Previous Chapter:

Suara seorang pria tiba-tiba muncul dan menganggu kebahagiaan Luhan, Sehun, dan Jaera.

Luhan dan Sehun sontak menghentikan gerak ayunan mereka, dan mereka serentak mengarahkan kepala mereka ke arah kiri. Arah dimana suara seorang pria tiba-tiba menginterupsi momen mereka.

Mata Luhan seketika membulat saat ia dengan sempurna melihat wajah orang yang telah merusak momennya dengan Jaera dan Sehun. Wajah Luhan pun berubah menjadi pucat ketika bibirnya melafalkan sebuah nama...

"Lee Jinki..."

LAST CHAPTER [3/3]!

- The Ex and The Truth -


Pria bernama Lee Jinki sedikit menyeringai ketika ia mendengar Luhan membisikkan namanya dengan lemah. "Kau masih mengingatku, sayang? Uh, aku tersentuh."

Kini Sehun merasa sangat bingung. Ia tidak tahu sama sekali tentang pria yang kini berjalan ke arahnya dan Luhan, lalu pria itu berhenti tepat di hadapan Luhan yang masih memangku Jaera.

Kenapa pria itu memanggil Luhan dengan sebutan sayang? Apa hubungan antara Luhan dengan Jinki? Apa...Jinki itu adalah mantan suami Luhan? Wajah Jinki memang memiliki sedikit kemiripan dengan wajah Jaera, terutama di bagian mata dan bibir. Mata Jaera sedikit sipit, mirip seperti mata Jinki. Dan bibir Jaera bentuknya juga mirip dengan bentuk bibir Jinki. Benarkah Jinki adalah ayah biologis Jaera?

Segala pemikiran Sehun teralihkan ketika ia melihat Jinki menggerakkan tangan kanannya, lalu berusaha menyentuh rambut halus Jaera. Tapi rupanya Jaera justru ketakutan dan semakin bersembunyi di dalam pelukan Luhan.

Wajar jika Jaera ketakutan, karena sosok pria di depannya memang sedikit menyeramkan. Wajah Jinki tampak kusut, dan rambutnya pun berantakan. Jangan lupakan pula aroma alkohol yang menguar setiap kali pria itu membuka mulutnya—pria itu sedang mabuk atau apa? Tentu Jaera merasa tidak nyaman berada di dekat pria seram itu.

"Kenapa kau takut denganku, baby? Kenapa kau takut dengan...ayah kandungmu?"

Dan ucapan Jinki itu seolah menjadi konfirmasi atas segala rasa penasaran yang mendera diri Sehun. Ternyata benar bahwa Jinki merupakan ayah kandung Jaera, dan juga merupakan mantan suami Luhan. Entah mengapa kini tiba-tiba Sehun mengepalkan tangannya kesal.

Sehun semakin merasa kesal ketika Jinki masih saja berusaha untuk menyentuh Jaera padahal gadis kecil itu saat ini semakin merasa ketakutan.

Dan akhirnya Sehun memutuskan untuk bertindak karena ia sudah tidak tahan lagi. Pemuda itu bangkit dari ayunan yang didudukinya, kemudian mencekal tangan Jinki yang berusaha menyentuh Jaera. "Kau tidak lihat dia ketakutan seperti itu? Berhenti mendekatinya!" Sehun menghempaskan kuat-kuat tangan kanan Jinki.

Jinki sedikit terkejut karena ulah Sehun, tapi ia dengan cepat bisa mengontrol dirinya dan langsung menyeringai ke arah Sehun. "Siapa kau? Kekasih baru Luhan? Atau...suaminya yang baru? Kau sungguh tidak beruntung, teman," Jinki dengan penuh kepura-puraan menepuk-nepuk bahu Sehun, seolah ia merasa iba pada Sehun.

Di sisi lain, kini Luhan semakin mengeratkan pelukannya pada putrinya, dan kepalanya tertunduk dalam. Ia memiliki firasat buruk. Jinki pasti akan membongkar identitasnya yang sebenarnya, dan harga diri Luhan di depan Sehun akan hancur seketika. Ia baru saja ingin berharap pada Sehun, tapi kini kehancurannya justru muncul di depan mata.

Mana mau Sehun dengannya jika Sehun tahu tentang dirinya yang sebenarnya? Luhan harus segera berhenti berharap jika ia tak mau terlalu merasa kecewa dan sakit hati.

"Apa maksud dari perkataanmu itu? Jangan bicara macam-macam!" dengan kasar Sehun menepis tangan Jinki dari bahunya, dan ia menatap Jinki tajam. Sungguh. Sehun rasanya benar-benar membenci sosok pria bermata sipit di depannya itu.

Jinki malah kembali menyeringai mendengar ucapan Sehun. "Kau sungguh tidak beruntung, teman," kembali Jinki mengulang perkataannya tadi. "Kenapa kau mau berdekatan dengan wanita jalang ini? Seharusnya kau membuangnya, sama seperti apa yang aku lakukan padanya setahun yang lalu."

