Author sablenk

Author sablenk:Jhuwjhuw dhathang lagheeeeeeeeeee… Tnank smuanyah ini chapter trakhir Forgeting You. Abis ini juju bakalan fokus ama Love is Hurt. Wokeh?? Makancradd qita liat ajah chapter trakhir inih. Okeh? Maafkan bila ada kesalahan atau bila ada yang kebanyakan disumpahin mandul. Smoga chapter trakhir ini disukain para readers. Go Yaoi Go Yaoi GO!!

" Warning. Chapter Trakhir. Characther Death. T.T…"

Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

Chapter 20 : Punishment

Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

L berlari secepat mungkin dari atap gedung rumah sakit. Light-kun sadar!! Beban di pundaknya berkurang mendengar berita ini. Ia terus berlari menuruni tangga darurat. Terlalu senang hingga tidak sabar menunggu lift. Akan tetapi, beberapa menit kemudian otak cemerlangnya bekerja.

Bila kondisi Light membaik hingga ia sadar dari komanya, mengapa dokter tidak langsung mengoperasinya. Bukankah seharusnya mereka mengambil kesempatan ini untuk langsung mengangkat pembuluh darahnya? Mengapa disaat Light sadar, tidak diambil tindakan?

Langkah L melambat menyadari kemungkinan yang muncul dikepalanya. 'Apakah… Pembuluhnya darahnya sudah pecah?...'

Mata L membelalak mengetahui kemungkinan besar tebakannya benar. Perlahan airmatanya jatuh ke pipinya.

' Terlambat… Ia sudah terlambat…,' kata-kata ini terus terngiang di kepalanya. Segera ia berlari kembali menuju Light. Kematian setelah pembuluh darah pecah tidak pernah berlangsung lama. Hanya dalam beberapa jam. Dan ia sudah kehilangan beberapa jam tersebut. Berlari… lari secepat mungkin sementara. Hingga akhirnya ia berada tepat di depan pintu kamar Light. Segera ia putar engsel pintu tersebut. Tidak terbuka. Tidak terjadi apa-apa. Terkunci.

Putus asa, ia putar dan dorong paksa pintu tersebut. Tetap saja pintu itu tidak bergerak. Tetap terkunci. Terkunci untuknya. Airmatanya mengalir kembali saat ia sadar pintu itu terkunci untuknya. Saat ia sadar Light tidak ingin bertemu dengannya. Dipukulkannya kepalan tangannya ke pintu, putus asa.

" Light-kun!! Kumohon buka pintunya…," ucapnya pelan. Sementara suaranya bergetar karena tangis.

Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

" Light-kun!! Kumohon buka pintunya…," terdengar suara L dari luar. Jantung Light berdetak lebih cepat. Rasa sakit yang sudah ia kenal muncul kembali di dadanya. Rasa sakit yang datang kembali hanya dengan mendengar suara L. Tidak… Ia tidak ingin bertemu L.

" Light-kun!! Kumohon ijinkan aku masuk!!," teriak L lagi. Light tidak berkata apa-apa. Tidak memberi tanda kepada orang-orang yang ada di sekitarnya. Hanya diam…

" Light-kun!!," teriak L disertai dengan ketukan keras di pintu. Semakin lama dadanya semakin sakit mendengar suara itu.

" Light, mungkin kita harus mengijinkannya masuk… Kasihan di-…."

" Tidak…," Soichiro yang baru saja berdiri duduk kembali mendengar jawaban Light. Suaranya penuh kepedihan saat dia bicara.

" Jangan… aku tidak ingin… bertemu… dia…," kata Light lemah. Beberapa kata saja sudah sulit sekali keluar dari mulutnya. Light tersenyum lemah kepadanya.

L yang sudah putus asa memandangi Light lewat jendela. Bibirnya masih menggumamkan permohonannya tetapi perlahan air mata turun dari sudut matanya. Ia tahu. Ia tahu Light tidak akan bertahan lama. Ia tahu Light disana menghadapi saat-saat terakhirnya. Menghadapi kematiannya tanpa kehadirannya.

Keringat mulai bercucuran di tubuh Light sementara ia semakin pucat. Air mata jatuh lagi dipipinya melihat keadaan Light. Putus asa, ia terisak sembari terus memanggil orang yang sangat dicintainya.

