantai 1.

Setelah air yang kumasak mulai menghangat, aku membuka pintu kamar mandi, menuangkan air hangat di ember dan menuju kamar tidur agar sasuke segera mandi. Saat ku hampiri ia di kamar tidur. Ia sudah terlelap. Wajah tampan tak berdosa itu menghembuskan nafasnya perlahan, terlihat sekali ia kelelahan. Kuelus pipinya perlahan dan memanggil namanya pelan.

"Sasuke, air hangatnya sudah siap, ayo mandi dulu." Ucapku berbisik didekat telinganya.

"Hmm.." ia sedikit mengerang pelan di ranjang. Ia mengusap matanya perlahan dan mulai membuka mata.

"Sudah kusiapkan bajumu dan handuk untuk mandi."

"Hn." ucapnya seraya mengeluarkan handphone dari kantung celana dan kunci mobil. Ia taruh diatas meja dan ia pun mulai berjalan kekamar mandi, aku mengamati punggungnya dan tiba–tiba ia berbalik menghadapku.

"Sakura."

"Ya?"

"Terima kasih." Jawabnya sambil berjalan lagi menuju kamar mandi.

Apa yang barusan kudengar? Pekikku dalam hati. aku hampir terlonjak kaget ketika ada suara handphone. Handphone sasuke . aku menatap layarhandphone itu. Hanya nomor, tak ada nama. Aku berlari – lari kecil kedekat pintu kamar mandi dan sedikit berteriak.

"Ada telepon untukmu."

"Ada nama?" terdengar jelas suara air-yang pasti ia sedang mandi.

"Tidak, hanya nomor."

"Matikan saja." Karena ia menyuruhnya, maka kumatikan. Aku kembali lagi ke kamar tidur untuk merapihkan ranjang agar terlihat lebih rapih. Baru mau aku letakkan handphone sasuke. Ada telepon lagi, dari nomor yang sama. Karena penasaran. Kuangkat teleponnya.

"Halo sayang, kenapa pulang begitu cepat? apa karena wanita dirumahmu itu mulai melarang – larang tidak jelas? Ia benar – benar pengganggu, mengapa kau masih tinggal dengannya? Sudah jelas – jelas bukan ia yang kau cintai. Aku kan yang kau cintai? Sasuke-kun? Mengapa diam saja? Pokoknya kutunggu kau di amusement bar seperti biasa, aku cinta padamu, Sasu-." Klik.

Aku tidak dapat membayangkan ia mengucapkan nama suamiku. Sasuke. Cinta. Wanita itu. Di bar. Seperti biasa. Tanganku gemetar tak kuasa menahan rasa shock. Apa maksudnya ini? Ia bermain di belakang pernikahan kami. Setelah meletakkan handphone sasuke di meja, aku jatuh lemas seketika itu juga. Ini bukan yang aku inginkan.

Aku menoleh sedikit ke foto pernikahan kami, apa yang salah dari ini semua?

Terlebih ketika-

.

.

.

.

.

"Kau mendengarkan semuanya?"

.

.

.

.

.

Aku hanya tetap diam ditempat. Aku tahu suara siapa itu. Suara suamiku. Sasuke.

To be continued

note :maaf atas kegajean ini, penulis yang masih newbie ini kepicut (?) buat bikin fiksi. bila ada saran dan kritik silahkan :)