Harry Potter J. K. Rowling
Again; Harry Potter and all other related subject matter belongs to J.K. Rowling
I just own the idea and the plot
.
Rated T
Romantic, Humor (but maybe failed, sorry)
.
OOC, 5 years after war
Saya sudah berusaha untuk tidak typo
(tapi jika masih ada, saya sungguh minta maaf)
.
Hanya fic ringan :)
Anyway, I'm struggling with writer's block T_T
I made this story just because I want to refresh my brain.
So yeah, just enjoy, hope you like it
.
.
When Malfoy Met Granger
Ms. Loony Lovegood
.
.
.
Granger mengucek matanya pelan, memastikan. Dan ya, dia memang Granger, maksudku Granger yang itu, Hermione Granger, salah satu dari Golden Trio—pahlawan dunia sihir. Memangnya Granger yang mana lagi?
Dari kejauhan, edaran fokusnya menangkap sejumput surai platina menyala—tepatnya mungkin sekitar 10 meter dari tempatnya berdiri sekarang—yang menyambut silau atensi karamelnya yang kini pun semakin berkilat penasaran. But yesss, err rambut perak itu benar-benar menyilaukan, demi Merlin! Kau tahu, bagaikan intan berlian di tengah pekatnya lumpur. Tapi ah, kenapa sekarang Hermione malah mulai memujinya? Huh, oke hentikan. Tapi kalau mau jujur sih, gadis hazel itu sempat berpikir bahwa mungkin Malfoy—ah, tidak .. tidak, maksudku 'Orang Yang Ia Pikir Malfoy' itu memang sengaja menaruh gel secara berlebihan di rambutnya. Dan sekali lagi Hermione Granger berkedip lantas mengucek kembali matanya, tapi kali ini dengan tak sabar—bahkan beberapa bulu mata lentiknya sampai rontok, tapi ia tak menyadarinya, tentu saja.
'Apakah dia Malfoy? Maksudku benar-benar Malfoy yang 'itu'?' Sang gadis brunette membatin penasaran. Sebenarnya ia hendak menyangkal, tapi jika dipikir dengan logika serta fakta yang ada, memangnya ada berapa banyak orang di Inggris yang memiliki rambut khas berwarna perak mencolok seperti itu selain keturunan-sialan-Malfoy, eh? Ia meniup poninya sebal, memikirkan kemungkinan itu saja sudah membuatnya kesal apalagi jika memang 'Orang Yang Ia Pikir Malfoy' itu ternyata benar-benar Malfoy yang asli. Ugh, ia ingin mengabaikannya, tapi ini benar-benar mengganggu. Maksudku Hermione sedari lahir telah dikaruniai rasa keingintahuan yang sangat besar akan berbagai hal, termasuk ... ya, hal yang satu ini.
Tapi tunggu dulu, kalau memang pria itu benar-benar Malfoy, si congkak Draco Malfoy, lantas apa yang tengah dilakukannya di jembatan sepi seperti ini? Dan lagi, ia terus saja menatap ke arah bawah jembatan. Apa ia sedang memastikan kedalaman air yang baik untuk meloncat dari atas sana? Ah, tidak ... tidak. Yang benar saja, Malfoy ingin bunuh diri? Oh Merliiin, tidak mungkin. Tapi ... errr, siapa yang tahu, 'kan?
Hermione mulai berpikir yang macam-macam dan semakin ia berpikir, semakin pikirannya berubah aneh dan menakutkan. Ia tidak mungkin membiarkan seseorang yang hendak melakukan bunuh diri tepat di depan cuping hidungnya dan ia tidak mencegahnya, sekalipun orang itu merupakan orang menyebalkan nomor satu di dunia sekaliber Draco Malfoy. Dan akhirnya setelah pergolakan batin yang cukup panjang, maka dengan hati yang mantap Hermione mengangkat dagunya tinggi-tinggi, mengangguk yakin sekali lagi bahwa ia harus menolongnya lalu kemudian memacu langkah tegas ke arah sosok itu berada, dan terus memangkas jarak yang tersisa di antara mereka.
Namun belum jua Hermione sampai di sana, orang itu tiba-tiba sudah mengangkat satu kakinya dan kemudian yang satunya lagi ke salah satu besi jembatan. Hermione yang melihat itu membulatkan manik cokelatnya horror dan sekarang ia bahkan sudah berlari panik. Dan ...
HAP! Tanpa pikir panjang, gadis Gryffindor itu langsung memeluk pria itu erat dari belakang, dengan tujuan bahwa pria itu akan membatalkan niatnya untuk melompat turun ke bawah jembatan. Hermione bisa merasakan pipinya menyentuh sebuah jaket kulit—yang ia tebak dengan pasti harganya sangat mahal—yang sangat nyaman. Ia kehilangan akal, yang ada di pikirannya sekarang hanyalah bahwa ia telah berhasil menyelamatkan nyawa seseorang, meskipun ia harus bertindak memalukan seperti ini, ia tak begitu peduli. Bukankah seorang Gryffindor memang selalu bertindak heroik meski harus mengambil resiko sekalipun? Bagi mereka malu itu soal belakangan. Dan Hermione Jean Granger baru saja membuktikan bahwa ia adalah Singa sejati, ia tersenyum lebar dan rasa bangga sontak memenuhi sudut-sudut hatinya yang rasanya kini telah menggelembung seperti balon.