" Light-kun…," ucapnya disertai beberapa ketukan dijendela. Light tetap tidak memperdulikannya. Bibirnya tersenyum tetapi raut wajahnya lemah dan kesakitan.

" Light-kun… please…," mohon L lagi. Soichiro, Takada, Akito dan ibunya yang ada di dalam ruangan hanya memandangnya kasihan. Isakan L terdiam mendengar Light berbicara.

" Semuanya…," mulainya susah payah. Keringat terus mengalir di wajahnya. Perlahan ia berusaha mengangkat tangannya yang bergetar hebat.

" A…yah…," Light berbicara sangat pelan hingga seperti berbisik. Dengan segera Soichiro menggenggam tangan Light. Pipinya basah karena air mata. Tiba-tiba ruangan tersebut dipenuhi dengan isakan yang sejak dari tadi tertahan. Light tersenyum lemah lalu membuka mulutnya lagi.

" A… ku…," bisiknya lagi. Wajahnya seperti menahan sakit sementara ia masih pucat.

" Ya, Light…?," tanya Soihiro perlahan. Light menggenggam tangannya lebih kencang.

" Ma..af…."

" Ma…af… kan… aku…," bisiknya terbata-bata. Isakan Sayu terdengar lebih keras.

" Tak ada yang perlu dimaafkan, Light…," ucap Soichiro lembut. Light menggelengkan kepalanya sedikit.

" Ti…dak… I'm… bad…," bisiknya. Lebih banyak keringatnya yang bercucuran.

" Ma…af… se… semua…nya…," bisiknya lagi.

" Tidak! Nii-chan bukan orang yang jahat! Nii-chan tidak boleh berpikir seperti itu… Nii-chan orang yang baik…," seru Sayu disela isakannya. Light tersenyum simpul. Perlahan ia angkat tangannya yang bergetar hebat untuk menyentuh adiknya namun ia tidak mampu mengangkat tangannya.

" A-ku… ba…ik…?," bisiknya. Tiba-tiba ia tertawa pelan dengan bersusah payah.

" La…lu…,… ke..napa… dia…?... Sa…kit…," bisik Light lagi. L tahu yang Light maksud adalah dirinya. Saat itu ia tidak mampu lagi menahan semua emosinya. Ia menangis keras. Begitu keras hingga pandangannya kabur karena air mata. Didengarnya dirinya sendiri berbicara.

" Maaf… Maafkan aku… Maafkan aku Light-kun!! Kumohon… maafkan aku… Kumohon biarkan aku masuk…," tanpa ia sadari tangannya terus memukul pintu sementara pandangannya tidak berpaling dari jendela.

" Light-kun!! Kumohon… aku mohon… buka… buka pintu ini… Aku mohon… biarkan aku melihatmu… biarkan aku bertemu denganmu untuk terakhir kalinya… Aku mohon… maafkan aku Light-kun… Maafkan aku!," ucapnya. Namun Light sama sekali tidak ingin bertemu dengannya. Ia memalingkan pandangannya dari L. Namun tubuhnya bergetar menahan air mata.

" Light-kuun!!," teriak L lagi. Dipukulnya lagi pintu dihadapannya.

" Please… please try… please forgive me… Please try to forgive me... Please let me in... Light-kun... Please...," pinta L lagi. Seluruh tubuh Light bergetar namun ia tetap tidak bicara apa-apa.

Keringat bercucuran semakin deras di wajah Light sementara ia berusaha keras menahan sakit. Bukan hanya di kepalanya, tetapi juga di dadanya. Tubuhnya terasa berat hingga ia harus sekuat tenaga menahan kesadarannya. Tetapi ia mendengar jelas suara L. Suara tangisan L. Suaranya yang memohon-mohon kepadanya.

" Light-kun... please... please... Forgive me... I beg you... Open this door...," namun Light tetap tidak berbicara. I berusaha menghapus air matanya yang terus saja mengalir.

" I...," ucapnya.

" I... I love you, Light-kun... I love you... please... let me in...," ucap L. Tiba-tiba ia mendengar suara Light.

" It... hurts...," bisik Light. Namun L mendengarnya dengan jelas. Light masih memalingkan mukanya dari dirinya.

" It... hurts...," ulang Light. Tiba-tiba Light terbatuk-batuk hebat. Dengan segera semua orang mendekat ke sampingnya. Darah mengalir dari sudut mulutnya. Tetapi ia tersenyum, senyumnya yang lemah dan penuh kepedihan.

