Disclaimer: Masashi Kishimoto

Warning: Yaoi, Shonen ai, boyXboy, maybe typo(s), OOC (coz I don't own them), Don't like? Just read Like? Hope you enjoy this fic…^^

Genre: Romance, Drama (mungkin, coz yg kemaren humor tp pd akhirnya lupa kalo genre nya humor T-T)

Pair: Sasuke X Naruto

Yo minna-san, ini fic penebusan dosa author yang di fic lalu bikin fic SasuNaru tapi bad ending. Uhuhu…banyak yang protes, maafkan author yang tidak berkompeten ini, semoga kali ini fic nya lebih bagus XP (dibikin sequel sih, niatnya ni fic mau d posting kalo sequel udah rampung, tapi berhubung momentnya bakal ilang—d fic ini ada musimnya—jadi tetep author update tubrukan ma sequelnya, tp keduanya ttp jalan kok :'D) terus di fic ini author niatnya mau bikin alurnya mengalir (apa maksudnya?) karena sering dibilang fic author alurnya kecepetan. Jadi ini berusaha bikin yang selow, semoga gak ngebosenin :3

Oia, fic ini agak special (menurut diri sendiri XD) soalnya author masukin gambar beberapa scene yang ada di dalam fic. Kalo yg ada gambarnya, ntar author kasih link di bagian scene tersebut, buat para readers yang berkenan pengen liat kayak apa gambarnya silahkan di klik aja link nya ^^/

Begitulah, akhir kata, Read and Review please…

.

.

.

They Don't Know about Us

Chapter 1: Course

.

.

.

"…"

"…eh, dia siapa Sakura-chan? Cie cie…pacarmu ya?"

"E-eh? Si-siapa?"

"…"

"Dial ah, cowok manis di sebelahmu. Ah, kenapa nggak bilang-bilang kalian sudah pacaran sih? Traktiran dong…"

"E-eh…enggak kok enggak…dia bukan pacarku. Kami Cuma berteman. Iya kan, Naruto-kun?"

"Huh..!"

Gasp!

Cowok bersurai pirang itu terbangun dari tidurnya dengan keringat bercucuran dan nafas tersengal. Ia tetap dalam kondisi itu selama beberapa saat, hingga akhirnya ia duduk dan mengusap wajahnya. Ia tertunduk, mengutuk dalam hati kenapa harus mendapatkan mimpi buruk itu lagi.

"Narutoooo! Sudah siang! Cepat banguunnn!" terdengar suara teriakan ibu nya dari bawah.

"Haaiik, Kaa-san!" balas cowok pirang yang dipanggil Naruto itu. Ia bergegas ke kamar mandi lalu memakai seragam sekolahnya dan turun ke lantai satu setelah menyambar ransel.

"Ohaiyo, Kaa-san, Tou-san," sapa nya saat duduk di meja makan. Tou-san nya tampak sedang membaca Koran dan Kaa-san nya tengah melepas apron.

"Ohaiyo," balas mereka.

Mereka sarapan dalam diam, hanya mengobrol sesekali. Setelahnya Naruto pamit.

"Kau tidak ikut mobil Tou-san?" Tanya Minato, Tou-san-nya.

"Chee, sekolah kan dekat. Lagipula banyak teman kalau jalan kaki," balas Naruto.

"Ehm, teman apa teman," goda Kaa-san-nya."Kemarin Kaa-san lihat kau jalan dengan cewek berambut pink. Manis loh…"

"…" Naruto Cuma terdiam.

"Kapan kau mau membawa di—…"

"Aku berangkat, Kaa-san," potong Naruto dan meninggalkan rumah.

Hari masih cukup pagi, jalanan belum terlalu ramai dan Naruto juga tak sering berpapasan dengan kawan ssatu sekolahnya.

"Naruto," seseorang memanggil saat Naruto melewati perempatan.

