ANTIFAN

EPILOG/EXO/GS!/"Janganlah mencintai sesuatu dengan berlebihan, bisa jadi kau akan membencinya di kemudian hari. Dan bencilah sesuatu dengan sewajarnya, bukan tidak mungkin esok hari kau akan mencintainya."

Cast :

Park Chanyeol EXO as an Actor

Byun Baekhyun EXO as a Girl

And other cast of EXO member

-Epilogue-

-ooo-

-ooo-

-ooo-

Chapter ini dibuat sesuai request. Ini adalah epilog oneshoot. Saya tegaskan tidak akan ada sequel untuk FF Antifan. Epilog ini adalah CHAPTER TERAKHIR.

Saya sudah cukup puas dengan endingnya, dan saya akan fokus dengan FF lainnya, jadi saya tidak akan membuat sequel untuk Antifan.

Dan untuk review yang minta side story HunHan, Kristao, Kaisoo, serta kawan-kawannya yang lain, mohon maaf ya. Karena cerita ini cast utamanya Chanyeol—Baekhyun, jadi saya hanya akan fokus pada dua karakter ini. Namun saya tetap berusaha menyelipkan couple lainnya tapi tidak dalam kapasitas yang banyak. Sekali lagi saya tegaskan cerita ini berfokus pada Chanyeol—Baekhyun. Mohon pengertiannya ya. Enjoy the story!

-ooo-

-ooo-

-ooo-

Pernikahan Chanyeol dan Baekhyun telah memasuki tahun keenam dan syukurlah semua berjalan baik, bahkan semakin baik. Ditambah lagi kebahagiaan mereka dilengkapi dengan seorang putra dan putri.

Chanyeol memang sudah tidak begitu aktif sebagai seorang aktor, tapi ia masih bekerja di dunia hiburan. Sedangkan Baekhyun sudah sepenuhnya berhenti menjadi reporter setelah menikah.

Chanyeol keluar dari kamar mandi lalu melangkah mendekati Baekhyun dan Xiumin yang sedang sibuk mengatur makanan di atas meja makan berukuran kecil. Xiumin memang sengaja datang untuk menjemputnya. Tapi sebelum bekerja, Baekhyun menyuruh Xiumin untuk sarapan terlebih dahulu.

Chanyeol menatap bubur gandum yang dihidangkan di atas meja bersama croissant dengan tidak bersemangat lalu menatap Baekhyun dengan tatapan manja seakan meminta sesuatu. Tapi sebelum itu, ia ingin menyapa putri kecilnya terlebih dahulu.

"Sora annyeong", Chanyeol mengacak lembut rambut anak perempuannya. Ia meraih cangkir dan menyeruput kopinya saat duduk di sebelah Sora.

"Annyeong appa.", jawab anak perempuan berumur empat tahun itu dengan suara yang terdengar imut. Sora menginjak umur empat tahun pada tahun ini. Anak itu memiliki paras cantik dengan mata bulat seperti Chanyeol, rambut lurus yang dikepang dua, dan pipi tembamnya terlihat menggemaskan.

Chanyeol tersenyum ke arah putrinya sebelum akhirnya mendongak untuk melihat Baekhyun.

"Buatkan aku omlet."

Dengan patuh Baekhyun kembali mendekati kompor dan membuatkan omlet untuk Chanyeol. Xiumin benar-benar tak habis pikir dengan Chanyeol, sejak menikah seleranya berubah. Ia yang tidak begitu suka kopi justru menyeruput minuman itu setiap pagi. Dan sejak kapan omlet jadi menu wajib sarapannya? Lalu bagaimana bisa Baekhyun begitu patuh padanya. Dalam ingatan Xiumin, Baekhyun dan Chanyeol tidak pernah akur. Namun itu berubah sejak mereka menikah. Dua orang itu bahkan sulit sekali dipisahkan.

"Memangnya kalau makan bubur dan croissant kenapa?", protes Xiumin.

"Aku harus makan masakan istriku sebelum makan yang lain."

"Kalau begitu tidak ada bubur gandum untukmu."

Xiumin menarik mangkuk Chanyeol kearahnya lalu berteriak ke ujung ruangan.

"Hyunchan kau mau sarapan atau tidak?", suara Xiumin cukup keras hingga terdengar ke kamar yang agak jauh dari dapur.

Tak lama seorang anak laki-laki dengan seragam sekolah memasuki dapur. Chanyeol melebarkan tangannya saat anak itu memanggilnya dengan sebutan 'Appa.'

Chanyeol membantu anak laki-lakinya duduk di kursi kosong yang berada di sebelahnya kirinya dan Sora berada di sebelah kanannya.

"Kenapa kau duduk di sebelah ayahmu? Bukankah paman yang memanggilmu sarapan?", protes Xiumin.

Anak laki-laki itu melipat kedua tangannya di meja lalu menggeleng pelan sebagai penolakan. Chanyeol mengelus rambut anak itu dengan lembut sembari tersenyum. Ia menarik mangkuk bubur untuk putranya.

"Ayo sarapan, setelah ini appa mengantarkanmu ke sekolah."

Anak itu mengambil sendok yang diberikan Chanyeol lalu memakan buburnya dengan patuh.

"Eomma!", seru anak laki-laki itu dengan suara khas anak-anak.

"Ne?", Baekhyun mengalihkan perhatiannya ke meja makan setelah membalik omletnya dari panggangan.

"Pulang sekolah nanti kita ke rumah Kyungsoo ahjumma kan?"

Baekhyun bertukar tatapan pada Chanyeol lalu menjawab ya pada putranya.

"Kita akan mengembalikan rantang Hyunchan-ah, ada apa?"

"Bolehkah aku membawa power rangers-ku? Aku akan bermain dengan Joon hyung."

Baekhyun mengangguk pelan, "Eomma akan bawakan mainan saat menjemputmu pulang sekolah nanti."

"Eomma, aku ikut", Sora mengangkat sebelah tangannya yang memegang sendok.

"Tentu saja"

"Nah, sekarang habiskan sarapan kalian", kata Chanyeol lembut.

Baekhyun datang dengan sepiring omlet. Chanyeol memberi senyuman termanisnya sebagai ucapan terimakasih. Sedangkan Xiumin yang berada di sampingnya dari tadi susah payah menahan rasa mual saat melihat ekspresi Chanyeol.

"Jam berapa kalian pergi?", tanya Baekhyun sesaat setelah duduk untuk berbaur dengan Xiumin dan keluarga kecilnya.

Xiumin melihat jam tangannya lalu mengangkat sebelah bahunya. "Tenang saja, masih banyak waktu. Aku dan Chanyeol akan mengantar Hyunchan ke TK setelah itu baru pergi."

"Kali ini apa pekerjaannya?"

"Hanya pemotretan dan wawancara. Paling-paling bertanya soal kehidupan pernikahan lagi", jawab Xiumin tidak peduli.

Baekhyun hanya tersenyum melihat ekspresi malas Xiumin sebelum akhirnya memilih memakan buburnya.

Suasana meja makan pagi itu sama seperti hari-hari biasanya. Hyunchan makan dengan tenang, sedangkan Sora lebih banyak mengadu kepada ibunya. Lebih tepatnya meminta perhatian. Entah soal pipinya yang belepotan atau serbet makannya yang terjatuh.

"Appa, aku mau", seru Sora saat melihat Chanyeol menyantap omlet buatan Baekhyun. Anak perempuan itu berusaha mendekatkan sendoknya ke piring Chanyeol. Tanpa merasa keberatan, Chanyeol memotong sedikit omletnya untuk dibagi ke piring putrinya.

Chanyeol memandang Baekhyun dan mulai ikut menyendok bubur dalam mangkuk istrinya karena omlet di piringnya sudah habis dengan cepat.

Xiumin memandangi Chanyeol dengan kesal, tapi Baekhyun kelihatannya tidak menganggap itu masalah dan membiarkan Chanyeol mengambil alih makanannya.

"Bukankah sudah ku katakan tidak ada bubur gandum untukmu?"

"Aku tidak minta darimu hyung. Aku minta dari istriku, aku melakukan ini setiap hari dan dia tidak pernah marah. Lalu kenapa kau yang keberatan?"

Baekhyun lagi-lagi menegur Chanyeol dengan bahasa tubuh, mungkin kali ini ia mencubit Chanyeol. Xiumin bisa membaca semua itu.

"Bagaimanapun juga aku yang membuatnya."

Chanyeol memilih tidak menanggapi Xiumin dan hanya fokus menghabiskan makanannya. Atau tepatnya makanan milik Baekhyun yang diambil alih.