" Nii-chan...," bisik Akito dan Sayu. Light terlihat jelas berusaha keras tetap sadar.

" Light... please...," terdengar isakan L lagi.

" Light... please... i want to see you... i want to be there... for the last time... please... please...," L memukulkan kepalanya putus asa. Darah mulai mengucur dari dahinya tetapi ia tidak peduli. Ia ingin kesana. Ingin berada disamping Light.

Light kini tampak setengah sadar. Erangan lemah terdengar dari mulutnya. Ia masih menggenggam tangan Soichiro yang kini semakin lama genggamannya semakin lemah. Keringat terus bercucuran di wajah Light. Perlahan ia membuka mulutnya untuk terakhir kali. Hanya satu kata. Satu kata yang diucapkannya dengan menggunakan seluruh kekuatan terakhirnya.

"...b-ye...," bisiknya. L berteriak putus asa.

" No!! Light-kun... please...," tetapi suaranya semakin menghilang begitu Light menarik napas terakhirnya. Kepalanya terkulai lemah tepat menatap L. L melihat dengan jelas saat kepala Light terkulai lemah kehadapannya. Ia dapat melihat jelas wajah Light yang pucat. Ia terpaku menatap mata mati Light yang kini tampak seperti menatap lurus kepadanya. Lalu, air mata yang sejak dari tadi ditahan Light. Setetes air mata jatuh dipipi Light. Untuknya... karenanya...

" LIGHT-KUUUUUNNN!!."

xxxxxxxxxxxxxxxx

-1 tahun kemudian-

Xxxxxxxxxxxxxxx

Watari menekan tombol yang menyambungkannya dengan Wammy's House.

PIP

Terdengar suara Roger menyambutnya.

" Watari..."

" Good Evening, Roger, Mello, Near... Saya menghubungi Anda semua kali ini untuk memberitahu sebuah berita. Telah diputuskan, posisi L akan diteruskan kepada Near dan Mello. Diharapkan kalian berdua dapat bekerja sama dalam menangani tugas-tugas kalian. Sekian yang ingin saya sampaikan." Watari baru saja akan menekan tombol OFF saat Roger memanggilnya lagi.

" Tunggu dulu, Watari..."

" Ya?."

" Apakah ini keputusan dari L?."

" Tidak... Bukan."

" Lalu, ini keputusanmu se-,"

PIP

xxxxxxxxxxxxxxxxxxx

Watari memasuki sebuah kamar yang bercat putih. Di tengah ruangan, terdapat tempat tidur besar. Perlahan ia berjalan mendekati tempat tidur tersebut. Terlihat sosok seseorang yang berbaring di tempat tidur tersebut. Ditatapnya sosok tersebut dengan lembut. Lelaki dengan kulit pucat, rambut hitam berantakan, kaus putih dan celana jins panjang sedang tertidur diatasnya. Lingkaran hitam di matanya terlihat semakin menggelap.

Sang insomnia sedang tertidur. Sudah lama sekali L tidak tidur. Untuk pertama kalinya dalam beberapa bulan L tampak damai. Perlahan Watari mengangkat selimut lalu menaruhnya di tubuh L. Saat itu, sebuah bingkai di tangan L menarik perhatiannya. Perlahan di angkatnya tangan L yang menggenggam erat bingkai tersebut. Dilihatnya kedua pergelangan tangan L yang dililit perban. Noda merah samar terlihat di sekelilingnya. Ia mencoba melepaskan bingkai itu dari tangan L namun genggamannya terlalu kuat.

Watari bangkit. Dalam hati berpikir berapa lama L bisa tidur tenang seperti ini. Ia baru saja akan pergi saat didengarnya bisikan L.

" No...," Watari berbalik kembali. Kali ini ia melihat wajah L tidak lagi damai. Ketakutan dan kesedihan terlihat jelas diwajahnya.

" No... please... don't go...," gumam L lagi. Tubuhnya mulai bergetar. Airmata turun dari matanya yang masih tertutup rapat.

" Please... please... forgive me... no... don't go... no... No! Light-kun!!," L berteriak. Tiba-tiba ia terbangun dari tidurnya. Watari tidak mendekat, hanya memandangi L kasihan. L kini berbaring dengan menarik lututnya erat. Isakan terdengar darinya diiringi gumaman pelan.

