"Kau tidak bisa membuat dia melakukan itu. Semua uang di dunia tidak bisa membuat siapapun memiliki hak untuk memerintah seseorang seperti itu."

.

.

.

Mengingat kejadian yang baru saja menimpanya beberapa jam lalu, kali ini Luhan berkutat pada rasa penasaran mengenai sisi gelap dari seorang Oh Sehun. Bahkan wajahnya mulai memerah ketika mengingat pria itu dan teori seksnya yang luar biasa.

Ketertarikan akan seksualitas pria itu mulai merebut sistem kerja otaknya. Luhan mulai gila? Katakan bahwa dia tidak akan bersetubuh dengan pria yang melecehkan harga diri wanita!

Tapi, pria seperti itu lebih menarik dan panas.

Luhan mulai merasa kering pada bagian kerongkongannya, terlalu banyak menggumamkan 'Oh Sehun' dalam diam. Dia meminta tolong Jongin yang berjalan kearahnya dengan secangkir teh untuk membuka tutup kaleng brandy.

"Dia pikir dia itu Christian Grey? Hah?" Jongin mencibir selagi menarik tutup kaleng, "Mungkin dia ingin mewujudkan bahwa tokoh itu benar-benar ada dalam dunia nyata."

Merebut brandy itu dari Jongin, Luhan meminumnya beberapa teguk dan meletakan kaleng tersebut diatas meja. Membuka macbooknya dan membuka safari.

Luhan bukanlah gadis yang suka menyimpan masalahnya sendirian. Dia punya seorang sahabat, fungsi utamanyanya adalah menghadapi kesulitan dan kebahagiaan bersama, apa yang dialaminya tadi sore juga layak untuk diceritakan pada Jongin. Mengingat sahabatnya itu pendengar yang baik. Well, memang kadang agak menyebalkan.

Safari terbuka, dia memilih google sebagai mesin pencari yang dapat diandalkan. Kemudian dia mengisi kolom pencarian dengan dua kata kunci; Rivera Inc, tetapi jarinya berhenti ketika hendak menekan tombol 'W'.

Luhan berpikir, sepenasaran itukah dia pada Presiden Direktur itu? Iya, penasaran yang sangat besar sampai akhirnya ia memutuskan untuk menambahkan sebuah kata di kolom pencarian itu…

wikileaks.

Sebuah situs yang yang mengungkapkan dokumen-dokumen rahasia negara atau perusahaan pada situs webnya. Dimana yang Luhan yakini bahwa situs tersebut mengulas tentang perusahaan pemilik salah satu gedung pencakar langit paling menarik di New York.

"Christian Rivera…" gumam Luhan.

Jongin yang sedang mengaduk gula di dalam secangkir tehnya menoleh. " Dan sekarang kamu memanggilnya Christian Rivera."

Luhan menghela nafas, membuat tatapan tak niat kearah pria itu, " Itu nama Amerikanya."

"Wew!" suara Jongin terkejut, tapi tidak dengan wajahnya. " Apa itu berarti kau bisa menjadi Luhan Steele-nya sekarang?"

"Kau tahu aku lebih menggilai Bridget Jones's Baby, Kim Jongin."

"Woah! Aku pikir kau menyuka Sadis dan Masokis."

Luhan memutar bola matanya, " dan kau penggila porno itali."

Jika saja Jongin tidak menutup mulutnya, sudah dipastikan Luhan yang berada di depannya terkena semprotan dari teh yang baru saja melewati pangkal kerongkongan.

Luhan meneguk brandynya lagi, mulutnya berdecap beberapa kali. Apapun yang berhubungan dengan Oh Sehun, dia selalu merasa mongering.

Paragraf pertama dimulai degan sesuatu yang cukup menarik, dimulai dari Sehun mahasiswa peraih predikat cum laude di Oxford pada tahun 2012 dan Chanyeol yang dikeluarkan oleh pihak Oxford di semester pertamanya pada tahun 2008. Salah satu alasan mengapa Rivera Inc akan mewariskan tujuh puluh lima persen sahamnya pada Oh Sehun. Itu menandakan bahwa Oh Seok Jin berpihak pada seseorang yang lebih unggul daripada yang lain.

Luhan tahu situs ini tidak berminat untuk mengulas kelebihan petinggi-petingginya di kantor. Itu hanyalah sebuah kalimat berisikan salam pembuka, dan katakan selamat datang pada beberapa paragraf di bawahnya.

Chanyeol pernah memiliki seorang kekasih dari putri pengedar narkoba yang sangat terkenal di Meksiko dan yang paling dicari oleh FBI.

Kris tidak diperkenankan untuk memasuki kawasan Korea Selatan, walaupun sekedar transit

Oh Seok Jin seorang pedofil

Bekerja sama dengan Investor luar yang memiliki konflik dengan Timur Tengah

Salah satu Investornya adalah mantan politikus yang terjerat kasus penghisapan dana pemerintah

Seok Jin mengakui bahwa ketiga anaknya dimiliki dari wanita berbeda pada rekan bisnisnya

Jurnalis wikileaks mendapatkan rekaman suara yang menunjukan bahwa Chanyeol pernah berencana membunuh Sehun

Oh Sehun memiliki trauma pada pedofilia dan memiliki seorang terapis

Luhan merasa kepalanya berdenyut nyeri, kemudian memilih untuk berhenti membaca kalimat-kalimat yang lain.

