Disclaimer: Masashi Kishimoto

Warning: YAOI, AU, OOC, maybe typo (s). Don't like? Keep reading, I'll hear what you gotta say. Like? Hope you enjoy this fic

Pairing: Sasuke X Naruto

Genre: Romance, Drama

Summary: Setelah setahun pacaran dan lulus dari SMU, Sasuke dan Naruto memutuskan untuk pergi dari rumah mereka demi hidup bersama. Bagaimana perjalanan awal hidup baru mereka?

.

.

.

Chapter 1: Job

(The Beginning of the Second part of the Trilogy)

.

.

.

"Hey Sasuke, bagaimana kalau coba yang ini," ucap seorang cowok pirang ber iris sapphire dengan tiga garis tipis di kedua pipinya.

"Bukannya itu sejenis dengan yang barusan kita check Naruto?" jawab cowok bersurai navy dengan onyx sepekat malam yang dipanggil Sasuke itu. "Paling dua kamar dan satu dapur satu kamar mandi, lalu kau akan mulai complain lagi soal harga nya."

"Aaaahh kenapa harga sewa apartment di sini mahal-mahal banget sih," si surai pirang bernama Naruto itu mengacak rambutnya sendiri. "Padahal fasilitasnya cuma begitu tapi harga nya segini. Budget kita kan mepet, mana kita belum nemu kerja sambilan. Selain itu sekalipun dapat kerja sambilan, kita hanya lulusan SMU, apa bisa nemu kerja sambilan dengan gaji yang bisa menutup uang sewa dan uang makan per bulan. Terus—…hmph…" ia tutup mulut saat Sasuke membungkam mulutnya dengan mulut juga. Sontak Naruto langsung mundur dan menutup bibir dengan tangan, wajahnya memerah total. "A-a-a-apa-apaan sih kau Teme, ini di tempat umum tau!" ucap Naruto kelabakan.

"Pertama, kita sudah pacaran hampir setahun. Apa reaksimu akan tetap seperti itu setiap kali kucium? Kedua, hell Dobe. Sudah kubilang budget ku masih cukup kalau harga sewa segitu untuk beberapa bulan, kenapa kita tidak pilih salah satu saja lalu serius mencari kerja untuk melanjutkan bayar sewa? Di sini super panas. Aku sudah ingin masuk ke suatu tempat dan istirahat," Sasuke menepuk koper yang didudukinya.

"Haik haik, komentar mantan bocchan memang begitu. Aku tahu kau bawa uang banyak saat pergi dari rumah bersamaku, tapi kalau ada yang lebih murah kenapa tidak kita cari dulu. La—…"

"Baiklah, apapun itu aku lapar. Ayo cari makan dulu," Sasuke menarik koper nya dan menggandeng tangan Naruto pergi. Lagi-lagi Naruto tersipu, tapi ia hanya memalingkan wajah tanpa melepas gandengan tangan Sasuke.

Begitulah, mereka baru saja lulus SMU dan memutuskan pergi dari rumah. Alasannya, tentu saja karena hubungan mereka. Mereka bertemu saat tahun kedua mereka di SMU, tepatnya di tempat les. Sejak itu hubungan mereka semakin dekat dan lama kelamaan perasaan lain tumbuh di atas kata persahabatan mereka. Mereka menjalin hubungan sampai kelas tiga, Sasuke memberanikan diri untuk membongkar hubungan mereka pada teman-teman sekolah serta para sensei, meski banyak halangan, hubungan mereka pada akhirnya diterima. Tapi hal sedikit rumit saat Sasuke memberanikan diri melamar Naruto langsung kepada orang tua Naruto, mereka jelas tidak setuju dan menyuruh keduanya berpisah, tapi keduanya justru memilih pilihan lain yaitu pergi dari rumah. Naruto sangat menyayangi kedua orang tuanya, dengan alasan itulah ia justru harus pergi. Ia tidak ingin terus menyakiti perasaan orang tua nya, juga tidak ingin mencoreng nama baik keluarga nya, tapi dia juga tahu dia tidak akan bisa hidup tanpa Sasuke. Kalau Sasuke beda cerita lagi, dia tidak perlu membongkar hubungan mereka pada kedua orang tuanya. Orang tua nya selalu di luar negeri dan hampir tidak pernah peduli padanya meski saat pulang sekalipun, orang yang dekat dengan Sasuke justru para bawahannya. Karena hal itulah, Sasuke dengan mudah mengatakan pada para bawahannya ia akan kuliah di luar negeri menyusul orang tua nya, sementara pada orang tua nya, Sasuke tidak mengatakan apapun. Toh mereka juga tidak pernah peduli pada dirinya.

Saat ini mereka sudah pindah kota dan kini tengah mencari apartement sementara, kedepannya mereka berpikir untuk bekerja dan mengumpulkan uang untuk membangun usaha dan rumah mereka sendiri. Well, langkah pertama yang jelas harus mencari tempat untuk ditinggali. Atau mungkin makan.

"Ah, aku lihat restaurant bagus di sa—…"

"Sa-su-ke. Hemat oi hemat," potong Naruto. "Jangan cari restaurant, cari makan pinggir jalan saja."

"What? Seriously? Aku tidak—…oi ooii…" tapi Sasuke tidak bisa berkutik saat Naruto menyeretnya ke sebuah kedai ramen.

