Title : Table Manner

Cast : KaiSoo, slight KaiHun (brothership) , HunHan

rating : T yang nyerempet ke M (rating mungkin akan naik seiring bertambahnya chapter)

genre : Romance, Drama, Humor (?) lawakan garing

WARNING! = BoysLove alias YAOI, OOC, TYPOS

length: Chapter

.

.

.

a/n : Ini adalah project FF KaiSoo saya yang pertama, gomen kalo feelnya belom dapet. Dan mungkin akan sangat lama untuk update karena saya udah mau lulus sih~ sibuk deh~~

Alurnya mungkin pasaran dan gampang ditebak, tapi disini saya berusaha untuk menekankan tentang Table Mannernya, dan juga cinta cintaanya Bang Kai sama Mak Kyung~ /ditendang Jongin/

.

.

.

oh ya,jangan lupa buat RnR yah.. hargailah kerja keras author gagal ini.. hehehe ntr authordoain biar ketemu thorthor (?) eh bukan ding.. ketemu sama Sooman (?)

.

.

.

Disclamer : Author pinjem cast dari Tuhan Yang Maha Esa, EXO punya SMEnt, EXO punya orangtuanya dan readers.. EXCEPT, HUNHAN (?) &FF ini punya AUTHOR..#ditempong readers pke duit #ditempongrEXOSTANpakeDuit (?)

.

.

.

HAPPY READING^^~~

.

.

.

.

.

DON'TLIKE..DON'T READ.. DON'T BASH.. RnR PLISS:D (Kalonggak suka, nggak usah baca, gakusah ngebash, RnR ya :D)

.

.

.

.

.

.

Jongin bangun dengan malas. Matahari sudah tinggi di langit seoul saat sehun menyibakkan tirai bergambar spiderman dikamar jongin. Jongin mengerang pelan. Matanya merah –dia baru saja tidur pukul tiga-. Sehun dengan kasar menarik selimut jongin dan menggeret kaki jongin –yang berbulu- memperlihatkan tubuhnya yang topless. Dan sialnya Sehun sudah hampir mendapatkan rabun dipagi hari melihat pemandangan itu.

"lima menit lagi Hun.. " erangnya. Jongin berusaha menarik kembali selimutnya. Sehun berdecak kesal.

"no more kkamjong.. Appa menunggumu sekarang.." Guman sehun malas sambil menendang betis jongin,

Namja tan itu menyerah dan akhirnya bangun. Dia mengusap betisnya yang memerah akibat tendangan Sehun. Matanya masih terasa lengket, bahkan nyawanya masih melayang kemana mana. Jongin mendesah pelan.

"kali ini apa lagi? Penting?"

Jongin bangun dan menarih handuk putih yang tersampir dan samping pintu kamar mandinya. Sehun memandang datar ke arah Jongin, tangannya masih berusaha membuka pintu balkon kamar jongin, membiarkan udara pagi masuk ke kamar –yang terlihat seperti baru saja terkena badai-.

"sangat penting kkamjong. Aku taruhan, kau mungkin akan bunuh diri setelah mendengarnya"

Jongin menyerit. Tangannya berhenti memutar kenop kamar mandi kamarnya. Matanya meyipit tajam kearah Sehun. Meminta pertanggung jawaban atas pernyataan sehun yang berhasil membuat nyawanya kembali berkumpul.

"apa itu?"

"tsk! Lebih baik kau mandi sekarang, kau akan tahu saat sarapan nanti"

Sehun berbalik pergi meninggalkan kamar Jongin. Matanya melirik kearah namja tan itu. Terlihat ekspresi bingung dan penasaran yang membuat Sehun ingin sekali melempar wajah jongin dengan sandal rumahnya.

Jongin mendengus kesal. Dia buru buru masuk kekamar mandi dan mengisi bath up dengan air hangat. Kali ini apa yang diinginkan orang tua itu hah? Batinnya.

.

.

.

.

.

.

Kris membuka Koran pagi langganannya. Kopi panas masih mengepul didepan meja makan. Setangkup roti selai coklat dan segelas air putih juga tidak lupa berjejer dengan manis di samping kopinya.