"Mereka keluarga yang cukup gila, ya?"

Akhirnya Luhan bersuara setelah mengabaikan Jongin yang hanya duduk ditemani sebatang rokok dan secangkir teh. Jongin bahkan tidak tahu apa yang dilakukan gadis itu sejak tadi, dia tidak tertarik untuk mencampuri kegiatan orang lain.

"Membaca ulasan Rivera Inc di W?"

Luhan mengangguk.

"Perusahaan tempat dimana aku bekerja sebelumnya lebih mengerikan. Dan sayangnya kita harus bekerja untuk orang-orang seperti mereka."

Luhan mengangguk, menyetujui aforisme yang dilontarkan Jongin. "Terkecuali untuk Turner Industrial."

"Terkecuali untuk Turner Industrial." Jongin mengulangi ucapan Luhan. Dia menyeringai, " Luhan Steele."

Yaampun, Luhan merasa wajahnya memanas. Dia terlalu peduli pada ucapan tak berguna pria itu.

Luhan meneguk brandynya hingga habis. Percayalah, jika Scott mengetahui bahwa Jongin memberikan anaknya beberapa botol anggur dan beberapa kaleng brandy. Sudah dipastikan sahabat Luhan itu akan pergi ke suatu tempat dengan selamat.

Menepuk pipinya sendiri, Luhan melihat Jongin mengungkapkan cibiran-cibiran kecil kearahnya. Segalanya berubah menjadi panas jika mengaitkan sesuatu terhadap sosok Oh Sehun. Dia menutup macbook, berdiri dan mendorong kursi dengan kaki kanan untuk memberinya jalan.

"Selamat malam Mr Kim!" Kemudian Luhan berbalik, menenteng macbooknya dengan satu tangan. Ia tak mau Jongin melihat wajahnya yang mulai memerah.

"Selamat malam Miss."

Luhan mengunci pintu kamarnya, melempar macbooknya ke kasur bersama tubuhnya. Perasaan dan pikirannya terus berkhianat, tidak ada hal lain seharian ini selain Oh Sehun.

Padahal lelaki itu ingin bersetubuh tanpa hubungan, menurunkannya di pinggir jalan. Nyatanya, Luhan malah semakin penasaran pada sisi gelapnya. Ditambah lagi, bagaimana mungkin nama sepanas Oh Sehun memiliki nama amerika Christian Rivera yang terdengar seksi.

Lalu, nama yang mana yang akan Luhan gunakan untuk objek masturbasi atau seksnya dengan pria itu nanti? Apa dia bisa menggunakan kedua nama itu sekaligus?

Kali ini Luhan menampar wajahnya, merasa malu pada pemikiran konyolnya sendiri. Sedangkan Sehun mungkin tak mau lagi berbicara dengannya mengingat bahwa lelaki itu terlihat marah saat di limo-nya tadi sore.

Dan ciuman singkat itu, Luhan menggigit bibirnya sendiri membayangkan. Apa dia bisa mendapatkan ciuman itu lagi? Dia berharap dia bisa, tapi…

Bukankah dia terlalu kecewa dan tak mau melihat pria itu lagi meskipun hanya seujung jari kelingkingnya?

Beberapa hari berlalu, Luhan tak menemukan kehadiran Oh Sehun dimanapun, dia bertingkah seperti buronan di gedung itu. Padahal nampaknya Sehun tak mau ambil pusing tentang kejadian saat bersamanya waktu itu.

Tidak banyak informasi yang di dapat mengenai Sehun selain predikat cum laude dan traumanya. Luhan pikir, lelaki itu terlalu menutup diri dari orang-orang di sekelilingnya. Tapi beberapa karyawan lain mengatakan bahwa Sehun adalah orang yang dingin namun terkadang ramah dibandingkan kedua saudaranya yang dicap sebagai direkur yang amatiran. Atau bisa jadi itu hanyalah formalitas Sehun dikantornya. Tidak ada yang tahu.

Sebuah pesan masuk menyadarkan Luhan dari lamunan.

From Mrs. Brooks

Sabtu adalah hari terbaik untuk berkonsultasi Miss Han? Aku akan menunggumu dikantorku jam 06.00 sore

Luhan menghela nafasnya lalu membalas pesan itu.

To Mrs Brooks

Oke

Siapa lagi yang melakukan itu kalau bukan ayahnya yang overprotektif. Padahal Luhan masih bisa menggunakan video call untuk berkonsultasi dengan Mrs Lee; terapisnya dari California. Tetapi Scott kurang setuju dengan hal itu, tidak ada yang bisa Luhan lakukan selain mengatakan ya.

Jari-jari lentiknya mengetuk indah diatas permukaan meja kaca milik Jongin. Tidak ada yang dapat Luhan kerjakan beberapa hari ini selain menemani Jongin bertemu dewan direksi, rapat bersama karyawan Rivera & Choi, atau menemani pria itu membeli keperluan kantor. Ngomong-ngomong, profesinya memang hanya untuk itu.

Dan seharian ini dia hanya mengerjapkan mata dan bernapas, atau sekedar melihat kearah Jongin yang sibuk dengan kertas-kertasnya. Tidak ada yang lain.

Seingat Luhan, dia memesan segelas kopi ke salah satu pegawai. Tapi perempuan itu tak kembali lagi walaupun tiga puluh menit telah berlalu.