"Selamat, kalian pengunjung ke seratus hari ini. Beli satu gratis satu," sambut si pemilik kedai. Naruto langsung nyengir ga-je sambil mengacungkan jempolnya pada Sasuke, sementara Sasuke hanya bisa sweatdrop. Naruto makan dengan lahap, sementara Sasuke makan dengan tidak begitu bersemangat, ia tidak terlalu suka makanan yang mengandung banyak minyak.

"Kalian dari mana atau mau ke mana?" tanya si pemilik kedai sambil menatap koper mereka.

"Mau cari apartment, paman. Kami baru pindah," ucap Naruto lalu menyeruput kuah terakhir ramen nya.

"Sudah menemukan yang bagus?"

Naruto menggeleng. "Kebanyakan fasilitas minim tapi harga selangit," curhat nya.

"Hahaha memang begitu di sini. Ah, paman juga menyewakan apartment dengan harga murah. Mau coba lihat?"

Mata Naruto langsung bling-bling saat paman itu menyebutkan harga sewa nya yang ternyata memang murah.

"Sasuke, bagaimana?" ucap Naruto. Sasuke menarik leher Naruto supaya wajahnya mendekat, ia berbisik pada pacarnya itu.

"Dobe, coba dipikir deh. Harga segitu pasti ada apa-apanya. Masa semurah itu," omel Sasuke.

"Aaah yang penting murah. Kalau kita sudah punya kerjaan tetap dan punya sedikit simpanan, kita bakal langsung pindah deh. Ini buat sementara saja," balas Naruto.

Sasuke hanya menghela nafas lelah, rasanya dia tidak akan menang berdebat dengan Naruto. Ia mencoba menghabiskan ramen nya hingga tiba-tiba ia tersedak saat memikirkan mungkin saja dia tipe suami takut istri. Setelah makan, pemilik kedai yang mengaku bernama Teuchi itu membawa Sasuke dan Naruto ke apartment yang dimaksudnya.

"Ini dia apartment nya," ucap Teuchi sambil menunjuk sebuah bangunan bobrok dua lantai di hadapan mereka. Sasuke langsung sweatdrop, ia melirik Naruto yang juga sama sweatdrop nya. Sepertinya bocah itu juga tidak akan mengira bakal separah ini. Mereka memasuki gerbang besi berkarat yang mengeluarkan bunyi aneh saat dibuka, bahkan cara membukanya harus sedikit diangkat. Bangunan itu terdiri dari dua lantai dengan tiga kamar di tiap lantainya.

"Kalian ingin kamar yang mana? Masih ada satu kamar kosong di lantai satu dan dua kamar kosong di lantai dua."

'Ada manusia selain kami yang mau menyewa tempat ini?' batin Sasuke dan Naruto shock.

"Um, bawah saja, biar tidak naik turun bagaimana Naruto?" tanya Sasuke.

"Ya, boleh juga," balas Naruto.

Mereka menghampiri kamar yang dimaksud, pintunya sudah rusak dan bagian bawahnya ditutup dengan koran bekas.

"Err…bagaimana kalau kita periksa kamar atas?" usul Naruto.

Mereka ke kamar atas. Kamar pertama dari tangga gagang pintunya sudah tidak ada dan jendelanya tanpa kaca, hanya tirai lusuh. Kamar kedua sepertinya sudah ditempati karena memang terlihat lebih layak, satu kamar sisanya terlihat baik-baik saja, hanya cat tembok dan kulit pintu mengelupas.

"Mungkin yang ini," ucap Naruto.

"Baiklah, ini kuncinya. Kalian bisa bayar uang muka nya," Teuchi langsung menengadahkan tangan.

"Huh? Eh?" bingung Naruto.

"Ayo cepat, aku masih harus ke kedai ramen. Gawat kalau sampai pelanggan menunggu."

"Err…" akhirnya dengan sedikit terpaksa Naruto memberikan uang muka lalu membiarkan Teuchi pergi.

"Dobe, bukankah seharusnya dia membiarkan kita melihat-lihat isinya dulu baru menanyakan kita jadi ambil atau tidak?" ucap Sasuke.

"Ettoo…harusnya begitu. Sudahlah, palingan kita juga jadi ambil. Ini sudah sore Sasuke, memangnya kita mau nginap di jalanan?" Naruto membuka kunci, tapi saat mau membuka pintu ia tidak bisa. "Lho, apa masih terkunci? Salah kunci kah?" bingungnya.

"Masa sih? Tadi kunci nya lancar kan," giliran Sasuke yang mencoba membuka pintunya, tidak terbuka. Ia sedikit mengangkat sambil mendorong, barulah pintu itu terbuka dengan bunyi krieeet menyebalkan. "Fuuh. Buka pintu saja sudah capek," keluh Sasuke.

Mereka memasuki apartment, dalamnya penuh debu. Ada satu ruang keluarga yang menyambung dengan dapur dan meja makan, di sebelah kiri dapur ada kamar mandi, lalu di sebelah kanan ruang keluarga adalah sebuah kamar.

"Oke, ayo periksa dulu," ajak Naruto. Mereka memeriksa ruang tengah, ada TV 14" di buffet kecil dengan hiasan bunga plastik yang sudah tertutup debu, untung TV nya masih bekerja normal. Mereka memeriksa dapur, kompor bekerja normal, ada beberapa peralatan masak sederhana di dindingnya, rak rak kecil di bagian atas kosong, hanya berisi beberapa peralatan makan. Lalu kamar mandi sepertinya juga beres. Tinggal kamar.