"Oh, Sakura-chan, ohaiyo," ia mencoba tersenyum.

"Ohaiyo," senyum gadis bersurai pink itu. "Ara, lihat, kau masih belum bisa memakai dasi dengan betul," Sakura membetulkan pemakaian dasi Naruto.

"Aish, kau tidak perlu melakukannya. Cowok-cowok tidak ada yang memakai seragam dengan rapi, nanti aku dikira maniak," protes Naruto.

"Tidak boleh. Kau harus berpenampilan rapi Naruto! Yosh, sudah."

"Chee…"

"Ah, hari ini aku membuat bekal untukmu," Sakura membuka tas nya. "Nih, ambil," Sakura menyodorkannya pada Naruto.

"Sakura-chan. Bagaimana kalau kau serahkan padaku di kelas saja? Tas ku berat nih," cengir Naruto.

"Geez, tidak mau."

"Kenapa?"

"…" Sakura tidak menjawab. "Pokoknya tidak mau…" jawabnya kemudian.

"…bagaimana kalau kita makan siang bersama saja? Biar kau tidak perlu repot memberikannya padaku?"

"Apalagi itu. Pokoknya tidak mau. Sudahlah jangan banyak bicara, kau mau bekal ini atau tidak?"

"…" Naruto menghentikan langkahnya.

"Ada apa?" Sakura ikut berhenti.

"Ano sa, Sakura-chan…" Naruto tertunduk sesaat, tapi lalu mengangkat wajahnya dan tersenyum lebar seperti yang biasanya dia lakukan. "Gimana kalau kita putus saja?"

Wuussh…

"Eh?"

Suasana hening selama beberapa waktu, hanya hembusan angin dingin yang menyapa mereka.

"Apa maksudmu sih, Naruto?" ucap Sakura.

"Aku ingin kita putus. Tidak masalah kan? Toh kau juga tidak pernah menganggapku sebagai pacar," balas Naruto.

"Aku…aku nggak ngerti, kau ngomong apa sih Naruto? Tidak menganggapmu sebagai pacar bagaimana? Aku kurang perhatian? Atau—…"

"Yeah, kalau bersamaku sih kau bersikap seperti pacarku," Naruto menggaruk belakang kepalanya. "Tapi di hadapan semuanya, kau bahkan nggak menganggapku sama sekali. Gimana ya…kamu malu, punya pacar aku?"

"Huh? Apanya…?"

"Habisnya, tiap kali ada yang tanya tentang hubungan kita, kau jawab kita ini Cuma teman. Aku jadi merasa kalau kau malu punya pacar sepertiku, sampai-sampai tidak mau mengakui kalau aku memang pacarmu."

Sakura tak menjawab, ia hanya menatap kosong.

"Jadi…sayonara," Naruto berjalan melewati tubuh Sakura. "Terimakasih untuk selama ini."

Langkah Naruto menjauh, dan Sakura sama sekali tak mengejar. Naruto tertunduk, tapi tak ada setitik air matapun yang keluar dari matanya, namun terlihat jelas kalau hatinya tengah terluka

"Oi Naruto," seseorang memanggilnya. Ia menengadah, dan memasang cengirannya yang biasa.

"Oi, tumben kau berangkat pagi," ucapnya dan mengejar langkah teman-temannya. Tertawa seperti biasa, seolah tak ada yang terjadi.

~OoooOoooO~

"EEEEHHHHH?" Naruto shock saat menerima kertas hasil ulangannya.

"Naruto! Lagi-lagi kau dapat nilai jelek! Kau harus belajar lebih giat Naruto!" omel Iruka-sensei mengalahkan suara tawa teman-teman sekalasnya.

"Uhuhu aku kan sudah menjawabnya dengan menggelindingkan pensil, mana mungkin nilaiku Cuma segini. Sensei salah mengoreksi nih!" protes Naruto.