"Tch, dia benar-benar ingin membuatku bergerak." Cibir Luhan.

Dia berdiri dan memutuskan untuk meninggalkan Jongin di ruangan tersebut. Luhan menutup pintunya kembali dengan sangat pelan kemudian mulai mencari-cari perempuan berkacamata tebal dengan ramput poni tail.

"Mr Song, apa anda melihat gadis berkacamata itu?" Luhan bertanya pada seseorang yang berjalan kearahnya.

"Dia di mejanya." Telunjuknya menunjuk ke sebuah arah. Perempuan yang Luhan cari tengah serius menatap sebuah layar komputer di depannya. " Apa Kim Jongin ada di ruangannya? Aku ada informasi penting mengenai—"

"Dia ada diruangannya. Permisi Mr Song." Potong Luhan, berjalan ke arah perempuan itu.

Luhan menampakkan kekesalannya , dia menopang wajahnya di papan pembatas yang berada di sebelah meja perempuan itu.

"Apa kau lupa kopi titipanku?"

Perempuan itu menoleh, menampilkan senyuman yang tersirat perasaan bersalah. "Maaf, Lu. Baekhyun menghadangku di lift dan dia memberikan ini." Tunjuknya menggunakan dagu pada layar komputer.

Luhan menghela nafasnya, sudah tak terhitung dia melakukan hal serupa berapa kali hari ini. "Ah, tidak apa-apa."

Mendadak Luhan tertarik untuk memperhatikan perempuan itu dari ujung kaki hingga kepala, kacamatnya cukup mengganggu, baju yang lumayan, rambut poni tail yang rapih. Untuk ukuran Luhan, perempuan ini terbilang manis.

"Kyungsoo, apa kamu memiliki kekasih?"

Kyungsoo tertawa mendapati pertanyaannya, " Kekasihku adalah diriku sendiri."

Luhan menautkan alisnya, " Jawabanmu cukup bagus. Tapi tidak akan mengubah status single-mu."

"Gadis pintar."

" Aku pikir kau tertarik pada bosku." Kata Luhan diselingi tawa.

"Aku tidak tertarik pada pria yang tidur seatap dengan gadis lain." Jawab Kyungsoo dengan sebuah cengiran geli.

"Ratusan wanita." Koreksi Luhan cepat. " Jangan lupa bahwa dia tinggal di sebuah apartemen."

"Koreksi. Ratusan wanita."

Mereka tertawa sampai Kyungsoo melupakan pekerjaan yang diberikan oleh Baekhyun. Tuhan, siapa yang peduli pada resepsionis cerewet itu.

Sejenak Luhan berpikir tentang selera Jongin, lelaki itu setidaknya mencoba mengencani perempuan yang bisa mengoleskan selai pada rotinya, bukan perempuan yang pandai menggesek kartunya sampai limit di outlet ternama yang ada di kawasan Fifth Avenue.

Dia mengamati Kyungsoo yang kembali mengerjakan pekerjaannya. Ada banyak gadis di kantor ini, tapi hanya satu yang dapat mengendalikan mulut dan pikiran dengan baik. Adalah Kyungsoo. Luhan merasa nyaman berteman dengan salah satu pegawai Jongin yang ini.

Semua orang terkejut ketika mendengar sebuah benda menghantam dinding dengan keras. Luhan yakin suara itu berasal dari ruangan Jongin. Dia tidak tahu apa yang terjadi, seingatnya pria itu sedang mengamati kertas-kertas, lalu dia keluar dan bertanya pada Mr Song— oh, pria itu juga masih berada di dalam sana!

"Sesuatu yang buruk baru saja terjadi."

Luhan mengernyit menanggapi ucapan Kyungsoo lalu membawa langkah kakinya besar-besar menuju ruangan itu.

Ketika ia mendorong pintu dan menyelip masuk, ia menemukan Jongin menunduk di mejanya dengan kedua tangan di tengkuk. Seperti sesuatu yang buruk benar-benar terjadi. Pria lain yang berada di ruangan itu menyiratkan wajah gusarnya dan membuat Luhan bertanya-tanya.

"Ada apa?" Pertanyaan itu dilontarkan pada pria yang beberapa menit lalu ia jumpai di depan.

Sayangnya tidak ada jawaban yang didapat, melainkan suara pintu kaca yang tertutup, meninggalkan celah. Rasanya sesuatu yang buruk terselip diantara celah-celah itu.

"Kim, ada apa?"

Jongin mendongak, wajahnya memerah dengan kefrustasian yang membentuk garis-garis wajahnya. Luhan menemukan pria itu beberapa kali mencoba membuka mulut, kemudian mengatup sebelum satu kata meluncur dari sana.

Luhan kebingungan, tidak tahu bagaimana mengatasi situasi seperti ini. Tangannya menepuk-nepuk bahu yang terasa sangat rapuh, membuat gerakan menenangkan.

"Oh Sehun."

Sebuah nama membuat Luhan menelan ludahnya tanpa sebab. Apapun yang dilakukan pria itu, pasti memiliki dampak yang sangat buruk sampai Jongin terlihat kecewa sekaligus frustasi sekarang.

"Dia membatalkan proyek R&C."

Apa karena aku? Luhan bertanya dalam hati. Kalaupun itu semua karena dirinya, Luhan rasa itu sebuah tindakan yang seharusnya tidak dilakukan oleh seorang yang telah terbilang professional dibidangnya. Seharusnya pria itu punya pikiran yang lebih kritis dibanding pegawai-pegawainya.