Hanya ada satu kamar sempit dengan satu ranjang sempit, satu lemari kayu kecil dengan dua pintu, di pojokan kamar ada sebuah meja lipat. Hanya itu. Keduanya sempat speechless beberapa saat, tapi mau bagaimana lagi. Uang muka sudah dibayar, kan sayang.

"Baiklah, sebaiknya kita mulai bersih-bersih," ucap Naruto dan meletakkan tas tas nya di dekat lemari. "Tadi aku lihat sapu di dapur," ia keluar kamar diikuti Sasuke.

"Aku ke kamar mandi dulu," ucap Sasuke. Ia menekan saklar di dekat pintu kamar mandi, lampunya mati. "Chee, harus segera beli lampu," Sasuke memasuki kamar mandi dan menutup pintu. Tiga detik berikutnya ia kembali membuka pintu. "Ooke, aku tidak bisa melihat apapun kalau pintunya ditutup," ucapnya.

"Kalau begitu buka saja pintu—…" terdiam sesaat, wajah Naruto langsung memerah total. "O-oke, aku akan ke ruang tengah untuk bersih-bersih," lalu baru sadar kalau ruang tengah menyambung dengan dapur yang pastinya kamar mandi tetap terlihat dari sana. "Kamar, maksudku aku akan ke kamar," ralat Naruto dan melangkah menuju kamar, dua detik berikutnya ia kembali karena lupa membawa sapu. Ah ah, terlihat sekali dia salah tingkah, Sasuke hanya bisa menahan tawa melihatnya.

"Atau mungkin jangan beli lampu dulu," gumam Sasuke.

Naruto kembali ke kamar dan mulai bersih bersih, ia membuka lemari, ada sebuah futon di dalamnya. "Bisa kupakai nanti malam," ucapnya. Ia tengah menyapu debu di lemari bagian dalam saat mendengar suara berdebam dari arah ruang tengah.

"Ada apa Sasuke?" Naruto bergegas keluar dan mendapati Sasuke dengan punggung menabrak buffet dan tatapan siaga ke arah kamar mandi.

Gulp!

Mau tak mau Naruto meneguk ludah berat juga menatap tempat gelap itu. Kalau Sasuke saja sampai takut, jangan-jangan…

"A-ada apa Sasuke?" Naruto memberanikan diri mengulang pertanyaan.

Sasuke menoleh kaku dengan tatapan horror. "A-ada…ada…"

'…hantu…?' batin Naruto dag dig dug.

"…ke…ke…ke…"

"Huh? Ke?" bingung Naruto karena tebakannya salah.

"Benda hitam mengkilap berkaki enam dan bisa ter—…"

"Keco—…hmph…!" Sasuke langsung membungkam mulut Naruto dengan telapak tangannya.

"Jangan sebut namanya…!" omel Sasuke sementara Naruto langsung tertawa.

"Wkwkwkwkwkwk kau takut kecoa?" ledeknya.

"Berisik! Kubilang jangan sebut namanya! Lagipula aku tidak takut! Hanya geli saja!"

"Hahahaha sama saja kan hahahaha," Naruto masih tertawa.

"Tch! Urusai Dobe, kalau kau tidak takut cepat bunuh sana!"

"Haik haaiik," jawab Naruto setengah meledek lalu melangkah ke kamar mandi membawa sapu. Beberapa detik berikutnya sesuatu terbang keluar dari kamar mandi.

"Sasuke, kecoa nya kesituuu. Cepat tangkap!" teriak Naruto.

"Aaaahhh Dobe! Kau pasti sengaja ya!," jerit Sasuke dan langsung masuk kamar.

"Wooii! Berisik!" sebuah teriakan terdengar sambil dinding apartment mereka digedor keras. Pasti tetangga sebelah, berarti dindingnya tipis sekali kalau teriakan tetangga itu bisa sekeras ini, pikir Naruto.

"Hahaw hanya menyuruhnya ke tempat terang supaya aku bisa memukulnya. Di sini gelap sekali," jawab Naruto sedikit memelankan suara, ia mengayunkan sapunya untuk memukul si Mr. K tapi luput, kecoa itu malah hinggap di dinding lalu terbang ke kamar. Naruto berpikir jangan-jangan benar apa yang pernah dibacanya, katanya kecoa punya sensor pendeteksi rasa takut dan justru akan menghampiri sumber rasa takut itu. Naruto bergegas ke kamar, bisa-bisa Sasuke teriak-teriak lagi.

"Hush…! Mati sana!" omel Sasuke yang sudah memegang insecticide entah dapat dari mana. Ia menyemprot kecoa itu tepat sasaran, tapi si kecoa masih saja sehat (?) dan bisa berlari kencang. "Hiiiiihhh…!" kesal Sasuke sekaligus jijik.

"Pfftt…!" Naruto nyaris tertawa lagi kalau tidak ditahan, tapi nanti Sasuke bakal ngamuk jadi dia menahan diri. Dia segera memukul kecoa itu dengan sapu, tidak mati tentunya, hanya membuat kecoa itu terlentang dan tak bisa lari lagi. Kakinya yang banyak menggapai-gapai udara. "Nah nah, sudah aman Sasuke," ucapnya menenangkan.

"Tch!" Sasuke mendecih kesal, ia kembali menyemprot kecoa itu dengan insecticide tapi tak mati juga.