"Kau ini, sudah tau salah masih membangkang! Hari ini kau harus dihukum! Bersihkan kamar mandi sepulang sekolah!"

Keceriaan kelas yang biasa.

"Ahhh tidak bisa! Hari ini ada anime kesayanganku…"

Kecerewetan cowok ini yang biasa.

"Pokoknya kau harus melakukannya! Atau orang tua mu harus dipanggil lagi ke sekolah!"

Tidak ada yang tahu, tidak ada yang menduga, tidak ada yang bahkan sekedar menebak…

"Ahh…sensei jahat. Aku nangis nih…"

…kalau hatinya benar-benar tengah menangis…

~OoooOoooO~

"Haha mungkin itu resiko jadi orang carefree ya," gumam Naruto pada diri sendiri sembari menyikat lantai kamar mandi. Kau bisa menjadi pencerah dan pembangkit suasana, tapi sisi gelapnya, takkan ada yang tau apa yang sedang kau rasakan dalam keceriaanmu itu.

Naruto mengerjakan hukumannya dengan santai, toh dia tidak ada agenda. Tapi mungkin dia akan dimarahi kalau puang kemalaman, jadi pada akhirnya ia mengerjakannya cepat-cepat. Walau ternyata sampai rumah tetap saja dimarahi karena hasil ulangannya yang jelek.

"Kalau begini terus kau bisa tidak naik kelas Naruto!" omel Kushina, Kaa-san Naruto.

"Iya iya Kaa-san, aku mengerti. Aku akan belajar lebih giat," jawab Naruto sekenanya.

"Belajar giat belajar giat! Sudah berapa kali kau bilang begitu tapi tetap saja nilaimu jeblok!"

"…" Naruto tak menjawab, well, dia harus jadi anak baik dan mendengarkan omelan Kaa-san nya itu. Semoga ini cepat berakhir, pikir Naruto.

"Ah, bagaimana kalau kita masukkan dia ke tempat les?" usulan Tou-san nya itu mau tak mau membuat Naruto terkejut. Pasalnya, walau nilainya sejeblok apapun dulu di SMP, belum pernah orang tua nya punya ide untuk memberikannya les.

"Itu ide bagus…" … "…tidak mau, masa aku tidak ada liburan…" ucap Kushina dan Naruto bersamaan.

"Tidak ada kata libur sebelum nilaimu bagus!" bantah Kushina. Dan Naruto Cuma bisa merengek walau hasilnya tetap tak dikabulkan. Dia harus ikut les.

~OoooOoooO~

Naruto harus menghadiri les pada hari Sabtu dan Minggu, yang artinya hari liburnya benar-benar menghilang. Dan dia sudah janji pada orangtuanya kalau dia akan ikut les tapi akan mengeluh sepanjang waktu.

Tempat les Naruto cukup jauh dari tempat tinggalnya, ia harus naik kereta untuk menuju ke sana. Yang paling menyebalkan, udara sudah mulai dingin, mungkin sebentar lagi memang memasuki musim dingin.

"Uhh…dingin…" gumam Naruto saat turun dari kereta, ia membetulkan syalnya dan mulai melangkah. Ia menatap jam tangannya, masih ada setengah jam sebelum les nya mulai. "Cari minuman hangat dulu deh…" ia menghampiri mesin penjual otomatis dan membeli sekaleng kopi panas, lalu menikmatinya di bangku peron. Tak lama kemudian ia dikejutkan oleh teriakan seorang gadis dan kerumunan yang tiba-tiba terbentuk. Naruto segera menghampiri dan melihat seorang gadis terjebak yang syal nya terjebak dir el kereta.

"Huh? Bagaimana bisa begitu?" bingung orang-orang.

"Katanya tadi mengambil gantungan handphone nya yang jatuh."

"Ya ampun, kenapa juga demi benda seperti itu."

