I'M YOUR MAN, KING!

.

Pairing:

Yunjae

Disclaimer:

Semua karakter milik Tuhan dan milik mereka sendiri.. maxy cuma minjem nama… ide cerita murni dari pemikiran maxy dan ini semua hanya fiksi… ^_^

Rated:

M

Genre:

Comedy, Romance, action, genre bisa bertambah sewaktu-waktu..^^

Warning :

Fiction, YAOI, Yunjae, khayalan tingkat tinggi, ABSURD… bagi yang kurang berkenan, silahkan klick back…maxy cinta damai.. ^^

Cast:

YunJae

YooSuMin

Dan nama-nama lain yang akan muncul sewaktu-waktu

.

.

Peluk cium dari maxy untuk teman-teman semua yang sudah bersedia meluangkan waktu untuk membaca dan mereview IYMK.

Yunjae heart, meirah 1111, chantycassie, Vic89, de, jema agassi, littlecupcake noona, yoshiKyu, ruixi1, Princessintaan, metroxylon, Shim JaeCho, Jung Sister, quinniee, UMeWookie, MyBabyWonKyu, min, akiramia44, kyoarashi57, aismamangkona, saphire always for onyx, kyoarashi57, boobearchangkyu, ROSE aka MrsJang, kimfida62, jj, hoshidissy, NaturalCandy1994, Sayuri Jung, chayurieza, WineMing, macchiato, shipper89, ezkjpr, miss leeanna, Naritha, azahra88, fuyu cassiopeia, Reanelisabeth, Boo Bear Love Chwang, cindyshim07, Dei YunJae, meyidhae, RistinOk137 Suka YJ NoChangKyu, wulandariapple, elfsissy701, ichecassiopeiajaejoong, misschokyulate2, rinayunjaerina, ShinJiWoo920202, cha yeoja hongki, ShinJiWoo920202, miusara, Furansisuka, RlyCJaeKyu, JonginDO, nonochan, jaeromone, NishaRyeosomnia, Liendhanesia, redyna90, Ega EXOkpopers, HanYura, aprilyarahmadani, viearashiandjoniez, Alif, Bambaya, zee konstantin, choikim1310, nidadoong, nin nina, Annisajaejoongie, Andini010196, dan para guest.

Terimakasih masukan dan saran sangat membantu maxy untuk cerita yang lebih baik. Maxy sayang teman-teman semua.. hug hug hug

Oh ya, siap-siap duduk manis, karena kali ini maxy kasih yang puanjang seperti permintaan teman-teman.. maxy baik kan… hihihihi #ditoyor reader.

Yuk dah langsung saja… happy reading… hope u like this chap… ^_^

.

Preview

.

"Kau masih tak mau berbicara denganku? Geure.. terserah kau saja.. yang jelas aku hanya memberitahumu untuk itu, aku tahu meski kau tak ingin kau akan tetap melaksanakan semua perintahku, jadi persiapkan dirimu untuk bertemu dengan hyung yang kau sayang minggu depan," ucap Ji Woon dengan sengaja memprovokasi.

Changmin nampak semakin terkejut dengan apa yang baru saja ia dengar, "mwo?" hanya kata itu yang keluar dari mulut Changmin.

Ji Woon tersenyum ketika akhirnya Changmin mengeluarkan suaranya, "kunjungan rutin kerajaan akan dilaksanakan minggu depan, dijadwalkan Jaejoong akan pergi bersama raja seperti pada kunjungan di kelompok dagang lain pada bulan lalu. Dan aku sangat yakin bahwa Yunho akan bersama Jaejoong kali ini. Jadi aku harap kau bisa bersikap dengan baik," ucap Ji Woon puas.

Changmin hanya bisa menggenggam tangannya erat seolah akan memukul Ji Woon sekarang.

Melihat ekspresi Changmin, Ji Woonpun tersenyum. Ia berjalan mendekat dan menepuk pelan bahu Changmin, "Tak banyak yang bisa kau lakukan selain mengatakan iya.. kau bahkan tak mampu memukulku meski kau sangat ingin… kau kesal bukan? Tapi sayangnya kau tak bisa melakukan apapun selain menuruti kemauanku… ahahaha… ahahahahhaa.." ucap Ji Woon diakhiri dengan tawa yang menggema di ruangan. Tak lama kemudian Ji Woonpun meninggalkan Changmin dengan amarah yang tak tersalurkan.

"ARGGGHHHHHHHHHHH! GOD!" Teriak Changmin kesal.

.

.

.

Chap 14

.

.

.

1 minggu berlalu dengan cepat. Kondisi Yunho juga semakin membaik karena perawatan nomor 1 diberikan kepada Yunho. Setiap hari dokter terbaik kerajaan mengecek kondisi Yunho. Berbagai macam ramuan tradisional disiapkan koki kerajaan dengan sempurna demi mempercepat kesembuhan Yunho. Berbagai macam olahan menu special yang mendukung pemulihan tulang juga telah dipersiapkan untuk Yunho setiap harinya.

Namun ada hal penting lain yang tidak boleh dilupakan yaitu tibalah saatnya kerajaan melakukan kunjungan ke kelompok dagang wilayah barat. Sebenarnya kunjungan seperti ini rutin dilakukan oleh kerajaan, setidaknya setahun sekali. Hanya saja ada yang berbeda kali ini karena bukan hanya raja yang melakukan kunjungan tetapi juga Hwangtaeja Jaejoong yang kelak akan menggantikan semua tugas raja.

Jaejoong memang sudah beberapa bulan terakhir mendampingi raja dalam melakukan kunjungan kemanapun, beberapa diantaranya didampingi juga oleh Yunho yang memang sedang tak ada acara dengan kelompok dagangnya. Tapi meskipun begitu, kunjungan kali ini akan terasa sangat berbeda karena ini adalah kali pertama pertemuan Jung dan Choi secara terbuka didepan public. Selama ini, selama Jung dipimpin oleh Yunho, kelompok dagang Jung dan Choi tak pernah bertemu didepan public, mereka lebih memilih bertemu dengan mengangkat senjata masing-masing. Bukankah ini akan menjadi pertemuan yang benar-benar menegangkan?

Pagi itu Jaejoong sudah bersiap memakai baju kerajaan lengkap dengan baretnya. Sedangkan Yunho yang masih belum terbiasa dengan berbagai macam atribut kerajaan dan kondisinya yang memang belum pulih benar, harus dibantu beberapa pelayan kerajaan.

Mata Jaejoong terus memandang kekasih hatinya itu.

"Wae?" gumam Yunho sambil melirik ke arah JAejoong.

"Anni.." ucap Jaejoong sambil tersenyum.

"Apa aku terlihat sangat tampan?" goda Yunho.

Pertanyaan Yunho ditanggapi senyum kecil oleh Jaejoong, "Sungguh kePDanmu sangat over dosis, Tuan Jung," ledek Jaejoong.

Yunho tertawa kecil mendengar ucapan Jaejoong.

"Sudah selesai, Tuan" ucap salah satu pelayan.

"Ah.. ne… gomawo…" ucap Yunho ramah.

Para pelayanpun berpamitan untuk meninggalkan ruangan dan Jaejoongpun mendekati Yunho yang mulai berjalan perlahan. "Apa benar tidak apa-apa kalau kau ikut? Kodisimu.."

"Nan gwaenchana…" potong Yunho segera.

Nampak Jaejoong terdiam namun kemudian mengangguk pelan, "jangan terlalu banyak bergerak, dan jangan terlalu dipaksakan… kalau kau merasa ngilu segeralah beritahu karena"

GREPP

Yunho menghentikan ucapan Jaejoong dengan pelukan, "Arra… aku akan baik-baik saja.. percayalah.." ucap Yunho pelan sambil menepuk bahu Jaejoong pelan.

Jaejoongpun mengangguk pelan, "tak hanya kePDanmu yang overdosis, tapi ternyata kenekatanmu juga tak terhingga, Jung.." gerutu Jaejoong pasrah. Ia memang tak bisa menahan Yunho untuk tetap di istana dan memulihkan kondisinya.

Yunhopun hanya menanggapi ucapan Jaejoong dengan senyuman.

.

.

.

"Hubungi Tuan Yoon dan pastikan semuanya sudah berada di posisi mereka masing-masing." Perintah Yunho kepada Yoochun sebelum keberangkatannya bersama rombongan kerajaan.

"Ne, hyung.. aku mengerti!" jawab Yoochun sigap.