"Haha, kudengar kecoa masih bisa selamat di tempat yang digunakan untuk uji coba nuklir loh," ucap Naruto.

"Tch!" lagi, Sasuke mendecih kesal. Ia keluar kamar, beberapa detik kemudian kembali dengan sebotol pembersih lantai kamar mandi. "Awas saja kalau sampai tidak mati pakai ini," kesalnya lalu menyiramkan cairan itu ke si kecoa. Hanya dalam tiga detik kecoa itu tak bergerak lagi.

Naruto sweatdrop. "Jadi pembersih kamar mandi jauh lebih mematikan daripada nuklir," ucapnya sementara Sasuke menyeringai puas.

"Dobe, bersihkan," perintah Sasuke seenaknya sambil menunjuk jasad kecoa malang itu. Naruto sudah mau protes seperti biasa, tapi batal saat mengingat ekspresi ketakutan Sasuke pada hewan itu, jadi ia pun menurut saja. Setelah itu mereka melanjutkan bersih-bersih, Sasuke jadi super parno setelah kejadian tadi. Jadi saat bersih-bersih ia tak henti-henti nya celingukan dan waspada, jangan-jangan ada Mr. K yang lain lagi. Untung saja mereka tidak menjumpai Mr. K Mr. K lainnya. Jarum jam sudah menunjuk angka 08. 00 p. m. saat mereka selesai bersih-bersih.

"Kau atau aku dulu yang mandi?" tanya Naruto. Sasuke kelihatan bergidik. "Baiklah, aku mandi duluan, akan kupastikan tidak ada lagi Mr. K di sana," cengir Naruto lalu mengambil perlengkapan mandinya. Karena gelap sekali kalau pintu ditutup, bisa dipastikan Naruto mandi dengan pintu terbuka. "Sasukeeeee, jangan ngintip loooh," teriaknya dari kamar mandi. Sasuke menyeringai jahil, tapi niat ngintipnya lenyap saat mengingat si Mr. K. Seusai mandi Naruto mau tak mau mengepel lantai dapur yang ikutan banjir karena air kamar mandi, setelahnya ia susah payah meyakinkan pacar ganteng nya itu supaya mau mandi.

"A-aku mandi besok saja, atau nanti malam. Aku akan beli lampu dulu," ucap Sasuke.

"Chee, kau pasti capek jalan seharian. Cepat mandi sana terus istirahat. Lampu nya besok saja," Naruto mendorong punggung Sasuke ke kamar mandi. Beberapa saat Sasuke parno di depan kamar mandi tapi akhirnya melangkah masuk takut-takut. Naruto hanya bisa tertawa pelan, ia kembali ke kamar dan memberesi isi tas nya, memasukkannya ke lemari sebelah kiri. Setelah itu ia membongkar tas Sasuke dan memindahkannya ke lemari sebelah kanan.

"Kalau tidak suka posisinya paling nanti dipindah sendiri," ucap Naruto sambil menatap penataan pakaian Sasuke di lemari. Naruto tertawa saat menemukan dua kaleng lagi insecticide di dalam tas Sasuke. "Haha dia betulan siap sekali," gumamnya. Beberapa barang yang tak muat di lemari tetap Naruto tempatkan di koper, lalu menempatkan kopernya dan koper Sasuke di samping lemari sementara ransel ia gantung di dinding. Meski ceroboh, Naruto lumayan rapi juga. Soalnya Kaa-san nya akan mengamuk kalau kamarnya sampai tidak rapi. Mengingat itu membuat mata Naruto sayu. "Kaa-san…" panggilnya lirih. Ia lalu menggeleng keras sebelum matanya berair, ia lalu menyiapkan futon untuknya, saat itulah Sasuke memasuki kamar.

"Ah, kau bisa pakai ranjangnya. Aku tidur di futon," ucap Naruto.

"Kenapa tidak kau saja yang di ranjang? Aku bisa tidur di futon," jawab Sasuke sambil mengeringkan rambutnya.

"Aaah sama saja kan, yang penting istirahat. Aku lelah sekali," Naruto merebahkan dirinya di futon. Hari memang belum terlalu malam, tapi mereka sudah kecapekan seharian ini, jadi Sasuke pun mematikan lampu dan naik ke ranjang.

"Oyasumi," ucapnya. Ranjangnya tidak begitu tinggi, hanya perlu menjulurkan tangan ia bisa menyentuh Naruto, jadi ia pun membelai surai pacarnya itu.

"Oyasumi," balas Naruto tak begitu jelas, sepertinya sudah ngantuk sekali.

Sasuke juga memejamkan mata, tapi tengah malam ia terbangun. Tempat tidurnya lumayan tidak nyaman, kasur dan bantalnya sudah tipis sekali, dan tiap kali ia bergerak ranjangnya akan berderit berisik.

"Tch…!" kesalnya mencoba kembali tidur. Suasana hening malam membuat suara mudah sekali terdengar, Sasuke langsung melotot saat mendengar suara derit ranjang dan suara rintihan wanita serta desahan lelaki dari kamar sebelah. 'Aaahh shit!' batin Sasuke. 'Apa temboknya setipis ini, chikusoo!' ingin rasanya dia menggedor tembok seperti tetangganya sore tadi, tapi ini tengah malam, dan pasti si pria akan mengamuk kalau 'aktivitas' mereka terganggu. Jadi terpaksa Sasuke diam saja.