Naruto Cuma menatap mereka dengan tatapan terbelalak. Kenapa tidak ada yang menolongnya?! Dan Naruto segera mendapatkan jawabannya karena dia mendengar suara kereta. Sebentar lagi kereta lewat. Dan orang-orang semakin panic, tapi tidak ada yang berani turun ke lintasan. Gadis itu juga semakin menjerit panic. Sementara Naruto? Dia juga hanya bisa mematung dengan mata melebar.

'Ayo bergerak…bergerak! Kenapa tubuhku tidak mau bergerak untuk menolongnya?! Kenapa—…'

Saat itulah seseorang terjun ke lintasan dan menarik gadis itu melemparnya naik. Ia sendiri secepat kilat naik, sangat tepat waktu. Telat sedetik saja dia pasti sudah mati. Kerumunan masih ribut mengerubungi mereka, gadis itu tampak terisak dan masih dalam posisi jatuh setelah dilempar tadi, sementara si penolong berdiri di hadapannya.

"A-ano…terimakasih…" ucap si gadis. "Aku—…" ucapannya terputus saat si cowok penolong itu menarik kerah baju si gadis dengan kasar, membuatnya setengah berdiri.

"Cuma gara-gara benda seperti itu kau turun ke lintasan? Dan kenapa juga kau tidak melepas syal nya saja dan melompat naik?! Merepotkan saja!" omel si cowok dan kembali mendorong gadis itu dengan kasar, lalu beranjak pergi. Orang-orang disitu Cuma bisa sweatdrop dan cengok, beberapa malah gemetaran mendengar omelan cowok tadi. Sementara si gadis makin menangis parah sambil minta maaf pada sosok yang sudah menjauh itu. Naruto juga Cuma cengok, lalu melanjutkan langkahnya kembali ke tempat les.

Naruto agak grogi saat akan memasuki kelas. 'Pasti tidak ada yang kukenal nih,' batinnya. Ia memasuki kelas dan memandangi wajah-wajah yang memang tak dikenalnya, ia Cuma menghela nafas lelah. Ia berniat menuju tempat duduk di pojok belakang, sayangnya sudah ditempati. Tapi tempat di depannya kosong, jadi dia menuju kesitu.

"Permisi, boleh aku duduk di depanmu?" Naruto Cuma ingin memastikan bangku itu kosong. Orang yang ditanyainya itu tak menjawab karena sepertinya sibuk dengan bacaannya, Naruto menatap cowok itu. 'Eh? Cowok di stasiun tadi?' batinnya saat melihat wajah si cowok. Cowok yang barusan menolong gadis yang jatuh ke lintasan itu. Karena sepertinya cowok itu tidak akan menjawab, Naruto langsung duduk saja.

Tak berapa lama kemudian les dimulai. Saat sensei mengabsen, Naruto mengetahui nama cowok itu. Namanya Sasuke. Uchiha Sasuke.

"Baiklah, yang nilainya dibawah 50 tetap di kelas dan dapat pelajaran lanjutan," ucap sensei di akhir les.

'Eeeeeehhhh…!' erang Naruto dalam hati. Nilainya Cuma 20, dan dia shock saat melihat semuanya meninggalkan kelas. 'Masa Cuma aku yang nilainya dibawah 50?'

"Baiklah, kalian berdua, setelah ini dapat soal tambahan. Kerjakan dengan benar," ucap sensei.

'Kalian berdua?' batin Naruto. Ia baru menyadari kalau Sasuke, cowok di belakangnya tidak meninggalkan kelas.

'Ah, syukurlah bukan aku saja yang nilainya jelek,' batin Naruto.

"Kerjakan sendiri, jangan nyontek. Sensei tinggal sebentar," ucap si sensei lalu meninggalkan kelas.

Naruto menatap kertas soal di tangannya dan sama sekali tidak mengerti. "Ano sa," Naruto memutar badannya ke belakang. "Kau tahu bagaimana cara mengerjakan yang—…" dan Naruto langsung shock melihat kertas ujian Sasuke yang sebelum ini. Nilai nya sempurna.