"Bersiaplah..! aku akan segera memberitahukan langkah yang harus kau ambil setelah aku mengetahui kondisi disana," lanjut Yunho.

Yoochun mengangguk mengerti, "Ne.. hyung!"

.

.

.

Iring-iringan mobil kerajaan berjalan dari Seoul menuju wilayah dagang kelompok barat. Hari ini raja dan rombongan berencana menuju Daegu wilayah paling produktif di kelompok dagang barat, namun sebelum itu mereka akan bertandang ke pusat kota Andong terlebih dahulu, untuk bertemu dengan kelompok Choi, pemimpin kelompok dagang wilayah barat.

Sepanjang perjalanan Yunho nampak tak bisa santai. Sedari awal memasuki mobil, Yunho selalu duduk tegap dengan kedua tangan menggenggam erat di lututnya. Jaejoong menoleh kearah Yunho, nampak wajah Yunho yang memang terlihat tegang. Jaejoongpun kemudian meletakkan salah satu tangannya di tangan Yunho seolah berkata semua akan baik-baik saja sedangkan Yunho hanya mampu memberikan senyumnya tanpa mengatakan sepatah katapun.

Hampir 2 jam perjalanan dari kota Seoul menuju ke Andong dengan menggunakan mobil kerajaan yang memang bebas hambatan. Namun meskipun begitu, waktu 2 jam terasa sangat lama bagi Yunho yang sudah mempersiapkan diri bertemu dengan musuh besarnya itu.

"15 menit lagi sepertinya kita akan sampai," gumam Jaejoong sambil melirik jam tangan mewahnya.

Yunhopun bergumam, "waktu yang cukup menyiksaku.. entah kenapa aku merasa ini perjalanan yang sangat lama sekali," keluh Yunho.

Jaejoongpun tersenyum, "Bukankah kau sering mengunjungi mereka?" canda Jaejoong.

"Tapi tidak dengan situasi seperti sekarang ini…" jelas Yunho. "Kita selalu beradu senjata jika bertemu. Aku takut jika tak bisa mengendalikan diri disana," lanjut Yunho cemas.

Jaejoong kembali tersenyum, ia sangat tahu kecemasan yang dirasakan pendampingnya itu. Tangannyapun kembali menggenggam erat tangan Yunho, "Semua akan berjalan sesuai rencana.. aku yakin itu," ucap Jaejoong penuh keyakinan.

Yunhopun kemudian memberikan senyuman meski masih terlihat sangat kaku. Semua itu wajar karena memang hati dan pikirannya sedang tak sejalan sekarang.

Tak lama kemudian iring-iringan mobil kerajaan sudah mulai memasuki area kediaman Choi Ji Woon. Kediaman pemimpin kelompok dagang wilayah barat itu sangatlah luas, hampir sama dengan kediaman Yunho. Iring-iringanpun harus melewati beberapa taman luas sebelum sampai di teras rumah Choi Ji Woon.

BRMMM

Mobil pertama dari iring-iringan kerajaan sudah berhenti didepan pintu utama kediaman Choi. Nampak beberapa anak buah Choi sudah dipersiapkan untuk membuka pintu mobil kerajaan.

Raja dan mentri perdagangan turun dari mobil yang terparkir lebih dulu, disusul dengan Yunho dan Jaejoong yang turun dari mobil yang baru saja berhenti.

"Selamat datang di kelompok dagang kami, Yang Mulia.." nampak sebuah suara terdengar dari arah pintu.

Raja tersenyum dan mengangguk.

"Selamat datang, Tuan." Sambut orang tersebut kepada mentri perdagangan.

"Terimakasih atas sambutannya, Tuan Choi" ucap mentri perdagangan sambil berjabat tangan dengan ramah.

"Selamat datang Hwangtaeja," sapa Ji Woon kemudian.

"Ne.." ucap Jaejoong singkat sambil memberikan senyuman ramahnya. Ia memang harus seperti itu meski dalam kondisi tak ingin sekalipun.

Sedangkan Yunho nampak berusaha memasang wajah senormal mungkin ketika Ji Woon mulai menyapanya. "Selamat datang di kediaman kami, Tuan Muda Jung."

"Ne.." jawab Yunho singkat dan terkesan dingin. Entah kenapa Yunho sulit untuk bersikap biasa saat berhadapan dengan Ji Woon. Semua memori kelamnya satu persatu muncul kembali ketika melihat namja paruh baya itu sehingga membuat Yunho harus berjuang keras untuk tak lepas kendali dihadapan raja dan semuanya.

"Mari kita menuju tempat yang sudah kami persiapkan," ajakk Ji Woon sangat sopan. Sungguh, ia sangat pandai mencari muka, ia bahkan tak ragu untuk berakting protagonist didepan Yunho sekalipun.

Tak lama setelah itu para rombongan sampai di ruang tengah dan mereka duduk di tempat yang sudah disediakan. Pembicaraan tentang kondisi dan perkembangan kelompok dagang wilayah baratpun mulai mengalir sedikit demi sedikit. Hal yang sama seperti yang dilakukan ketika berkunjung ke kelompok dagang lainnya.

Raja mulai mengajukan beberapa pertanyaan untuk mencari tahu tentang kondisi kelompok dagang wilayah barat disusul dengan mentri perdagangan. Beberapa dokumen ditunjukkan oleh Choi Ji Woon untuk memberikan beberapa bukti dari laporan-laporan yang diceritakannya. Berbagai macam dokumen kerjasama antara Choi dengan pihak kerajaanpun kembali di buka dan di teliti untuk melihat seberapa efektifkah kerjasama diantara mereka selama beberapa tahun belakangan.

Tak hanya itu, Jaejoong dan Yunho juga mulai membantu mengamati satu per satu dokumen-dokumen yang nampak sangat wajar itu. Ini adalah kesempatan emas bagi mereka berdua untuk mencari informasi sebanyak mungkin tanpa harus dicurigai. Karena mereka juga melakukan hal yang sama di kelompok dagang sebelumnya.

Lembar demi lembar terlalui. Dokumen demi dokumen telah selesai di teliti. Hingga tak terasa sudah hampir 2 jam mereka berdiskusi. Raja menutup dokumen yang terakhir, ini menandakan bahwa semua sudah selesai. Nampak beberapa anak buah Choi memasuki ruangan sambil membawa nampan, mengantarkan beberapa makanan ringan dan minuman untuk mengisi waktu istirahat. Raja dan Choi Ji Woon sedang bercengkerama sambil tertawa kecil, kedekatan yang ditunjukkan raja kepada semua pemimpin kelompok dagang.

"Laporan-laporan ini sudah cukup lengkap.. aku rasa ini sedikit berbeda daripada laporan Choi sebelumnya… kali ini semua nampak tertata rapi dan berurutan sehingga memudahkan kami dalam melakukan koreksi… jika sudah seperti ini, kami bisa langsung melakukan kunjungan-kunjungan ke beberapa kelompok dagang kalian untuk mengetahui perkembangannya secara nyata," puji raja.

"Gamsahamnida, Yang Mulia… kami selalu berusaha dan terus berusaha untuk memberikan yang terbaik kepada anda dan negeri ini," ucap Ji Woon bangga.

Raja tersenyum dan mengangguk.

"Oiya.. jika diperkenankan… hamba ingin memperkenalkan seseorang yang sangat berjasa dalam penyususan laporan-laporan ini," ucap Ji Woon promosi.

"Oh.. benarkah? Siapa dia?" Tanya raja nampak tertarik.

Ji Woon kemudian membisikkan kepada salah satu anak buahnya dan tak menunggu lama, anak buahnyapun segera keluar ruangan.

Tak beberapa lama kemudian,

TOK

TOK

Pintu ruangan diketuk dan muncullah 3 namja muda yang berwajah tampan dan berpostur tinggi memasuki ruangan.

DEG

Nampak keterkejutan diwajah Yunho dan Jaejoong ketika melihat siapa yang datang.

Changmin

Itulah yang Yunho dan Jaejoong lihat memasuki ruangan.

Changmin dan 2 anak buah Choi membungkuk hormat kepada raja dan semua orang yang berada di ruangan.

Nampak Choi tersenyum lebar sambil menepuk bahu Changmin, "Dia Yang Mulia.." Ji Woon memperkenalkan Changmin, "Dia yang membantu kami dalam menyusun laporan. Dia adalah kebanggan Choi"

"Changmin," gumam raja tak yakin.

Ji Woon tersenyum dan mengangguk, "Ne.. pasti anda sudah mengenalnya dengan baik."