Luhan semakin gugup di atas ayunannya, dan Sehun menyempatkan diri untuk melirik ke arah Luhan sebelum akhirnya ia kembali menatap Jinki dengan tajam. "Jaga ucapanmu, brengsek!" Sehun mendesis marah pada Jinki. Dua tangannya terkepal erat seolah siap untuk menghajar Jinki, tapi sebisa mungkin ia menahan diri karena ia tak ingin terlibat pada perkelahian bodoh.

"Kenapa aku harus menjaga ucapanku?" Jinki terkekeh seolah ada hal lucu yang pantas untuk ia tertawakan. "Aku mengatakan hal yang sebenarnya, tapi sebaiknya kau menanyakan secara langsung mengenai hal itu pada Luhan karena ia pasti bisa bercerita dengan lebih baik dan lebih dramatis daripada aku. Selamat tinggal. Semoga kau beruntung, teman," sekali lagi Jinki menepuk bahu Sehun sebelum akhirnya pria aneh itu pergi dari hadapan Sehun.

Sehun sejenak memejamkan mata dan menghela nafas berat, sebelum akhirnya pemuda itu kembali membuka matanya dan kembali duduk di atas ayunan yang ada di sebelah ayunan tempat Luhan duduk. "Kau baik-baik saja, noona?"

Luhan secara pelan mengangkat kepalanya, dan ia menatap Sehun dengan sendu. "D—dia adalah mantan suamiku," Luhan berucap dengan lirih dan lemas.

"Noona tidak perlu menceritakan apa-apa padaku jika noona belum siap. Aku bisa mengerti hal itu, dan aku pun tidak percaya pada apa yang pria itu ucapkan," dengan lembut Sehun menenangkan Luhan karena ia tahu bahwa wanita itu kini sedang merasa ketakutan.

Tapi dengan cepat Luhan menggelengkan kepalanya. "Tidak, Hun-ah. Kau harus tahu tentang aku. Aku tidak ingin dekat denganmu dalam lingkup kepalsuan. Kau...harus tahu siapa diriku yang sebenarnya," Luhan bersikeras untuk mengungkap segalanya. Sepertinya ia tak tahan lagi jika harus menyimpan rahasianya. Sehun berhak tahu tentang semuanya, dan akan sangat tidak adil jika ia menutup-nutupi segalanya dari Sehun.

"Aku benar-benar tidak ingin memaksa noona untuk bercerita..." Sehun memberanikan diri untuk menggenggam sebelah tangan Luhan yang tadi digunakan untuk memeluk tubuh Jaera.

"Aku tidak meraksa dipaksa, Hun-ah. Aku harus bercerita sekarang. Sebelum pertemuan pertama kita di apartemen Kyungsoo beberapa hari lalu, kau pasti sama sekali tidak pernah tahu tentang aku, 'kan? Yifan tidak pernah bercerita tentang diriku, 'kan?" Sehun pun mengangguk untuk menjawab pertanyaan Luhan. "Yifan memiliki alasan kenapa ia tidak menceritakan tentang diriku padamu dan pada sahabat-sabahatmu yang lain. Kau pasti merasa penasaran pada alasannya itu, 'kan?"

Kali ini Sehun tak mengangguk, tapi juga tak menggeleng. Ia benar-benar tak ingin memaksa Luhan, jadi ia memutuskan untuk diam saja.

"Yifan tidak pernah menceritakan perihal diriku pada kalian karena...ia merasa malu," Luhan kembali bicara, dan ucapannya itu cukup mengejutkan untuk Sehun. "Yifan merasa malu karena aku adalah seorang sepupu yang sangat memalukan. Aku adalah wanita yang sangat bebas. Pergaulanku sangat bebas. Sejak dulu aku senang mabuk-mabukan, dan bahkan sejak dulu aku senang melakukan...free sex."

Kini ekspresi Sehun tampak lebih kaget dari sebelumnya. Ia seperti tak ingin percaya pada apa yang ia dengar. Di matanya, Luhan tak ubahnya seperti wanita polos yang sangat baik dan lugu. Bagaimana bisa jika ternyata Luhan merupakan wanita liar yang gemar mabuk-mabukan dan juga gemar melakukan seks bebas? Jadi benar bahwa Luhan ternyata adalah wanita jalang?

Di sisi lain, Luhan menyadari bahwa Sehun amat sangat terkejut mendengar pengakuannya. Luhan merasa sangat takut, karena kini Sehun bahkan melepaskan genggaman tangannya dengan tangan Luhan. Pasti Sehun merasa sangat jijik pada Luhan hingga pria itu tak sudi lagi bersentuhan fisik dengannya.

Tapi cerita Luhan belum selesai. Wanita itu masih akan melanjutkan ceritanya. "Jaera sebenarnya adalah buah dari salah satu seks bebas yang aku lakukan, dan itu adalah seks yang aku lakukan bersama Jinki. Orang tuaku tiga tahun lalu mengirimku ke Korea agar aku bisa memperbaiki diri, tapi ternyata aku tetap berbuat dosa disini. Pada suatu malam aku pergi ke sebuah klub malam, dan disana aku melakukan one night stand dengan Jinki yang membuatku hamil."