"EEEEHHHHHH? Kalau nilaimu segitu kenapa kau masih tinggal di kelas?" ucap Naruto.

Sasuke melirik sebentar, tapi lalu kembali mengerjakan soal yang barusan dibagikan. Naruto mulai kesal. Dari awal pertanyaannya tak pernah dijawab.

(Readers bisa lihat gambarnya di: www. facebook indonesianmanga / photos / a. 387429501396276. 1073741828. 387318041407422 / 584145538391337 / ? type = 3 & theater (hilangkan semua spasi d link. Atau cukup kunjungi page 'Indonesian Manga' in facebook ^^/))

"Kalau kau sepintar itu ajari aku yang ini dong," Naruto meletakkan kertas ujiannya di meja dan menunjuk soal nomor satu. Sasuke terlihat menghentikan pekerjaannya lalu menatap Naruto.

"Bagian mana yang kau tidak mengerti?" tanyanya.

Naruto sedikit gembira juga akhirnya Sasuke merespon. "Etto, yang—…"

"Coba kerjakan dulu, kesulitanmu dimana? Nanti aku ajari."

Naruto kelabakan. Coba kerjakan? Dia sama sekali tidak tahu harus mulai dari mana dan mulai menghitung bagaimana. Dia sama sekali tidak mengerti.

"A-aku tidak mengerti…semuanya…" ucap Naruto.

Snap!

"Kalau begitu ulang saja dari SD! Masa rumus saja tidak tahu! Setidaknya pakai rumusnya lalu coba mengerjakan! Itu baru bisa kuajari! Kalau begini apanya yang minta diajari? Itu sama saja minta aku yang mengerjakannya!" omelan pedas Sasuke, sama seperti omelannya di stasiun pada gadis itu.

"A-aku tahu…tapi kan—…"

"Kyyyyaaaaaa Sasuke-kuuunnn…" serombongan gadis-gadis memasuki kelas dan langsung menghampiri Sasuke.

"Sensei lama sekali perginya. Padahal kami sudah tidak sabar ingin menyapamu."

"Eehhh?" Naruto yang terdesak keberadaannya karena cewek-cewek itu, tengah bergulat untuk sekedar duduk nyaman di bangkunya sendiri yang kini berjejal sesak manusia.

"Tenang saja, sensei sudah kami kunci di kamar mandi," ucap gadis-gadis itu.

"Eeeeehhh? Bukannya itu gawat?" ucap Naruto tapi sepertinya tak ada yang menghiraukan. Naruto tidak tahu lagi harus berbuat apa, bangkunya sudah penuh sesak, tidak bisa keluar dari tempatnya untuk pindah ke bangku lain yang kosong, dia juga sama sekali tidak bisa mengerjakan soal nya, ditambah para gadis itu sangat ribut meneriaki Sasuke. Jadi dia Cuma bisa pasrah saja.

"Gimme break…" keluhnya.

~OoooOoooO~

Setelah para fans girl itu diusir oleh sensei yang marah-marah karena dikunci di kamar mandi, akhirnya les dibubarkan mengingat sensei itu sudah tidak punya mood untuk mengoreksi ujian barusan. Soal itu pun dijadikan tugas rumah. Naruto merasa sangat beruntung, pasalnya dia belum mengerjakan satu soal pun. Sasuke sepertinya juga terhenti di nomor tiga, nomor yang ia kerjakan sebelum fans girl itu menyerbu.

"Mereka ganas sekali ya," Naruto berusaha mengobrol saat ia dan Sasuke berjalan bersama keluar dari tempat les. Lagi-lagi Sasuke tak menjawab. "Ah, soal yang tadi, kau kan dapat nilai sempurna. Kenapa ikut tambahan?"

"…" tak langsung menjawab. "…menghabiskan waktu," jawabnya kemudian tanpa menatap Naruto.

