Qtalita new story

(Basid on true story)

Wonkyu fanfiction

.

.

.

.

02 December 2013

Rintik hujan sore ini tak menunjukkan tanda-tanda akan mereda, aku menghela nafas pendek, seharusnya aku sudah dirumah sekarang, meringkuk di pembaringan menanti malam, hal itu paling tidak lebih berguna untuk tubuhku yang sedikit berontak karena demam.

Kupandangi secangkir coklat panas di depanku, lalu pandanganku beralih pada layar bertuts banyak, perlahan kupijit keningku, laporan-laporan ini benar-benar menguras tenaga, belum lagi tulisan-tulisan yang butuh aku sentuh, aku benar-benar di kejar deadline akhir tahun.

Ugh, aku mengerang, pening di kepalaku kembali lagi, di sudut café bernuansa maskulin dengan bau cat yang menyengat, Oh sepertinya aku salah dengan memutuskan menghabiskan hari di dalam café yang masih dalam proses renovasi ini.

Ku alihkan pandanganku kearah jalan melalui kaca bermotif biji kopi di sampingku, seseorang berlari kecil menembus hujan, ia terlihat tergesa memasuki café, terdengar dari bunyi lonceng yang bergemerincing kuat.

Dahiku mengerut, ia menundukkan kepalanya tanda meminta maaf karena sadar atau tidak dia sudah membuat semua perhatian tertuju padanya *kayak slogan Miss Indonesia*

Sosok itu, namja dengan jaket hitam duduk tidak jauh dari posisiku, sesekali aku bisa merasakan ia mencuri pandang padaku, entahlah..hanya perasaan saja.

Tidak ingin terlalu mengikuti perasaan aku kembali berkutat dengan laporan-laporan penuh gambar di depanku, ponselku berdering beberapa kali, sepertinya sahabat-sahabatku sedang asyik membicarakan sesuatu di dunia maya, sayang sekali aku tidak bisa bergabung hanya karena laporan sialan ini.

"Ehm.."

Seseorang berdehem, aku mengangkat wajahku, melepas kacamata bening yang bertengger di hidungku. Sosok itu, namja berjaket hitam sudah duduk di depanku sambil tersenyum menampilkan 2 buah lesung di masing-masing pipinya.

Aku membalas senyumnya. Tipis. Dan ugh pening itu kambuh lagi, mataku memicing.

"Kau tidak apa-apa?"

Aku hanya menggeleng dan menyesap coklat panasku yang entah masih bisa dikatakan panas atau tidak karena tersapu pendingin ruangan.

"Ah mianhe, perkenalkan, aku Choi Siwon, dan kau pasti Cho Kyuhyun bukan?"

Hei, darimana dia tahu namaku.

"Kau pasti bingung kenapa aku tahu namamu"

Aku masih terdiam namun perubahan wajahku sudah menjawab semua pertanyaannya. Jujur membuka mulut saja sangat susah untukku di masa seperti ini, demam membuatku mual sewaktu-waktu.

"Fur Elise? Fedde velten? Smoking haze? Eum.."

"Cukup..cukup.."

Aku terkekeh, namja bermata tajam itu menyebut semua teenlit buatanku, ia tersenyum seraya menyodorkan selembar kertas.

"Aku fans beratmu, bisakah kau membubuhkan tanda tanganmu? Aku akan memamerkannya pada teman-temanku besok pagi"

Aku tersenyum kecil lalu mengambil kertasnya, menulis namaku lalu menarik garis sebagai tanda tanganku.

"Kau benar-benar membaca semua teenlit ku?"

Ia mengangguk, aku tersenyum lagi. Kali ini sangat tulus

"Tapi buku-buku itu belum resmi rilis, kau mendapatnya dari mana?"

Ia menarik rambut basahnya ke belakang, melepas jaketnya hingga menyisakan T-shirt putih.

"Blog dan hmmm radio?"

Aku kembali terkekeh, namja di depanku sepertinya benar-benar pengagum tulisanku.

"Hanya itu?" kusodorkan kertas yang segera ia terima dengan mata berbinar.

"Yeah, sebenarnya tidak. Aku berbohong"

Dahiku membentuk perempatan.

"Kau tidak mengingatku?"

Hey, apa ini? Namja yang berusaha mengacau fikiranku di saat kepalaku meminta untuk di ledakkan.

"hehehehe, sepertinya kau benar-benar melupakanku. Apa perlu kuberi clue?"

Aku memutar bola mataku malas, bukan karena aku kurang sopan, tidak. Aku hanya sedang tidak ingin bermain sekarang, kerjaanku masih banyak sementara kepalaku sangat berat.

" 2 tahun yang lalu. Awal juni. Pet shop. Golden river."