Sehun masih belum berkata apa-apa untuk menanggapi cerita Luhan. Hal yang didengarnya itu sangat sulit untuk dipercaya, dan ia pun tak ingin percaya. Jaera adalah anak di luar nikah? Jaera adalah anak yang lahir tanpa adanya cinta diantara dua orang tuanya? Hati Sehun rasanya miris setelah ia mengetahui fakta itu. Sampai-sampai sekarang Sehun hanya bisa menatap Jaera dengan tatapan nanar. Jaera sendiri saat ini masih bersembunyi dalam pelukan ibunya karena ia masih merasa ketakutan.

"Jinki awalnya tak mau bertanggung jawab. Ia bahkan melarikan diri saat tahu bahwa aku hamil. Tapi Yifan dan orang tuanya terus memburu Jinki dan memaksa pria itu agar mau menikahiku. Kami pun akhirnya menikah saat usia kandunganku sudah tiga bulan. Pernikahan kami sangat gelap dan menyedihkan. Selama satu setengah tahun aku menjadi istrinya, tak sekalipun kami saling berbagi cinta. Jinki bahkan terus pergi dari rumah dan menjalin hubungan dengan wanita lain. Lama-lama aku tidak tahan, dan akhirnya aku melayangkan gugatan cerai."

Sekarang Sehun mengalihkan pandangannya ke arah Luhan, dan ia menatap wanita itu dalam diam. Luhan sendiri kini menundukkan kepalanya dalam-dalam karena ia merasa malu. Ia merasa sangat kotor dan tak pantas untuk bertatapan dengan Sehun.

Cukup lama mereka semua dilanda keheningan. Luhan sudah mengungkapkan semua rahasianya, dan kini ia tak tahu lagi apa yang harus ia lakukan. Ia merasa tak punya muka lagi di hadapan Sehun, jadi ia memutuskan untuk berdiri dari ayunannya, dan dengan pelan mulai berjalan menjauhi Sehun.

Sehun tertegun oleh pergerakan Luhan, dan untuk beberapa saat ia hanya diam ketika melihat Luhan semakin menjauh darinya. Luhan memang pernah menjadi wanita kotor, tapi sekarang Luhan sudah berubah. Luhan sudah berubah menjadi ibu yang sangat baik untuk Jaera, dan Luhan pantas mendapatkan kesempatan kedua. Lagipula, Sehun sepertinya tidak rela jika ia harus...kehilangan Luhan.

Setelah beberapa saat berpikir, Sehun akhirnya bangkit dan berlari untuk mengejar Luhan. Begitu Luhan sudah berada di dalam jangkauannya, pria itu langsung memeluk Luhan dari belakang. "Jangan tinggalkan aku, noona," Sehun berbisik tepat di samping telinga kanan Luhan. Tentu saja Luhan kaget karena perlakuan Sehun, tapi ia tetap diam saja. "Semua orang pasti pernah melakukan dosa di masa lalu, tapi tidak ada dosa yang tidak termaafkan. Noona berhak mendapatkan kesempatan kedua."

Luhan masih diam. Seluruh tubuhnya seperti menghangat karena pelukan Sehun dan juga karena perkataan Sehun yang begitu tulus. Apalagi Sehun semakin lama justru semakin mengeratkan pelukannya seolah ia tak ingin Luhan pergi. Tanpa sadar tetes demi tetes air mata mulai membasahi pipi Luhan. Ia merasa begitu bahagia karena Sehun tidak membencinya dan tidak menjauhinya. Tak dapat dipungkiri bahwa Luhan memang menganggap Sehun sebagai sosok yang istimewa. Luhan...jatuh cinta padanya.


Hari ini berlalu dengan cukup cepat. Setelah adegan menyesakkan di taman bermain, Sehun, Luhan, dan Jaera kembali ke rumah bibi Wu. Bibi Wu sempat bertanya macam-macam karena mereka pergi terlalu lama, tapi pada akhirnya ibu kandung mendiang Yifan itu berhenti bertanya dan memutuskan untuk bermain dengan si kecil Jaera. Bibi Wu sangat ingin segera bisa menimang cucu, dan kehadiran Jaera seperti mengobati dahaganya.

Seharian penuh mereka semua bermain di rumah bibi Wu, dan beberapa menit lalu Sehun, Luhan, dan Jaera memutuskan untuk pamit pulang. Jadilah sekarang ketiganya sudah berada di dalam mobil Sehun untuk kembali ke apartemen Kyungsoo.

Hari sudah hampir sore, dan Jaera sepertinya sudah kelelahan. Gadis kecil itu kini tampak tak berdaya dan hanya bisa bersandar lemah di dada sang ibu. Pasti gadis itu akan segera menyelami alam mimpinya.

"Noona harus melupakan semuanya," Sehun tiba-tiba bersuara, dan itu membuat Luhan menoleh ke arahnya. "Masa lalu noona. Semua itu harus dilupakan. Semua orang pernah berbuat salah di masa lalu. Demikian pula denganku."

Luhan sejenak mengerutkan dahinya sebelum ia bertanya. "Kau pernah melakukan kesalahan besar di masa lalu?"

Tanpa ragu Sehun mengangguk. "Tentu saja pernah. Salah satu kesalahan besarku terjadi saat aku tidak menghadiri pemakaman Yifan hyung, bahkan aku terlambat mengetahui perihal kematian Yifan hyung," Sehun masih saja merasa bersalah karena dua hal itu. "Dan kesalahan besarku lainnya berhubungan dengan ceritaku tadi pagi. Ceritaku tadi pagi belum selesai, 'kan?"