"Aku mengenalnya.. tapi bukankah dia adik Yunho?" Tanya raja langsung.

"Ne.. angguk Ji Woon," angguk Ji Woon.

Raja menaikkan kedua alisnya seolah meminta penjelasan lebih.

"Selain adik Yunho, dia juga…" Ji Woon menggantungkan kalimatnya sebentar. "putraku," lanjut Ji Woon mantap

DEG

Kalimat Ji Woon sukses membuat semua mata terbelalak kaget, tak terkecuali Yunho, Jaejoong, dan Changmin sendiri. 'Bukankah seharusnya Ji Woon menutupi identitas Changmin? Bukankah seperti itu perjanjiannya kepada Changmin saat itu? Apakah Ji Woon mengingkari semua janjinya? Berarti Changmin telah terperdaya?' banyak pertanyaan muncul di benak Changmin hingga membuatnya harus terdiam untuk mencerna semua.

"Dulu, aku sempat kehilangan kontak dengan putraku yang tengah dibawa mantan istriku. Aku tidak menyangka jika selama ini dia diasuh oleh sahabatku sendiri, pemimpin Jung. Hingga 1 minggu yang lalu ia mendatangiku dan mengatakan bahwa dia adalah putraku. Meski cukup sulit di percaya tapi inilah kenyataannya. Bukankah dia sangat mirip denganku?" ucap Ji Woon diselingi dengan tawa renyah. Matanya menatap puas ke arah Yunho, seolah ia sangat menikmati raut terkejut di wajah Yunho.

Namun tawa Ji Woon harus segera terhenti ketika ia menyadari bahwa tak ada yang tertawa selain dirinya, bahkan raja sekalipun. Semua terdiam, memasang wajah serius, seolah sedang memikirkan sesuatu secara serempak.

Hening

Tegang

Itulah suasana yang mendadak dirasakan semua orang yang ada diruangan.

'Ada apa ini? Apa dia melakukan sesuatu yang salah dimata raja?' Tanya Ji Woon dalam hati. Matanya terus mengamati ekspresi orang disekitarnya, seolah sedang mengumpulkan berbagai macam informasi dari banyak pertanyaan yang muncul dibenaknya.

"Ehem.." Raja nampak membasahi tenggorokannya yang mendadak kering. Sikap raja seolah membuyarkan keheningan sekitarnya. "Changmin shi.." panggilan raja membuat semua mata tertuju padanya.

"Ne, Yang Mulia.." ucap Changmin sopan.

Raja nampak terdiam, mata raja bertemu pandang dengan Changmin seolah menyiratkan banyak hal yang sulit diucapkan dengan kata-kata.

Hening

Raja tak kunjung mengucapkan sesuatu. Mulutnya nampak terbuka ragu kemudian ia diam kembali. Tak lama kemudian iapun tersenyum, "Duduklah… kita bisa berbincang-bincang bersama disini.. aku ingin memuji kerja bagusmu," ucap raja tenang.

Yunho mengernyitkan keningnya, ia mencium gelagat aneh. Sepertinya bukan kalimat itu yang ingin diucapkan raja, hal itulah yang dirasakan Yunho. Entahlah, ini hanyalah firasat Yunho atau semua merasakannya.

Changmin sedikit menunduk kemudian iapun duduk di kursi yang berseberangan dengan Yunho. Sekilas matanya bertemu pandang dengan Yunho.

'Hyung,' panggilan itu hanya mampu diucapkan Changmin dalam hati. Changmin cukup lega melihat kondisi Yunho, meski sedikit pucat dan terlihat perban melilit disekitar lehernya tapi nampak tak selemah yang ia bayangkan.

Sedangkan Yunho hanya memberikan tatapan datarnya, nyaris tanpa ekspresi saat melihat Changmin. Marahkah? Kecewakah? Entahlah.. Changmin tak mampu mengartikan pandangan yang diberikan Yunho kepadanya.

"Kau pasti merasa bangga mempunyai putra secerdas dia." Puji raja membuyarkan keheningan. Nampak Ji Woon tertawa renyah dan Changmin menunduk hormat kepada raja.

"Tentu saja, Yang Mulia.." jawab Ji Woon dengan tawa renyahnya.

"Pujian itu terlalu berlebihan, Yang Mulia.." ucap Changmin sopan.

Yunho tersenyum sinis mendengar ucapan Changmin, 'sejak kapan ia bersikap manis seperti itu? Baru satu minggu Yunho tak bertemu Changmin tapi ia seperti sudah tak mengenal Changmin sama sekali. Sudah berubahkah ia?' Tanya Yunho dalam hati.

Changmin yang sekilas melihat senyum Yunho hanya mampu diam.

"Aku tak menyangka jika akan bertemu dengan putraku di usia senjaku ini… Aku sudah berkumpul bersama putraku kembali, ini adalah kado terindah di usia senjaku ini." Ucap Ji Woon semakin menjadi. Dengan sengaja ia memprovokasi Yunho, sejujurnya ia sangat penasaran dengan apa yang akan dilakukan Yunho setelah ini.

"Dan saya ingin berterimakasih kepada Tuan Muda Yunho yang selama ini telah membantu Changmin hingga bisa menjadi sehebat ini. Terimakasih pula karena telah mengijinkan Changmin untuk kembali ke Choi.. Anda pasti sangat bangga mempunyai menantu seperti dia, Yang Mulia.." Lanjut Ji Woon dengan sengaja bermulut manis kepada Yunho dan Raja. Setidaknya dengan begitu, nampak hubungan Choi dan Jung terlihat tetap baik-baik saja didepan raja.

"Ne.. dia namja yang berbakat dan selalu membuatku bangga," puji raja kemudian. Sedangkan Yunho hanya mampu tersenyum canggung. Tanpa diketahui banyak pihak, tangan Yunho menggenggam erat gelas diatas meja. Pantas, dia sedang menahan emosi sekarang. Sungguh ia sangat ingin membuat perhitungan namun sayangnya, ia tak mampu berbuat apa-apa ketika didepan public seperti ini.

"Aku rasa kita harus segera menuju Daegu untuk melihat perkembangan kelompok dagang disana." Putus raja membuyarkan lamunan Yunho.

"Ne.. Yang Mulia.. kami akan segera mengantarkan anda kesana," ucap Ji Woon sigap.

Ji Woon dan Raja Kim berjalan beriringan diikuti dengan mentri perdagangan dan para rombongan berjalan menuju teras. Mereka berencana langsung mengunjungi pabrik-pabrik yang berada di Daegu.

.

.

.

"Kembalilah ke Gwangju sekarang.. kita akan bertemu disana.. ada hal penting yang harus kita lakukan malam ini." Perintah Yunho singkat melalui teleponnya.

"Ne, hyung.. aku mengerti.." jawab Yoochun cepat dan kemudian segera bergegas menuju Gwangju.

.

.

Selama di Daegu, Jaejoong dan Yunho nampak beberapa kali berusaha mencuri waktu untuk berbicara dengan Changmin. Namun itu terasa sangat sulit mengingat Changmin terus berada di dekat Choi. Begitu banyak yang ingin dikatakan Yunho kepada Changmin namun tak kunjung ada kesempatan, sungguh ini benar-benar membuat Yunho hilang kesabaran.

"Apa keputusanmu sudah bulat?" Tanya Jaejoong lirih. Maklum saja, ia tak ingin percakapannya di dengar siapapun.

Yunho hanya memberikan anggukan sambil terus berjalan melihat proyek-proyek dan keadaan perusahaan Choi. Sejujurnya sangat sulit membicarakan rencana selanjutnya sekarang, mengingat ia dan Jaejoong harus terus berkeliling bersama rombongan untuk mengecek kondisi perusahaan dan pembangunan wilayah dagang di Daegu.

"Apa Yoochun sudah kau hubungi?" Tanya Jaejoong lagi.

"Ne.. dia akan ada di Gwangju sore ini…" gumam Yunho pelan.

Jaejoong mengangguk pelan, rencana sudah tersusun rapi. Ia bahkan sudah mendapat ijin dari raja untuk menginap di Gwangju, mengingat selama 3 hari kedepan ia tak ada jadwal kerajaan yang harus ia lakukan. Mereka harus bertindak cepat karena mereka sangat ingin tahu apa yang terjadi kepada Changmin sebenarnya.

.

.

.

Di sisi lain

"Tuan, mobil sudah siap." Ucap salah satu pengawal kerajaan yang beberapa saat lalu diminta Yoochun untuk menyiapkan mobil.