" Light-kun... don't go..."

Xxxxxxxxxxxxxxxxxxx

L memandangi sosok orang-orang yang sedang mengunjungi pemakaman dari jauh. Ia menunggu dari kejauhan hingga mereka semua pergi. Beberapa lama kemudian sosok-sosok tersebut pergi. L berjalan perlahan menuju tempat tujuannya. Ia sendiri, sendirian tanpa Watari. Di tangannya terdapat seikat besar mawar merah. Hembusan angin di sekitarnya sama sekali tidak dipedulikannya. Hingga akhirnya ia berdiri di sebuah nisan yang ia tuju. Ia membuka mulutnya untuk menyapa. Saat itu airmatanya mengalir dipipinya.

" Hi, Light-kun...," ucapnya. Ditatapnya nisan dihadapannya yang bertuliskan nama.

Light Yagami

" Light-kun...," ulangnya. Saat itu rasa sakit di dadanya terasa lagi. Disertai kehampaan, dia tidak akan lengkap tanpa Light. Perlahan L berjongkok di sisi nisan milik Light. Ia memaksakan sebuah senyuman.

" Light-kun... Aku datang kembali. Seperti biasa, aku membawa mawar merah. Sudah kukatakan beberapa kali, bukan? Light-kun mirip seperti mawar merah. Heh... Ternyata aku tidak mampu menahan senyumanku lebih dari beberapa menit," L berkata dengan nada ceria namun tidak menghentikan air mata yang membasahi wajahnya.

" Kau tahu, Light-kun? Aku masih tidak punya pacar. Huh, memang siapa yang ingin menjadi pacar orang aneh seperti aku? Ya... Hanya kau... Hanya kau yang ingin menjadi pacarku. Lalu apa? Akulah yang menghancurkannya. Aku membuang satu-satunya orang yang mencintaiku. Ya kan, Light-kun? Apakah kau tahu, walaupun sudah tepat setahun kau pergi kesana kau tidak pernah pergi dari pikiranku. Kurasa aku bisa gila, Light-kun. Dimana saja, kapan saja aku pasti memikirkanmu. Kenapa kau tidak mengajakku kesana juga, Light-kun?," ucap L. Ia terus berbicara seakan-akan Light berada disana.

" Kenapa, Light-kun? Kenapa tidak kau bawa saja aku bersamamu? Ya... Mungkin aku terlalu tak pantas untuk itu. Atau... Apakah ini hukuman darimu, Light-kun? Aku rasa aku memang pantas mendapatkannya... Tapi... Apakah kau tahu, kau benar-benar menyakitiku? Apakah ini rasa sakit yang kau rasakan, Light-kun? Apakah sesakit ini? Tidak... Aku tahu kau lebih sakit... Iya, bukan? Jawab Light-kun... Jawab aku!!," teriak L tiba-tiba. Angin yang tadi bertiup kencang lama-kelamaan berubah menjadi hujan. L tetap duduk disana. Disamping Light walaupun hujan membasahinya.

" Kau tidak tahu, Light-kun... Kau tidak tahu seberapa beratnya hidup tanpamu? Kau tidak tahu! Aku ingin pergi juga... Aku ingin pergi ketempatmu! Aku mencoba!! Aku mencoba!!," seru L sembari memandangi pergelangan tangannya yang dililit perban.

" Aku mencoba!! Tapi aku tak pernah berhasil... Kenapa?... Kenapa begitu sulit untuk pergi ketempatmu?! It hurts!! It hurts like hell!! Just Let me, Light-kun... Let me die... Biarkan aku mati, Light-kun... please... Ijinkan aku ketempatmu, Light-kun... Agar aku bisa memohon maaf darimu... Kau belum memaafkanku, Light-kun... Maafkan aku, Light-kun... Maafkan aku...," suara L semakin lemah hingga menjadi bisikan. Hujan yang mengguyurnya ia acuhkan. Perlahan L berbaring di sebelah kuburan Light.

" Aku ingin seperti ini, Light-kun... Berada di sampingmu... Kau tahu kenapa?... Yes... I love you... I love you, Light-kun... I'm falling so hard for you... Love you...," bisik L. Air matanya tersapu air hujan saat ia berbaring di samping Light.