Setelah sarapan pagi, Chanyeol mengantar Hyunchan ke sekolah dengan Xiumin karena mereka akan pergi bekerja setelahnya. Lalu Baekhyun membiarkan Sora duduk di ruang tengah dengan film kartun serta boneka selama ia membersihkan rumah sebagai tugas hariannya.

Baekhyun bernafas lega saat melihat rumahnya sudah rapi. Ia memilih duduk santai sambil menemani Sora bermain sebelum menjemput Hyunchan.

-ANTIFAN-

Tugas untuk menjemput Hyunchan memanglah milik Baekhyun karena Chanyeol sering sibuk bekerja. Namun bila ada waktu luang, ia akan bertukar tugas dengan suaminya. Hyunchan dan Sora duduk di kursi belakang saat Baekhyun mengendarai mobil.

Baekhyun menyetir dengan hati-hati karena jalanan yang bersalju. Ia melihat putra dan putrinya lewat kaca spion sedang sibuk bermain. Baekhyun bisa mendengar suara tawa Sora saat oppa-nya mengganggunya atau suara Hyunchan yang meniru mesin pesawat. Baekhyun tidak begitu khawatir karena telah memasang sabuk pengaman untuk anaknya.

Baekhyun menggandeng tangan putra dan putrinya saat turun dari mobill hingga sampai ke rumah Kyungsoo.

"Aigo… ada Hyunchan dan Sora", seru Kyungsoo saat melihat anak-anak Baekhyun setelah membuka pintu.

"Masuklah, ahjumma sedang sedang membuat kue coklat."

"Apa Joon hyung ada di rumah?", tanya Hyunchan.

"Ne, dia sedang menonton televisi dengan Bom dan Hani, masuklah."

Setelah melepas sepatu boot mereka, Hyunchan langsung berlari ke dalam dengan banyak mainan di tangannya. Sora mengikutinya dari belakang. Dua anak itu seakan hafal betul rumah Kyungsoo hingga mereka tidak kesulitan menemukan si kembar Joon dan Bom serta Hani.

"Apa Luhan dan Sehun sedang disini?", tanya Baekhyun dengan ekspresi terkejut saat mendengar nama Hani putri Sehun.

"Tidak, Luhan menitipkan putrinya padaku. Katanya ia ada sedikit pekerjaan, sebentar lagi mungkin kembali."

Baekhyun menyerahkan rantang milik Kyungsoo lalu mereka berjalan ke dapur karena Kyungsoo mengatakan sedang membuat kue. Saat melintasi ruang tengah, Baekhyun melihat kelima anak kecil bermain dengan riang. Hyunchan dan Joon terlihat sibuk membangun benteng dengan leggo sedangkan Sora, Bom, dan Hani membuat kubu sendiri yang mengkhususkan diri dengan boneka barbie serta pesta minum teh. Baekhyun tersenyum melihat tingkah bocah-bocah itu.

"Jangan bertengkar, arrachi?"

"Ne", jawab kelima anak itu bersamaan saat Baekhyun bicara dengan mereka.

Kyungsoo mengeluarkan kue coklatnya dari oven dengan sarung tangan. Ia memindahkan kue itu ke sebuah wadah.

"Kau sengaja membuatnya untuk anak-anak?", tanya Baekhyun. Setelah itu ia mencicipi sebuah kue yang baru matang.

"Tentu saja, siapa lagi yang akan memohon kue coklat kalau bukan mereka."

Baekhyun mengambil satu lagi untuk dimasukkan ke dalam mulutnya.

"Jongin pergi kerja?"

"Kau tentu tahu dia tidak pernah di rumah pada jam segini."

Suara bel terdengar nyaring. Kyungsoo bertukar pandangan dengan Baekhyun, "Itu pasti Luhan", setelah itu ia berjalan cepat dengan langkah lebar menuju pintu depan.

Luhan dan Kyungsoo masuk ke dapur dan Luhan segera menyapa Baekhyun.

"Oh kau disini?", Luhan meletakkan kantong kertas berisi belanjaan di meja.

"Kau tidak lihat kedua anakku bermain dengan Hani?"

"Mereka memberi salam padaku tadi, tapi tidak bilang ibunya ada di dapur sedang mencuri kue coklat."

Baekhyun segera menghabiskan kunyahannya dan berhenti mengambil kue. "Kau dari mana saja sampai-sampai harus menitipkan Hani pada Kyungsoo?"

"Tiba-tiba klienku meminta bertemu jadi aku harus mengurus pekerjaanku sedangkan Sehun sedang praktek, jadi aku tidak punya pilihan selain merepotkan Kyungsoo. Terimakasih banyak."

"Aku tidak keberatan soal itu. Lagipula Joon dan Bom jadi ada teman. Oh ya apa yang kau bawa?", Kyungsoo meraih kantong di meja dan mengintip isinya. Ada beberapa buah dan roti.

"Aku membelinya untuk anak-anak."

"Hei, apa hanya aku yang kesini membawa rantang kosong?"

Kyungsoo memberi tatapan tajamnya pada Baekhyun sembari mengangguk.

"Lagipula sudah ada kue coklat, buah dan roti. Mereka akan kekenyangan bila aku membawa yang lain."

"Berhenti beralasan", balas Kyungsoo.

"Oh ya kakakku dan Tao akan ke Korea minggu depan."

"Aku juga mendengarnya dari Tao", timpal Kyungsoo.

"Apa benar hanya lima hari dia di Korea?"

Luhan mengangguk sebagai jawaban untuk pertanyaan Baekhyun.

"Kalau begitu ayo kita membuat acara", usul Baekhyun antusias.

"Acara apa? Memanggang daging sambil minum soju? Lalu bagaimana dengan anak-anak?", sembur Kyungsoo cepat. Mereka bukan lagi wanita atau pria single yang bisa melakukan hal yang mereka inginkan.

"Aku tidak bilang begitu. Bagaimana kalau camping?"

"Itu artinya harus menginap, kurasa Sehun tidak bisa, jadwal tugasnya penuh sampai natal", jawab Luhan.

"Kalau begitu ayo buat agar lebih sederhana dan anak-anak juga bisa ikut."

Luhan dan Baekhyun terlihat setuju namun tidak memiliki ide apapun.

"Bagaimana kalau piknik?", tanya Kyungsoo dengan mata berbinar.

"Kedengarannya bagus", jawab Baekhyun. Dan Luhan mengangguk patuh.

"Eomma!", seorang anak perempuan berambut panjang sepunggung dengan bandana merah muda terlihat masuk ke dapur dengan tergesa-gesa untuk mencari ibunya.

"Ada apa Bom-ah?", Kyungsoo mendekati putrinya dengan langkah tenang.

"Oppa membuat Hani menangis!", gadis kecil itu mengadu sambil menarik-narik ibunya untuk segera ke ruang tengah.

Kyungsoo dan Luhan bertukar tatapan lalu ketiga wanita dewasa itu pergi ke ruang tengah. Disana terlihat putri Luhan menangis keras sambil memegang sisir mainan. Hyunchan bisa dibilang mirip ayahnya, Park Chanyeol. Karena anak itu yang paling peka di antara empat lainnya. Ia berusaha membujuk Hani dengan memberikan robotnya namun anak perempuan itu tidak juga berhenti menangis. Sora yang paling kecil terlihat duduk manis. Kedua kakinya terpasang kaos kaki motif polkadot. Ia sibuk bermain atau tepatnya menghancurkan benteng kakaknya dengan menabrakkan robot Hyunchan ke tumpukan leggo seakan sedang tidak terjadi apapun. Lalu bocah berambut jamur yang ditunjuk Bom sebagai tersangka hanya menunduk sambil memegang boneka perempuan.

Luhan segera menenangkan putrinya yang menangis. Sora mengadu pada Luhan kalau Hani diganggu oleh Joon dengan mimik wajah serius dan gerakan tubuh yang justru terlihat lucu.

"Joon-ah, bukankah ibu bilang jangan bertengkar? Kenapa Hani menangis?", Kyungsoo berkacak pinggang di depan putranya tanpa tersenyum.

"Oppa mengambil boneka Hani!", seru Bom yang berdiri di dekat Hani. Walaupun ia saudara kembar Joon, tapi ia justru membela teman perempuannya.

"Aku hanya meminjamnya", Joon berusaha membela dirinya.

"Tapi Hani tidak mau, oppa kemudian merebutnya", Bom menjelaskan kronologinya dengan serius. Seakan perbuatan Joon adalah hal kriminal.

Hani sudah berhenti menangis sejak Luhan datang. Sora pindah ke sebelah Hani dan memandang temannya dengan raut wajah sedih. Ia menyodorkan bonekanya untuk Hani sebagai pengganti bonekanya yang diambil Joon. Mungkin bila ia mengadu pada ayahnya kalau ia berbuat baik, Chanyeol akan membelikannya mainan baru.