"Ah ne.. gomawo.." ucap Yoochun sambil menepuk bahu pengawal dan segera berjalan cepat menuju mobil.

Tanpa meminta bantuan, Yoochunpun membuka sendiri pintu mobil. Ia segera masuk dengan terburu-buru. Ia tak ingin terlambat untuk sampai di Gwangju karena perintah Yunho terdengar sangat penting dan mendesak.

"Antarkan ke bandara, Tuan Oh.." pinta Yoochun kepada supir kerajaan yang sudah beberapa hari ini mengantarkannya kemanapun ia pergi.

Nampak Tuan Oh mengangguk ragu hingga membuat Yoochun menaikkan kedua alisnya. Namun belum sampai Yoochun bertanya, ia sudah mendengar suara dari arah belakang.

"Kau mau kemana, Chun?" suara lumba-lumba terdengar dari kursi belakang.

Sontak Yoochun menoleh kaget, "OMO!" Yoochun terperanjat. "HWANGTAEJA?!" lanjut Yoochun yang masih kaget.

Junsu memberikan senyum lebarnya, "Wae? Kenapa kaget seperti itu? Aku bukan hantu Yoochuna.." ucap Junsu bercanda.

"Chakkamman… apa aku salah mobil?" Tanya Yoochun kepada Tuan Oh.

"Anni, Tuan Muda.. hanya saja.." Tuan Oh nampak ragu menjawab.

"Aku yang memang baru saja masuk, beberapa detik sebelum dirimu." Ucap Junsu memotong kalimat Tuan Oh dan masih dengan senyum lebarnya.

"Apa, hwangtaeja mau pergi juga? Kalau begitu biarkan aku diantar sopir yang lain," putus Yoochun terburu-buru.

"Kau mau kemana seperti sedang terburu-buru sekali?" Tanya Junsu ingin tahu.

Yoochun nampak melirik jam tangan mewahnya, waktunya telah terbuang beberapa menit dengan sia-sia. "Hamba ingin ke Gwangju.." jawab Yoochun singkat. Sungguh ia sedang tak ingin meladeni Junsu ditengah kondisi sekarang ini. Memang beberapa hari ini ia sering menemani Junsu mengingat ia sendiri tak begitu banyak kerjaan di kerajaan. Tapi sekarang, sungguh ia tak ada waktu bahkan untuk berbincang sekalipun.

"Apa ada sesuatu yang penting hingga kau terburu-buru begitu?" Junsu terus bertanya seolah ia tak mengerti kondisi Yoochun yang sedang terburu-buru.

Yoochun nampak tak sabar meladeni Junsu, "Ne.. hwangtaeja.. Jika.."

"Apa?"

"NE..?"

"Ada urusan apa ke Gwangju?" Tanya Junsu memperjelas

Yoochun memjutar bola matanya, "Ada urusan penting yang harus segera saya kerjakan. Jika hwangtaeja ingin menggunakan mobil ini, maka hamba akan mencari mobil yang lain." Ucap Yoochun segera. Sungguh ia sedang terburu-buru tapi kenapa Junsu tak mau mengerti, andai Junsu bukan pangeran kerajaan, maka pasti sudah dari tadi Yoochun memukul kepala Junsu supaya diam dan tak mencampuri urusannya lagi.

Yoochun hendak beranjak dari kursinya untuk segera mencari mobil yang lain.

KLIK

Tangan Yoochun membuka gagang pintu

GREPP

"Naik mobil ini saja!" ucap Junsu setelah menghentikan pergerakan Yoochun dengan memegang pergelangan tangannya.

Yoochunpun menoleh dan dengan terpaksa kembali duduk, "Tapi hwangtaeja.."

"Aku akan mengantarkanmu ke bandara… aku sedang tak ada kegiatan.. membaca buku di perpustakaan terasa membosankan.. aku sedang tak ada mood untuk melukis.. dan aku melihat kau sedang ingin pergi.. jadi tak ada salahnya kan jika aku ikut mengantarkanmu?" ucap Junsu panjang lebar.

"Tapi.."

"Tuan Oh.. segera antarkan Yoochun ke bandara kerajaan," perintah Junsu kepada Tuan Oh tanpa memperdulikan Yoochun yang nampak tak setuju.

"Ne.. hwangtaeja.." ucap Tuan Oh patuh dan segera menyalakan mobil.

BRMMM

Mobil mulai berjalan dan Yoochun hanya bisa menghembuskan nafas beratnya, pasrah.

.

.

.

"Kalian sungguh akan bermalam di Gwangju?" Tanya raja sekali lagi sebelum memasuki mobil.

"Ne.. appa.. lagipula selama 3 hari ke depan aku libur.. aku ingin berganti suasana sebentar, Yunho menjanjikanku untuk jalan-jalan," ucap Jaejoong dengan wajah sumringah.

Rajapun tersenyum, "Kau jangan terlalu memforsirnya, Jae.. bukankah Yunho dalam tahap penyembuhan.. kau ini.." ucap raja mengingatkan.

"Tidak apa-apa, Yang Mulia.. hamba sudah jauh lebih baik." Ucap Yunho berusaha membantu untuk meyakinkan raja.

Jaejoong memegang lengan Yunho, "Sangat jarang aku dan Yunho bisa berdua, appa.. ini menyiksaku… biarkan aku berlibur dengannya kali ini," ucapnya manja. Dengan sengaja ia menggunakan panggilan tidak formal kepada Raja.

Mentri perdagangan dan beberapa staf menahan senyum melihat tingkah Jaejoong. Sedangkan Yunho yang memasang senyum kakunya kemudian berbisik kepada Jaejoong, "Aktingmu terlalu berlebihan, Jae… lihatlah.. itu malah tampak tak meyakinkan.." bisik Yunho sambil menahan tawa.

NGEEKK

"Arrghhh.." Yunho meringis menahan nyeri karena ulah Jaejoong.

Jaejoong yang tak terima ketika actingnya di nilai buruk, kemudian dengan sengaja menginjak kaki Yunho sambil terus tersenyum ke arah raja, "Bagaimana, appa? Ijinkan aku berlibur di Gwangju.. aku mohon…" rajuk Jaejoong sekali lagi sambil mengatupkan kedua tangannya sebagai pertanda memohon, tak lupa jurus doe eyesnya pun dikeluarkan.

Rajapun tertawa, "Geure.. geure… berliburlah.. tapi ingat, 3 hari lagi kau harus sudah sampai di istana," ucap raja kemudian.

"Assaaaa!" ucap Jaejoong dengan senyum lebarnya.

"Jangan merepotkan Yunho, ingat kondisinya masih belum pulih benar," pesan raja sekali lagi.

"Neeee…." Ucap Jaejoong ceria.

Yunho hanya bisa tersenyum lebar melihat tingkah Jaejoong yang sungguh sulit ditebak ini.

"Jja.. Yunhoya… jaga dirimu baik-baik.. jangan terlalu memaksakan kehendak.. dia memang terkadang merepotkan tapi aku tahu kalau kau bisa mengatasinya," ucap raja sambil menepuk bahu Yunho pelan.

Yunho tersenyum dan mengangguk, "Ne.. Yang Mulia, gamsahamnida.."

"Kalau begitu aku harus segera kembali ke istana untuk istirahat," ucap raja sebelum kemudian memasuki mobilnya.

BRRMMM

Mobil yang dinaiki raja sudah mulai dinyalakan.

"Oh iya, Yunhoya.." panggil raja dari dalam mobil sambil melongokkan kepalanya.

"Ne.. Yang Mulia," jawab Yunho mendekat.

"jangan ragu untuk memberitahu kerajaan jika ada orang-orang yang mencurigakan atau bahkan berani menyerangmu lagi," ucap Raja pelan.

Nampak Yunho terdiam kemudian mengangguk, "Ne… Yang Mulia..". Sejujurnya ia tak menyangka jika raja akan memperhatikannya sampai sejauh ini. Raja benar-benar menunjukkan kepeduliannya terhadap Yunho, hingga predikat menantu kesayanganpun sudah didapat Yunho. Namun hal itulah yang justru membuat Yunho merasa semakin takut, ia takut jika semua ini akan berakhir dengan cepat.

TUK

Pukulan ringan mendarat di kepala Yunho, membuyarkan lamunannya.

Yunho mengusap kepalanya yang sebenarnya tak begitu sakit, "wae?"

"Masih bilang actingku jelek?" protes Jaejoong.

Yunhopun tersenyum sambil mengacak rambut Jaejoong, "Bukan jelek… tapi…"

"Tapi?"

"Mengerikan!"