Luhan untuk beberapa saat mengingat-ingat cerita Sehun tadi pagi. Iya, cerita Sehun yang berkaitan dengan rasa cintanya pada Kyungsoo. Cerita Sehun yang membuat Luhan sedikit merasa terluka.

Cerita itu sepertinya memang belum selesai. Sehun belum menceritakan tentang permasalahan yang mereka hadapi sehingga hubungan mereka menjadi berubah padahal awalnya hubungan mereka semua baik-baik saja.

"Aku melakukan kesalahan besar karena aku meminta Jongin untuk menjauhi Kyungsoo noona, hanya karena aku mencintai Kyungsoo noona dan tidak rela jika Jongin memiliki Kyungsoo noona. Dua sahabatku yang lain juga melakukan hal yang sama. Kami semua menghancurkan hubungan Jongin dan Kyungsoo noona karena keegosian kami. Itu adalah kesalahan yang besar, 'kan?"

Kini ekspresi Luhan sedikit berubah. Wajahnya yang tadi tampak sedih, kini tampak kaget. Selama ini ia memandang Sehun sebagai sesosok pria yang dewasa, dan ia tak menyangka jika Sehun bisa melakukan hal yang kekanakan begitu. "Ternyata kau cukup egois," kalimat itulah yang akhirnya disuarakan oleh Luhan.

Sehun tersenyum kalem menanggapi kelimat itu. "Ya, aku memang egois. Keegoisanku itu adalah kesalahan terbesarku. Aku lebih hina daripada noona karena aku menghancurkan sahabatku sendiri. Tapi semua kesalahan bisa diperbaiki. Seperti usahaku sekarang untuk memperbaiki hubungan Jongin dan Kyungsoo noona."

"Ya. Semua kesalahan memang bisa diperbaiki, tapi sampai sekarang aku merasa belum bisa memperbaiki kesalahanku di masa lalu," Luhan berucap dengan lirih dengan kepala yang tertunduk lemah. Ia memandangi wajah Jaera yang kini benar-benar sudah terlelap dengan damai.

"Noona sudah memperbaiki kesalahan noona. Noona sudah menjadi ibu yang sangat baik untuk Jaera, dan itu membuktikan bahwa noona sudah berubah."

Luhan menghela nafas berat, sebelum akhirnya ia kembali menolehkan kepalanya ke arah Sehun yang fokus menyetir. "Tapi aku masih merasa kotor, Hun-ah. Tak ada pria yang mau menerimaku. Orang tuaku di China beberapa kali mencoba untuk menjodohkanku dengan beberapa pria, tapi pada akhirnya mereka menolakku setelah mereka tahu mengenai aib masa laluku. A—aku merasa hina dan sangat kotor."

Sehun sedikit menggerakkan bola matanya untuk melirik Luhan, dan ia terkejut karena ternyata kini Luhan mulai menangis. Sehun sedikit merasa panik. Apa yang bisa ia lakukan untuk menenangkan Luhan saat ia sedang menyetir seperti ini? Ia tentu tak bisa memeluk Luhan, 'kan?

Jadilah akhirnya Sehun mencari alternatif lain agar ia bisa menenangkan Luhan. Hal yang ia lakukan sekarang adalah menggerakkan tangan kanannya secara pelan untuk menggenggam tangan kiri Luhan yang tadi digunakan untuk memeluk Jaera.

Luhan terkejut, dan ia semakin kaget ketika tiba-tiba saja Sehun mendekatkan tangan dalam genggamannya ke arah bibirnya, kemudian mulai mengecup punggung tangan Luhan itu dengan dalam dan penuh perasaan. Mata rusa Luhan seketika membulat, dan jantung Luhan berdegup dengan sangat cepat. Sensasi apakah ini? Belum pernah Luhan merasakan sensasi itu. Ia sangat sering bermain dengan banyak pria, namun tak sekalipun ia merasakan sensasi memabukkan itu.

"Noona tidak kotor. Jika noona memang kotor, tentu aku tidak akan mau mengecup tangan noona seperti ini, 'kan?" kembali Sehun mengecupi tangan Luhan dengan penuh penghayatan dan penuh perasaan. Hal itu benar-benar membuat pipi Luhan terasa panas, dan rona merah samar mulai merayap memenuhi pipi putih itu.

Sehun tampak tersenyum lega karena kini Luhan sudah berhenti menangis. Ia tak lagi mengecupi tangan Luhan, tapi ia masih menggenggam tangan Luhan di atas paha kanannya. Sesekali ia menggerakkan ibu jarinya di punggung tangan Luhan untuk memberikan penguatan atas perkataannya tadi.

Sehun merasa sedih saat tadi ia melihat Luhan menangis. Ia tak tahu kenapa ia bisa merasa begitu sedih. Rasanya sama seperti saat ia melihat Kyungsoo menangis. Tapi Kyungsoo adalah orang yang istimewa baginya, jadi wajar jika kepedihan Kyungsoo memberi dampak juga untuknya. Sedangkan Luhan hanyalah teman biasa untuk Sehun, jadi ia merasa sedikit tidak wajar ketika ia merasakan perasaan itu. Apa kini perasaan Sehun pada Luhan mulai berubah?


Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih dua jam, Sehun, Luhan, dan Jaera akhirnya sampai di apartemen Kyungsoo.

"Ehm, apa Jaera berat? Sini biar aku saja yang menggendongnya," Luhan berujar lirih ketika dirinya dan Sehun baru saja masuk ke dalam apartment.

Jaera masih tertidur pulas sejak di mobil tadi. Sehun tidak tega saat melihat Luhan menggendong Jaera, jadi tadi ia mengambil alih Jaera ketika mereka berada di dalam lift. Tubuh Jaera lumayan berat, dan tentu Sehun tidak tega jika Luhan harus menggendong tubuh gadis cantik yang sedang tertidur itu.

"Jaera tidak berat, noona," Sehun tersenyum tulus pada Luhan, dan mencium kening Jaera penuh sayang. "Malam ini Jaera tidur dimana, noona?"

"Jaera tidur di kamar Kyungsoo saja bersamaku. Sudah dua malam Jaera tidur denganmu, dan pasti ia mengusik tidurmu."

Sehun terkekeh, dan ia melangkahkan kakinya untuk memimpin jalan menuju tangga karena mereka akan ke kamar Kyungsoo di lantai dua. "Itu tidak benar, noona. Aku justru senang tidur bersama Jaera. Aku bisa menciumi wajah cantik Jaera sepanjang malam."

Wajah Luhan mulai merah karena emosi sekaligus merasa malu. "Y—ya! Kenapa kau jadi pedofil, huh?" Luhan memukuli punggung Sehun dari belakang, dan saat itulah kedua manusia dewasa itu berpapasan dengan Kyungsoo di tengah tangga.

"Hey, bisakah kalian bermesraan di tempat lain? Aku harus segera menyiapkan makan malam."

Luhan blushing parah mendengar godaan Kyungsoo, sedangkan Sehun malah mendengus dan berjalan melewati Kyungsoo. Sebenarnya Sehun bertingkah sok acuh begitu hanya untuk menyembunyikan kegugupannya. Tak dapat dipungkiri bahwa Sehun merasa gugup hanya karena godaan Kyungsoo.

"Uh, kau membuat Sehun marah, Kyungsoo!" Luhan menyempatkan diri untuk mencubit pipi Kyungsoo sebelum akhirnya ia berlari menyusul Sehun.

Klek. Luhan membukakan pintu kamar Kyungsoo, dan Sehun langsung bergerak memasuki kamar itu.

Sehun dengan pelan berjalan menuju ranjang, kemudian dengan hati-hati membaringkan tubuh Jaera di tengah ranjang. "Jaera tidak mandi hari ini?" tanya Sehun ketika Jaera sudah berbaring nyaman di atas ranjang.

Luhan mendudukkan dirinya di tepi ranjang, kemudian membelai rambut putrinya dengan lembut. "Sepertinya ia tidak usah mandi. Ia tidur sangat nyenyak, dan aku tidak tega untuk membangunkannya."

Sehun mengangguk sekali sebelum ia mendudukkan tubuhnya di sisi lain tubuh Jaera yang tidak ditempati oleh Luhan—tentu ia terlebih dahulu melepas sepatunya agar ia bisa naik ke tengah ranjang. Tangan besar pria itu kini bergerak menuju ke arah kepala Jaera. Ia bermaksud untuk ikut membelai rambut Jaera, tapi yang terjadi adalah...tangannya justru bersentuhan dengan tangan Luhan.

Luhan berjengit kaget karena kontak fisik mereka. Ia menduga bahwa Sehun akan segera menarik tangannya, namun ternyata dugaannya salah. Sehun justru tersenyum dan menggenggam tangannya dengan lembut. "Kenapa tangan noona begitu pas berada di dalam genggamanku? Lihatlah, dua tangan kita seperti potongan puzzle yang saling melengkapi," Sehun berujar seraya matanya terus mengamati tangannya dan tangan Luhan yang saling bertaut.

Luhan tentu saja langsung merona seketika. Jantungnya lagi-lagi berdetak dengan kencang, dan ia merasakan kehangatan menjalar ke seluruh tubuhnya. Sehun benar. Tangan mereka begitu pas ketika saling menggenggam seperti itu. Apa...mereka memang ditakdirkan untuk bersama?

"Para pria itu begitu bodoh karena menolak noona. Di mataku, noona begitu sempurna," kembali Sehun bersuara, tapi kali ini matanya tidak lagi mengarah pada tangannya dan tangan Luhan yang masih saling menggenggam. Matanya kini tertuju pada wajah Luhan. Menatap wajah ayu itu dengan intens.

"Apa di matamu, aku sama sempurnanya dengan Kyungsoo?" Luhan bertanya seraya ia menatap balik Sehun dengan tatapan yang juga intens.

Sehun berjengit kaget mendengar pertanyaan Luhan. Ia kaget karena Luhan tiba-tiba membawa-bawa nama Kyungsoo dalam pembicaraan mereka. Sehun sudah bisa sedikit move on dari Kyungsoo, dan ia merasa terkejut karena tadi Luhan menyebut nama Kyungsoo.