Tapi tetap saja…

Dia kan cowok normal—kecuali pada Naruto yang entah bagaimana membuatnya tertarik—tentu saja dia bereaksi mendengar desahan-desahan mereka yang makin lama makin parah.

"Naruto—…" panggilnya lirih sambil meremas sesuatu di bagian selatan tubuhnya. Sebelum-sebelum ini dia sudah biasa menggunakan pacarnya itu sebagai bahan saat dia memuaskan diri, jadi apa bedanya dengan sekarang?

Deg…!

Mata Sasuke kembali melebar saat menyadari sesuatu. Tentu saja berbeda, karena…Naruto ada di sini. Bersamanya. Sasuke terbangun, ia menatap Naruto yang terlelap dengan nafas teratur, sepertinya pulas sekali.

"Naruto…" lirih Sasuke sekali lagi. Ia turun dari ranjang, berdiri menatap Naruto beberapa saat lalu berlutut di samping cowok itu, nafas Sasuke menderu, wajahnya memanas, tak ayal keringat membanjiri tubuhnya. "Naruto…" jemari Sasuke menyentuh pipi Naruto, lalu bibirnya, membelainya sesaat sebelum meraihnya dalam pagutan basah.

"Mmnnhh…" ia melenguh nikmat. Sudah berapa lama dia tidak melakukan ciuman basah dengan Naruto.

"Mnn…" Naruto sepertinya juga merasakan, tapi matanya tetap terpejam.

"Naruto…Naruto…" lirih Sasuke, bibirnya beralih ke leher Naruto, mengigitnya, tanganya merayap di dada Naruto, ia nyaris memilin tonjolan di sana saat mengingat sesuatu.

"Sasuke, kita sama-sama cowok kan? Memangnya kita bisa melakukan 'itu'?"

Seketika gerakan Sasuke terhenti. Sejak Naruto menanyakan pertanyaan itu Sasuke berjanji pada dirinya sendiri tidak akan melakukan apapun sampai Naruto setidaknya mengerti tentang bagaimana sesama cowok melakukannya. Jadi Sasuke pun segera bangkit dan menuju kamar mandi.

~OoooOoooO~

Naruto duduk sambil menguap, masih berjuang membuka mata dan mengumpulkan kesadarannya yang masih tercecer. Ia membuka mata perlahan dan mengerjap, di luar sudah terang, ia menoleh ke samping, ranjang Sasuke sudah kosong. Ia mendengar dentingan pelan dari dapur.

"Sasuke kau sudah bangun? Fuaah," tanyanya sambil menguap, berjalan ke dapur dan mendapati Sasuke tengah menyiapkan dua gelas susu. "Hoho kau bisa menyiapkan sarapan?" goda Naruto.

"Kalau hanya roti selai dan susu pasti bisa lah Dobe, kau pikir aku sebodoh apa," balas Sasuke ketus.

"Hei hei, pagi-pagi sudah sewot," Naruto menatap Sasuke yang kini memiliki mata panda. "Tidak bisa tidur semalam?"

'Kau pikir salah siapa huh?' pikir Sasuke tapi tak diucapkan. "Yeah," hanya itu balasnya.

"Aku mandi dulu deh," ucap Naruto. Ia kembali ke kamar, memberesi futon lalu kembali ke kamar mandi. "Oi oi, aku mau mandi," ucap Naruto saat Sasuke masih di meja makan. Cowok itu malah menyeringai.

"Biar aku lihat Naruto," seringainya puas terutama saat wajah Naruto memerah.

"Pergi sanaaa!" omel Naruto. Mau tak mau Sasuke pergi juga. "Sasuke no baka," gumam Naruto dengan wajah masih memerah.

Setelah Naruto mandi, Naruto kembali ke kamar. Sudah mengenakan pakaian ganti pastinya. "Hari ini jadwalnya apa?" tanya Naruto sambil merapikan rambutnya di depan cermin, Sasuke duduk di ranjang di belakangnya.

"Kok apa, sudah jelas kan cari kerja," balas Sasuke. "Kita keliling daerah sekitar coba cari lowongan, setelah itu siapkan lamaran kerja."

"Oke, kalau begitu kita sendiri-sendiri saja biar meng-cover area lebih banyak."

Sasuke mengangguk.

"Etto…eh, leherku kenapa?" bingung Naruto saat mendapati noda biru di lehernya.

Gulp!

Sasuke menelan ludah berat. Apa dia harus mengaku semalam dia mencoba coretmemperkosacoret pacarnya sendiri?

"Ne~ kau tahu kira-kira ini kenapa?" Naruto berbalik dan menunjukkan noda biru itu pada Sasuke.

"A~ mu-mungkin digigit serangga," jawab Sasuke tanpa menatap lurus iris Naruto.

"Ah, kurasa," balas Naruto, teringat soal kecoa semalam. Pasti banyak serangga lain pikirnya.

Sasuke hanya bernafas lega. "Ayo sarapan," ajaknya. Mereka makan bersama, setelah itu mereka bersiap pergi untung mencari lowongan.

"Ayo per—…"

"Hei…" Naruto menarik ujung baju Sasuke sebelum cowok itu meraih knop pintu.

"Ng…ada apa Naruto?"

Wajah Naruto sedikit tertunduk, matanya tak berani menatap Sasuke. "…ci…um…" lirihnya.

"Huh? Kalau ngomong yang jelas Dobe!" kesal Sasuke.