"Dia tidak menyukai keputusan cepat yang dilakukan Kris. Mungkin itu yang terjadi." Jongin mengutarakan pendapat positifnya. Berbanding terbalik dengan gadis yang kini menepuk-nepuk bahunya.

Luhan menjauhkan tangannya dari sana. Sangat merasa bersalah, padahal posisinya di dalam gedung tersebut bukanlah apa-apa. Jika semua itu ialah penyebab utamanya, ia pastikan akan menyalahkan dirinya sendiri dan akan melakukan apapun untuk Jongin

Luhan kembali mendekati pintu, dia menggeggam gagangnya seolah-oleh keberanian akan terkumpul dari sana. Semua harus diselesaikan baik-baik, dia akan menemui pria itu, meninggalkan emosinya sementara.

Gemuruh datang dari jantungnya, Luhan tidak yakin keputusannya akan berhasil atau tidak. Segala yang terbaik akan dia lakukan untuk Jongin. Ketukan dari heelsnya pada lantai marmer menyuarakan ketakutan yang sesungguhnya.

Dan saat ia berjalan melewati resepsionis, sebuah tangan menahannya dari belakang.

"Luhan."

Dia diam, tubuhnya tiba-tiba kaku dan tak bisa digerakkan. Padahal tujuannya tadi adalah menemui pria yang sekarang sedang mencengkram lengan sebelah kirinya.

"Saya perlu berbicara dengan anda."

Cengkraman itu mulai mengendur, tubuh tinggi itu melewatinya dengan aroma tak terbantahkan. Siapapun tolong selamatkan Luhan kali ini.

"Selamat kau dapat satu."

Suara dari meja resepsionis membuat Luhan menoleh. Ada Baekhyun disana yang memandangnya dengan seringaian tipis.

Luhan menggerakan mulutnya tanpa suara, membentuk ' dapat satu apa?'

Yang ia dapatkan hanyalah gendikan bahu dan wajah menyebalkan Baekhyun.

Disinilah Luhan sekarang, duduk berhadapan dengan Sehun yang memasang kembali kacamata bacanya. Lelaki itu tampak serius menggerakan pena diatas kertas-kertas yang sebelumnya ia baca beberapa saat.

Luhan memperhatikan seluruh gerakan minim yang lelaki itu buat. Rahang runcing yang seksi, dan bibir tipis yang pernah mengunci mulutnya satu kali adalah hal pertama yang Luhan perhatikan sejak perjalanan mereka menuju ruangan tersebut.

Ketertarikan itu muncul lagi, Luhan belum menemukan cara yang baik untuk berhadapan dengan pria itu. Daya tariknya membuat perempuan manapun tak berkutik. Luhan menjadi salah satu dari mereka.

"Kau pikir kau siapa melakukan semua ini padaku?" Nyatanya, bibir Luhan tak bisa dikendalikan dengan baik.

Sehun tak melihatnya, pria itu tetap menunduk dan menggerakan pena. Dia tersenyum kecil. " Anda tahu siapa saya di gedung ini, Luhan." Jawabnya tenang.

Luhan memejamkan mata. Satu masalah lagi, caranya berbicara dengan tenang sangat mematikan lawan bicaranya.

"Anda harus membaca sesuatu, mewakili Kim Jongin."

Dia mencari sesuatu sebelum memberikannya pada Luhan. Gadis itu meraih sebuah kertas yang terbungkus map merah.

Dengan sangat berhati-hari dan ketakutan Luhan mulai membacanya.

Pendapatan R&C pada tahun 2016 mengalami penurunan sebanyak 19%

Itulah mengapa Jongin mengajukan proyek, untuk menutupi dan mendanai presentase yang semakin merosot.

Luhan membaca kalimat lainnya.

Sesuai dengan kebijakan yang dikeluarkan Rivera Inc. pada tahun 2010, anak perusahaan yang menurun sebanyak 21,6% akan diputuskan kerjasamanya secara sepihak. Mencakup pencabutan CEO dan manager anak perusahaan.

Selain itu pihak-pihak diatas tidak akan menerima uang pensiun,asuransi kesehatan dan segala fasilitas pribadi termasuk apartemen akan ditarik oleh pihak Rivera Inc.

"Kau gila?"

Sehun menarik kacamata yang bertengger dihidungnya, menempatkan diatas meja dengan berhati-hati lalu mengemati wajah kusut Luhan.

"Aku berbaik hati karena memilihmu mewakili Mr Choi dan Kim kesini. Mereka tidak bisa berpikir jernih sekarang." Sehun memberikan tatapan yang membuat Luhan melemas dikursinya. Kalimatnya tak seformal sebelumnya "Dan Luhan. Jaga caramu berbicara dengan petinggimu, kau tidak bekerja di lantai perusahaan milik orangtuamu sekarang."

Napas Luhan terkcekat, dia terganggu pada kalimat terakhir yang keluar dari mulut Sehun. Dia terdiam beberapa saat.

"Kau tahu aku siapa?"

Sehun tersenyum. "Luhan, asisten tak tetap Kim Jongin. Atau gadis dari Arizona yang menolak melakukan seks denganku?"

Luhan kembali bernapas lega setelah mendengar jawaban dari pertanyaannya. Dia tidak mau seorangpun mengetahui identitasnya.