Naruto Cuma bengong lalu meletakkan tangannya di belakang kepala. "Menghabiskan waktu di tempat les? Rajin sekali. Kalau aku sih mending tidur di rumah," ucapnya.

Seperti biasa, Sasuke tak menjawab. Tapi bukan Naruto namanya kalau berhenti mengoceh.

"Oh iya, tadi kita berangkat bersama lewat stasiun. Apa pulangnya kau juga pakai kereta juga?" tanya Naruto.

"Tidak. Aku menginap di tempat teman. Ada tugas kelompok," jawab Sasuke.

"Tugas kelompok?"

Sasuke melirik Naruto sesaat. "Kau mungkin belum sadar atau apa, di tempat les tadi kebanyakan berasal dari satu sekolah. Bisa dikatakan tempat les wajib bagi SMU ku."

"Ehh? Pantas saja tadi mereka kelihatan sudah akrab satu sama lain meski ini awal les. Chee, aku belum punya kenalan siapapun. Ah, sekarang aku kenal kau. Kita berteman ya?" cengir Naruto.

"…" Sasuke Cuma melirik dengan tatapan flat.

"Gh…apa-apaan tatapanmu itu…!"

"…"

"…oi…"

~OoooOoooO~

Keesokan harinya Naruto masih harus berangkat les. Dia sudah mengerjakan asal-asalan PR nya dengan rumus yang entah dia pungut dari mana. Dia Cuma bisa berharap salah satu dari jawaban asalnya bisa benar.

Dia duduk di bangkunya sambil membuka buku bahasa Inggris. Mencoba membaca walau alhasil dia malah mengeluarkan Manga dan justru membaca benda keramat itu. Sensei masih belum datang, memang belum waktu nya masuk. Tapi kelas sudah ramai, mungkin karena Sasuke. Ia tampak sedang ngobrol dengan teman-teman cowoknya, sementara cewek-cewek memandanginya dengan mata berbinar-binar.

"Ayolah Sasuke, nanti ikut Goukon ya…Cewek-cewek bakal banyak yang ikut kalau kau ikut," terdengar seorang cowok mencoba membujuk Sasuke.

"Huh? Bukannya kalian sendiri yang bilang kalau aku ikut malah akan merusak segalanya?" jawab Sasuke.

"Y-yeah mau bagaimana lagi, nanti cewek nya nempel ke kau semua. Tapi kita kekurangan orang nih, yang lain sudah punya pacar dari Goukon Goukon sebelumnya."

"Baiklah, aku ikut."

"Yosh! Tinggal cari cowok satu lagi."

Naruto Cuma bisa tersenyum tipis memandangi Sasuke. Pasti senang jadi cowok seperti dia, supel, punya teman cowok banyak dan teman cewek juga banyak. Sudah begitu ganteng, rajin, dan pintar. Kalau cowok seperti Sasuke pasti…siapa saja akan bangga jika jadi pacarnya. Siapa saja pasti akan mengumumkan ke seluruh dunia kalau Sasuke adalah miliknya. Tidak seperti dirinya…

Naruto meletakkan kepalanya ke meja, memandangi langit gelap di luar sana. Mata biru sapphire nya membola saat melihat gumpalan tipis putih mulai turun perlahan. Salju pertama di musim itu. Lagi, ia tersenyum tipis. Natal besok dia akan sendirian, mungkin di tahun baru juga.

"Hoi…!" Naruto berjingkat kaget saat seseorang berteriak di telinganya. Ia langsung bangkit dan siap marah-marah. "Apaan sih Sasuke Teme!" omelnya pada orang yang barusan meneriaki kupingnya.

"Salahmu sendiri ditanya tidak menjawab," Sasuke menjulurkan lidahnya meledek.

"Guh…memangnya tanya apa?" kesal Naruto.