"MWO?! YAH!" Protes Jaejoong sambil mengejar Yunho yang sudah berlari menuju mobil. Tak ayal tingkah Jaejoong dan Yunho membuat beberapa anak buah Choi yang masih berada di sekitar mereka tertawa sambil menggelengkann kepala.

Tak hanya anak buah Choi tapi juga namja berpostur tinggi yang berdiri di dekat jendela lantai dua juga memandang pemandangan itu. Matanya memandang dengan ekspresi yang sulit diucapkan.

TOK

TOK

"Tuan Muda Changmin, Tuan Choi meminta.."

"Sst.." Changmin mengangkat salah satu tangannya, menandakan untuk tak berbicara. Matanya masih terfokus pada Yunho dan Jaejoong yang mulai meninggalkan halaman Choi.

Soo Hyun berjalan mendekat, ia melihat pemandangan yang dilihat Changmin. Iapun kemudian terdiam.

Setelah beberapa saat berlalu.

Mobil kerajaan itupun sudah menghilang dari pandangan, Changminpun menghembuskan nafas beratnya dan membalikkan tubuhnya. Menatap Soo Hyun yang sedari tadi masih setia menunggunya.

"Ada apa?" tanyanya dingin.

"Tuan Choi meminta anda untuk menemuinya di ruang kerja," ucap Soo Hyun menyampaikan pesan.

"Katakan kepadanya aku akan menemuinya malam nanti.. aku sedang tak ingin menemuinya sekarang. Dan bisakah kau panggilkan Yoon Hwa?" Pinta Changmin.

Soo Hyung nampak terdiam sejenak sebelum akhirnya ia mengangguk, "Ne.. hamba mengerti" ucap Soo Hyung kemudian berpamintan untuk pergi.

.

.

.

"Terimakasih sudah mengantar, pangeran.." ucap Yoochun kepada Junsu yang berada di kursi belakang setelah sampai di bandara.

Tuan Oh segera keluar untuk membukakan pintu untuk Yoochun.

CKLICK

CKLICK

Pintu depan dan belakang terbuka bersamaan.

"OMO!" Yoochun terperangah melihat Junsu yang membuka pintu sendiri. Begitu juga dengan Tuan Oh.

"Hwangtaeja.. kenapa tak menunggu hamba membuka pintu," protes Tuan Oh.

Junsu hanya memberikan senyuman. "hanya membuka pintu tak perlu, Tuan Oh… aku tidak akan apa-apa," ucap Junsu enteng.

Yoochunpun hanya bisa diam melihat tingkah Junsu yang hampir mirip dengan Jaejoong. 'Aigoo.. satu keluarga sama saja,' komentar Yoochun dalam hati. Tak ingin membuang waktunya, Yoochunpun membungkuk hormat sebagai salam perpisahan.

"Kau akan lama?" mendadak Junsu mengeluarkan pertanyaan.

Yoochun mengangkat kedua alisnya, pertanyaan biasa itu terdengar cukup mencurigakan sekarang. "Hamba tidak yakin akan lama atau tidak." Ucap Yoochun ragu.

"Ya sudah, kajja.." putus Junsu sambil berjalan menuju pesawat kerajaan.

"KAJJA?!"

"Wae? Apa ada yang salah jika aku ikut?"

"IKUT?"

"Ne…"

"MWO!?"

"Aku hanya ingin ke kediaman Yunho hyung… aku tak pernah berlibur ke sana jadi tidak salah jika aku main kesana sekarang. Lagipula aku tak ada jadwal yang mendesak dalam minggu ini."

"Chakkamman, hwangtae…"

"Ayolah… kau sudah membuang banyak waktu," ucap Junsu sambil menggeret lengan Yoochun memasuki pesawat.

"Hwangtaeja.." Yoochun berusaha mencegah dan melepaskan lengannya yang genggam erat Junsu.

"Tuan Oh.. tolong sampaikan kepada appa kalau aku akan ke gwangju bersama Yoochun.." teriak Junsu yang sudah sampai di depan tangga pesawat sambil melambaikan tangan ke supir kerajaan.

Tuan Oh nampak tersenyum sambil mengangguk.

"Hwangtaeja.. ini sungguh…"

"Ayolah.. jangan banyak bicara…" Junsu mendorong tubuh Yoochun masuk ke dalam pesawat.

"ANDWEEEEEEEEEEEEE" Teriak Yoochun membahana.

.

.

.

"Hamba akan menyelesaikan semuanya sesuai dengan janji hamba, hanya saja ini membutuhkan waktu yang lebih lama dari yang telah diperkirakan sebelumnya," ucap namja diseberang telepon.

"Apa benar ini tidak apa-apa? Bukankah kau…" nampak namja yang terdengar lebih tua tak mampu melanjutkan kalimatnya.

Namja yang lebih mudapun terdiam, "Anda tak perlu mencemaskan hamba… hamba ingin anda percaya dan memberikan keleluasaan kepada hamba sepenuhnya dalam mengambil tindakan. Percayalah.. ini akan berjalan sesuai dengan yang hamba janjikan," ucapnya kemudian.

"Apa dia sudah bekerja denganmu sekarang?"

"Ne.. hanya saja ini tidak mudah… tak banyak waktu yang bisa aku gunakan untuk berbicara dengannya, tapi sejauh ini semua masih dalam jalur aman."

"Berhati-hatilah karena ini semakin sulit."

"Ne.. Yang Mulia"

PIP

Sambunganpun terputus

.

.

.

"HYUNG!" Teriak Junsu riang ketika sampai di kediaman Yunho.

"MWOYA!? APA YANG KAU LAKUKAN DISINI?" Jaejoong ikut berteriak keras.

"Yoochun mengajakku!" ucap Junsu santai.

Sontak Yoochun mengangkat tangan dan menggeleng keras, "Bukan aku!" elak Yoochun.

"Aigooyaa…" keluh Jaejoong kemudian menghampiri Junsu.

Junsu hanya duduk santai di sofa kediaman Yunho sambil meminum sebotol jus jeruk yang baru saja diantarkan pelayan.

"Appa tau kalau kau kesini?"

"Tuan Oh akan menyampaikannya," jawab Junsu enteng.

"Bukankah kau ada kunjungan ke galeri seni di Busan besok?"

"Diundur hingga akhir bulan ini. Jadi daripada aku tak melakukan apapun, aku berlibur ke rumah Yunho hyung"

"Berlibur?"

"Wae? Bukankah kau juga sedang berlibur?"

"Darimana kau tahu?"

"Mentri pertahanan tadi sedang mengatur ulang janji pertemuan dengan perdana mentri Jepang. Pihak Jepang meminta besok, tapi karena kau tak bisa jadi janji itu diundur 5 hari lagi. Aku sedang berada disana dan berbincang dengan mentri kebudayaan ketika mentri pertahanan mengatur ulang jadwalmu," jelas Junsu tanpa jeda.

OH GOD

Jaejoong berkacak pinggang sambil memasang wajah pasrah. Bagaimana mungkin ia menyusun rencana untuk menyelinap ke kediaman Choi jika junsu sedang disana? Bukan hanya Junsu itu sangat merepotkan tapi Ia takut jika Junsu tahu identitas Yunho dan identitasnya sekarang.

Jaejoong hendak berbicara namun terhenti ketika Yunho merengkuh pinggangnya, "Biarkan dia berlibur disini, Jae... Aku rasa kita memang sudah lama tak berlibur bersama," ucap Yunho sambil tersenyum penuh 'kode' ke arah Jaejoong.

"Kau memang yang terbaik, Yunho hyung.." puji Junsu dengan wajah berbinar.

"Aigo…" Jaejoong hanya mampu menghela nafas panjang.

"Yoochuna, minta seseorang untuk mengantar Junsu ke kamarnya dan suruh mereka untuk menyiapkan baju ganti," pinta Yunho kepada Yoochun.

"Ne, hyung…" ucap Yoochun kemudian keluar ruangan.

Junsu nampak mengamati sekeliling ruang sedangkan Yunho dan Jaejoong nampak sedang berbisik.

"Oh ya hyung…"

"Ne…" jawab Yunho dan Jaejoong bersamaan.

Junsupun terkikik sambil memberikan tatapan menggoda kepada Yunho dan Jaejoong, "Waeyoooo… apa yang sedang kalian sembunyikan dariku hingga kalian harus berbisik seperti itu?" goda Junsu

Merasa tak nyaman Jaejoongpun berdecak, "Bukan urusanmu," jawab Jaejoong singkat.