"Ci-cium!" Naruto jadi ikutan sewot juga meski wajahnya memerah. "Sekarang kita sudah tinggal bersama, harusnya ciuman jadi hal rutin dong."

Sasuke sempat tercengang tapi lalu tertawa, ia mengacak rambut Naruto. "Haaaik," ucapnya lalu sedikit membungkukkan badan supaya tinggi mereka sejajar. Perlahan mata Naruto terpejam menyambut ciuman lembut Sasuke, ia meraih leher Sasuke dan memeluknya, sementara Sasuke menaruh satu tangannya di pinggang Naruto, satu tangan lagi menekan belakang kepala Naruto.

"Mnnh…" erang Naruto saat mereka melepas ciuman, meninggalkan benang tipis saliva yang kemudian terputus.

"Ne~ Naruto," lirih Sasuke lembut, "…let me tell you something," ia mengusap bibir basah Naruto, tapi bibir Sasuke malah menuju leher Naruto, menjilat kissmark yang ia buat semalam.

"Ngh…" Naruto mengerang. "Ahaha Sasuke geli," lalu mendorong kepala Sasuke. "Kau mencoba menyembuhkan gigitan serangga di leherku? Manis sekali. Tapi geli."

Crack…!

Rasanya ada cermin pecah di otak Sasuke. Apa Naruto harus se-dense ini?

"Sudahlah, nanti keburu siang dan lowongannya diambil orang lain," Naruto menggandeng tangan Sasuke. "Aishiteru," ucapnya dengan pipi memerah. Sasuke tak tahu harus apa kecuali mengacak rambutnya dan mendesah lelah. Ia lalu meraih knop pintu, menariknya dan pintu tidak terbuka. Ia berdecih kesal karena baru ingat pintu sialan itu, iapun mengangkat sedikit pintunya barulah pintu itu terbuka.

~OoooOoooO~

Sesuai rencana, mereka berkeliling dengan rute yang berbeda, mencari papan lowongan atau bertanya pada pemilik tempat sekalian. Saat matahari mulai terbenam barulah mereka kembali ke apartment.

"Zero, kebanyakana lowongan part time sudah diambil anak SMU atau anak kuliahan," ucap Naruto. "Tapi dapat beberapa yang belum pasti," ia menunjukkan beberapa lembar kertas.

"Same here," Sasuke mendesah lelah. "Ada lowongan kosong di club malam, tapi aku belum genap 18 tahun kan sekarang, jadi otomatis coret."

Naruto sweatdrop. "Kau nyari lowongan kemana sih?"

"Ada juga nih di hotel, mau coba kirim lamaran? Pasti gajinya besar kalau hotel."

"Seriusan Sasuke, kau nyari lowongan kemana sih?"

"Apa sih, hotel dan club malam kan bisa kerja apa saja. Pengantar minuman atau resepsionis, semacamnya."

"Haaaaik, wakatta wakatta. Ayo sekarang bikin surat lamaran kerja."

Mereka membuat banyak surat lamaran kerja dan mengirimkannya keesokan hari, beberapa diantar langsung. Beberapa hari kedepannya mereka mencari lowongan lain di Koran dan majalah sambil menunggu hasil lamaran mereka, tapi hampir sebulan hanya beberapa saja yang mendapat respon.

"Oke, aku dapat respon dari club malam sebelumnya. Katanya setelah aku 18 nanti aku langsung diterima di sana tanpa wawancara," ucap Sasuke sambil membaca suratnya, Naruto hanya bisa sweatdrop. "Lalu di hotel, katanya aku diterima bagian resepsionis pijat. Huh? Bagian apaan tuh? Ogah."

Lama-lama Naruto kesal juga. "Dengar Sasuke, kalau kau sampai menerima kerjaan semacam ini, aku akan menghajarmu," ia mencengkeram baju Sasuke dengan aura membunuh.

"U—um…" Sasuke pun hanya bisa mengangguk sweatdrop.

"Baiklah, aku mendapat respon dari toko kue. Mungkin besok aku akan coba kesana," ucap Naruto.

"Hng…aku dapat respon dari—…" tiba-tiba saja dia merinding saat ,mendapat death glare dari Naruto. "…pom bensin. Oke. Ini pekerjaan normal," ucap Sasuke.

Begitulah, keesokan harinya mereka pun mencoba ke tempat yang katanya menerima mereka itu. Sore saat matahari sudah terbenam barulah keduanya kembali ke apartment.

"Hai, bagaimana harimu," sapa Naruto lesu. Mereka bertemu di depan apartment.

"Buruk," jawab Sasuke sambil membuka pintu. "Kau?"

"Chee, aku dipecat. Sepertinya salah orang. Aku dikira koki yang melamar kesana, tentu saja aku tidak bisa apa-apa. Aku meledakkan satu microwave dan tamatlah riwayat pekerjaanku," Naruto meregangkan otot tangannya sambil memasuki ruang tengah.

"Masih mending microwave. Aku nyaris meledakkan seluruh pom."

Naruto menatap horror. Apa sih yang dilakukan Sasuke? "Terus mau gimana nih? Rasanya kita sudah mencoba semua lowongan di sekitar sini. Mau pindah saja dan cari lowongan lain? Toh sebentar lagi sewa apartment nya habis."

"Hng…itu boleh juga. Ah, tapi tadi ada teman kerja yang memberikan ini. Siapa tahu aku mencari pekerjaan lain setelah dipecat katanya," ia menunjukkan sebuah majalah. Naruto meraih majalah itu dan langsung membatu di tempat.