Aku mengernyit, mencoba mengingat memori 2 tahun lalu, dibulan juni, pet Shop dan Golden river?

Ah! Cleo.

"Aku ingat, kau namja dengan anjing terrier itu bukan?"

Ia tersenyum puas saat aku sudah mengingatnya, dan mau tidak mau bibirku juga ikut terangkat membentuk bulan sabit. Dia namja yang kutemui saat Cleo, anjing jenis Golden River ku terserang sakit, saat itu anjingnya BoBo jenis terrier mengalami patah di kaki kiri belakangnya, Pet shop yang merangkap sebagai klinik hewan itulah tempat kami pertama kali bertemu, sedikit bercakap tentang anjing masing-masing lalu merambat ke persoalan pribadi, hanya sedikit karena anjingnya sedikit mengamuk di meja operasi. Setelah itu kami tidak pernah bertemu lagi, akupun menganggap itu hanya sebatas angin lalu. Tidak kusangka kami akan bertemu lagi di saat seperti ini.

"Akhirnya kau ingat"

"Lalu, bermula dari itu? Kau menguntitku?"

Ia tertawa ringan.

"Eum, bisa jadi"

Ok, aku sedikit waspada sekarang, namja di depanku sudah mengakui jika ia menguntitku 2 tahun belakangan ini.

"hari itu aku bertanya pada dokter Ling, pemilik pet shop, ia menceritakan tentangmu yang setiap minggu datang membawa anjingmu. Tapi seminggu setelahnya kau tidak datang.."

"Yeah, aku pindah rumah" potongku, ia menghela nafas

"Aku tahu, dan aku selalu tahu sejak itu"

Ugh, ini mengerikan. Bagaimana bisa aku masih dengan santainya berhadapan dengan orang yang jelas-jelas selalu 'tahu' tentangku dan kini aku mengabaikan laporan yang masih terpampang manis di layar laptop.

"Oh, lanjutkan"

"Kau mau tahu?"

"Sebagai korban tentu saja aku harus tahu"

"hey.."

"Kau menguntitku, dan aku merasa terganggu, walaupun baru kali ini"

Ia tersenyum, menopang dagunya dengan satu tangan, matanya menatapku. Wow dia tampak tampan. Ugh, ayolah Kyu.

"Aku mencari tahu tentangmu, dari dokter Ling, pasien-pasien dokter Ling, tentu saja bukan anjingnya yang aku maksud hehehehe"

Ia terkekeh sebentar.

"Aku menemukan alamat lamamu dari salah satu pasien dokter Ling, eum kau kenal Kim Ryeowook?"

Aku mengangguk.

"Dia salah satu teman lamaku"

"Aku mencarimu berdasarkan alamat itu, rumahmu kosong.. tentu saja"

Ia menyesap cappucinonya sebentar saat seorang waiter berseragam hitam mendekati kursiku, aku hanya tersenyum kecil kearah waiter dengan tatapan - tidak apa-apa –

"Kau mengusirnya? Tidak baik terlalu keras pada karyawan"

"Kau.." Aku mengerling padanya, ia hanya tertawa.

"Aku sudah bilang padamu, aku tahu semua tentangmu Kyu, atau aku harus memanggilmu Direktur Cho?"

Aku terhenyak, hey ia tahu?

"Ugh, lanjutkan saja ceritamu"

Ia tertawa keras.

"Aku menemukan alamat barumu dari seorang tetangga cerewet"

"Kim Heechul ahjumma?"

"Itu namanya? Aissshhh dia sangat cerewet, menanyakan tentang maksudku mencarimu hingga ia membicarakan anak gadisnya yang belum juga menikah"

Aku tertawa, ia memicingkan matanya.

"Aku suka melihat kau tertawa"

Aku terdiam, mendengus dan tanpa sadar mengerucutkan bibirku sebal.

"Lanjutkan saja tuan Choi"

"With Pleasure "

Aku menatapnya jengah yang malah mengundang gelak tawanya.

"Dan aku menemukanmu, aku bahkan setiap hari datang ke tempat ini, berharap aku bisa bertemu namja manis pemilik café ini, tapi kau bahkan tidak pernah menatapku, walaupun aku duduk di tempat yang sama setiap harinya"

Ia mempoutkan bibirnya lucu, aku menutup mulutku menahan tawa, ia semakin merasa sebal. Kini aku tahu kenapa waiters terlihat waspada dengan namja di depanku, namja ini nyaris datang setiap harinya dan duduk di tempat yang sama.

"Mianhe, mianhe, aku begitu sibuk dengan.."

"Dengan perusahaan? Dengan Deadline?" Siwon memotong pembicaraanku, aku memiringkan kepala bingung, hey dia tahu juga?