"Atau putri Scott Turner yang menghadiri pestaku di Brooklyn beberapa minggu lalu, baru saja menyelesaikan studinya di California dan memiliki terapis yang bernama Mrs Brooks."

Diri Luhan mengekrut saat Sehun bertubi-tubi mengatakan kebenaran akan dirinya yang telah ia bungkus serapih mungkin sebelum menginjakan kaki untuk bekerja di gedung itu.

"Aku memiliki ratusan pasang mata di penjuru New York. Aku dapat melakukan apapun dengan menggerakan bibirku, gadis California."

Sehun bersandar kedepan, mempertemukan dadanya pada meja. " Lalu, bagaimana jika Seok Jin mengetahuinya? Apa dia percaya putri pemilik Industrial di kota ini seorang asisten tak tetap di perusahaannya? Dia mungkin berpikir kau adalah gadis yang suka memata-matai perusahaan orang lain."

Menuangkan keberanian diatas ucapannya, Luhan bergetar menatap Sehun. " Kalau begitu aku akan mengundurkan diri."

"Dengan mengundurkan diri Jongin akan baik-baik saja?" Sebenarnya Sehun tak menyukai dirinya yang seperti ini, tak pernah sekalipun ia peduli pada nasib pekerjanya. Ada sesuatu yang salah ketika ia mengenal Luhan. "Dan jika kau berpikir aku pelaku pembatalan ini, kau salah. Secara teknis, Seok Jin pelakunya. Dia terlalu kesal mengetahui Kris membuat keputusan karena hanya seorang wanita."

Jari-jari Luhan saling menaut diatas pahanya. "Ini tentang Jongin dan Seok Jin ayahmu. Bisakah kau membantu?"

Sehun memberi gelengan, dan sebenarnya dia tidak menyukai kala gadis itu memperlihatkan kebingungan diwajah cantiknya. "Aku terlahir bukan untuk menjadi anaknya. Tidak ada yang bisa aku lakukan."

"Kau Presiden Direktur Rivera. Kau bisa mengambil keputusan untuk anak perusahaan."

Sehun mundur pada sandaran kursinya, " sekedar mengingatkan, Seok Jin adalah Chairman dan Founder-nya. Aku bisa berbuat apa? Kebijakan tetap berjalan dan dewan direksi akan mengambil keputusan. "

Mungkin degan mengundurkan diri dan menarik Jongin pada Turner Industrial adalah jalan terakhir selain berlutut pada perusahaan Korea itu. Namun Luhan tahu, sangat tahu bahwa sahabatnya itu lebih menyukai hasil jerih payahnya sendiri dibandingkan cara instan yang diberikan oleh orang lain.

"Aku akan melakukan apapun." Putus Luhan akhirnya.

Sehun menyeringai.

Apapun keputusan Luhan nanti, dia akan menyembunyikannya dengan baik dari Jongin. Seringaian itu, Luhan terlalu bodoh untuk mengerti. Lalu ketika Sehun mencari sesuatu di dalam lemari kerjanya, pengharapan Luhan untuk Jongin bisa jadi tersimpan di salah satu kotak-kotak itu.

Sehun kembali dengan beberapa lembar kertas yang dijepit klip dan berkata, " aku menemukan ini."

Keajaiban benar-benar ada, hanya ada satu pertanyaan di benak Luhan yang membingkai sejak tadi, apa Sehun sebaik itu? Dia menerima kertas itu dan membaca halaman pertamanya.

Sehun menemukan sinar yang kembali menyala di mata Luhan. Walaupun pada akhirnya dia menemukan lipatan di dahi gadis itu sejak membaca kalimat teratas dari halaman pertama yang tertuang dalam kertas-kertas tersebut.

Kalimat itu membuat Luhan nyaris berteriak kencang hingga terdengar sampai lantai bawah. Dia menatap kearah Sehun yang juga menatapnya, terlalu sulit untuk mengatakan apapun dan terlalu lemah untuk berlari menuju pintu keluar. Luhan nyaris lumpuh.

"Bagaimana?" Suara berat Sehun terdengar bersalah, tetapi tidak ada kepedulian di matanya.

Tidak ada reaksi, Luhan masih diam. Membacanya berulang kemudian membalik halaman demi halaman disana. Kepalanya pusing menemukan berbagai peraturan mengenai bondage,discipline, sadism and masochis atau sebagian kata lain yang masih dia ingat seperti mencambuk, vibrator, borgol, sayatan pada kulit. Membayangkannya dengan Sehun mungkin akan membuatnya basah dibawah sana, tapi membayangkan dengan…. Oh Seok Jin, mampu membuatnya ingin melemparkan diri ke neraka.

"Tanda tangani itu maka dia bahkan akan menurutimu menjadikan Kim Jongin CEO ataupun CFO untuk anak perusahaan."

Luhan memucat, rasa sakit ketika ia menautkan kuku jarinya yang tajam pada telapak tangan tak terasa.

Sehun mengetahui segala keberanian Luhan menghilang sejalan dengan beberapa kata yang ia ucapkan. Telapak tangannya bergerak untuk menyentuh wajah pucat itu, permukaan pipi Luhan terasa jauh lebih dingin dibandingkan perilakunya pada gadis itu sejauh ini.

Beberapa saat kemudian Sehun menarik tangannya menjauh dari sana dan Luhan tetap diam menundukan kepala. Seharusnya Sehun tidak perlu sejauh ini memikirkan perasaan orang lain, dia tidak dilahirkan untuk itu.