" Aku tahu, aku tidak pantas untuk dicintai... Oleh karena itu, biarkan aku tetap mencintaimu... Biarkan aku terus mencintaimu... Biarkan aku berada disini disisimu... Kumohon, Light-kun... Jangan pergi lagi... Biarkan aku disini...," L menutup matanya membiarkan air hujan menyiramnya. Tiba-tiba air hujan tersebut tidak lagi menimpa wajahnya. Perlahan ia buka kelopak matanya. Dihadapannya berdiri Watari sembari memegang payung besar menghalanginya dari hujan.

" Watari..."

" L... kau harus pulang...," kata Watari lembut.

" No!! Aku ingin tetap disini bersama Light-kun," jawab L.

" L... Yang berada disini hanyalah tubuhnya, sedangkan Yagami-kun sekarang berada disana...," kata Watari sembari menunjuk langit. L menggeleng kepalanya.

" Kalau begitu, biarkan aku disini bersama tubuh Light-kun...," kata L lagi. Watari menggelengkan kepalanya lalu menopang tubuh L berdiri perlahan.

" Light-kun yang ada disini tidak bisa berbicara denganmu. Bagaimana kalau kita pulang saja? Lalu kau bisa menonton video yang berisi Yagami-kun...," kata Watari.

" Tidak. Aku ingin disini saja bersama Light-kun...," ucap L lagi.

" Lalu apa yang lebih baik? Berada disini kedinginan dan hanya menatapi nisannya atau berada di Markas dan kau bisa melihat wajahnya serta mendengar suaranya dari video?." L menatap Watari sejenak lalu mengangguk. Ia berbalik lalu menaruh mawar merah yang ia bawa.

" Love you, Light-kun... Aku akan datang lagi. Tidak ada Selamat Tinggal, tapi Sampai Jumpa. Sampai jumpa, Light-kun...," kata L. Perlahan ia berjalan bersama Watari menuju limousinenya.

" L, sebelum kemarkas kau mempunyai janji dengan psikiatermu setengah jam lagi," katanya sembari terus memegang payungnya.

" Aku tidak butuh psikiater, Watari. Sudah berapa kali kukatakan...," kata L. Tetapi pandangannya tidak pernah lepas dari makam Light. Watari menatap L sejenak lalu menatap makam Light.

' Yagami-kun... Dia sangat mencintaimu hingga menjadi seperti ini... Apakah ini hukuman darimu untuknya?.'

Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

L berjalan memasuki markasnya. Ia tidak akan pernah pergi dari sini karena disini terdapat banyak kenangan tentang Light. Ia duduk dikursi favoritnya. Dihadapannya terdapat puluhan monitor tetapi pandangannya terjatuh ke kursi disampingnya. Kursi favorit Light.

-.--.--.--.

" Light-kun..."

" Ah! Ya?."

" Selama 8 menit 23 detik, perhatianmu tidak lagi kepada informasi yang aku berikan."

" Ah, aku tidak sadar... Maaf..."

" Hmm... Light-kun?."

" Hmm?."

" Apa yang kau lihat tadi?."

" Err..."

" Ya?."

" Err..."

" Apa, Light-kun?."

" Kau..."

-.--.--.--.

Setetes air mata jatuh dipipi L. Beberapa menit kemudian isakan pelan terdengar darinya. Perlahan L berusaha bangkit. Mungkin cold shower bisa membantunya sejenak. Tetapi saat ia masuk, ia baru sadar ia memasuki kamar mandi yang biasa ia dan Light pakai.

-.--.--.--.

" Hey, Ryuuzaki..."

" Jangan mengintip ya..."

" Ah! Umm... Ya... baiklah..."

" Kenapa? Kau terdengar kecewa?"

" Well, Light-kun merusak rencanaku. Padahal baru saja aku berpikir begitu."

" Pervert!."

-.--.--.--.

L setengah berlari keluar dari kamar mandi. Ia berjalan menuju dapur. Air matanya masih terus mengalir. Mungkin ia butuh secangkir teh agar ia berhenti membayangkan Light. Dibukanya kabinet teratas untuk mengambil teh. Tangannya berhenti melihat apa yang ada disebelah tehnya. Black Coffee favorite Light.

-.--.--.--.

" Ryuuzaki..."

" Hmm?."

" Tolong aku."

" Apa?."