"Joon-ah, minta maaf", perintah Kyungsoo.

Tanpa membantah, putranya itu membungkuk maaf pada Hani dan mengembalikan boneka milik Hani. Gadis kecil itu menghapus air matanya dan mengambil bonekanya.

"Nah, ayo salaman", Luhan tersenyum kearah putrinya dan putra Kyungsoo, Dua bocah itu menurut dan melakukannya. Selanjutnya mereka kembali bermain seperti biasa. Ibu mereka memilih duduk di sofa yang dekat dengan mereka untuk mengawasi sambil menonton televisi.

Saat ada MV sebuah boyband terkenal diputar, Sora dengan serius ikut menonton televisi. Namun seseorang segera mengganti channel televisi, membuat bocah perempuan itu menoleh ke belakang dan mendapati ibunya memamerkan remot di tangannya.

Baekhyun menggoyangkan telunjuknya ke kiri dan ke kanan sambil menggeleng pelan.

"Tidak boleh menonton oppa itu. Nanti kau jatuh hati pada mereka dan bolos sekolah hanya untuk menonton konser. Lebih baik belajar mewarnai saja dengan Bom dan Hani. Arrachi?"

Bocah perempuan yang tidak mengerti perkataan ibunya itu hanya kembali bermain dengan teman-temannya.

Kyungsoo memicingkan matanya ke arah Baekhyun. "Aku takut sekali Sora akan tumbuh sepertimu. Menjadi fans gila yang mengikuti idolanya kemana-mana."

"Tidak akan ku biarkan dia melakukan hal-hal tidak berguna seperti itu. Aku akan pastikan dia hanya perlu belajar dengan baik", jawab Baekhyun bangga.

"Cih, hal tidak berguna? Bukankah dulu kau melakukannya?"

"Berhenti membahas masa lalu", Baekhyun kemudian mengambil kue coklat dan mengunyahnya.

-ANTIFAN-

Kau adalah segalanya.

Pelukan untukku di hari dingin saat hujan dan petir yang menyambar.

Pagi yang cerah tempatku membuka mata dalam pelukan dan malam yang indah tempatku menutup mata.

Belahan jiwa yang selalu menemaniku melangkah di setiap goncangan kehidupan.

Satu-satunya manusiayang bisa mengucap dengan sempurna kalimat "Aku cinta padamu."

Bukan dengan kata-kata, namun dengan tatapan memuja dan pelukan tak pernah lelah.

Kau adalah segalaku.

Selamat ulang tahun suamiku Park Chanyeol.

Aku mencintaimu.

.

Chanyeol tersenyum saat membaca tulisan Baekhyun. Ia kembali melipat kertas itu dan menyelipkannya kembali ke sebuket bunga yang ada di tempat tidur.

Chanyeol memanggil nama Baekhyun namun tidak ada jawaban. Ia yang baru selesai mandi akhirnya memilih mengenakan pakaian sebelum keluar kamar. Dan benar seperti dugaannya, Baekhyun sedang berada di dapur sedang memasak sup rumput laut.

Dengan senyum mengembang ia berjalan mengendap-endap ke dapur lalu memeluk Baekhyun dari belakang. Wanita itu terlonjak dan hampir saja menjatuhkan sendok supnya kalau tidak mencium aroma sabun yang Chanyeol gunakan. Tadinya ia pikir ada maling atau penguntit menyergap tubuhnya.

"Kau mengagetkanku", celoteh Baekhyun.

Chanyeol meletakkan dagunya di bahu Baekhyun masih dengan posisi memeluknya dari belakang.

"Kapan kau membeli bunga dan menulis surat?", bisik Chanyeol.

Baekhyun menahan senyumnya lalu kembali membalik omlet. "Kau sudah membacanya?"

Baekhyun bisa merasakan kepala Chanyeol mengangguk pelan. "Terlalu puitis."

"Apa katamu?", Baekhyun menolehkan kepalanya dengan ekspresi pura-pura kesal.

Chanyeol terkekeh pelan lalu mengeratkan pelukannya. "Mengapa surat kebencian dari antifanku berubah jadi surat cinta?"

"Aku menolak itu dibilang surat cinta. Itu hanya ucapan selamat ulang tahun."

"Tapi ada tulisan 'aku mencintaimu' di paragraf akhirnya."

"Benarkah? Aku hanya menjiplak apa yang aku lihat dari internet."

"Jadi bukan kau yang menulisnya?", Chanyeol menarik kepalanya mundur.

Baekhyun terkekeh pelan lalu membalik tubuhnya ke arah Chanyeol. "Aku bercanda."

Ekspresi kesal Chanyeol berubah menjadi senyuman lebar. "Aku tahu."

Chanyeol segera mengecup bibir Baekhyun cepat. Baekhyun memukul lengan Chanyeol lalu melirik ruangan dengan waspada.

"Bagaimana kalau Hyunchan atau Sora sudah bangun?"

"Mereka masih tidur", jawab Chanyeol enteng. Pria itu kemudian mematikan kompor, membuat Baekhyun mendelik karena sup rumput lautnya belum jadi.

"Hari ini ulang tahunku, aku minta hadiah."

"Aku sudah memberimu bunga dan surat", jawab Baekhyun. Chanyeol maju semakin merapatkan tubuh mereka membuat wajah Baekhyun merona merah. Chanyeol memejamkan matanya dan mendekatkan wajahnya ke arah Baekhyun.

Baekhyun tahu apa yang terjadi selanjutnya. Jadi ia memilih memejamkan matanya dan membalas pelukan Chanyeol.

"Eomma!"

Belum sempat bibir mereka bertemu, suara cempreng anak perempuan membuat Baekhyun melonjak kaget dan spontan mendorong Chanyeol menjauh. Suaminya itu terpental ke belakang hingga menabrak meja makan. Suara debaman yang keras membuat Baekhyun sadar ia mendorong Chanyeol terlalu keras.

Sora memandang ayah dan ibunya dengan wajah heran. Ia masih mengenakan piyama bergambar pororo sambil mengucek matanya. Bibirnya mengerucut lucu.

"Sora w—waeyo?", tanya Baekhyun gugup.

Bocah kecil itu melangkah masuk ke dapur lalu berdiri di dekat Baekhyun. "Eomma, aku haus."

"Sora haus? Kau mau minum? Tunggu sebentar, eomma akan ambilkan air", Baekhyun bergegas mengambil gelas dan mengisinya dengan air.

Sora memandang ayahnya yang memegang pinggang dengan ekspresi kesakitan. "Appa waeyo?"

Baekhyun melirik Chanyeol dengan perasaan bersalah. Ia tidak bermaksud mendorong Chanyeol sekeras itu. Chanyeol melempar pandangan tajamnya ke arah Baekhyun sebelum akhirnya berusaha tersenyum pada putrinya.

"Tidak apa-apa", Chanyeol tersenyum pahit.

"Sora sudah bangun? Tumben pagi sekali", Chanyeol mengangkat putrinya dalam gendongannya.

Putri kecil Chanyeol melingkarkan tangannya di leher Chanyeol lalu mencium pipi ayahnya. Chanyeol terkejut pada awalnya, tapi ia segera tersenyum dan mencubit pipi Sora gemas. "Kenapa kau tiba-tiba mencium appa? Ibumu saja—"

"Sora, ini airnya", Baekhyun segera memotong perkataan Chanyeol dan memberikan segelas air untuk putrinya. Ia sempat-sempatnya melempar tatapan mengancam pada Chanyeol seakan menyuruh pria itu untuk tidak bicara aneh-aneh.

Bocah kecil itu meneguk airnya hingga tinggal setengah lalu mengembalikan gelasnya pada Baekhyun. "Appa, selamat ulang tahun", ucapnya.

"Oh? Kau tahu ini hari ulang tahun ayahmu?", tanya Chanyeol senang.

"Hyunchan oppa membangunkanku. Katanya hari ini appa berulang tahun", ucapnya dengan suara khas anak-anak.

"Lalu dimana oppamu?", tanya Baekhyun.

Anak perempuan itu menggeleng pelan. Ia kemudian sibuk bermain dengan wajah ayahnya. Menarik-narik pipi Chanyeol dan tertawa saat Chanyeol pura-pura mengagetkannya. Baekhyun ikut tersenyum melihatnya. Ia kemudian melanjutkan masakannya yang tertunda dan mengangkat supnya saat sudah matang.

Hyunchan putra tertua mereka masuk ke dapur dengan membawa kertas gambar. Chanyeol dan Baekhyun segera memberi salam selamat pagi dan menyuruh Hyunchan naik ke kursi dan ikut sarapan.