"Aku akan membantu Kim Jongin—"

Luhan menengadah, kepalanya terangkat lurus kearah Sehun.

"Tapi bagaimana denganmu? Seok Jin akan tahu dan dia akan menyerang Turner Industrial."

Dan seharusnya Sehun mempersiapkan diri sebelum ia benar-benar akan perduli pada Luhan sebelum pergi ke lantai itu dua puluh menit yang lalu. Bayangannya seperti menertawai kebodohan yang pertama kali ia lakukan hanya untuk seorang gadis.

Sepeduli apapun Oh Sehun, Luhan hanya menemukan kegelapan yang terselimuti hawa dingin dari setiap gerak-geriknya. Lelaki yang tidak mudah terbaca apa niatan dibalik senyum tipisnya.

Sehun benar, Seok Jin tidak akan mempercayai bahwa seorang anak pemilik perusahaan hanya bekerja sebagai pegawai tak tetap di perusahaan lain dengan jabatan yang sama sekali tak berpengaruh. Seok Jin juga tidak akan memberi jabatan tinggi pada anak pemilik perusahaan yang pernah bersaing dengannya. Dia bukan orang yang bertahan hidup dengan mempercayai seseorang dan mengasihani mereka.

Luhan terlalu kuat untuk meneteskan air mata frustasi. Dia lebih menempatkan dirinya untuk kebingungan. Banyak yang harus dia hindari, termasuk tertarik pada Oh Sehun dan bekerja untuknya.

Pintu terbuka tanpa sebuah ketukan isyarat, salah satu dari saudara Sehun membuka pintu, ekspresinya cukup terkejut ketika melihat Luhan berada disana. Matanya penuh selidik, dan itu dapat Sehun baca dengan baik.

Sehun menggerakan kepalanya, memerintah pada Luhan untuk pergi. Ketika Luhan beranjak dan melewati lelaki itu, dia teringat pada apa yang ia baca di wikileaks.

Chanyeol pernah berencana membunuh Sehun

Senyuman sekilas terlihat dari lelaki itu pada Luhan, tapi Luhan berjalan terlalu cepat untuk membalasnya. Tensinya bergejolak mengeluh didalam tubuh, membatasi diri untuk tidak terlalu setuju tentang anak-anak Seok Jin yang bagaikan instrumen penyempurna dunia.

Mereka memliki porsi gelap masing-masing, senyuman khas, dan tatapan berbahaya. Luhan sebelumnya tidak pernah percaya bahwa orang-orang seperti itu ada dan berkeliaran di muka bumi.

Lalu saat Luhan menutup pintu itu dan membiarkan keduanya berada didalam sana, Luhan kembali mengeluh pada batinnya yang mudah tersentuh oleh sikap Sehun, dia tidak suka ketika pria itu menatapnya bagaikan gadis rapuh dan mudah dihancurkan. Atau ketika tangan hangat itu menyentuh kulit pipinya menghasihani, seolah dia memberikan sebuah sentuhan afektif.

Mulai melangkah, Luhan menggerakan kepalanya kearah kanan, dinding kaca ruangan Sehun dapat memperlihatkan dengan jelas seisi ruangan. Ada Chanyeol yang duduk bersantai di kursi putar, wajahnya tenang dan mulutnya berujar biasa. Tidak tampak adanya kemarahan yang ia bawa untuk Sehun.

Seharusnya Luhan terus berjalan ketika mata hazel itu menyorot kearahnya dan tersenyum tanpa makna mengabaikan Chanyeol yang sedang berbicara. Sorotan mata belati berbahaya yang mampu menggeser kewarasan seorang Luhan.

Luhan kembali ke lantai tempat Jongin bekerja dan mengatakan bahwa posisi pria itu akan baik-baik saja. Jongin mengatakan pertanyaan apa yang membuat Luhan mengatakan itu dan dia menjawab dengan tenang bahwa Sehun-lah yang telah berbaik hati.

Jongin bukan orang yang mudah percaya, bagaimanapun Sehun bukan orang yang mau membelit membantu kesulitan orang lain. Sebagai jawaban Luhan hanya menggendik dan menyarankan untuk menyusun revisi tentang pembangunan resort di Ohio.

Suara ponsel berdering adalah hal yang paling Luhan benci. Dia menatap sebuah nama yang tertera disana, entah mengapa rasa bersalah muncul dengan cepat.

Tak sanggup mengangkat panggilan tersebut, Luhan meletakan ponsel pada bagian terdalam tas tangannya. Hitung-hitung meredam dering yang nyaris membuat siapapun melemparkan sepatu ke wajahnya.

Dia melirik jam tangan. Terhitung dua jam kedepan dia akan berakhir di tempat yang paling tidak ingin ia kunjungi di bagian dunia ini. Ruangan Mrs Brooks.

Seperti hari-hari biasanya, Luhan tidak pulang bersama Jongin. Dia berbelok di persimpangan kanan untuk mencapai tempat terapisnya sedangkan Jongin berbelok di persimpangan kiri menuju kereta bawah tanah.

Gerai gelatto menyemangati langkahnya yang lelah. Luhan seperti dipertemukan dengan jati dirinya dari belahan dunia yang lain ketika pedagang perempuan itu memberikan satu mangkuk kecil gelatto cassata.