"Kau mau ikut Goukon tidak? Kami kekurangan orang," ucap Sasuke dan menunjuk dua orang kawannya yang berambut perak keunguan dan seorang bersurai jingga. Naruto terdiam sejenak, lalu tersenyum dan mengangguk dengan semangat.

"Yosh! Sudah diputuskan! Kita akan ke Goukon minggu depan!" semangat si surai perak.

Grek!

Sensei memasuki kelas dan semua murid kembali ke bangku nya. Naruto memutar badannya ke Sasuke.

"Termakasih sudah mengajakku. Dengan begini aku punya teman di kelas ini," cengir Naruto yang Cuma dijawab 'hmph' oleh Sasuke.

Les berakhir, dan tumben Naruto tidak harus tinggal di kelas karena kali ini dia mendapat nilai 60 di Bahasa Inggris. Dengan bangga dia menunjukkannya pada Sasuke walau Cuma ditatap flat.

"Sasuke, apa kau mau tinggal di kelas lagi? Kita ke café deh, membahas Goukon nya," ucap si surai perak saat kelas bubar.

"Boleh deh, sepertinya si Dobe ini juga sedang beruntung mendapat nilai di atas 50," jawab Sasuke.

"Apa?! Dobe katamu? Dan apanya yang kau bilang beruntung? Aku betul-betul mengerjakannya tahu!" omel Naruto.

"Baiklah kalau begitu. Oi Juugo, kau ikut juga kan?" panggil si surai putih pada si surai jingga. Juugo mengangguk.

"Suigetsu, kau sudah memesan tempat di café belum? Kau kan tahu biasanya penuh di jam segini?" tanya Juugo.

"Sudah dong. Ayo jalan."

Mereka berempat pergi ke sebuah café bernama Flattour café, terdiri dari dua lantai dengan lantai dua yang tidak memiliki dinding. Mereka duduk di lantai dua, dekat pagar pembatas. Ngobrol sambil memandangi suasana kota yang mulai memutih karena salju walau tak begitu deras.

"Ini nih cewek-cewek yang lolos seleksi buat ikut Goukon bareng Sasuke," Suigetsu memosisikan laptopnya di ujung meja sehingga mereka berempat bisa melihat.

"Seleksi?" heran Naruto. Sasuke juga tampak mengerutkan alis.

"Hehehe sebenarnya Goukon dengan Sasuke sudah terencana jauh-jauh hari, aku bilang 'kekurangan orang' padanya sih buat alasan saja," cengir Suigetsu. Baik Naruto maupun Sasuke tampak terbelalak saat melihat layar laptop yang sedang menampilkan homepage sebuah fanpage bernama Sasuke's Official Page. Lebih shock lagi saat melihat angka likers nya yang mencapai lebih dari 20 ribu.

"Kau gila," ucap Sasuke setelah diam beberapa saat. "Aku sama sekali tidak membuat fans page macam ini."

"Hehehe karena aku tahu kau tidak akan membuatnya makanya aku yang buat. Lagipula aku sudah izin padamu dan kau menyetujuinya," ucap Suigetsu.

"Kapan?"

"Waktu dulu kubilang fans girl mu harus ditampung di suatu tempat supaya tidak merepotkanmu."

"Kukira maksudmu kau sedang bercanda untuk memenjarakan mereka di suatu tempat."

"Fufu sudahlah. Hal kecil begitu tidak usah dipikirkan. Yang jelas—…" ucapan Suigetsu terhenti saat Sasuke menggerakkan kursor dan mengeklik bagian photos. Ia kembali shock melihat foto-fotonya sendiri yang ia tak merasa pernah berfoto.

"Dia papparazi nya. Suruhanku. Dia sekelas denganmu sih," cengir Suigetsu sambil menunjuk Juugo.

"Tenang saja, aku tidak memotret yang aneh-aneh kok," ucap Juugo. "Dan aku juga jarang posting, supaya mereka tetap penasaran padamu."