"Appa, selamat ulang tahun", bocah laki-laki itu memberikan kertas gambar pada ayahnya. Chanyeol melihat gambar sederhana yaitu empat orang bergandengan tangan dengan masing-masing nama di atas kepalanya. Tertulis appa, Hyunchan, Sora, dan eomma secara berurutan. Lalu ada tulisan besar warna-warni dengan crayon bertuliskan 'Selamat Ulang Tahun Appa.'

Chanyeol tersenyum lebar lalu mengelus rambut putranya dengan lembut. "Gomawo Hyunchan-ah. Ini bagus sekali."

"Appa, crayon yang dipakai oppa untuk menggambar adalah milikku. Kenapa appa hanya berterimakasih pada oppa?"

Chanyeol kemudian mengelus rambut putrinya sambil tersenyum gemas. "Gomawo, uri Sora."

Gadis kecil itu terlihat senang lalu mengayunkan kakinya di bawah meja makan. Baekhyun melempar senyum pada kedua anaknya.

"Eomma, kita akan membeli kue ulang tahun kan?"

Baekhyun bertukar pandangan dengan Chanyeol dan suaminya itu hanya meliriknya sekilas lalu kembali sibuk mengunyah makanannya.

"Haruskah?", pertanyaan Baekhyun membuat Chanyeol menatap istrinya kesal. Anak mereka saja begitu perhatian pada ayahnya, tapi istrinya sendiri tampak pura-pura tidak peduli.

Baekhyun menahan senyum saat melihat tatapan Chanyeol. "Baiklah, kita akan membeli kue ulang tahun."

Sora dan Hyunchan bersorak girang saat mendengar ibunya akan membeli kue ulangtahun. Itu artinya akan ada makanan manis dengan krim dan meniup lilin. Sangat menyenangkan.

"Kris dan Tao akan ke Korea minggu depan", ujar Baekhyun di tengah suasana sarapan.

"Benarkah? Itu bagus", jawab Chanyeol.

"Kyungsoo,Luhan dan aku berencana pergi piknik saat mereka datang. Kita bisa membawa anak-anak."

"Kapan? Aku akan mengosongkan jadwalku pada hari itu."

Baekhyun tersenyum lebar mendengar Chanyeol akan menyisihkan waktunya.

"Aku akan tentukan harinya dengan Kyungsoo."

Chanyeol mengangguk pelan.

-ANTIFAN-

Suasana pagi itu terasa teduh. Awan mendung dengan angin sepoi-sepoi. Tao sedang membereskan kopernya saat Kris keluar dari kamar mandi dengan bertelanjang dada. Pria itu masih terlihat tampan dengan lekuk tubuh sempurna di usia yang bisa dibilang sudah tidak muda lagi.

"Kau sudah selesai?", tanya Tao saat Kris sedang mencari pakaian di lemari.

"Kau bisa mandi sekarang", Kris segera memakai sweater berwarna abu-abu dan celana panjang hitam.

"Apa itu?", Kris mengernyit saat melihat banyak bungkusan kado warna-warni yang dimasukkan Tao ke dalam koper.

Tao tersenyum ke arah Kris. "Kado untuk anak-anak Baekhyun, Kyungsoo dan Luhan."

Kris tahu Tao tersenyum hanya untuk menutupi kesedihannya. Ia kemudian duduk di pinggir ranjang bersama Tao.

"Kau baik-baik saja?"

Tao menatap Kris lalu tersenyum samar. Kris menarik tubuh Tao ke dalam pelukannya lalu membuat gerakan lembut di punggungnya.

"Maafkan aku", gumam Tao dengan suara bergetar.

"Sst, berhenti meminta maaf."

"Tapi—"

"Itu bukan salahmu Tao. Kita belum mendapatkannya karena memang belum waktunya", Kris mengelus rambut wanita itu dengan lembut.

"Apa kau tidak apa-apa?"

Kris tersenyum. "Aku baik-baik saja. Bahkan sangat bahagia."

Tao melepas pelukan Kris dan menatap pria itu dengan wajah cemberut seakan tidak percaya perkataan suaminya.

Kris terkekeh pelan lalu menggerakkan jarinya di anak rambut Tao dan menyelipkannya ke telinga.

"Saat ini aku sangat bahagia karena aku memilikimu. Kau yang ada di masa-masa tersulitku dan mendukungku. Kau yang mencintaiku dan berada di sisiku. Aku bersyukur karena aku memilikimu. Itu sudah lebih dari cukup."

"Kau benar tidak apa-apa? Walaupun aku tidak bisa melahirkan anak untukmu?"

Kris tersenyum menenangkan lalu mengangguk. "Tenanglah Tao, kita akan memilikinya jika waktunya tepat. Aku tidak ingin kita memaksakan diri."

Tao mendesah. Kris memegang kedua tangannya lalu tersenyum hangat. "Jangan terlalu memikirkannya ataupun menyalahkan dirimu. Itu membuatku terluka."

Tao mengangguk pelan. Ia memajukan tubuhnya dan memeluk Kris dengan erat. Tao merasa sangat bersyukur memiliki Kris sebagai suaminya dan menerimanya apa adanya walau sampai saat ini mereka belum memiliki seorang anak. Padahal pernikahan mereka sudah melewati tiga tahun. Tao sudah dua kali mengalami keguguran dikarenakan kelelahan. Ia memang sibuk mengurus butiknya bahkan sering harus ke luar negeri untuk mengurus pertunjukan runaway. Enam bulan lalu Tao akhirnya memilih berhenti bekerja dan membiarkan Luhan yang mengurus semuanya. Ia ingin fokus pada keluarganya dan mengurangi aktivitasnya.

-ANTIFAN-

Sehun baru saja keluar dari ruangannya untuk pulang. Ia tidak sengaja berpapasan dengan Lay yang masih mengenakan jubah dokter.

"Kau mau kemana?", tanya Lay sambil melihat jam tangannya. Ia yakin ini belum waktunya Sehun untuk pulang.

"Aku bertukar tugas dengan dokter lain. Aku akan piknik", Sehun tersenyum lebar.

Lay tersenyum mengejek. "Ah, pasti karena Kris baru saja datang kan?"

"Ya. Apa kau tidak mau ikut? Bukankah kau berteman baik dengannya?"

"Sayang sekali aku ada operasi satu jam lagi. Aku akan bertemu dengannya nanti. Sampaikan saja salamku untuknya dan istrinya juga yang lainnya."

Sehun mengangguk pelan. "Kalau begitu aku pergi duluan hyung. Luhan menelponku sejak tadi."

"Hm, hati-hati di jalan."

.

.

.

Luhan sedang menyiapkan kotak bekal dengan Kyungsoo dan Baekhyun. Mereka berbagi tugas bersama.

"Dimana Sehun?", Jongin bersandar di pintu kulkas sambil minum air.

"Dia sedang dalam perjalanan kemari", jawab Luhan. Tangannya sibuk memasukkan kotak makan ke keranjang tangan.

"Lalu Chanyeol?", Jongin gantian menatap Baekhyun.

Baekhyun memutar matanya sebelum menjawab. "Dia akan langsung ke taman. Ya Jongin!"

"Hm?"

"Daripada kau bersantai, tidakkah lebih baik lakukan sesuatu?"

"Apa yang harus kulakukan? Bukankah tiga orang yang melakukannya sudah cukup? Kau tidak berniat menyuruhku menggulung kimbab bersama Kyungsoo kan?"

"Aku akan sangat berterimakasih jika kau mau melakukannya."

"Kami akan terlihat romantis, aku tidak ingin kau kesal karena iri. Jadi lebih baik aku tidak melakukannya. Bekerja keraslah. Fighting!", Jongin tersenyum ke arah tiga wanita di dapur sebelum melenggang pergi. Baekhyun menggerutu kenapa Kyungsoo bisa menikah dengan orang seperti itu sedangkan Kyungsoo terlihat tidak keberatan dengan tingkah Jongin.

"Apa yang salah? Jongin orang yang baik", timpal Luhan. Kyungsoo tersenyum aneh ke arah Luhan.

"Pemalas, hamil di luar nikah—"

"YA!"

Baekhyun menoleh ke arah Kyungsoo seakan tidak ada yang salah dengan perkataannya.

"Ini sudah enam tahun lebih dan kau masih membahasnya?"

Baekhyun menatap tajam ke arah Kyungsoo dan Luhan. "Aku tidak ingin kalian melupakannya."

"Lalu bagaimana denganmu? Kau menjilat ludahmu sendiri. Selama tiga tahun kau terus menyumpahi hanya manusia abnormal yang mau menikah dengan orang seperti Chanyeol. Lalu bagaimana sekarang? Manusia abnormal itu adalah kau sendiri."

Baekhyun menjatuhkan rahangnya, tidak bisa bicara apapun karena Kyungsoo membuka semua kartu AS-nya. Ini salahnya sendiri memancing kemarahan Kyungsoo.