Sehun tak tahu harus menjawab apa untuk pertanyaan Luhan itu. Ia masih memiliki perasaan untuk Kyungsoo, dan perasaan itu tak bisa dengan mudahnya dihapuskan dari hatinya. Di matanya, Kyungsoo tetaplah wanita paling sempurna. Tapi sekarang posisi Kyungsoo itu sedikit demi sedikit bisa tergantikan oleh Luhan. Hanya saja, Sehun masih merasa ragu dan belum siap untuk menjawab pertanyaan Luhan.

Di sisi lain, Luhan merasa hatinya nyeri karena Sehun tak kunjung menjawab pertanyaannya. Ia bisa menyimpulkan bahwa Kyungsoo tetaplah menjadi sosok yang paling sempurna di mata Sehun, dan itu sedikit banyak melukai perasaannya.

Dengan gerak pelan akhirnya Luhan menarik tangannya dari genggaman Sehun, selanjutnya ia berdiri dari posisi duduknya tadi. "Aku akan ke dapur untuk membantu Kyungsoo menyiapkan makan malam," tanpa menunggu respon dari Sehun, Luhan langsung pergi meninggalkan kamar Kyungsoo.

Sehun hanya bisa menatap kepergian Luhan dengan pandangan nanar. Apa ia telah melukai perasaan Luhan? Kenapa ekspresi Luhan terlihat sangat diliputi kesedihan?

Sehun akhirnya mengalihkan pandangannya ke arah tangannya yang tadi menggenggam tangan Luhan. Tangannya...terasa kosong tanpa keberadaan tangan Luhan.


Satu hari yang penuh cerita kembali terlewati. Kenapa disebut dengan hari yang penuh cerita? Itu karena memang ada banyak cerita yang terjadi hanya dalam waktu satu hari.

Cerita dimulai dari adegan Jongin yang kabur dari apartemen Kyungsoo kemarin malam. Pria tan itu nekat kabur karena ia merasa bingung. Tiga sahabatnya mengatakan padanya bahwa Kyungsoo mencintainya, tapi ia merasa tak bisa menerima fakta itu. Ia merasa bahwa ia mengkhianati Yifan jika ia menerima perasaan Kyungsoo.

Jongin kabur ke kediaman keluarga Wu untuk menenangkan diri. Kyungsoo dibuat kebingungan karena hal itu. Ia bahkan terus murung selama seharian, sebelum akhirnya Joonmyeon, Chanyeol, dan Sehun memberitahunya tentang keberadaan Jongin.

Akhirnya Kyungsoo menemui Jongin, dan setelah tersaji adegan drama yang sedikit lucu tapi juga menyayat hati, Kyungsoo dan Jongin akhirnya bersatu. Mereka resmi menjalin hubungan kira-kira dua jam yang lalu, yaitu saat acara makan malam bersama di apartemen Kyungsoo seperti biasanya.

Meskipun pada awalnya Sehun merasa tidak rela jika Kyungsoo menjadi milik Jongin, namun pada akhirnya Sehun dengan ikhlas melepas Kyungsoo. Ia bahkan mampu tersenyum tulus ketika melihat kebersamaan Jongin dan Kyungsoo.

Saat ini Sehun baru saja keluar dari kamarnya. Ia dan para sahabatnya baru saja selesai membaca surat dari Yifan, dan kini ia sedang berjalan menuju dapur untuk mengambil air minum. Kerongkongannya terasa kering sekali.

Ketika ia sudah sampai di dapur, ia terkejut melihat Kyungsoo sedang senyum-senyum sendiri sembari memandangi secangkir teh yang masih dipenuhi dengan uap panas. Bisa dipastikan bahwa wanita bertubuh mungil itu sedang merasa sangat bahagia.

"Jika noona terus tersenyum sendiri seperti itu, Jongin pasti akan ketakutan karena mengira bahwa noona sudah gila."

Ucapan Sehun itu membuat Kyungsoo berjengit kaget dan membulatkan matanya ke arah Sehun. "S—Sehun! Apa yang kau lakukan disini?"

Sehun terkekeh dan berjalan menuju rak penyimpanan gelas. Ia mengambil sebuah gelas, kemudian mengisinya dengan air putih. "Aku kesini untuk mengambil minum. Aku haus sekali," jawabnya begitu ia selesai menghabiskan segelas air putih. "Noona sangat senang ya karena bisa berpacaran dengan Jongin?"

Blush. Kyungsoo merona hebat mendengar pertanyaan Sehun. Ia bahkan tak sanggup menatap ke arah Sehun karena ia merasa sangat gugup. Jadilah ia mengarahkan pandangannya ke arah lain, dan ia membulatkan matanya saat ia mendapati seorang pria tampan sedang bersandar di ambang pintu sembari melipat dua tangannya di depan dada. "Jongin?"

Sehun sontak menolehkan kepalanya ke arah pintu, dan benar saja, disana ada sosok Jongin yang menatap tajam ke arahnya dan Kyungsoo. "Hello, Kkamjong. Merindukan kekasih mungilmu ini, hm?" Sehun bertanya seraya tangan kanannya ia gerakkan untuk merangkul Kyungsoo. Pemuda berkulit putih itu sepertinya berniat untuk menggoda Jongin.