Junsupun mempoutkan bibirnya, "Kenapa akhir-akhir ini kau jutek kepadaku, hyung.. menyebalkan sekali," keluh Junsu

Jaejoong sudah memberikan deathglare kepada Junsu namun,

"Hyung.. semua sudah siap," ucap Yoochun dari arah pintu. Beruntunglah Junsu karena suara Yoochun menyelematakannya dari omelan Jaejoong.

"Mintalah Bibi Jang mengantarkannya ke kamar."

"Ne, hyung!"

Tak lama kemudian Junsupun keluar ruangan dan tinggallah Yunho, Jaejoong dan Yoochun sendiri. Mereka bertiga segera duduk dan membicarakan semua yang terjadi.

.

.

.

"MWOYA!? Changmin berada dipihak mereka sekarang?" Ucap Yoochun tak percaya. Mulutnya bahkan terus menganga tak percaya.

"Yang lebih mengagetkan bahwa dia adalah anak dari Choi Ji Woon," tambah Jaejoong.

"OMO!" Hanya itu kata yang mampu Yoochun ucapkan.

"Ini memang sulit dipercaya.. beberapa kali kami ingin mengajaknya bicara namun kesempatan itu tak kunjung ada.. oleh karena itu kita harus berhasil menyelinap malam ini. Aku ingin dengar kalimat itu langsung dari mulut Changmin." Jaejoong semakin antusias.

"Apa yang dilakukan Choi kepada Changmin hingga ia tak berbuat apapun sekarang ini? Apakah bertemu ayahnya merupakan alasan yang cukup kuat untuk menghianatiku?" gumam Yunho tak percaya.

"Benarkah Choi ayah Changmin, hyung? Selama ini dia tak pernah mau terbuka masalah keluarganya." Imbuh Yoochun ragu.

Ketiga namja tampan itupun menghela nafas panjang.

.

.

.

.

Waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam. Yoochun membuka pintu kamar dan perlahan berjalan menuju ruang tengah dimana Yunho dan Jaejoong sudah menunggu.

"Kau sudah menghubungi Tuan Yoon?" Tanya Yunho setelah melihat Yoochun mendekat.

"Sudah hyung… beberapa orang kita juga sudah melakukan pengintaian."

"Lalu?"

"Sejauh ini kondisi disana aman… sepertinya mereka sedang berpesta pora malam ini. Tentu ini sangat menguntungkan kita."

"pakai ini… hanya kau yang mampu aku andalkan untuk tugas ini.." ucap Yunho kepada Jaejoong sambil memasangkan sebuah headset khusus yang sering ia pakai untuk berkomunikasi saat beraksi.

Jaejoong membantu Yunho memasang peralatan itu agar terpasang dengan tepat.

"Kau yakin kau tak mabuk?" Tanya Yunho sambil tersenyum kecil.

"Apa aku segila itu?" protes Jaejoong sambil mempoutkan bibirnya.

Yunhopun tertawa kecil, "Aku hanya memastikan, Jae… kau akan mengemudi, jadi tidak ada salahnya aku menanyakan standar keamananku…" canda Yunho sekali lagi.

"YAH!" keSAL Jaejoong. "Bahkan setelah pingsanpun aku masih mampu menyelamatkan kalian.. bisa-bisanya meremehkan kemampuanku," gerutu Jaejoong kesal. Tentunya masih segar diingatan semuanya saat pertama Jaejoong menyelamatkan Yunho dari kejaran kelompok Choi di awal pertemuannya dulu.

"Ne.. ne.. kau memang dewa penolongku," ucap Yunho sambil menepuk pelan kepala Jaejoong yang masih setia dengan pout lucunya.

"Ck…" Jaejoong hanya berdecak menanggapi ucapan Yunho.

"Nah sudah siap semuanya?" Tanya Yunho mengecek sekali lagi.

"Ne.." jawab Yoochun dan Jaejoong serentak.

"Baguslah.. kajja kita segera berangkat!" ajak Yunho segera.

Yunho, Jaejoong dan Yoochun segera beranjak dari tempatnya.

"Kalian mau kemana?"

DEG

TAP

Sebuah suara terdengar dari arah belakang, sontak membuat ketiganya terhenti dan menoleh.

Junsu

Itulah yang mereka lihat.

Junsu yang tengah mengucek matanya dan dengan memakai piyama sedang memandang penuh tanya ke arah mereka. Nampaknya ia terbangun dari tidurnya.

OH GOD, NOT NOW!

Nampak ketiganya menghela nafas berat.

Junsu berjalan semakin mendekat. "Kalian mau kemana dengan pakaian seperti itu?" Tanya Junsu sekali lagi. Ia melihat Yunho, Jaejoong, dan Yoochun berpakaian sangat casual, memakai celana jeans dengan hoodie longgar.

"Apa kalian mau jalan-jalan menikmati keindahan Gwangju malam hari? Bolehkah aku ikut?" Tanya Junsu berurutan.

"Kau dirumah saja!" larang Jaejoong.

"Lalu kau mau jalan-jalan tanpaku?"

"Aku tidak jalan-jalan jadi kau di.."

"Aku ikut!" potong Junsu

"Bisakah kau tidak banyak bicara? Kita tidak sedang jalan-jalan jadi"

"Lalu kau mau kemana sebenarnya?" sekali lagi pertanyaan Junsu memotong ucapan Jaejoong.

"ARRGHHHH…!" Teriak Jaejoong kesal. Tak ada yang mampu menghadapi 'kepolosan (?)' Junsu.

.

.

.

"Kita dimana hyung?" Tanya Junsu beberapa detik setelah mobil terparkir di tempat yang cukup gelap dan sepi.

"Sssttt…! Sudah aku bilang jangan banyak bicara. Bukankah kau sudah berjanji untuk itu?" ucap Jaejoong nyaris tanpa suara.

Junsu menutupi kedua mulutnya seketika.

"Junsuya… ini sangat penting.. jadi aku mohon kau mengerti" ucap Yunho mengingatkan.

Junsu mengangguk, "Ne, hyung…"

Yoochun hendak membuka mulutnya untuk mengucapkan sepatah kata.

"Jangan menceramahiku jika intinya sama, Chun!" potong Junsu bahkan sebelum Yoochun mengeluarkan kalimatnya.

Yoochunpun menutup mulutnya dengan terpaksa dan iapun kemudian segera bergegas untuk menemani Yunho menyelinap.

"Kau yakin hyung? Apa perlu disuntikkan peredam nyeri lagi?" Tanya Yoochun sekali lagi. Sungguh ia tak tega melihat hyungnya yang masih sakit bertindak sampai sejauh ini.

"Nan gwaenchana…" ucap Yunho sambil menepuk bahu Yoochun pelan.

"Jae… kau harus bersiaga.. aku mengubungimu sewaktu-waktu." Pesan Yunho kepada Jaejoong.

Jaejoong mengangguk pasti.

CUP

"Jja.. aku berangkat.." ucap Yunho setelah mendaratkan kecupan singkat di pipi Jaejoong.

Jaejoongpun kembali mengangguk, "hati-hati!" pesannya yang mendapat anggukan dari Yunho.

Yunho dan Yoochun berjalan dengan penuh hati-hati, mencoba menyelinap ke kediaman Choi.

Mata Jaejoong memandang lekat ke arah Yunho dan Yoochun hingga mereka tak terlihat. Junsu yang masih tak paham tentang apa yang dilakukan Yunho, Yoochun dan hyungnya itu, kemudian membuka suara. "Kemana mereka sebenarnya, hyung?"

"Sssstt..!"

SRAKKK

Jejoong mendengar suara. Ia kemudian mematikan lampu dalam mobil. Ia berjongkok agar tak terlihat. Tingkah Jaejoong diikuti pula oleh Junsu dengan wajah penuh kebingungan.

Telunjuk Jaejoong berada di bibirnya seolah mengkode Junsu untuk diam dan tak bergerak. Junsupun mengangguk mengerti.

TAP

TAP

TAP

Terdengar langkah kaki mendekat.

"Aku tak bisa ikut pesta karena harus bertugas malam ini." Keluh salah satu orang di dekat mobil.

"Kau benar.. kita memang benar-benar apes.. aku tak menyangka jika tuan Choi memiliki putra seperti Tuan Muda Changmin?" komentar yang lain.

"Aku dengar dia adalah tangan kanan Jung? Jadi dia berkhianat?"