"Sudah selesai?", Sehun tiba-tiba masuk ke dapur dengan membawa putrinya dalam gendongannya.

Luhan melotot kaget, "Kapan kau sampai?"

"Baru saja."

"Ada apa? Mereka bertengkar lagi? Suaranya terdengar sampai ke teras", Sehun menyindir Kyungsoo dan Baekhyun.

Luhan mengangguk pelan sambil melirik kepada Kyungsoo dan Baekhyun.

Baekhyun memasukkan kimbab terakhir ke kotak makan dan menyodorkannya pada Luhan.

"Sudah selesai. Ayo berangkat."

.

.

.

Selama di dalam van, anak-anak terus bernyanyi lagu-lagu ceria tentang liburan dan semacamnya. Mereka terlihat akrab bersama-sama.

Sesampainya di tempat piknik, anak-anak itu langsung berlari di sekitaran rumput hijau yang terhampar dengan banyak bunga di sekitarnya. Mereka bermain kejar-kejaran bersama dan tertawa gembira. Sora yang paling kecil harus terjatuh beberapa kali namun Hyunchan membantunya bangun dan bocah itu berlari lagi tanpa merasa sakit.

"Tao!", Baekhyun berseru riang saat melihat Tao baru saja tiba dengan Kris. Ia juga melempar senyum lebarnya pada Kris.

"Lama sekali tidak bertemu denganmu. Kurasa sudah lebih satu tahun", balas Kyungsoo.

"Hai kakak ipar", Luhan terkekeh sambil menggoda Tao dengan sebutan kakak ipar.

"Bagaimana kabar kalian?", tanya Tao pada teman-temannya.

"Baik-baik saja, hanya sibuk mengurus mereka", Kyungsoo menunjuk kerumunan anak-anak yang bermain ditemani Jongin dan Sehun yang menjaga mereka agar tidak bermain terlalu jauh.

"Ah ya, aku membawa ini untuk mereka", Tao dengan semangat memamerkan hadiahnya.

Tao tersenyum ke arah Kris sebelum akhirnya berbaur dengan bocah-bocah kecil itu.

Luhan dan Kyungsoo memilih menyiapkan tempat pikniknya serta makanan. Sedangkan Baekhyun berbicara dengan Kris karena pria itu menariknya untuk bicara di dekat van sambil memperhatikan anak-anak.

"Bagaimana kabarmu?"

Kris tersenyum simpul, "Aku baik. Lalu kau?"

"Aku juga."

"Chanyeol pasti menjagamu dengan baik."

Baekhyun hanya tersenyum. Matanya lurus menatap Tao yang terlihat gembira saat membagi hadiahnya. Baekhyun tersenyum melihat Sora meloncat senang saat mendapat hadiah mainan satu set masak-masakan. Ia memamerkannya pada Hani dengan sombong. Lalu Hani terlihat puas dengan satu set mainan rias dan Bom berputar-putar mencoba sweater merah mudanya dengan gambar Minnie Mouse. Hyunchan membungkuk terimakasih saat menerima bungkusan kado yang saat dibuka adalah robot iron man kesukaannya. Joon juga mendapat barang yang sama dan langsung mengajak Hyunchan bermain.

"Tao terlihat lebih baik."

"Syukurlah, dia sempat depresi setelah keguguran yang kedua kalinya. Namun kini dia baik-baik saja", jawab Kris sambil mengingat masa sulit pernikahannya.

"Kudengar dia sudah berhenti bekerja. Lalu apa yang dia lakukan di Cina?"

"Dia lebih sering mengikuti acara amal yang melibatkan anak-anak seperti panti asuhan atau anak penderita kanker dan lembaga kemasyarakatan."

"Tao?"

Kris menyunggingkan senyumnya sebagai jawaban. Baekhyun tidak yakin Tao yang cerewet dan kekanakan berubah menjadi keibuan. Namun melihat bagaimana cara Tao yang berinteraksi dengan anak-anak, ia sadar Tao yang sekarang sudah menjadi wanita dewasa yang sebenarnya. Masa sulitnya pasti membuatnya menjadi lebih kuat. Beruntung Kris berada disisinya dan terus mendukungnya.

Kris merasa tubuhnya menegang ketika melihat Tao menahan mual. Ia hampir saja berlari menghampiri wanita itu kalau saja Tao tidak kembali tersenyum kepada anak-anak. Baekhyun bisa melihat kekhawatiran di wajah Kris.

"Ada apa dengan Tao? Dia sakit?"

Kris menghela nafas. Pandangannya terus mengawasi Tao. "Dia sering mual. Dokter bilang karena depresi."

Baekhyun memandang Tao dari tempatnya berdiri. "Bukankah kau bilang dia sudah sembuh?"

"Tapi beberapa kali dia seperti itu namun untungnya baik-baik saja."

Baekhyun mengernyit. Dia punya pikiran sendiri.

"Sayang, apa yang kau lakukan disini?"

Baekhyun dan Kris menoleh ke sumber suara. Chanyeol yang baru datang langsung merangkul Baekhyun, membuat wanita bertubuh mungil itu mengernyit heran ke arah Chanyeol. Panggilan Chanyeol terasa aneh.

Kris tersenyum kecil melihat Chanyeol yang menurutnya kekanakan. Pria itu pasti berpikir ia mengganggu Baekhyun atau menggoda istrinya.

"Apa yang kau lakukan?", Baekhyun bergerak gelisah berusaha melepaskan tangan Chanyeol yang melingkar di lehernya, namun pria itu justru semakin mengeratkannya membuat Baekhyun akhirnya menyerah karena lelah.

"Aku tidak akan memakan Baekhyun, jadi tenang saja", ujar Kris santai.

Chanyeol menatap Kris tajam lalu menarik Baekhyun menjauh dari pria itu. Walau Baekhyun terus protes, Chanyeol tidak menyerah membawa Baekhyun pergi. Kris terkekeh pelan melihat punggung Chanyeol dan Baekhyun yang menjauh.

.

.

.

"Anak-anak! Ayo makan!", Kyungsoo mengeraskan suaranya saat memanggil bocah-bocah kecil itu. Jongin akhirnya membawa mereka kembali.

Semua orang duduk di atas karpet motif kotak-kotak dengan warna merah dan putih yang digelar di atas rumput. Sehun yang baru selesai memanggang daging dengan Luhan pun ikut bergabung.

"Aku kaget melihat mereka sudah besar", ujar Tao sambil mengusap pelan rambut keponakannya, Hani.

"Itu karena satu tahun kau tidak melihat mereka", balas Sehun.

"Eomma, aku mau daging."

"Aku juga", sambung Bom menimpali kembarannya Joon.

"Eomma, aku mau kimbab", ujar Hyunchan pada Baekhyun.

"Sebentar", Baekhyun memberi kotak bekal yang berisi kimbab pada putranya. "Sora, kau juga mau?"

Gadis kecil itu menggeleng pelan di pangkuan Chanyeol. Ia menyandarkan kepalanya di dada Chanyeol. "Eomma, aku mau disuapi", ujar bocah itu dengan suara manja.

Baekhyun mengangguk tanpa keberatan. Ia kemudian mengambil kotak bekal yang lain dan menyuapi Sora. Chanyeol ikut-ikutan membuka mulutnya namun Baekhyun terlihat tidak peduli. Wajah Sora berubah cemberut sama seperti wajah ayahnya.

"Eomma, appa juga"

Chanyeol tersenyum menang sedangkan Baekhyun memutar matanya malas. Dengan gerakan setengah hati ia memasukkan gulungan kimbab yang besar ke mulut Chanyeol, membuat pipinya kembung karena merasa penuh. Sora tertawa dengan suara yang lucu saat melihat wajah ayahnya dan mengatakan Chanyeol mirip dengan Loopy si berang-berang yang ada dalam kartun Pororo kesukaannya.

Keluarga itu sibuk dengan makan siangnya. Kris ijin pergi saat ponselnya berbunyi. Jadi ia menerima panggilan di tempat yang agak jauh. Tao tersenyum melihat tingkah anak-anak Baekhyun—Chanyeol, Kyungsoo—Jongin, maupun Luhan dan Sehun. Teman-temannya itu terlihat bahagia dengan keluarga kecilnya.

Tao akan menyendok nasi ke dalam mulutnya, namun belum sempat makanan itu menyentuh lidahnya, Tao merasa perutnya seperti berputar dan membuatnya mual. Tao memandang sekitarnya, berharap agar tidak ada yang melihatnya. Ia memandang punggung Kris yang sibuk bicara lewat telepon. Wanita itu pelan-pelan meletakkan mangkuknya dan bangkit berdiri. Kyungsoo tanpa sengaja melihat Tao berlari menjauh entah kemana. Kyungsoo mengatakan pada Jongin untuk menjaga anak mereka sebelum pergi mengikuti Tao.