Jdeeerr!

Rasanya seperti ada (sfx) petir mendadak.

'Ma-ma-majalah model…' batin Naruto sambil gemetaran memegang majalah itu sementara Sasuke sudah mengambil peralatan mandi.

"Iya, kau lihat-lihat saja dulu baru memutuskan mau coba ambil atau tidak," Sasuke memasuki kamar mandi tapi Naruto masih mematung di ruang tengah. "Ehm, Naruto. Aku mau mandi. Aku sih tidak masalah kalau kau mau lihat atau—…"

Yeah, entah karena lupa terus mau beli lampu atau karena sudah terbiasa, kamar mandi masih dalam keadaan seperti dulu—tanpa lampu—jadi mereka selalu mandi dengan pintu terbuka. Wajah Naruto spontan memerah dan ia pun bergegas menuju kamar. Ia duduk di tepi ranjang, membuka majalah itu dan melihat-lihat. Ada kolom perekrutan model. Apa Sasuke serius mengajaknya mendaftar jadi model? Kalau Sasuke sih kemungkinan besar diterima, tapi bagaimana dengan dirinya?

Naruto mulai membalik lagi majalah itu sampai akhir, di kolom belakang ia mengernyit saat melihat satu corner lowongan lagi. Kolomnya lumayan kecil jadi baru kali ini ia menemukannya. Isinya tentang lowongan pekerja back stage, seperti menata tempat untuk pemotretan atau syuting. Mata Naruto berbinar.

"Nah, sebaiknya aku daftar yang ini saja," ucap Naruto.

"Jadi betulan mau daftar?" ucap Sasuke yang muncul di pintu kamar.

"U-um yeah, kenapa tidak?" jawab Naruto kikuk sontak membuka halaman ke perekrutan model lagi.

"Baiklah kalau begitu, besok kita daftar," Sasuke duduk di samping Naruto, langsung mencondongkan wajahnya ke pipi Naruto.

"A-apa?"

"Ciuman harusnya sudah menjadi hal yang wajar kan," Sasuke mengulang kata-kata Naruto waktu itu. Wajah Naruto memerah, tapi ia lalu memejamkan mata menerima ciuman Sasuke.

"Mnnh…aku belum mandi," Naruto melepas ciuman saat ia rasa ciuman mereka sudah terlalu lama.

"Mau kumandikan?" goda Sasuke.

"Yeah, tentu saja," balas Naruto setengah tertawa tapi lalu menyambar handuk dan meninggalkan Sasuke di kamar.

"Sssshh…kapan ya bisa melakukan sex dengannya," Sasuke menjatuhkan tubuhnya ke ranjang, satu tangannya menutup mata. Ia lalu mengangkat tangan itu dan menatapnya. "Apa…aku harus yang mulai duluan?" ia kembali duduk, menatap pintu kamar yang terbuka, mendengarkan suara air dari kamar mandi. "Hell, kalau dia belum mengerti soal sex sesama cowok kan cukup aku yang mengajarkan padanya—…"

Zzrraasshh…!

Gulp!

Sasuke menelan ludah berat mendengarkan suara percikan air dari kamar mandi. Matanya melirik liar ke arah pintu kamar yang terbuka. Apa dia harus melakukannya sekarang?

"Tidak Sasuke, kau sendiri yang bilang akan menunggu sampai setidaknya dia mengerti bagaimana sesama cowok melakukannya. Oke! Kau tidak akan melakukan hal bodoh semacam ini," ucap Sasuke pada dirinya sendiri. Tapi lagi-lagi matanya teralih pada pintu kamar yang terbuka, lalu detik berikutnya ia pun melangkah keluar kamar.

.

.

.

~To be Continue~

.

.

.

Yo minna, ini second trilogy dari fic They Don't Know About Us ^-^ bagi yang belum baca sangat tidak masalah mengikuti ceritanya dari second trilogy ini, karena trilogy tuh setahu author cerita bersambung tapi bisa dibaca terpisah. Kayak tiap trilogy nya tuh cerita tamat alias cerita selesai. Tapi bagi yang udah baca first part trilogy nya…welcome back XD semoga masih mau mengikuti ceritanya dan semoga menikmati 3

Ah, untuk chapter ini seperti biasa author nyisipin gambar. Kalau ingin check gambarnya silahkan kunjungi facebook page Noisseggra no Sekai, tepatnya di album foto Fanfiction: We Want Them to Know About Us

So, check out the pic, read and review please… ;)

.

.

.

Etto, ini balasan reviews utk chapter terakhir di trilogy sebelumnya. Dulu niatnya langsung bales tp entah kenapa malah hengkang dr ffn dan ini baru balik lagi X'D gomen. Semoga nggak terganggu balasannya disini:

#biybuy : pengen liat? XD ya kali ini jadi anime wkwkwk XD btw sankyuu banyak read and reviewnya..