"Yang aku dengar tidak seperti itu, Tuan Muda Changmin memang sengaja menyelinap ke Jung untuk mencari tahu semuanya. Dan sekarang setelah semua dia tahu dan BAMMM.. dia kembali untuk mensukseskan Choi… bukankah itu keren? Tuan Choi ternyata memiliki putra yang berbakat." Timpal namja yang bermulut besar.

Junsu mendelik bukan kepalang ketika mendengar semuanya. Pantas saja, dulu ia sempat mendengar perseteruan antara Jung dan Choi dan sekarang ia mengetahui kenyataannya. Jung dan Choi benar-benar berseteru meski didepan kerajaan kedua pemimpin kelompok dagang ini terlihat baik-baik saja. Berbagai macam flashback yang pernah ia ceritakan kepada Jaejoong dulu tentang Jung dan Choi menyeruak tanpa batas.

HAP

Junsu semakin membekap mulutnya ketika semuanya jelas sekarang. Ia bahkan paham dimana dirinya sekarang dan sedang apa Yunho dan Yoochun tadi tanpa harus dijelaskan lagi. Iapun memandang Jaejoong dengan wajah tak percaya.

Tak sengaja Junsu bergerak hingga membuat mobil itu ikut bergerak.

DEG

Salah satu dari anak buah Choi menyadari pergerakan mobil.

"Kenapa?" Tanya anak buah Choi yang lain.

"Aku merasa mobil ini bergerak?" gumamnya tak yakin sambil mencoba mengecek dalam mobil yang tak terlihat jelas karena kaca yang didesain tak tembus pandang.

Jaejoong bahkan sudah mengeluarkan pistolnya untuk berjaga-jaga. Jelas ini membuat Junsu semakin mendelik kaget. Sejak kapan hyungnya ahli dalam hal seperti ini? Ia bahkan tak menyadarinya sama sekali.

Salah satu teman yang lain kemudian ikut mengecek dan mencoba memastikan. "Tidak ada apa-apa.." gumamnya. "Mungkin kau hanya berhalusinasi" lanjutnya sambil menepuk kepala temannya.

Nampak anak buah Choi itupun mengangguk setuju, "mungkin kau benar.." gumamnya masih tak begitu yakin.

"Kajja.. kita harus segera mengecek bagian sana…" ajak anak buah Choi yang lain untuk segera kembali berpatroli.

THANKS GOD

Junsu dan Jaejoongpun seolah mampu bernapas lega setelah mereka mendengar langkah kaki yang semakin menjauh.

"Jadi…" Junsu mulai bebricara

Jaejoong mengangguk meski pertanyaan Junsu belum selesai. "Jadi bersikap baiklah atau rencana yang telah disusun akan berantakan karena ulah bodohmu!" komentar Jaejoong singkat namun menyakitkan.

Junsupun hanya mempoutkan bibirnya, ia tak mampu melawan hyungnya jika dalam kondisi seperti ini.

.

.

.

Yoochun dan Yunho mengendap dan menyelinap memasuki rumah utama. Keahlian mereka nampak terlihat ketika berhasil menghindar, menumbangkan dan mengelabui beberapa anak buah Choi hingga akhirnya bisa masuk kedalam ruang utama dengan selamat. Beruntunglah karena malam ini ada pesta, banyak orang dan pelayan yang lalu lalang dan telihat bersuka cita bahkan ada beberapa sudah ada yang terlihat mabuk hingga tak menyadari jika sudah ada 2 penyusup tampan di markas mereka.

5 menit berlalu

Yunho dan Yoochun bahkan sudah berganti baju setelah berhasil menyekap pelayan kediaman Choi beberapa menit yang lalu sehingga dengan mudah mereka naik tangga dan berkeliling di kediaman Choi tanpa dicurigai oleh siapapun.

Keahlian mereka sungguh tak perlu diragukan lagi.

Yunho membawa senampan gelas berisi dengan bir, sedangkan Yoochun sedang membawa senampan makanan kecil. Mereka berduapun kemudian berpencar, mencoba mencari informasi letak kamar Changmin.

"Permisi.. dimanakah letak kamar Tuan Muda Changmin… aku akan mengantarkan bir ini." Tanya Yunho kepada salah seoarang anak buah Choi yang nampak cukup mabuk.

"Kau tolol? Kamar Tuan Muda Changmin saja hik.. tidak tahu.. hik…" ucap namja mabuk itu dengan lamban dan sambil memukul-mukul kepala Yunho dengan menggunakan botol yang ada di tangannya. Andai tidak sedang mencari tahu pasti Yunho sudah menghajar orang ini. Namun Yunho hanya memberikan senyum polosnya.

"Kesanalah.. ada di ujung selatan lantai dua.." lanjut namja mabuk itu dengan menunjuk lantai dua.

"Ah.. ne… gomawo…" ucap Yunho sesopan mungkin.

Mata Yunho kemudian mengkode Yoochun yang sedang berjalan ke arahnya, nampaknya ia juga sudah mendapat informasi letak kamar Changmin.

"Lantai dua ujung selatan!" ucap mereka berdua bersamaan. Menandakan bahwa mereka telah menemukan lokasi yang benar.

Yunho dan Yoochunpun kemudian tersenyum dan bergegas menuju lantai dua.

.

.

.

"Bukan seperti itu yang kau janjikan kepadaku? Kenapa kau mengatakan identitasku di depan Yunho hyung?" protes Changmin yang saat ini tengah menemui Choi di ruang kerjanya.

Ji Woon hanya memberikan senyuman sinis, "Aku tak sengaja mengucapkannya," ucapnya enteng.

Changmin tersenyum tak percaya, "tak sengaja? Bahkan wajahmu saja tak mampu membohongiku?" ucap Changmin remeh.

"Ahahahhaha…" Ji Woonpun tertawa lepas. "Kau sungguh pandai membaca ekspresi seseorang.. lalu kenapa kau menanyakannya kepadaku jika kau sudah mengetahuinya?" lanjut Ji Woon dengan nada enggan.

"Aku hanya ingin tahu apa jawabanmu dan bagaimana reaksimu!" ucap Changmn tak kalah enteng.

DEG

Mata Ji Woon menatap Changmin lekat.

"Tapi sepertinya kau masih belum mengerti dengan siapa kau berhadapan kali ini.." ucap Changmin datar.

"Kau mengancamku?"

"Kau merasa terancam?"

Ji Woon mendengus, "Aku benar-benar akan melakukan rencanaku jika kau menghianatiku!"

Changmin mengangguk namun dengan senyuman mengejek, "Dan aku sangat tahu jika kau akan mengatakan kalimat itu untuk mengancamku!" ucapnya tenang.

Ji Woon nampak semakin terkejut melihat ekspresi Changmin, "Tapi kau tetap tak mampu melawanku meski kau sangat ingin." Ucap Ji Woon sambil memandang kedua mata Changmin lekat.

"Geuree…" sahut Changmin cepat. "Aku memang tak mampu melawanmu… setidaknya teruslah berpikir seperti itu," lanjut Changmin tenang.

DEG

Ji Woon menggenggam tangannya erat.

"Manfaatkan diriku ini selagi aku masih tak mampu melawanmu!" ucap Changmin kemudian beranjak dari tempatnya berdiri.

BRAKK

Changmin menutup pintu ruangan dengan cukup keras, ia terlihat mulai menunjukkan perlawanan secara frontal sekarang.

"PANGGIL SOO HYUN DAN YOON HWA SEKARANG JUGA!" Teriak Ji Woon dengan sangat keras.

Beberapa anak buahnyapun kemudian bergegas mencari Soo Hyun dan Yoon Hwa.

.

.

"Dia tidak ada di kamar, hyung" ucap Yoochun setelah menemukan kamar Changmin yang kosong.

Nampak keduanya kemudian berpikir.

"Kita cari ditempat lain," putus Yunho cepat sambil berjalan menuju rumah yang sangat luas ini. Cukup membingungkan berkeliaran di rumah yang mirip dengan hotel ini. Terlebih jika baru kali pertama ini mereka berdua menginjakkan kakii disana. Yang Yunho ingat hanyalah ruang tenagh tempat pertemuannya tadi siang.

Satu per satu ruangan di lantai dua buka oleh Yoochun dan Yunho dengan hati-hati, namun mereka tak menemukan hasil. Merekapun kemudian bergegas untuk mencari Changmin di lantai 1.

.

.