Kyungsoo melihat Tao membungkuk di dekat semak-semak. Kyungsoo segera mendekati Tao dan membantunya dengan mengurut pelan tengkuknya.

"Kau tidak apa-apa?"

Kyungsoo menyerahkan tisu pada Tao dan Tao menerimanya lalu mengusap bibirnya.

Tao mengangguk pelan lalu tersenyum, ia tidak ingin Kyungsoo khawatir.

"Kau yakin? Apa kau sakit?"

"Sungguh aku tidak apa-apa, aku sudah biasa seperti ini."

"Apa? Sudah biasa?"

"Ini sering terjadi karena dulu aku pernah depresi. Seharusnya aku baik-baik saja, ini hanya mual biasa."

Kyungsoo tahu soal Tao yang mengalami keguguran. Dan dia menebak temannya itu depresi karena hal itu.

"Kau tidak mau memeriksanya ke dokter? Bagaimana kalau itu serius?"

"Kris sudah sering membawaku ke rumah sakit, hasilnya sama saja. Aku tidak sakit apapun Kyungsoo."

"Kalau memang seperti itu, aku harap memang semua berjalan baik. Ayo kembali, kau harus makan."

"Kurasa aku tidak bisa makan."

Kyungsoo mengernyit, "Kenapa?"

"Aku tidak bisa mencium aroma daging. Itu membuat perutku mual."

"Bukankah kau suka daging?"

"Entahlah, akhir-akhir ini tidak lagi."

"Sudah berapa lama?"

"Aku tidak tahu."

"Itu aneh."

"Aku hanya tidak suka aromanya."

Kyungsoo terdiam cukup lama. Ia ragu mengatakan ini dan membuat Tao terluka, tapi dia hanya ingin Tao memastikan pendapatnya.

"Tidakkah kau berpikir kau hamil?"

Tao terkejut mendengarnya. Kyungsoo seperti memberinya harapan. Namun Tao segera menghilangkan pikiran itu. Ia sudah sering berpikiran seperti Kyungsoo, namun setiap ia melakukan tes, semuanya nihil. Dia negatif hamil.

"Aku sudah sering berpikiran seperti itu, tapi setiap aku memeriksakan kandunganku, tidak pernah ada bayi."

Kyungsoo menghela nafas. "Kali ini saja cobalah memeriksanya. Aku merasa aneh karena kau mual hanya saat mencium aroma daging sedangkan kau sangat menyukainya. Aku juga seperti itu saat mengandung Joon dan Bom. Hanya saja aku tidak suka aroma kaldu. Dan bukankah kau bilang depresimu sudah lama sembuh?"

Tao menunduk dalam. Ia mendesah berat. "Aku tidak yakin."

"Cobalah, tidak ada yang tidak mungkin."

"Tao?"

Suara berat seorang pria membuat Kyungsoo dan Tao melihat siapa yang datang dan ternyata itu adalah Kris.

"Apa yang kalian lakukan disini? Aku mancarimu."

Tao melirik Kyungsoo sekilas lalu tersenyum ke arah Kris. "Hanya mencari udara segar."

Kris terlihat tidak langsung percaya namun Tao segera menariknya pergi. "Ayo kembali."

Kyungsoo mengikuti pasangan itu dari belakang. Ia berharap perkiraannya soal Tao adalah benar. Sedangkan Tao terus memikirkan perkataan Kyungsoo. Ia sangat berharap itu benar, tapi ia takut menelan rasa kecewa ke sekian kalinya.

Piknik mereka hari itu berjalan menyenangkan. Chanyeol, Jongin, Sehun dan Kris menemani anak-anak bermain sedangkan Baekhyun, Kyungsoo, Luhan dan Tao terlibat dalam hal kebersihan dan berkemas.

Tao tersenyum melihat Kris menggendong Sora di pundaknya dan melawan Hyunchan yang berada di gendongan Chanyeol. Mereka saling kejar dan menjatuhkan. Sehun ikut membantu Hani melawan Sora dan Hyunchan. Sedangkan Jongin yang paling kasihan. Ia terlihat kesusahan dengan dua anak kembarnya dan memilih berbaring di rumput. Membuat Joon dan Bom menarik ayahnya untuk bangun.

Baekhyun datang dan menyodorkan segelas teh hangat pada Tao. Ia duduk di sebelah Tao.

"Apa yang kau lakukan disini?"

Tao tersenyum. Pandangannya lurus pada kerumunan ayah dan anak yang sibuk bermain. "Aku tidak pernah melihat Kris sebahagia itu."

"Itu karena kau hanya melihatnya sibuk bekerja selama ini."

"Menurutmu haruskah aku menyuruhnya menikah lagi?"

"Apa maksudmu?"

"Kurasa Kris menginginkan anak. Tapi aku tidak bisa memberikannya."

"Jangan bicara seperti itu. Kau dan dia memiliki keinginan yang sama. Sekalipun Kris sangat menginginkan anak, aku yakin dia ingin hanya kau ibunya. Jika kau menyuruhnya melakukan hal itu, tidakkah menurutmu dia justru terluka?"

Tao mendesah berat. "Aku ingin dia bahagia."

"Dia sedang bahagia Tao, dan itu karena kau."

Tao menoleh ke arah Baekhyun lalu kembali menatap lurus ke depan. Tiba-tiba ia merasa perutnya mual. Baekhyun menatapnya khawatir.

"Kau baik-baik saja?"

Kris yang sedang bermain dengan Sora, tidak sengaja melihat Tao yang terlihat tidak baik. Dengan lembut, ia berkata pada Sora bahwa ia harus pergi. Chanyeol melihat Kris berlari ke arah Tao dan Baekhyun namun ia hanya memilih melihat dari jauh.

"Tao, kau baik-baik saja?", Kris berjongkok di sebelah Tao. Raut wajahnya terlihat sangat khawatir.

"Kurasa dia sudah terlalu sering mual hari ini. Tidakkah kau harus membawanya ke rumah sakit?"

"Tao, kau sakit? Kita harus memeriksakan kesehatanmu."

Tao menggeleng pelan. "Aku tidak apa-apa."

"Apanya yang tidak apa-apa? Kau harus ke rumah sakit", ujar Baekhyun sedikit kesal karena Tao yang keras kepala.

"Sungguh, aku tidak apa-apa."

"Setidaknya ada dokter disini." Baekhyun bangkit dari tempat duduknya dan berjalan lebar mendekati Sehun. Chanyeol menjegat jalannya.

"Ada apa?", tanya Chanyeol penasaran.

"Kurasa Tao sakit."

"Sehun-ah!"

"Ne?"

"Bisa kau periksa Tao sebentar?"

Sehun menaikkan sebelah alisnya. Ia melihat ke arah Tao yang agak jauh. "Ada apa? Dia sakit?"

"Aku tidak tahu, makanya aku meminta kau memeriksanya."

Sehun duduk di sebelah Tao dan memeriksa kecepatan detak nadinya. Ia hanya melakukan beberapa pemeriksaan sederhana karena ia tidak membawa peralatan medisnya.

"Sehun-ah aku tidak apa-apa."

"Diamlah sebentar", Sehun kemudian berdiri dan bertatapan dengan Kris.

"Aku tidak bisa memastikan. Namun kurasa Tao baik-baik saja. Mungkin hanya kelelahan. Tapi jika kau merasa khawatir, kau bisa membawanya ke rumah sakit besok."

"Aku akan melakukannya besok", jawab Kris. Ia kemudian duduk di sebelah Tao dan menggenggam tangannya.

"Tao, lebih baik kau beristirahat. Bagaimana kalau kau kembali ke hotel sekarang?", Sehun memberi saran.

"Sehun benar, kau butuh istirahat", timpal Baekhyun.

Tao hanya diam. Ia bersandar di pundak Kris.

"Kita juga harus pulang, lagipula ini sudah sore", ujar Sehun.

Baekhyun mengangguk setuju. Ia segera memanggil Chanyeol dan Jongin untuk membawa anak-anak naik ke van karena mereka akan segera pulang.

-ANTIFAN-

"Ku bilang istrimu positif hamil", ulang Sehun. Ia mulai merasa jengkel karena Kris terus mengulang pertanyaan yang sama.

Tao menangis di pelukan Kris. Rasanya ia seperti mendengar kabar baik dari surga. Sehun tersenyum memandang temannya.

"Kuucapkan selamat untuk kalian", ucap Sehun tulus.

Kris dan Tao memang pergi ke rumah sakit keesokan hari setelah piknik. Baekhyun, Kyungsoo, serta Luhan terus mendesak Tao untuk memeriksakan kondisinya.