Dan sepertinya niatannya itu berhasil. Kini Jongin berjalan ke arahnya, kemudian dengan kasar menjauhkan tangan Sehun dari pundak Kyungsoo. "Jauhi kekasihku, dan lebih baik kau lihat keadaan putrimu. Ia seharian ini tidak enak badan, 'kan?" Jongin balas bertanya. Kini sebelah tangannya sudah memeluk pinggang Kyungsoo posesif.

Sehun terkekeh melihat sikap posesif sahabatnya itu. "Benar juga, ya? Hari ini Jaera sakit. Ia beristirahat di kamar noona, 'kan?" kini Sehun bertanya pada Kyungsoo, dan Kyungsoo mengangguk untuk menjawab pertanyaan itu. "Kalau begitu, aku pergi dulu. Selamat berkencan!" tanpa menunggu respon dari Jongin maupun Kyungsoo, Sehun segera beranjak meninggalkan dapur.

Pemuda bermarga Oh itu kini berjalan menuju kamar Kyungsoo yang saat ini ditempati oleh Jaera—dan juga Luhan. Ia tak membutuhkan waktu lama untuk sampai di kamar Kyungsoo. Ia memutuskan untuk tidak mengetuk pintu karena ia takut itu akan menganggu istrirahat Jaera. Jadilah pemuda tinggi itu langsung masuk ke kamar Kyungsoo dengan pelan.

Senyum Sehun langsung merekah ketika matanya mendapati Jaera dan Luhan sedang tertidur dalam damai di atas ranjang. Tangan Luhan memeluk tubuh Jaera posesif, dan terlihat sekali bahwa ibu muda itu begitu menyayangi putri tunggalnya. Pemandangan manis itu benar-benar membuat dada Sehun menghangat.

Sehun akhirnya semakin bergerak mendekati ranjang, kemudian ia menempatkan tubuh besarnya di sisi lain tubuh Jaera yang tidak ditempati oleh Luhan.

Pria tampan itu lalu mengarahkan tangannya ke dahi Jaera, dan ia menempelkan punggung tangannya di dahi itu. "Uh, kau masih demam, sayang? Kurasa besok kita harus ke dokter," Sehun berbisik lirih karena ia tak ingin mengganggu istrirahat sang malaikat kecil. Dengan pelan ia akhirnya menggerakkan wajahnya untuk mendekati wajah Jaera, lalu ia mencium lembut dahi Jaera. "Untuk sekarang, semoga ciuman baba bisa membuat Jaera merasa lebih baik," kembali ia berucap lirih.

Selama beberapa saat Sehun memandangi wajah polos Jaera yang sedikit terlihat pucat. Setelah puas memandangi wajah Jaera, Sehun akhirnya mengalihkan pandangannya ke arah Luhan. Ibu kandung Jaera itu juga sedang terlelap.

Wajah Luhan terlihat sangat polos dan bagai tanpa dosa ketika sedang terlelap seperti itu. Pada awalnya Sehun merasa ragu, tapi akhirnya ia memberanikan diri untuk menyentuh pipi Luhan dengan sebelah tangannya. Ia tersenyum begitu telapak tangannya sudah bersentuhan dengan pipi Luhan. Ia sedikit membelai pipi itu sebelum ia kembali berbisik lirih. "Malaikat sepertimu sama sekali tidak kotor, noona," Sehun lagi-lagi tersenyum. "Kau sempurna, bahkan kau lebih sempurna dari Kyungsoo noona. A—aku...kurasa aku mulai jatuh cinta padamu, noona."

Sehun sedikit terkejut karena ucapannya sendiri. Ia tak menyangka bahwa dirinya bisa mengucapkan kalimat itu. Itu adalah kali pertama ia mengaku pada dirinya sendiri bahwa ia...telah jatuh cinta pada Luhan.

Karena tak ingin membangunkan Luhan, Sehun akhirnya secara hati-hati menarik tangannya dari pipi Luhan. Tapi usahanya itu terhenti karena tiba-tiba sebelah tangan Luhan menangkap tangannya, kemudian kembali menempelkan tangan itu di pipinya sendiri. Luhan sampai sekarang masih memejamkan mata. Mungkinkah Luhan tidak sadar saat ia menggenggam tangan Sehun? Luhan masih tidur, 'kan?

Tapi anggapan itu terbantahkan ketika Sehun mendengar Luhan bersuara. "Aku...aku juga mencintaimu, Sehun-ah."

Pengakuan lirih Luhan itu membuat Sehun terbelalak kaget. Ia semakin terkejut saat ia mendapati mata Luhan perlahan terbuka, dan sepasang mata rusa itu menatapnya dengan telak. Sehun mulai gugup! Ia tak tahu harus melakukan apa!

Tapi kegugupan Sehun itu perlahan pudar ketika ia melihat Luhan tersenyum manis padanya. Senyum Luhan sungguh indah, sampai-sampai senyum itu mampu menggelitik dada Sehun. Sepertinya senyuman manis Luhan itu mampu menerbangkan ribuan kupu-kupu di area dada dan perut Sehun.