Sehun memandang jengah pria 40 tahun didepannya. Selalu seperti ini setiap pagi, suasana canggung dan sepi meskipun ada manusia di meja itu. Jongin baru saja selesai mandi dan turun dengan enggan menuju meja makan. Kemeja sekolahnya bahkan terlihat dimasukkan asal asalan kedalam bajunya. Jas alamamaternya menyembul dengan tidak elit dari tasnya. Dasi? Oh dia hanya menggantungnya di leher tanpa menyimpulkannya.

"ehem"

Kris berdehem kecil. Tangannya sibuk melipat Koran paginya. Dia menatap penampilan jongin yang terlihat sangat berandalan. Berbanding terbalik dengan sehun yang rapi, wangi dan juga terlihat seperti pangeran yang jatuh dari langit –versi Luhan, kekasih Sehun-.

"Sehun sudah memberitahumu kan?"

Suara bass kris membuat Jongin menghentikan kunyahannya, begitu juga Sehun. Jongin mendengus.

"Belum" jawabnya singkat, kembali menekuni rotinya.

"kau akan menikah Wu Jongin"

'uhuk'

Jongin tersedak. Dia segera meraih air putih didepannya. Berusaha menelan gumpalan roti yang harusnya masuk dengan mulus kedalam lambungnya. Matanya melotot tajam kearah kris.

"Apa? Aku masih sekolah! Aku menolak! Aku tidak mau!"

Jongin menggeram. Dengan kasar dia mendorong kursi yang dia duduki, membuat decitan keras yang terasa menyakiti pendengaran Sehun dan Kris tentu saja.

'BRAK'

"Jongin! Dengarkan Appa!"

Kris menggebrak meja di hadapannya. Tanpa sadar tangannya meremas Koran yang baru saja di baca. Jongin mendecih. Sedangkan sehun hanya bisa menatap datar kearah saudara kembarnya itu. Sudah lama pertengkaran seperti ini tidak terjadi di meja makan.

"Appa? Tuan Kris Wu yang terhormat, tapi maaf, aku tidak punya appa sepertimu, lakukan semua yang kau sukai! Terserah ! Aku tidak perduli"

Jongin menyambar tas milikknya dan pergi begitu saja. Wajahnya sudah memerah menahan amarah yang dari tadi membuncah di meja makan. Dia sama sekali tidak memperdulikan ekspesi terkejut Kris saat dia selesai mengucapkan kata kata tajamnya.

"Jongin.." Guman Kris lirih.

Sehun beranjak dari tempat duduknya. Mengusap pundak Kris yang terlihat tegang.

"maafkan jongin appa, aku berangkat" Kris menggangguk. Matanya menatap nanar punggung sehun yang mulai menghilang di belokan ruang tamu. Bibirnya mengeluarkan desahan frustasi sambil mengacak rambut pirangnya.

"Apa salahku pada Jongin, Baobei? Apa?" Gumannya lirih menatap foto mendiang istrinya.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Jongin memarkirkan mobilnya melingtang tidak beraturan di basement sekolahnya. Lambhorgini keluaran terbarunya lecet karena dia menabrak tongsampah saat membelokkan mobil –sialan pemberian Kris itu, eh itu bukan mobilnya tapi milik Sehun-. Dia menggeram kesal. Amarahnya masih saja membuncah mengingat perkataan kris yang seenaknya saja menyuruhnya menikah.

'Hell no! Demi bokong seksi Nikki Minaj pun aku tidak sudi' batin jongin.

'ckittttt'

Jongin menoleh. Sebuah mercedes putih metalik parkir di sebelah mobilnya. Dia tersenyum mengejek. Dengan sigap dia keluar dari mobilnya dan menghampiri si pemilik mercedes yang baru saja membuka pintu mobilnya.

"woah~ tumben kau berangkat pagi tuan park"

Chanyeol menoleh saat tendangan jongin berhasil mengenai pantat seksinya.

"yak! Sialan kau Wu Jongin! Aargh.. Bokongku.."

Chanyeol mengelus bokongnya. Terasa nyeri dan panas, yah walaupun lebih panas kegiatannya semalam dengan namja mungil kekasihnya, Baekhyun. Jongin tertawa kecil. Dia segera menyeret tangan Chanyeol. Mengajakknya bergegas menuju kantin. Dan sialnya Chanyeol hanya pasrah.