"Kau tidak berbohong padaku kan?", tanya Tao penuh curiga.

Sehun tertawa. "Sekarang aku sebagai seorang dokter Tao, bukan temanmu. Aku harus menyampaikan fakta sebenarnya pada pasien. Lagipula apa untungnya berbohong soal kehamilanmu?"

"Siapa yang tahu kau hanya ingin membuatku senang."

"Aku tidak ingin repot-repot melakukannya."

"Bagaimana kandungannya?", Kris bertanya antusias.

"Janinnya sehat dan ini memasuki bulan ke tiga. Tao mual bukan karena depresi. Itu hal yang wajar selama masa kehamilan. "

"Sehun-ah, gomawo", Tao mengucapkan terimakasih ditengah-tengah tangis bahagianya.

"Jangan berterimakasih padaku. Bukan aku yang memberikan bayi padamu", balas Sehun. "Bersyukurlah karena anugerah yang kalian dapatkan. Kalian harus menjaganya dengan baik."

Tao mengangguk patuh. Dia akan menjaganya dengan sangat baik. Ia memegang permukaan perutnya dan tersenyum senang. Rasanya seperti mimpi.

.

.

.

Kris sedang duduk di dekat mesin kopi dengan Lay. Ia menyeruput kopinya sambil tersenyum. Raut wajahnya dipenuhi kebahagian berlimpah.

"Kau terlihat sangat bahagia", ujar Lay ikut tersenyum.

"Itu hal yang paling aku tunggu. Akhirnya aku melihat Tao tersenyum bahagia."

"Aku turut bahagia atas kehamilan istrimu. Kau harus memperhatikan dan menjaganya dengan baik kali ini."

"Sebelum kau menyuruhku, sudah pasti aku akan melakukannya."

Lay terkekeh pelan lalu menyeruput kopinya. "Oh ya, kapan kalian kembali ke Cina?"

"Tiga hari lagi, aku masih ingin mengajak Tao jalan-jalan."

"Bagaimana dengan kesehatanmu?"

Kris tersenyum untuk menenangkan Lay. Ia sangat tahu apa yang dikhawatirkan Lay. "Sejauh ini tidak ada masalah. Walaupun ada banyak hal yang aku lupakan tapi aku baik-baik saja."

"Syukurlah."

"Oh ya, aku juga akan kembali ke Cina."

"Kenapa?"

"Aku akan bekerja di rumah sakit kecil di pedesaan. Itu impianku dari dulu. Hanya saja aku baru bisa melakukannya sekarang. Aku akan mengurus semuanya dengan segera. Mungkin bulan depan aku sudah pindah bersama istriku."

Kris menepuk pundak Lay, "Selamat karena kau mencapai impianmu", Kris kemudian tersenyum lebar. "Aku akan sering menjengukmu."

"Aku harap kau tidak lupa mengatakan ini padaku."

Kris terkekeh, "Tidak akan Dokter Zhang."

-ANTIFAN-

Kabar bahagia Tao terdengar sampai ke telinga seluruh teman-temannya. Tentu saja itu berkat si dokter kandungan, Oh Sehun yang tidak bisa menjaga rahasia. Sebelum Tao dan Kris kembali ke Cina, mereka sengaja membuat pesta kecil tanpa anak-anak. Mereka dititipkan pada kakek dan neneknya.

Raut wajah Tao dan Kris penuh kebahagiaan. Mereka menebak-nebak jenis kelamin calon bayi, para ibu juga berbagi tips untuk Tao sedangkan para pria mendengarkannya dengan malas kecuali Kris si calon ayah baru.

"Saat aku melahirkan, aku jauh lebih tenang daripada ibu lainnya. Berteriak di ruang operasi bukan gayaku", ujar Kyungsoo bangga. Jongin hanya mendecih di sebelahnya. Ia ingat bagaimana Kyungsoo berteriak kesakitan dan menjambak rambutnya. Selama proses persalinan yang berjalan sekitar dua setengah jam lamanya, Kyungsoo masih sempat melempar kesalahan pada Jongin karena membuatnya hamil dan melahirkan dengan menanggung rasa sakit. Bukankah sudah kodratnya seorang wanita mengalami yang namanya hamil dan melahirkan? Lalu mengapa harus ia yang disalahkan?

Luhan berbagi cerita yang berbeda dari Kyungsoo soal persalinannya. "Sehun yang menjadi dokternya dan membantuku melahirkan", ujar Luhan.

"Wah, daebak", Chanyeol tidak bisa menahan rasa terkejutnya.

"Aku orang pertama yang menggendong bayiku", sahut Sehun bangga.

"Baekhyun, lalu bagaimana denganmu?", tanya Kyungsoo.

Baekhyun menatap Chanyeol lalu tersenyum mengingat kejadian bertahun-tahun lalu yang tidak akan ia lupakan.

"Saat Joon lahir, Chanyeol tidak berada di sisiku."

Para pria itu terlihat tidak percaya. Mereka memandang Chanyeol dengan remeh dan terus bertanya 'benarkah' pada Baekhyun. Chanyeol hanya menunduk menyembunyikan wajahnya.

"Dia sedang syuting di Jepang saat itu."

"Daebak! Kau benar-benar membiarkan noona melahirkan sendirian? Apa kau tidak penasaran melihat anak pertamamu?", tanya Sehun tidak percaya.

Chanyeol hanya mendesah berat. Tentu saja ia menginginkannya. Kalau saja ia tahu Baekhyun akan melahirkan empat belas hari lebih cepat dari tanggal yang diperkirakan oleh dokter, ia sudah pasti memilih untuk tidak berangkat ke Jepang.

Baekhyun tersenyum ke arah Chanyeol. Ia ingat saat itu melahirkan hanya ditemani ibu dan ayah mertuanya. Ayahnya segera berangkat dari Pohang setelah mendengar Baekhyun kontraksi, hanya saja beliau sampai setelah persalinan telah selesai.

Walau tidak menemaninya, Baekhyun tahu Chanyeol juga sangat menderita dan merasa bersalah. Buktinya pria itu langsung mencari tiket penerbangan pulang dari Jepang ke Korea setelah mendapat telepon Baekhyun sedang berada di ruang operasi untuk persalinan. Walau sebenarnya jadwal kepulangannya masih dua hari lagi, Chanyeol tanpa berpikir panjang memilih pergi ke bandara pada jam dua pagi dan mencari tiket penerbangan paling awal menuju Korea.

Baekhyun bahkan masih ingat Chanyeol yang terus memegang tangannya dan meminta maaf. Tepat setelah pesawatnya mendarat, ia langsung mencari taksi dari bandara menuju rumah sakit. Ia bahkan belum istirahat ataupun makan siang. Selama Baekhyun di rawat di rumah sakit, Chanyeol tidak pernah sedetik pun meninggalkan istrinya. Bahkan sampai Baekhyun diijinkan pulang, Chanyeol masih terus memperhatikannya sendiri selama dua puluh empat jam.

"Lalu bagaimana dengan putri keduamu?", tanya Kris. Ia dan pria lainnya seakan senang sekali menyudutkan Chanyeol namun kali ini tidak berhasil.

"Untungnya Chanyeol tidak di Jepang, dia tepat di sebelahku."

"Kau memiliki antisipasi tinggi untuk pengalaman kedua", ejek Kris.

Chanyeol menatap tajam pada pria itu seakan menyuruhnya tutup mulut.

"Kau harus menjaga kandunganmu dengan baik Tao. Aku yakin dia akan tumbuh sehat", ujar Baekhyun.

"Gomawo Baekhyun-ah", Tao tersenyum.

"Baiklah, untuk merayakan hari ini, ayo bersulang", Jongin mengangkat tinggi gelas wine-nya. Semuanya ikut mengangkat gelas. Kris segera menukar gelas Tao dengan air mineral untuk bersulang. Tao menahan senyumnya. Kris terlihat sangat protektif.

"Ayo bersulang!"

-ANTIFAN-

Bunyi dering ponsel Chanyeol membangunkan Baekhyun dari tidur nyenyaknya. Tangannya meraba-raba meja di samping tempat tidur. Setelah berhasil mendapatkan benda berisik itu, Baekhyun segera menjawab panggilan.

"Halo?" jawab Baekhyun dengan suara parau.

"Baekhyun?", suara di seberang telepon terdengar terkejut. "Dimana Chanyeol?"

"Oh, Xiumin oppa. Chanyeol? Dia tidur", Baekhyun menarik dirinya ke posisi duduk. "Ada apa?"

"Katakan pada Chanyeol syutingnya dimajukan menjadi dua jam lagi."

Baekhyun menoleh ke balik bahunya melihat Chanyeol yang tertidur lelap. "Akan ku sampaikan padanya."