Jumlah postingan fotonya memang Cuma sedikit, dan itu juga foto Sasuke dalam pose biasa, seperti membaca buku atau membaca buku atau duduk diam dan duduk sambil diam. Oke, terlalu biasa. Jadi sepertinya Sasuke tidak begitu kesal.

"Tetap saja kalian harusnya memberitahuku," gerutu Sasuke sambil menopang dagunya.

"Aku baru saja melakukannya," Suigetsu menjulurkan lidah, Naruto ikutan tertawa. "Baiklah, kembali ke Goukon. Dari page ini aku mengadakan semacam quiz dan kami sudah menyeleksi keempat pemenangnya. Ini profil mereka," Suigetsu mengeklik homepage nya lalu memperlihatkan hasil quiz dan profil pemenangnya. "Yang pertama Hyuuga Hinata dan Yamanaka Ino, mereka dari SMU Blossom. Lumayan kan?" cengir Suigetsu memperlihatkan foto sexi seorang gadis berambut pirang panjang dan seorang gadis yang tampak kalem bersurai hitam. "Lalu yang satu Uzumaki Karin dari SMU Kou—…"

"Aaaarrrggggghh…!" jerit Naruto sambil menunjuk foto gadis bersurai merah bernama Karin itu. Fotonya sangat sexi dan menggoda.

"Ada apa?" tanya Suigetsu.

"Dia dari clan Kaa-san ku. Aku tidak begitu mengenalnya sih, tapi…ya ampun, dia ikutan daftar buat Goukon sama Sasuke? Astaga, ya ampun…ogh…"

"Hei, memangnya seburuk itu?"

"Huh? Entahlah. Yang kuingat dia dua tahun lebih tua dariku."

"EEEEHHHH?" shock Suigetsu, Juugo dan bahkan Sasuke.

"Tapi dia mengaku masih kelas dua SMU seperti kita," Suigetsu menyecroll data diri Karin.

"Chee, tidak mungkin. Kaa-san bilang dia sedang kuliah akuntansi kok. Dan…ya ampun. Fotonya beda sekali dengan aslinya," tambah Naruto. Ketiga temannya langsung menatap horror.

"Jadi maksudmu sebenarnya dia tidak cantik?" shock Juugo.

"Err…lumayan cantik sih. Tapi yang jelas beda banget sama foto ini."

"Ugh…sudahlah, itu urusan nanti di Goukon saja. Lalu, ini peserta terakhir," Suigetsu menyecroll nya ke bawah dan menunjukkan profil peserta terakhir.

Deg!

Jantung Naruto seolah berhenti berdetak.

"Dia paling maniak dengan Sasuke. Hampir tiap hari dia posting di page ini dan curhat mengenai Sasuke dan perasaannya. Di page ini dia sudah berkali-kali minta ketemuan dengan Sasuke dan bilang mau melakukan apa saja. Lumayan berisik sih, tapi dia manis juga."

Deg!

"Kau kenal dia Sasuke?"

Deg!

"Tidak."

Deg!

"Dia bilang pernah bertemu denganmu sekali saat festival budaya di SMP. Sejak itu dia tergila-gila padamu."

Deg!

"Huh? Festival budaya? Biasanya aku kan bolos kalau ada festival. Ah, tapi pernah ikut sekali saat kelas satu SMP."

Deg!

"Apa? Jadi dia sudah menyukaimu selama itu? Hahaha dasar maniak. Sekali ini deh kabulkan permintaannya untuk bertemu denganmu."

Deg!

"Siapa namanya?"

Deg!

"Mm…Sa-ku-ra. Ya, Haruno Sakura."

Piiiiiiiipppppp—…

.

.

.

~To be Continue~

.

.

.

Umm, apa ada yang belum tau Goukon? :3a itulah acara ketemuan rame-rame cowok cewek, biasanya niatnya biar dapet pacar gitu.