Dia duduk di salah satu kursi kecil berwarna biru, disampingnya terdapat cermin dengan bingkai biru dengan panjang satu meter. Luhan memperhatikan bayangannya sendiri sambil menyuapkan gelatto kedalam mulut.

Beberapa saat Luhan menyadari keanehan dan dia mulai tertawa kecil. Mengingat begitu banyak pegawai Jongin termasuk Baekhyun mencibir penampilannya yang terbilang classy untuk ukuran seorang asisten.

Sepatunya Christian Louboutin dan tas tangannya Salvatore, siapapun tak akan menyangka bahwa ia hanya seorang asisten. Dia tertawa lagi, penampilannya harus sedikit terlihat wajar. Luhan akan memikirkan itu nanti, jika masih tersisa banyak waktu untuk bekerja dengan Jongin.

Luhan terbiasa mendatangi apapun lebih awal, seperti yang terjadi sekarang, dia telah duduk di kursi panjang selama setengah jam di depan ruangan Mrs Brooks. Ada pasien di dalam sana yang membuat Luhan harus bersabar menunggu.

Luhan tersenyum menatap ponselnya. Melisa baru saja mengirimkan sebuah pesan gambar berisikan dirinya dan Scott menikmati makanan laut di Malibu. Seandainya Luhan punya banyak waktu pribadi, dia akan pergi kesana dan melewatkan konsultasi menyebalkan ini. Senyumnya terganti oleh dengusan dan perasaan cemburu.

Lalu saat dia memandangi Scott yang terlihat bahagia dengan sepiring kerang dan lemon, Luhan semakin merasa bersalah. Bagaimana jika apa yang dikatakan Oh Sehun benar? Tentang Seok Jin dan Turner Industrial.

Beban seakan tak cukup datang sekali atau dua kali. Luhan terlalu lelah menjalani hidup, masalah suka sekali menampar dirinya seperti ombak yang menerjang karang di sisi pantai Malibu. Semakin lama semakin rapuh, lalu hancur tak bersisa dan sebotol anggur bagaikan penyelamat paling ampuh untuk mengeraskan kepercayaan diri.

Luhan tidak sadar ketika pintu terbuka dan seseorang berdiri memperhatikannya, dia terlalu sibuk mengamati wajah bahagia Scott dan Melisa.

Dia bergumam dan membalas, "selamat bersenang-senang! Pulang sebelum airnya pasang atau kalian akan terseret. xoxo "

Luhan tersenyum lebar menahan tawa.

"Kau jauh lebih terlihat bahagia sekarang."

Menyampingkan perhatiannya pada sebuah pesan baru, Luhan mendongak. Pria itu tersenyum kecil padanya dan berjalan mendekat. Dia bergeser untuk sekedar memberi tempat padahal bagian kursi lain masih cukup untuk di duduki.

"Kita memiliki terapis yang sama." ujar pria itu.

Luhan menyimpan ponselnya, mengulum senyuman kecil. "Dan kita memiliki masalah yang berbeda."

Sehun tersenyum lagi, " Dan kita mengetahui masalah satu sama lain."

"Tidak. Aku tidak mengetahui apapun tentangmu."

"Oh ya?" Sehun membuat suara terkejut. " Kalah begitu kau bisa mencari tahu sekarang."

Dia mendekatkan bibirnya pada bibir Luhan. Mencuri sebuah ciuman tiba-tiba dan mengejutkan.

Mata Luhan membulat dan belum sempat mendorong, lelaki itu melepaskannya lebih dulu. Permainan licik yang semakin membuat Luhan ditarik lebih dekat.

"Masalahnya, aku seorang good kisser. Benar?" Tanyanya pada Luhan.

Luhan memerah merasa seperti meriang menyerangnya mendadak. Dia jadi suka dilecehkan. Bodoh. Luhan mencibir dirinya sendiri dalam hati.

Sehun tak perlu mendengar jawaban lagi ketika Luhan memerah dan terdiam. Dia menyeringai, seharusnya Luhan sudah memasuki ruangan Mrs Brooks, bukannya malah duduk di kursi tunggu berdua bersamanya.

" Aku tidak tertarik padamu, Oh Sehun." Luhan bergerak menjauh ke sisi kursi.

" Karena kau lebih tertarik untuk masuk kedalam hidupku, Miss Han." Sehun menatapnya. " Dan aku terus memikirkanmu sejak sore itu."

Seperti dirinya bukan diri Sehun, dia tampan dengan senyuman tanpa misteri.

Semua perlawanan dari pikiran rasionalnya jatuh meninggalkannya pergi. Luhan merasakan ketegangan yang sudah rapuh mengalir melalui dirinya.

"Tidak. Kau menyakitiku." Jawab Luhan

Tatapan Sehun kaku dan bingung kearahnya. " Aku menyakitimu? Bagaimana bisa?"

"Kau mengatakan tak ada harapan untuk bersamamu."

"Kapan aku mengatakan itu?" Sergah Sehun, "aku hanya- aku hanya sedikit marah waktu itu."

"Itulah masalahnya Sehun, aku tidak tahu siapa kamu. Baik dan buruknya dirimu."

"Aku akan melakukan apapun yang kau inginkan, apapun yang kau butuhkan. Apapun. Hanya beri aku kesempatan yang lain."