"Maaf.. aku begitu dipusingkan dengan jadwal laporan yang ugh begitu menyesakkan" Aku menunjukkan layar laptop ke hadapannya, ia menyeringai lebar.

"Setiap harinya selama beberapa minggu belakangan?"

Aku terdiam, dahiku mengernyit, namja Choi ini begitu menuntutku untuk mengatakan semuanya.

"Well, sejujurnya tidak juga.."

Siwon menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa berwarna merah, tangannya terlipat di depan dada, matanya menatapku tajam, menunggu penjelasan yang aku sendiri bingung harus menjelaskan apa.

"Hey kau belum menyelesaikan ceritamu Choi"

Bagus sekali Kyuhyun, kau mengalihkan pembicaraan. Dan lihatlah kini wajah Choi berubah bingung.

"Ckckck kau begitu pandai bermain Kyu, arra aku lanjutkan.."

Siwon menegakkan badannya, bahkan sedikit condong ke arahku.

"Dan aku menemukanmu di saat yang tepat, hujan benar-benar berpihak padaku hari ini"

Siwon menengadahkan kedua telapak tangannya, mendramatis suasana. Aku mendengus kecil, ponselku bergetar lagi, aku hanya mengecek sebentar, Wow my favorite sedang berulah di jejaring social, so glad, bertambah kebahagiaanku, menumpuk bersamaan dengan pertemuanku dengan namja Choi ini.

"Hei, kau sibuk? Pesan dari siapa? Kekasihmu?"

"Bukan, dari sahabat-sahabatku"

Aku kembali menyeruput coklatku yang kini dingin, Siwon memperhatikan guratan pena di selembar kertas yang tadi ia sodorkan. Ia tersenyum sangat tulus

"Kau tahu? Aku begitu menyukai cerita-ceritamu, Kau penulis yang bertalenta"

Aku tersipu, ini bukan pertama kali aku mendapat sanjungan atas tulisanku, hanya saja kali ini terasa berbeda.

"Gomawo.."

Kami terdiam, rintik hujan sudah mereda, sinar mentari sore sudah tergantikan bias rembulan, langit masih mendung, bintang tidak terlihat malam ini.

"kyu.."

"Hm"

"Kau manis.."

Aku tertawa kecil, ia menaikkan satu alisnya.

"Kau merayuku?"

Siwon menggeleng,

"Aku serius" rajuknya, aku semakin tertawa. Bahkan tidak menghiraukan tatapan aneh pengunjung lain serta waiters yang masih memasang wajah waspada. Siwon begitu kekanakan, oh by the way, berbicara soal kekanakan, kira-kira berapa umur Siwon sekarang. Apa aku perlu bertanya?

"Eum, berapa umurmu?"

Giliran Siwon yang tertawa.

"Wae?"

Aku mengangkat bahu.

"Hanya ingin tahu" ucapku

"25, dan kau baru saja menginjak 23 bukan?"

Aku mendecih sangat lirih.

"Siwon bisakah kau membiarkan salah satu sisiku menjadi suatu rahasia buatmu? Kau mengetahui semuanya dan itu menyebalkan"

Aku memanggil waiters, memesan secangkir caramel macchiato dan seporsi Choco de franch, aku melirik Siwon, ia hanya menggeleng menandakan ia tidak ingin memesan apapun walaupun aku mengatakan kalau kali ini gratis untuknya.

"Apa aku terlalu mengganggumu?" Siwon bertanya dengan wajah serius saat waiters sudah meninggalkan meja kami.

"Tidak juga, hanya saja aku merasa begitu transparan untukmu, kau tahu semuanya"

"Kau masih begitu misterius untukku"

"Yah, untuk hal-hal yang belum aku lakukan bukan?"

"Cerdas"

Kami tertawa, melupakan jika tadi aku merasa namja di depanku ini terlihat berbahaya, ia memang seorang penguntit, satu-satunya penguntit yang membuatku nyaman.

"Apa kau pernah memiliki Secret admirer?"

Oh well, kini Siwon mengganti julukannya dari seorang Penguntit menjadi Secret admirer, terdengar lucu.

"Entahlah, hanya kau satu-satunya yang mengaku"

"Hey, aku tidak mengaku sebagai secret admirer-mu, aku hanya penguntit biasa"

Aku terdiam. Gotcha! Kau tertipu Kyu. Lihat wajahmu memerah sekarang. Ini memalukan

"Hahahahahaha…"

Aku mengernyit. Kulayangkan cubitanku ke lengannya

"Kau mengerjaiku?"

"Awww.. ini sakit, dan panggil aku 'hyung' aku ini lebih tua darimu"

Aku mempoutkan bibirku, tanda menolak, dan Siwon hanya terkekeh sambil menutup mulutnya.