" Aku ingin mengambil Black Coffeeku tetapi itu terlalu tinggi."

" Mungkin Light-kun saja yang pendek..."

" Aku tidak pendek!! Kau yang terlalu tinggi!!."

" Yayaya..."

" Aku serius!!."

" Ya... baiklah... Yang mana? Itu?."

" Hey! Hati-hati!"

" Hah? Oh... um... Aaaaaaa!!."

" Ow!."

" Urgh... Sorry..."

" Baka."

" Hnn..."

" Erm... Ryuuzaki?."

" Ya?."

" Bisakah... kau berdiri? Kau menimpaku, Ryuuzaki..."

" Hmm? Memangnya begitu?."

" Kau sengaja ya!."

-.--.--.--.

L tidak kuat lagi. Ia berlari tanpa sadar kakinya membawanya kekamarnya. Ke tempat tidurnya bersama Light.

-.--.--.--.

" Good morning, Light-kun..."

" Urgh... Ryuuzakiiii ini masih jam 5 pagi..."

" Oops... Aku tidak bisa tidur, Light-kun... Dan yang benar sekarang jam 4:57."

" Urghh... Kau beruntung kau sangat manis..."

" Eh? Hmmmff."

" Ck ck ck... Tenang, L..."

" Light-kun! Mmffh."

" Hmm?."

" Uh, No morning kiss before you brush your teeth!."

" Damn..."

-.--.--.--.

L terisak keras, seluruh tubuhnya gemetar hebat. Dimana pun dan kapanpun yang ia lihat hanyalah Light. Ia tidak bisa melupakannya. Tidak bisa... Ia ingat dengan jelas mata Light yang memandangnya di waktu terakhirnya. Tidak bisa... Ia terlalu mencintai Light. Ia terlalu bersalah padanya.

L bangkit dan mengambil bungkusan berisi coklat yang ia beli tadi. Di ambilnya sebuah benda yang tersembunyi diantara coklat-coklat tersebut. Diambilnya bingkai yang selalu ia bawa. Perlahan L berbaring di atas tempat tidur berseprai putih tersebut. Dibukanya perban yang melilit pergelangan tangannya. Puluhan bekas luka iris tampak di kulit pucatnya. Beberapa sudah lama, beberapa tampak baru. Air matanya mengalir. Rasa sakit dan hampa didadanya terasa begitu menusuk. Diangkatnya benda tersebut. Cutter.

" Aku ingin pergi ke tempat Light-kun...," bisiknya.

Xxxxxxxxxxxxxxxx

" Ugggh... Ayo Near... Jalanmu lambat sekali sih. Dasar White Hair Freak!!."

" Santailah Mello... Coklatmu tidak akan pergi kemana-mana..."

" Terserah aku mau ngapain!! Kalo nggak karena kamu nggak tau jalan ke toko mainan, aku bakalan udah dapet coklat!!."

" Hmm..."

" Jangan 'Hmm...'!! Ayo bales!! Ga bisa kan!."

" Mello, itu kamar L..."

" Udah tau!! L!!."

" Santai Mell-."

" God Fucking Damn!! L!!."

" L!."

Darah... Darah... Seprai putih ditempat tidur L kini berlumuran darah. L tergeletak dengan pergelangan tangan teriris dan cutter disampingnya. Near segera memeriksa denyut nadi L.

" Dia masih hidup cepat panggil Watari."

" Udah tau! Tapi, Watari dimana?!,"

" Tadi dia ada di bawah. Tapi tidak bisa kuhubungi."

" Kalo begitu begini aja.

WAATAARRI I I I I!!."

Gelap... Ringan... Perlahan-lahan tubuh L terasa ringan saat kegelapan menyelimutinya. Mungkin dengan begini ia bisa bertemu Light. Mungkin ia bisa meminta maaf kepadanya. Mungkin ia bisa bertemu dengannya lagi. Mendengar suaranya... Melihat senyumnya lagi... Mungkin ia bisa menciumnya lagi...

Senyuman kecil tersungging dibibir L. Kegelapan semakin menyelimutinya saat tubuhnya terasa semakin ringan. Hingga terdengar suara samar-samar.

" God Fucking Damn!! L!!."

Senyuman L menghilang dari bibirnya. Dirasakannya perlahan kegelapan menjauh darinya. Suara samar-samar terdengar semakin keras.