"Kita sudah saling mengakui perasaan satu sama lain. Apa itu artinya...sekarang kita berpacaran?" tanya Luhan. Wajahnya memerah bagaikan kepiting rebus. Ia tentu malu karena ia harus bertanya seperti itu.

Selama beberapa saat Sehun terdiam sembari terus menatap Luhan, tapi pada akhirnya ia menganggukkan kepalanya. "Ya, noona. Kita adalah sepasang kekasih untuk sekarang. Aku sangat ingin menjadi ayah Jaera secara nyata, bukan secara pura-pura semata."

Hati Luhan tersentuh oleh perkataan tulus Sehun. Hingga akhirnya tetes demi tetes air mata mulai keluar dari mata indahnya, dan itu membuat Sehun menggerakkan ibu jarinya untuk menghapus cairan bening itu dari pipi Luhan. Sehun selanjutnya mengangkat tubuhnya, kemudian ia mendekatkan wajahnya pada wajah Luhan. Ia lalu mencium dahi Luhan penuh sayang. "Mulai sekarang, kita akan mengasuh dan membesarkan Jaera bersama-sama."

Luhan mengangguk dengan mantap. Ia merasa begitu sempurna. Hal yang dicarinya selama ini akhirnya bisa ia temukan. Akhirnya ia bisa menemukan cinta sejatinya, dan ia pun bisa memiliki cinta sejatinya itu. Ia bersyukur karena Sehun bersedia menerima dirinya apa adanya dan tidak mempedulikan masa lalunya.

Kini Sehun kembali membaringkan tubuhnya di samping Jaera dalam posisi miring. Sebelah tangannya ia ulurkan untuk memeluk tubuh Luhan dan Jaera, dan ia pun menatap Luhan penuh sayang. "Selamat malam, noona."

Luhan tersenyum pada Sehun sebelum membalas ucapan Sehun. "Selamat malam untukmu juga, Hun-ah."

Dan akhirnya pasangan kekasih baru itu mulai menyelami alam mimpi mereka dalam kedamaian dan kebahagiaan yang luar biasa. Posisi tidur mereka sungguh indah. Saling memeluk satu sama lain. Siapapun yang melihat kebersamaan mereka itu pasti akan tersenyum penuh haru, tak terkecuali Kyungsoo dan Jongin yang kini menatap pemandangan manis itu dari ambang pintu.

"Mereka sangat manis," Kyungsoo berbisik lirih pada Jongin yang sekarang memeluknya dari belakang. "Tapi aku malam ini tidur dimana, ya?"

Jongin sejenak tertawa geli, lalu pemuda tampan itu mencuri satu kecupan di pipi Kyungsoo sebelum ia menjawab pertanyaan polos kekasihnya. "Sepertinya Chanyeol hyung ketiduran di kamar Joonmyeon hyung, jadi sekarang noona bisa tidur di kamarku bersamaku. Noona pasti ingin tidur sambil memelukku sepanjang malam, 'kan?"

Dan perkataan Jongin yang sedikit berbau mesum itu melahirkan cubitan di tangannya. Pelakunya tentu saja seorang Do Kyungsoo. "Jangan berani menyentuhku sebelum kau menikahiku, Tuan Kim!" dengan kasar Kyungsoo melepaskan diri dari dekapan Jongin, kemudian mulai pergi meninggalkan Jongin. "Aku akan tidur di ranjangmu, dan kau bisa tidur di sofa ruang tengah!"

Mata Jongin seketika membulat, lalu ia bergegas untuk menyusul langkah Kyungsoo. Tapi terlambat. Kyungsoo sudah masuk ke dalam kamar dan mengunci pintu kamar itu dari dalam. "Sepertinya aku benar-benar harus tidur di sofa malam ini," dan dengan lemas Jongin berjalan menuju ke ruang tengah.

..

END


Glad's note:

Finally, it's the ending? disappointing, right? haha...kemampuan saya hanya sebatas ini :(

maaf ya kalau kesannya alurnya terlalu cepet. tapi aku di chapter ini ngasih full HunHan moment dengan harapan supaya alurnya gak terlalu terasa cepet. apa usahaku gagal? Huhu~ maafkan saya.

tapi disini aku ngasih moment KaiSoo juga lho walaupun cuma dikit^^ ada yang tanya tentang after story buat FF The Letter, tapi kayaknya aku belum ada waktu buat nulis itu. bulan ini sama bulan depan aku bakal sibuk soalnya. buat nulis FF ini aja aku harus nyuri-nyuri waktu, jadi maaf kalo ini enggak maksimal :(

oh iya, kalo ada yang belum ngerti soal kisah Kyungsoo+empat sahabat, kalian bisa baca FF utama The Letter. FF ini cuma side story-nya, jadi aku emang gak menjelaskan secara detail soal hubungan mereka. yang jelas, empat sahabat tinggal bareng Kyungsoo karena wasiat Yifan di surat terakhirnya. gitu.. :)

okee, the last...makasih buat temen2 yang setia meninggalkan review. semoga Tuhan membalas kebaikan kalian :D

with love, gladiolus92 :*