"Kau yang traktir aku Chanyeol, aku sedang kesal"

Jongin segera memesan bubur labu kesukaannya tanpa memperdulikan ekpresi protes chanyeol. Namja jangkung itu hanya bisa menghela nafas.

"kenapa aku?! Kau yang makan ! Dasar hitam kurang ajar!"

"kau kan temanku" jawab Jongin enteng.

"neo.. Argh... Aish.. Mimpi aku semalam, pagi pagi sudah sial begini"

Jongin hanya mengedikkan bahunya melihat tingkah Chanyeol. Untuk apa ambil pusing menatap sahabatnya yang kadang idiot ini. Masih untung aku mau jadi sahabatnya, batinnya.

Pesanannya datang. 5 menit lagi kelas dimulai, dan Jongin hanya cuek sambil memakan buburnya.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Mendung menggantung diatas langit. Sebentar lagi langit pasti akan menangis. Ditambah dengan gelegar petir yang seakan membelah kelamnya langit. Sehun memandang kearah gerbang rumahnya melalui jendela besar kamarnya. Jongin belum pulang. Dan sudah seminggu namja tan itu selalu seperti ini.

Tanganya meraih ponsel putih miliknya. Tangannya mengusap layar touchsreen yang menampilkan fotonya dan Luhan –minggu lalu di taman bermain-. Dengan gesit dia menekan nomor jongin yang sudah dia hafal diluar kepalanya.

'tut..tut..tut..'

"yo.."

"cepat pulang!"

'klik'

Sehun mematikan sambungannya. Dia menghela nafasnya kasar. Kadang sikap jongin yang terlalu kekanakan membuatnya pusing. Seringkali –hampir tiap hari malah- dia selalu berfikir, harusnya dia saja yang lahir terlebih dulu, bukan namja hitam kekanakan itu. Apa untungnya punya kakak -3 menit lebih awal- yang menyebalkan dan kekanakan.

Gerbang rumahnya berderit kencang. Hujan mulai turun saat Jongin memarkirkan mobilnya didalam garasi. Wajahnya terlihat kusut dan berkeringat. Dengan kasar dia menutup pintu mobilnya dan melenggang memasuki rumah.

Jongin melempar sepatunya asal kearah rak sepatu. Kakinya beranjak menuju dapur, berniat membasahi kerongkongannya yang kering sehabis latihan dance dengan yixing –yang membuatnya berkeringat, dan dia benci itu.

"harusnya kau tahu diri untuk tidak pulang kkamjong!'"

'tak tak tak'

Sehun mengayunkan rotan –kesayangannya- ke kepala jongin. Membuat namja tan itu mengaduh dan menjerit kesakitan mendapatkan sambutan 'manis' –ough- dari kembaran albinonya itu.

"yak! Argh.. Appo!" Jongin mengelus kepalanya yang terasanya nyeri.

"Apa-apaan kau albino cadel?! Argh! Kepalaku yang malang"

Sehun mendengus kesal. Kakinya melayang dan mendarat di bokong Jongin. Meluapkan amarahnya yang meluap sampai dia mengeluarkan asap dari kedua telinganya. Jongin hanya bisa mengaduh dan pasrah menerima perlakuan kembarannya –yang agak gila- itu.

"dasar hitam jelek! Hitam pesek! Kau merusak mobilku! Dasar sialan kau Jongin! Argh! Terima ini!"

'Buk buk buk buk'

Kali ini bantal sofa –yang entah kapan sudah ada di tangan Sehun- 'menciumi' sekujur tubuh Jongin, membuat namja itu berfikir untuk kabur dari amukan Sehun. Walaupun memang salahnya menabrakkan mobil baru Sehun sih. Tapi dia tidak mau besok berangkat dengan wajah dan tubuh lebam karena perlakuan –tidak elit- Sehun.

"hyakkk... Sehun... Hentikannnn! Hyakk.. Maafkan aku... Please... Maafkan aku... Sehunn.. Di kakimu ada kecoa" Jongin menjerit tertahan.

Sehun mengentikan acara –mari-pukuli-jongin. Gilirannya menjerit jerit sambil mengehentakkan kakinya kesana kemari. Berusaha menghindari kecoa –yang kata Jongin menempel di kakinya-. Dia bahkan memeluk jongin dam bergelayut seperti koala.