" WAATAARRI I I I I !!."

No... Jangan lagi...

Dirasakannya beberapa tangan menariknya lagi ke dunia.

" L!!."

L menangis lagi. Ia terisak sekuat tenaganya. Ia tidak ingin bangun. Ia hanya ingin pergi ke tempat Light. Kenapa tidak ada yang mengerti? Kenapa mereka semua menolongnya?

" L... lagi-lagi... Kapan kau bisa melupakan Light Yagami..."

Tidak... Dia tidak akan bisa melupakan Light. Tidak dengan rasa sakit di dadanya ini. Tidak dengan perasaan hampa tanpa orang yang ia cintai. Tidak dengan perasaan bersalah karena ia lah yang sejak awal telah menuntun Light menuju kematiannya.

L menangis lagi.

Ia tidak ingin bangun. Ia tidak ingin diselamatkan. Tidak ada yang mengerti hal ini. Tidak ada yang membiarkannya pergi bersama Light. Biarkan dia pergi... Tapi tidak... Setiap kali L hampir mencapai tempat Light, ia selalu ditarik kembali. Ia hanya ingin bersama Light...

Ia tidak ingin bangun. Ia tidak ingin bangun dan hanya merasakan sakit. Ia tidak ingin bangun dan menyadari Light sudah pergi. Ia tidak ingin bangun hanya untuk mendapati tidak ada Light disisinya. Ia tidak ingin bangun untuk mengingat mata Light disaat kematiannya. Kenapa tidak ada yang menyadari itu?

Perlahan L ditarik kembali hingga sekali lagi ia menjauh dari tempat Light berada. L menangis. Ia sudah tahu sakit yang akan ia hadapi saat ia bangun. Ia ingin ini selesai. Ia ingin dimaafkan oleh Light.

' I'm sorry Light-kun... I'm sorry... Forgive me... please... forgive me... I'm sorry...'

--.--

" I forgive you..."

--.--

' It hurts... It hurts so bad... Can it stop? Can it?... please Light-kun... Is this your punishment? Is this what I supposed to feel? Is this a punishment you gave me because I've hurt you so hard?.'

--.--

"No."

--.--

' I love you, Light-kun... Love you so much until it hurts... Love you so deep... I love you, Light-kun... I love you... please... let me go with you... I love you...'

--.--

" I love you, L..."

--.--

Light mendengar. Light menjawab semua pertanyaan L. Tetapi L tidak pernah tahu. Tidak pernah yakin bahwa Light akan terus menunggunya disana. Cuma satu yang L tahu pasti. Light mencintainya. Begitu mencintainya hingga ia terluka parah. Begitu mencintainya hingga rela melepas cintanya. Begitu mencintainya hingga mau berkorban untuknya. Begitu mencintainya hingga kehilangan segalanya karenanya. Sangat mencintainya hingga ia tidak kuat lagi berada dekat orang yang ia cintai.

L memeluk sebuah bingkai yang terus ia bawa erat-erat. Dalam bingkai tersebut berisi sebuah pemberian terakhir cinta Light kepadanya. Surat terakhir Light.

Xxxxxxxxxxxxxxxxxxx

Dear L...

Aku mohon kepadamu... Tolonglah baca surat ini.

Kau membenciku, bukan? Aku tahu. Tetapi bila kau membenciku karena semua yang kukatakan, maka akan kuberitahu semuanya.

Hari itu, saat aku berkata aku membencimu, saat aku berkata aku memanfaatkan dan menjebakmu. Aku bohong... aku bohong, L... Semua yang kukatakan kepadamu itu adalah kebohongan. Maafkan aku bila aku membuat hatimu sakit, tetapi saat itu aku harus melakukannya.

Aku tidak tahan lagi melihat keadaanmu, L... Maafkan B juga atas semua perbuatannya kepadamu.

Kau tahu kenapa aku berbohong? Karenamu...

Saat kau nyaris bunuh diri di selmu, aku tidak bisa berpikir apa-apa lagi selain menerima tawaran B. Kau tahu apa yang ia minta? Aku... dan dia akan melepaskanmu... tidak mengusikmu lagi... Asalkan aku menjauhimu...

Aku takut, L... Aku takut kau akan mati bila kau tetap disana... Aku takut kehilanganmu, L...

Karena itu, aku terima tawarannya... Untuk pergi darimu... Untuk melepaskanmu...