Drrttt..drrttt..

Ponselku bergetar, aku melirik layarnya, sebuah pesan masuk. Siwon tampak memperhatikanku dari ekor matanya, Ya Tuhan namja Choi ini benar-benar menawan.

"Hhh, sepertinya aku harus pulang, Hyung-ku sudah berpesan agar aku pulang secepatnya"

Aku membereskan laptop serta berkas-berkas yang sedari tadi menjadi penonton, memasukkannya ke dalam tas, bersamaan dengan pesananku yang baru datang, aku menyesapnya cepat dan melahap roti coklat berisi fla dengan suapan besar. Siwon menertawaiku.

"Orang tuamu?"

Aktifitasku terhenti. Kuhembuskan nafas berat

"Sepertinya kau tahu"

Siwon tersenyum samar, ia menyeka lelehan coklat di sudut bibirku menggunakan tissue. Dan itu membuat pipiku mengeluarkan semburat merahnya.

"Kau pasti kesepian"

Aku mengangkat bahu lagi.

"Aku tidak usah menjawab "

Ia tertawa, aku tidak salah bukan? Aku tidak perlu menjawab pertanyaan yang sudah jelas ia tahu jawabannya. Hanya membuang-buang waktu saja.

"Boleh aku mengantarmu pulang?"

Siwon berdiri, ia kembali mengenakan jaketnya lalu menawarkan bantuan menunjuk mobilnya yang ia parkir di seberang jalan. Aku mengernyitkan dahi.

"Kau menaruh mobilmu disana?"

"Well, sebenarnya tadi aku hanya mengecek apa kau ada atau tidak" Siwon tertawa.

"Jadi, apa mau kuantar? Aku jamin kau selamat, dan aku jamin aku tidak akan berbuat macam-macam" lanjutnya dengan jari membentuk V.

Aku menggeleng.

"Tidak usah terima kasih, aku membawa mobil sendiri"

"Tapi aku tidak melihat mobilmu di depan?" Dahinya berkerut.

"Jadi kau juga tahu mobilku?"

Siwon hanya menjawab dengan cengiran plus tangan yang menggaruk tengkuknya tidak gatal.

"Aku menggunakan mobil hyung-ku"

Tunjukku kearah parkiran, Siwon hanya ber-oh ria.

"Benar itu mobil hyung-mu? Jangan-jangan kau hanya tidak mau aku antar pulang?" Ia memasang wajah curiga.

"I swear"

Siwon akhirnya mengerti, ia mengantarku sampai ke depan mobil, aku menengadah, langit masih mendung, dan itu tidak baik bagi mataku, jika sampai hujan turun di saat aku masih dalam perjalanan bisa-bisa tamatlah riwayatku.

"Lalu, kapan kita bisa bertemu lagi?"

Siwon tampak santai dengan tangan yang dimasukkan ke dalam saku celananya.

"Sepertinya aku tidak bisa menjawab itu Siwon Hyung, kau tentu punya daftar schedule milikku bukan?"

Siwon mengacak rambutku geli.

"Hei, aku bertanya sebagai seorang namja asli bukan seorang namja tak kasat mata yang menunggumu di café itu"

Siwon menyindirku, aku hanya tertawa sembari memperbaiki rambutku yang terlihata acak-acakan.

"Eum, kau bisa menghubungiku" Jawabku akhirnya. Ia tampak bingung

"Aku tidak tahu nomor ponselmu"

"Bukankah kau seorang penguntit? Aku yakin kau bisa mendapatkannya bukan?"

Siwon menyeringai, kubuka pintu mobil, ia masih berdiri di sana, menungguku untuk pergi terlebih dahulu. Senyuman terkembang di wajahnya.

"Aku yakin menemukanmu sekali lagi Cho.."

Aku tersenyum, deru mesin terdengar, kulambaikan tangan sebelum kubelokkan mobil lalu melaju di jalan raya, masih dapat kulihat dari spion, Siwon menyeberang jalan, memasuki mobilnya lalu berlalu dengan arah berlawanan dariku. Hhh paling tidak aku merasa aman setelah tahu ia ia tidak menguntitku malam ini.

Aku tidak pernah menyangka bahwa hujan sore ini membawa sesuatu yang baru untukku, namja pemilik dimple dengan tawa renyah itu ternyata menguntitku selama 2 tahun ini.

Desember dengan tawa renyah, secangkir coklat dan hujan.

FIN

Apah ini? Sudah telah update mana bawa-bawa ff gaje gak bermutu pula hahahahaha

Ini Cuma tumpahan *ecie bahasanya* unek unek di sore hari hahahaha, based on true story btw kkkkk