"Terimakasih Baekhyun."

"Sama-sama oppa."

Setelah Baekhyun menutup telepon, ia menyusup kembali ke dalam selimut. Merapat ke tubuh hangat Chanyeol . Ia membungkuk dan mencium bibir Chanyeol. "Chanyeol, bangun."

Chanyeol mengerang lalu menarik pinggang Baekhyun dan merapatkan pelukannya seakan mengajak Baekhyun untuk kembali tidur.

Baekhyun menciumnya lagi.

Chanyeol meringis. Matanya masih terpejam. "Hm?", gumamnya.

"Manajermu bilang syutingnya dimajukan dua jam lagi. Kau harus bangun sekarang."

"Biarkan aku tidur lima menit lagi", Chanyeol mengeratkan pelukannya pada Baekhyun lalu tersenyum dalam tidurnya.

"Baiklah, lima menit lagi kau harus bangun. Sekarang singkirkan tanganmu. Aku harus mandi dan mengurus Hyunchan ke sekolah."

Chanyeol menurut. Ia kembali tidur sedangkan Baekhyun berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Saat ia keluar dari kamar mandi, ia menggeleng pelan melihat Chanyeol belum juga bangun. Baekhyun mengeringkan rambutnya dengan hair dryer. Sengaja membiarkan suara bisingnya terdengar keras agar Chanyeol bangun. Namun pria itu malah semakin bergulung dengan selimut.

Baekhyun keluar kamar dan pergi ke kamar tidur Hyunchan dan Sora untuk membangunkan putranya. Tidak seperti ayahnya, Hyunchan langsung bangun saat Baekhyun memanggil namanya. Sora ikut terbangun saat mendengar suara ibunya. Ia langsung meminta pelukan.

"Sora, ayo bangunkan ayahmu."

Baekhyun masuk ke kamar Chanyeol dengan langkah mengendap-endap. Ia sengaja melepas Sora naik ke atas tempat tidur. Bocah itu langsung memanjat naik ke atas tubuh ayahnya lalu menyibak selimut untuk melihat wajah Chanyeol.

"Appa!", suara nyaringnya memaksa Chanyeol untuk bangun.

"Appa, bangun!", bocah perempuan itu menepuk dada Chanyeol dengan semangat.

Chanyeol kemudian membuka matanya lebar dan berkata 'Boo!' untuk mengagetkan putrinya. Sora justru tertawa senang. Ia bermain dengan kelopak mata Chanyeol. Jari-jari kecilnya memaksa mata ayahnya untuk terbuka.

"Appa, ayo bangun"

Chanyeol pun akhirnya duduk. Ia menoleh ke arah Sora lalu menggelitik putrinya hingga tertawa menahan geli.

Baekhyun menggeleng pelan, "Berhentilah bermain-main. Cepat mandi."

Chanyeol membantu Sora turun dari tempat tidur. Bocah perempuan itu berlari menuju kamarnya.

"Baekhyun kemarilah", ujar Chanyeol pelan.

"Wae?", Baekhyun menaikkan sebelah alisnya.

"Kesini sebentar saja", Chanyeol mendesaknya.

"Katakan saja ada apa. Aku bisa mendengarmu dari sini."

"Apa susahnya kesini sebentar saja?"

Baekhyun menghela nafas. Dengan malas, ia berjalan mendekati Chanyeol yang duduk di atas tempat tidur.

"Wae?—", Chanyeol menarik tangannya hingga tubuhnya kehilangan keseimbangan dan jatuh ke tempat tidur. Chanyeol langsung menindihnya.

Baekhyun memandang Chanyeol. Pria itu tengah menyeringai ke arahnya.

"Berhenti bermain, minggir!", Baekhyun berusaha menyingkirkan tubuh Chanyeol, namun pria itu tidak mudah untuk disingkirkan. Baekhyun memutar matanya. "Ada apa?"

"Morning kiss."

"Aku akan memberikannya setelah kau sikat gigi, cepat bangun!"

"Memangnya kalau sekarang kenapa?"

"Kau tidak ingin sarapan?", Baekhyun menatap suaminya dengan pandangan mengancam.

Chanyeol menunduk kalah. Ia segera menyingkir dari tubuh Baekhyun, namun dengan cepat ia kembali menindih Baekhyun dan mengecup pipinya lalu bangun. Pria itu dengan santai melenggang ke kamar mandi. Baekhyun menatap pintu kamar mandi yang sudah tertutup sambil tersenyum.

Bila ada yang bertanya apa itu kehidupan bahagia pada Baekhyun, wanita itu akan menjawabnya bahwa ia bahagia dengan rutinitasnya. Ia bahagia menjadi istri Park Chanyeol dan ibu Hyunchan serta Sora. Ia suka membangunkan Chanyeol setiap pagi. Ia senang membuat sarapan untuk keluarganya. Ia senang menemani Sora bermain sambil menunggu kakaknya pulang dari sekolah. Baekhyun senang melihat Sora dan Hyunchan bermain bersama. Ia juga senang saat Sora menangis karena Hyunchan mengganggunya dan mengadu padanya dengan gerakan lucu. Ia senang mengantar Hyunchan dan Sora ke tempat tidur saat malam hari. Ia senang saat tidur di pelukan Chanyeol dan bangun di pagi hari melihat wajahnya. Menurut Baekhyun, kehidupannya yang sekarang adalah sempurna.

"Janganlah mencintai sesuatu dengan berlebihan, bisa jadi kau akan membencinya di kemudian hari. Dan bencilah sesuatu dengan sewajarnya, bukan tidak mungkin esok hari kau akan mencintainya."

Pernah mendengar kalimat seperti itu?

Dulu Baekhyun tidak mengerti apa artinya. Jelas sekali bahwa kata "benci" dan "cinta" adalah dua kata yang saling berlawanan. Mana mungkin benci jadi cinta atau cinta jadi benci. Hal yang mustahil.

Tapi Baekhyun membuktikannya sendiri. Ia yang begitu mencintai dunia fangirling kini justru tidak menyukainya sejak idolanya memutuskan keluar dari dunia hiburan. Dan fatalnya, ia yang begitu tidak menyukai Chanyeol, orang yang menurutnya abnormal, berotak biji kenari, pemilik suara pengiring pemakaman dan pantas di kirim ke neraka adalah orang yang kini menjadi suaminya. Orang yang paling ia cintai. Orang yang menjadi segalanya untuk Baekhyun. Cinta memang tidak memilih siapa, kapan, dimana, mengapa dan bagaimana ia datang. Dan itu berlaku juga untuk Baekhyun dan Chanyeol.

Aku mencintainya dan aku tidak menyesal memilihnya. "Aku mencintaimu, Park Chanyeol."

-000-

-000-

-000-

FIN.

-000-

-000-

-000-

Epilog done.

Terimakasih sudah membaca ANTIFAN.

Saya tegaskan ini adalah chapter penutup. Tidak akan ada sequel.

Cerita ini memiliki lebih banyak porsi KrisTao? Iya. Kenapa? Karena couple itu yang paling jarang muncul di chapter-chapter sebelumnya, jadi saya ingin menebusnya di chapter epilog.

Tapi saya tetap tidak ingin menghilangkan cast utama yaitu ChanBaek.

Untuk nama bayi ChanBaek, saya memilih HyunChan sebagai anak laki-laki. Yaitu sambungan dari Baekhyun—Chanyeol. Sedangkan nama Sora karena alasan pribadi. Jujur, nama Korea saya Lee Sora. Jadi saya memilih nama itu karena saya sendiri putus asa nyari nama anak perempuan yang pas.

Banyak review yang minta Chelsea—Jesper. Menurut saya itu terlalu kebarat-baratan. Jadi aneh mengingat Chanyeol dan Baekhyun disini asli Korea.

Sedangkan untuk review lain, banyak yang ngasih saran Chanhyun. Menurut saya itu terlalu pasaran-_-

Jadi jatuhlah pilihan pada HyunChan dan Sora.

Dan untuk side story HunHan atau KaiSoo, saya Cuma bisa kasih side story waktu persalinan aja ya. *bow*

Dan maaf porsi Xiumin dan Lay yang sangat sedikit serta Jongdae yang tidak ada di chapter epilog, di tambah Suho yang namanya cuma disebut di chapter awal saja dan terlupakan hingga ending.

Sekali lagi saya tegaskan ini fokusnya sama ChanBaek, jadi gak ada alasan buat saya fokus ceritain setiap member exo dalam ff ini. Lama dong ya panjang gak kelar-kelar.

Kesimpulan:

Intinya sih semua cast hidup bahagia selamanya. Hahaha.

Sekali lagi terimakasih sudah membaca ANTIFAN.

NO COPY PASTE!

_MissXoxo_