Tapi aku tahu, kau tidak akan mau pergi bila kau mengetahui ini. Akhirnya, aku putuskan membuatmu pergi. Agar kau tidak mencariku lagi karena nanti kau akan dibunuh B. Karena itu aku berbohong kepadamu. Aku harus membuatmu pergi dariku... Agar kau selamat, L... Demi dirimu...

Apa kau merasa sakit? Aku juga L... Rasanya sakit harus berbohong kepadamu... Rasanya sakit karena melihatmu menangis... Saat itu kupikir aku benar-benar melukai hatimu...

Aku tidak lagi memikirkan diriku sendiri, L... Yang ada dipikiranku hanya membuatmu selamat. Ya... walaupun aku harus tidur dengan B...

Tapi, aku rasa semua yang kulakukan sia-sia... Kalau saja aku tahu semua yang kaukatakan padaku itu bohong... Kalau saja aku tahu kau tidak mencintaiku... Tidak... Walaupun aku tahu, kurasa tidak akan ada banyak perubahan. Tapi setidaknya aku tidak akan banyak berharap.

L...

B sudah mati... Ya... ditanganku... Aku tidak punya pilihan lain, L. Dia mengancam ingin membunuhmu. Aku tidak punya pilihan lain.

Apa kau tahu B benar-benar mencintaiku? Kau tahu... Kau tahu sejak awal. Setidaknya B memperlakukanku lebih baik darimu. Aku mencintai B, L... Tetapi tidak sebesar cintaku kepadamu. Mungkin aku bodoh. Sangat bodoh...

Kenapa aku harus memilihmu... Kenapa aku harus membunuh orang yang kucintai untukmu... Aku bodoh...

L Lawliet... I love you...

I love you so much until it hurts...

I love you, L...

L...

Aku tidak akan berharap lagi darimu... Aku tahu, aku tidak pantas untukmu. Aku hanyalah seorang pembunuh. Mungkin ini karma. Mungkin ini balasannya atas banyak nyawa yang telah kuambil.

Aku pergi, L... Pergi dari hadapanmu. Setidaknya, bila aku berbuat begini kau tidak akan lagi memandangku menjijikan. Setidaknya aku tidak perlu lagi melihatmu. Bukan karena aku membencimu, L. Tapi karena aku terlalu mencintaimu. Sakit rasanya kalau aku tidak bisa melihat cinta dimatamu. Karena itu aku pergi L.

Kumohon, biarkan aku pergi... Itu yang kau mau bukan? Aku pergi dari hadapanmu selamanya...

Untuk apa lagi aku hidup bila aku tidak punya alasan untuk hidup, L... Jujur, aku ingin mati saja... Lebih baik mati daripada terus merasakan sakit ini seumur hidupku. Lebih baik mati daripada harus merasa sakit hanya karena melihatmu...

Kalau aku bisa, L... Aku akan pergi bukan hanya dari hadapanmu... Tapi dari dunia ini...

Bahkan mawar merah pun bisa mati dan layu...

Walaupun kau tidak pernah mencintaiku, setidaknya aku masih sempat berbahagia dengan berpikir kau mencintaiku. Walaupun semua yang kau katakan dulu adalah kebohongan, setidaknya aku yang dulu masih merasakan saat-saat kau 'mencintaiku'.

Oleh karena itu, L...Aku pergi...

Terima kasih atas semuanya, L...

Terima kasih untuk membiarkan aku mencintaimu...

Dan yang terakhir...

I love you, L... I'll love you... forever...

From the one who love you forefer...

Light

Xxxxxxxxxxxxxxxxxxx

'Light-kun... please forgive me... Will you wait for me there?... Will you love still love me?.'

--.--

" I will, L... forever..."

--.--

Xxxxxxxxxxxxxxxxxxx

Author:Selesaaaaaaaaaaaaaaiii!!

Huweeeeeeeeeeeeeeee... Akhirnya Forgeting you tamat jugaaa... Walaupun udah tamat, pada review ya... Menurut kalian cerita ini gimana?? Pada ngomong ajah! Juju ga gigit koq ( paling nakut-nakutin orang. Hehehehehehehe...

Ayoooo!! Juju minta pendapat??

Menurut kalian cerita ini gimana??

Terima kasih ya semuanyhaaaa...

-Juju-sama-