Sreeet ...
Helaian-helaian halus menutupi wajah cantik Hermione—yang masih memejamkan matanya. Well ya, sosok itu berbalik, menyebabkan rambut perak yang tadinya disampirkan ke depan menampar pelan wajah berbintik Hermione. Gadis itu mengernyitkan hidungnya, masih menyembunyikan permata cokelat dibalik kelopak matanya.
"FATHER!" Sebuah teriakan terdengar dari bawah jembatan, berusaha menarik perhatian.
Wait, what?!
Dan ...
.
.
.
.
.
.
.
"Miss Granger?!" Dor! Balon-balon yang menggelembung dan memenuhi sudut-sudut hati Hermione seketika lenyap, terganti dengan rasa tidak siap bercampur malu. Jangankan membuka matanya, menarik napas saja terasa sangat berat, namun harus bagaimana lagi? Dengan sangat terpaksa, akhirnya Hermione memberanikan diri untuk 'menghadapi' kenyataan yang pahit ini.
"Err .. Mis...Mister Malfoy?" Suara gadis itu terdengar seperti tersangkut di tenggorokan hingga terdengar sangat-sangat aneh saat dia mengeluarkannya. Wajahnya bertransformasi dalam hitungan detik, memerah seperti tomat matang.
Shit, shit, shit! Hermione tak dapat berhenti mengumpat—meskipun hanya dalam hati, tentu saja. Apa yang barusan dilakukannya? Benar-benar bodoh. Bodoh, bodoh, bodoh! Mengapa ia memeluk seseorang secara sembarangan seperti ini? Alih-alih berhasil menyelamatkan hidup orang itu, ia justru mengorbankan hidupnya sendiri dan tentunya hanya mendapat malu! Oh, demi kolor Merlin! Memeluk 'Orang Yang Ia Pikir Malfoy'. Benar-benar lucu. Meski sebenarnya ia tak sepenuhnya salah, maksudku orang itu memang Malfoy yang asli, tapi ... aaaaarghhhh! Itu Malfoy Senior! Lucius Malfoy tepatnya! Apa ia sudah gila?! Memeluk orang sekaku batang kelapa itu dengan erat? Sontak nyali singanya menciut begitu saja tanpa bisa ia cegah. Ia tak menyangka jika Lucius bisa memiliki selera fashion yang begitu bagus seperti sekarang ini. Apalagi dengan menyampirkan rambutnya ke depan—hingga tak nampak dari belakang—seperti tadi benar-benar membuatnya mirip Draco! Hermione tak menampik bahwa meski sudah berumur, Lucius masih terlihat keren dan juga—
"Father! Apa kau masih di sana? Lihat, aku sudah menemukannya!" Sebuah suara lain kembali menginterupsi, membuat Hermione merasa sedikit bersyukur—karena hal itu membuat Lucius Malfoy berhenti menatapnya dan segera berbalik, menunduk ke bawah jembatan. Hermione yakin suara itu milik Malfoy yang satunya lagi, siapa lagi kalau bukan Draco Malfoy?
Dan karena rasa penasaran yang membuncah—selain rasa malunya saat ini tentunya, ia juga mendekat dan berusaha menengok ke bawah, ia ingin tahu apa yang sebenarnya Malfoy muda itu lakukan. Namun sayang sungguh sayang, ia terlalu pendek dan palang jembatan itu rupanya cukup tinggi untuknya melihat ke bawah dengan jelas. Tanpa pikir panjang, ia mengangkat kakinya ke salah satu besi jembatan—tanpa sadar sama persis yang dilakukan Lucius sebelumnya, lalu kaki yang satunya lagi. Tapi ia lupa sesuatu, yah, dia masih mengenakan heels-nya dan ...
"Aaarrrghhhh!"
"Miss Granger!" Lucius reflek berseru panik, sebelah tangannya berusaha menggapai rambut megar sang Singa Gryffindor, tapi ...
"Awwww! Sakiiit, Mr. Malfooooyy!" geram Hermione sesaat sebelum...
BUK!
.
.
-o0- To be Continued 0o-
.
.
Hm, hi! :) Did somebody miss me (at least my stories), maybe? Or ah, did u guys even remember me? xD Long time no see, feel like I've lost my world here, I really am sorry. Muggle world sucks and I'm struggling with writer's block T_T Saya benar2 merasa kembali ke NOL (baca: kaku menulis) dan sangat2 kehilangan semangat menulis yg notabene merupakan salah satu hobi saya. But special thanks to Frankie who always be there to support me even in my worst time (he always pushed me to write some stories again) and for all my loyal readers of course that might keep waiting for the next of MBiF and VD (kalau ada). Anw, fict ini hanya selingan belaka, temanya ringan, aneh, dan lumayan konyol. Maafkan mood saya. Hanya hiburan utk diri sendiri dan juga mungkin utk kalian2 yg membacanya.
But no lie, I'd like to hear your opinion. Should I continue this or not? But tbh I'm on my way for the 2nd chap if you guys really want to know what's next.
(again sorry for the long AN)
.
.
Bunch of love,
Ms. Loony Lovegood