#Sas'key : bang, pengumuman, ini rated T #dor! Jadi jangan menantikan lemon wkwkwkwkwk XD lain kali yak kalo udah masuk M nih fic. Btw makasih banyak read reviewny :D

#Kuro SNL : iya end XD kufufufu demi masa depan berdua merekapun pergi #sok puitis. Btw makasih banyak read reviewnya ya :D

#sukasn : ohohoho tenang saja, pengawalnya sasu kuat kok #yaiyalah bang# ohoho sankyuu semangatnya…sankyuu jg read reviewnya ya ;)

#guest : ohoho epilogue gak ada XD tp second trilogy ada. Silahkan kalau masih berminat mengikuti ehehehe oia, makasih banyak read reviewnya ya… ^^

#Guest : BHahaha pan biar readernya penasaran kufufufu uhm, ini second trilogy. Masuk sequel kah kalo trilogy? #paak# btw makasih banyak read reviewnya ya… :D

#LeeEunKi : iyyaaaa pair sepanjang masa ini mah XD seep! Makasih banyak semangatnya :D makasih juga read reviewnya of coursen ;)

# Neko-Chan: ay aaaayyyyyy makasih banyaaak banyaaakkk semangatnya :D makasih juga nunggu second trilogy nya, ini sesuai janji, mulai second trilogy ;) selamat mengikuti kalau masih berkenan :D makasih banyak read reviewnya ya…

# Guest : Iya, ini lanjut d second trilogy :D makasih semangat, read and reviewnya ya…

# arashilovesn : uh uh, orang tua normal pasti gak terima dong anaknya nikung X'D ohoho makasih banyak semangatnya :D makasih juga udah nunggu, ini udah dimulai second trilogynya ;) selamat mengikuti kalau masih berkenan :D btw makasih banyak juga bwt read reviewnya ya…

# ayame : iyaaa makasih juga buat read reviewnya :D dan juga semangatnya tentu…

# keropi : ay ay XD ini lanjut second trilogy nya, selamat membaca kalo masi berkenan mengikuti ceritanya ;) btw makasih bayak read reviewnya ya…

# orewa : ahaha iya nggak papa, yg penting sekarang review XD makasih semangatnya ya…makasih juga read reviewnya :D

# Guest : oh oohhh makasih banyak mau nunggu :D ini lanjut second triogy nya, selamat membaca kalo masih berkenan…and of course makasih bangeeettt bwt semangat, read and reviewnya :D

# D: hhehehe iya :D ini lanjut second trilogy kok…makasih banyak read reviewnya ya…

# miruko : for you too :D thanks for reading and reviewing and supporting ;)

# kikiru : uwoooohhh makasih banyak feed back nya :O seneng deh ada yg bisa menginterpretasi sedalam ini #terharu# makasih banyak semangat, read and reviewnya ya :'D ini second trilogy lanjut, semoga masih mau baca…

# Guest : ehehehe makasiiiihhhh jadi tersanjung kekeke #plaak XD iya ini lanjut k second trilogy, selamat mengikuti kalo masih berkenan :D makasih banyak dukungan and read reviewnya ya…

# Guest : makasih ;) makasih juga bwt read reviewnya ya :D

# Elan : ufufufu nih tissue, kali mau lap air mata XD #plaak# makash banyak feed back nya ya :'D makasih juga read reviewnya of course…

# maiolibel : hiks hiks…nih berbag tissue bang X'D #bbbrrrtt# iyaps, ini lanjut seri kedua pisah judul ;) semoga masih mau mengikuti :D makasih banyak dukungan, read and reviewnya ya… :D

# amura ch 24: uweeh cinta legenda XDD sepertinya mengharukan. Tapi Ashima disini bodyguard yg siap bikin bonyok orang wkwkwkwk oh oh, iya ini ending, tapi lanjut second trilogy neng XD selamat membaca kalo masih berkenan. Ah, ore juga suka kalo soal pasangannya sakit trus dirawat XD ky gimanaaaa gtu. Mungkin lain kali bikin kek gtu lagi ah, lagian manusia kan bisa sakit berulang kali seumur hdup muahahahaha #dbunuh

Amura ch 9: iyyaaa fafvorit banget tuh lagu :'D #walo punya kenangan menyakitkan-asih malah curhat# ah ah, namanya udah diganti jadi Noisseggra no Sekai neng. Ato nggak cari akun fb author aja (sama ky nama akun ffn) ntar d bio ada tulisan admin di page ini gtu XD btw makasih banyak read review and supportnya ya :D

# uchiwani : ohohoho ini author sediakan tissue XD #plaak# iya neng, sabar ya, ini trilogy kok ;) pasti ada saatnya fufufufu semoga masi mau ngikutin ceritanya :D and of course makasih byk semangatnya ya…

# ichinokira : uh uh permen nano nano rame rasanya XD uaah semoga second trilogy nya jg bisa bikin nano nano ;D makasih banyak read review and support nya ya…second trlogy lanjut, semoga masi mau baca…

# Aki chan: iya ini lanjut kok :D makasih banyak read reviewnya ya…

# vv : iya endingnya gini XD btw makasih semangatnya loh…makasih juga read reviewnya :D

Buat yang udah log in bales lewat PM ya: michhazz, Hamano Hiruka, liaajahfujo, UchiKaze Ammy, Cartien, negisama, ithacollitha15, saniwa satutigapuluh, RnaNIppon, Jonah Kim, humusemeuke, Sleepy Asha 00, LuHunHan, just kimberly, Vilan616, Habibah794, viskanurkhofifah, Labrador Eksentriks, Uchta997, Lusy922, rrezarizkyamelia08, Hime-Uzumakiey, melani. s. khadijah, AySNfc3, mikhulovenaru, shin. sakura. 11, Shean Ren31, redclumsy242, yuukinyan14121, depdeph, Hinatayuuri1611, Furihata719, and Deasy674 .