Luhan menatapnya, betapa meyakinkan kata-katanya dan menyakitkan melihat wajah tampannya. Kepalanya menggeleng, menolak jauh-jauh apapun yang Sehun katakan. "Aku tidak berharap mendengar itu dan pergilah dariku, seperti sore itu."

Dada Sehun melebar mengambil napas dalam-dalam, wajahnya tak bisa menyangkal lagi. " Aku tidak bisa tidur dan bekerja dengan baik karena memikirkanmu."

"Memikirkanku atau memikirkan apa yang kau katakan padaku di limo itu?" Kepercayaan diri Luhan kembali terkemas.

"Hai, Luhan. Kau bisa masuk!" Teriak perempuan berambut merah dan sedikit bergelombang dari ambang pintu.

"Sebentar Mrs Brooks." Sehun memperingatkan.

"Kau begitu asyik mengobrol dengannya sampai aku harus menunggu pasienku Mr Oh." Perempuan itu setengah terseyum. " Sekarang giliranku."

"Jangan bergerak, Luhan."

Luhan sampai menggigil mendengar suara dingin Sehun. Tidak lagi sampai dia berdiri. "Aku punya hak untuk waktuku, Sehun."

Cengkraman Sehun pada Luhan sangat keras dan menyakitkan, gadis itu kembali duduk namun tetap memberi jarak. " Jangan sekarang. Tunggu."

Tatapan Mr Brooks pindah kearah Luhan, " kau tidak bisa membiarkan dia melakukan itu. Semua uang di dunia tidak bisa membuat siapapun memiliki hak untuk memerintah seseorang seperti itu."

Marah dan merasa sangat dipermalukan, Luhan menatap kearah Sehun. " Sehun."

Luhan tidak tahu apa nada bicaranya terdengar aman atau tidak tapi yang pasti Sehun memiliki kemarahan yang mudah tersulut. Dia tidak begitu banyak mengenal pria itu, tapi mengapa dia seperti ingin mengambil alih sebagian hidupnya?

"Mrs Brooks!" Bentak Sehun, lalu menatap Luhan seakan menusuknya untuk tetap diam di tempat.

Perempuan berambut merah itu seolah sudah sering menghadapi kemarahan Sehun. Dia berlalu tanpa menutup pintu dan meninggalkan Luhan yang sebenarnya ingin menjerit meminta pertolongan.

"Apa aku membuatmu takut?" Sehun menyentuh tangan Luhan dan gadis itu menariknya cepat. Dia bergetar dan ketakutan. " Apa aku semenakutkan itu, Luhan? Aku hanya ingin berbicara denganmu dan dia menggangguku."

Luhan mengernyit ketika mendengar suara Sehun yang berubah.

"Aku tidak tahu apa yang sedang terjadi padamu. Apa kau dalam keadaan tertekan?"

Sehun meluncurkan tangan ke rambutnya, dia menghela nafas sebelum menjawab pertanyaan Luhan. "Tidak ada yang membuatku tertekan selain dirimu."

"Aku?" Luhan menunjuk dirinya sendiri dan tertawa. " Aku bahkan tidak melakukan apapun, Sehun."

"Aku menyukaimu."

Lalu Luhan mendecih. " Seperti aku menyukai es krim?"

Sehun membuang muka, merasa asing berbicara pada gadis itu. Dirinya seperti menahan emosi yang bergejolak ketika ia tak mengatakan apapun lagi.

"Aku akan membantumu dan Turner dari Seok Jin sebelum dia mengetahui semuanya dan berpikiran yang tidak-tidak pada kalian."

Luhan menghela nafas. " Tapi?"

Perhatian Sehun pindah ke mata Luhan , dia sangat menyukai cara gadis itu membaca ucapannya yang menggantung.

Lalu Sehun mendekat, memilah rambut Luhan dengan jari-jarinya, tapi matanya tetap terkunci pada mata Luhan. "Tapi kau-"

"Luhan!" Teriak Mrs Brooks nyaring dari dalam, " masuklah dan tinggalkan lelaki sialan itu."

Luhan dapat melihat suara protes Sehun sebentar lagi akan menyembur, namun beberapa detik berlalu hanya dilalui oleh keheningan dan pria itu berdiri meninggalkannya tanpa mengatakan apapun lagi.

.

.

.

TBC

.

.

.

Akhirnya update juga ya readersku yang methum /hihi

Tadinya mau bikin chapter naena tapi...belum muhrim. Nggak, bercanda. Chap depan dipastikan... nggak ada * Ini bercanda lagi

Pasti ada kok chap depan, mau bondage? atau sadism and masochis? Pfttt HAHAHA.

Maaf lama banget updatenya. Tolong kasih saya kesempatan untuk menjelaskannya. Penyebab utama dari berbagai faktor adalah ketika chap ini beres dan sudah diedit ternyata Candy lupa password dokumennya. Nyesek. Brengsek. Kzl. Jadi Candy harus nulis dari awal dan ceritanya berubah semua karena Candy lupa HIHIHI *ketawa lagi lu.

Chap 2 bahasanya emang lebih berat, Candy suka khilaf jadi mohon maaf ya kalau kemarin mengecewakan.

Review kalian itu seperti protein dan karbohidrat; Enak, kenyang dan bergizi. *bercanda lagi. Candice usahakan akan balas satu persatu di chap depan. Ini cuap-cuap tergapenting dan panjang yang terakhir kali. Sumpah.

Masih sudikah mampir di kolom review?

Ketjup basah, Candice.