"di.. di mana kecoanya hitam?! A.. Apa sudah pergi?"

Jongin menahan ledakan tawanya yang terasa menyiksa perutnya melihat ekpresi ketakutan Sehun. Sehun mendengus kesal tidak mendapat respon sama sekali dari jongin dan malah menginjak kaki jongin. Sial! Dia menipuku, batin Sehun.

Jongin kembali menjerit. Kakinya terasa berdenyut dan nyeri. Namun, kali ini dia malah tertawa terpingkal pingkal melihat wajah sehun yang sudah memerah.

"hahaha .. maafkan aku Sehunna~ hahaha"

Jongin mengacak rambut blonde sehun yang sangat mirip dengan rambut Kris –dan dia benci fakta ini. Sehun mempoutkan bibirnya.

"harusnya aku tahu kau hanya mengerjaiku , hitam!"

Jongin terkekeh pelan. Dia mengambil botol air mineral yang gbelum sempat dia tenggak tadi. Sehun melenggang pergi kearah meja makan dan duduk dengan manis diikuti jongin dibelakangnya.

"aku kan sudah minta maaf" balas Jongin.

Sehun melotot.

"minta maaf tidak akan mengembalikan mobilku seperti semula! Dasar bodoh!"

"tsk! Kau kan tinggal minta pada ayahmu untuk beli lagi" jongin menyenderkan badannya di kursi meja makan. Kentara sekali dia menekan kata 'ayahmu' dan itu membuat sehun menatap datar kearah jongin.

"dia juga ayahmu Jongin-hyung" Sehun menghela nafasnya kecil. Dia sangat paham jongin paling benci Sehun memanggilnya dengan embel embel hyung. Apa lagi menyangkut pautkan dengan ayah mereka.

"terserahmu, dan jangan panggil aku hyung, lebih enak kau memanggilku hitam jelek dari pada panggilan menggelikan itu albino"

Jongin melemparkan kunci mobil Sehun dia atas meja. Kakinya melangkah pergi menuju kamarnya. Meninggalkan senyuman miris seorang Wu Sehun yang hanya bisa menatap punggung tegap jongin.

"kapan kau akan berubah? Aku lelah kkamjong, tsk, merepotkan" gumannya.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Wu Jongin-sshi, bangun! Yak! Bangun! Sudah jam 8!"

Jongin merasakan seseorang mengguncang tubuhnya. Dia mengeratkan selimutnya dan mengerang pelan. Mencoba kembali tidur. Namun guncangan di badannya terasa semakin keras. Jongin menggeram kesal.

"Lima menit.. please.. lima menit saja Sehunna.." Jongin meracau.

Orang itu –yang mengguncangkan jongin- mendengus kesal. Hilang sudah kesabarannya berusaha membangunkan namja tan yang tidur seperti kerbau itu. Menghabiskan waktunya yang terlalu berharga selama 10 menit.

Dia menyibakkan selimut Jongin dan menendang pantat seksi jongin.

'BRUK'

Jongin mengaduh. Pantat dan dahinya terasa sakit. Jalas saja, dia pantanya mencium lantai dan dahinya mengecup mesra meja nakas. Nyawa jongin sudah kembali berkumpul dan siap menyemprot orang –yang dengan sengaja membuatnya terjatuh dengan tidak elit pagi pagi.

"Albino! Apa yang—HYAK! SIAPA KAU! KENAPA KAU ADA DI KAMARKUUUU!"

Jongin berteriak sambil memegangi pantanya yang masih terasa nyeri. Orang yang menendang bokongnya itu mengerjab imut sambil menutupi telinganya –menghindari tuli mendadak karena teriakan jongin yang seperti suara Giant temannya Suneo-

"Hyak! Kau itu siapa! Sembarangan masuk ke kamarku! Apa kau bisu heh?"

Emosi jongin mulai tersulut melihat orang didepannya hanya diam. Orang itu buru buru membungkukkan badannya dan tersenyum manis ke arah Jongin.

"Annyeong haseyo Wu Jongin-sshi, namaku Do KyungSoo, dan aku adalah..."

TBC/ END / Delete ?

.

.

.

p.s : Silahkan review~~ review anda sangat berharga untuk saya~~ penyemangat dalam melanjutkan ff ini ^^ atigatou^^