Dengan langkah penuh emosi, Ji Woon keluar dari ruang kerjanya dengan diikuti oleh Soo Hyun dan Yoon Hwa. "Awasi Changmin dan laporkan apapun kegiatan yang ia lakukan dengan sangat detail. Laporkan kegiatan sehari-harinya, mulai dari makan dimana, apa saja yang ia lakukan dan berbincang dengan siapa saja. Pokoknya semua kegiatannya harus kalian laporkan kepadaku tanpa tertinggal sedikitpun." Perintah Ji Woon menggebu-gebu.

"Ne.. Tuan Choi.. kami mengerti," ucap Yoon Hwa dan Soo Hyun tanggap.

Ji Woon terus melangkahkan kakinya dengan geram menuju lantai 2. Kakinya terus melangkah dengan emosi yang masih memuncak. Ia tak menyangka Changmin akan seberani ini sekarang.

DEG

Matanya bertemu dengan mata elang namja yang berada tepat di depannya.

"JUNG YUNHO!" Gumam Ji Woon sangat terkejut.

Yoon Hwa dan Soo Hyun pun kemudian mengeluarkan senjatanya dan mengarahkannya kepada Yunho dan Yoochun. Begitu juga dengan Yoochun dan Yunho yang melakukan hal yang sama.

Kedua belah pihak nampak terkejut dengan pertemuan yang tak terduga ini.

SRAKK

Yunho berhasil menarik tangan Ji Woon dan menjadikannya tawanan sekarang. Keadaan ini dimanfaatkan Yunho dan Yoochun untuk melangkahkan kakinya menuruni tangga sedikit demi sedikit. Tangan Yoochun masih setia mengarahkan pistol ke arah Yoon Hwa, Soo Hyun, dan siapapun yang mendekat. Sedangkan tangan Yunho terus menggenggam erat Ji Woon sambil menempelkan pistol di kepala Ji Woon.

Yoochun dan Yunho bergerak dengan sangat hati-hati.

.

.

.

Jaejoong mengetuk-ketuk tanganna dikemudi mobil, berulangkali ia melirik jam tangan mewahnya. "Kenapa mereka lama sekali… ini sudah hampir 1 jam," gumam Jaejoong cemas.

SRAAKKK

Nampak headset di telinganya muncul suara yang cukup berisik.

"Argghhh…!" keluh JAejoong sambil melepas headsetnya sesaat kemudian ia memasangnya kembali.

"Wae, hyung! Apa ada kabar dari mereka?" Tanya Junsu panic.

Jaejoong mengeleng, "tapi aku mendengar suara rebut… apa jangan-jangan mereka tertangkap?" gumam Jaejoong tak percaya.

"Omo!" Junsupun ikut menutup mulutnya.

.

.

.

Yunho dan Yoochun sudah dikepung oleh anak buah Choi. Beruntung banyak anak buah Choi yang sudah mabuk sehingga tak banyak yang mengepung. Beruntunglah mereka telah berhasil menawan Choi hingga tak ada satupun yang berani menembak mereka.

Keributan di ruang tengahpun tak dapat dihindari. Semua anak buah Choi berkumpul disana.

Changmin dengan terengah memasuki ruang tengah karena ia barusaja berlari setelah menerima laporan dari salah satu anak buah Choi dan ia cukup terkejut dengan apa yang ia lihat sekarang.

Yoochun nampak terkejut dengan kedatangan Changmin, apa yang dikatakan Jaejoong dan Yunho beberapa waktu lalu benar adanya.

Ji Woonpun tersenyum dengan kedatangan Changmin, "putraku datang menyelamatkanku," ucapnya percaya diri.

Semua anak buah Choi siap membidik Yoochun dan Yunho kapanpun perintah itu diberikan. Namun Changmin tak segegabah itu untuk memberikan perintah jika ia ingin menyelamatkan Ji Woon.

Changmin mulai berjalan mendekat.

KLIK

Yoochun mengaktifkan pemantiknya, bersiap membidik. Mampukah ia? Bahkan sekarang matanya bertemu pandang dengan mata yang selalu tertawa bersamanya itu. Sanggupkah ia menembak Changmin sekarang?

Yunho bergeser sedikit demi sedikit ke arah pintu keluar, sambil terus membawa Ji Woon sebagai tawanannya. mata elangnya terus bersiaga memandang pergerakan Changmin yang terus berusaha mendekat kepadanya.

Hening

Mencekam

Itulah suasana yang dapat dirasakan semua orang dalam ruangan. Puluhan pistol siap tembak membidik Yunho dan Yoochun sedangkan Yunho dan Yoochun yang kalah pasukan hanya mampu bertahan dengan menawan Ji Woon.

"Kita bisa membicarakannya, hyung!" ucap Changmin memecah keheningan.

"Kau masih mengingatku sebagai hyungmu?" Tanya Yunho terdengar cukup sinis.

Changmin nampak sedikit terhenyak ketika mendengar ucapan Yunho. Namun ia terdiam ketika mata Ji Woon menatapnya tajam.

Melihat Changmin yang terdiam, kemudian Yunhopun tersenyum sinis. "Kau tak mampu menjawab?" Tanya Yunho yang sekarang sudah berada di ambang pintu. Cukup leluasa baginya untuk melarikan diri sekarang.

Changmin tetap diam dan terus memandang ke arah Yunho seolah matanya berkata banyak hal yang tak mampu dikatakannya sekarang. Mampukah Yunho menebaknya?

Yunho mulai menggeser tubuhnya ke halaman depan yang sangat luas sedangkan Yoochun masih setia mengawasi pergerakan anak buah Choi.

"Lepaskan dia, maka aku akan melepaskan kalian," ucap Changmin menengahi.

Mata Yunho dan Yoochun memandang lekat.

"Aku berjanji kalian akan pulang selamat malam hari ini jika kau melepaskannya." Ucap Changmin sekali lagi.

Mata Yunho masih menyiratkan keraguan atas ucapan Changmin. Changmin yang mengetahui akan hal itu kemudian meminta kepada semua anak buah Choi untuk meletakkan senjata.

Perintah Changmin seketika dituruti oleh semua anak buah Choi.

Melihat hal itu, Yunhopun mulai mengendurkan sekapan pada leher Ji Woon.

Ji Woon berhasil melarikan diri. Dengan terengah ia berdiri di dekat Changmin. Sedangkan Yunho dan Yoochun masih siaga dengan pistolnya.

Mata Yunho nampak membidik Ji Woon dari tempatnya berdiri sekarang. Sungguh emosinya sudah lebih dari cukup untuk membunuh Ji Woon sekarang.

Tapi

SRAKKK

Tiba-tiba Changmin berdiri di depan Ji Woon dengan tangan terentang, seolah sedang melindunginya dan berkata 'bunuh aku sebelum kau membunuhnya'. Sungguh ini membuat Yunho dan Yoochun kaget.

"Aku rasa sudah lebih dari cukup bagiku untuk melihat dimana kau berdiri sekarang." Ucap Yunho sebelum menurunkan senjatanya. Ia tak lagi membidik Ji Woon, tidak jika sedang ada Changmin disana.

Nampak Changmin memejamkan matanya sejenak, perih.. mungkin.. ketika hyung yang selama ini sangat disayanginya salah menilai sikapnya. Andai hyungnya tahu apa yang sedang direncanakannya sekarang.

"Pergilah.. kau telah melepaskan appaku.. jadi aku akan membiarkanmu pergi sekarang," ucap Changmin nyaris tanpa ekspresi.

Yunho tersenyum tak percaya namun kemudian ia mengangguk-angguk, "Arra… Gamsahamnida Tuan Muda Choi atas kesempatan yang kau berikan kali ini," ucap Yunho sarkastik.

Changmin memandang Yunho diam.

"Kajja.. Yoochuna.." ajak Yunho kemudian berbalik badan.

Yoochun yang masih tak bisa percaya atas apa yang dilihat dan didengarnya hanya bisa memandang penuh dengan tanda Tanya ke arah Changmin. Beginikah akhir hubungan diantara mereka? Sungguh Yoochun sulit mempercayai semuanya.

Yunho berlari kecil tanpa suara diikuti dengan Yoochun yang berada sedikit dibelakang Yunho. Keduanya berlari membelakangi kediaman Choi. Namun baru beberapa langkah terdengar teriakan Ji Woon.

"HYAAAAA…" Ji Woon menyahut pistol yang tergeletak di lantai dan langsung membidikkannya kepada Yunho.

Changmin yang melihat pergerakan Ji Woon berusaha bertindak.

Bagai adegan slow motion dalam film action.

1 detik

2 detik

3 detik

DOR

DOR

"ARRGHHHHH….!" Sebuah erangan terdengar keras setelah suara pistol saling menyahut.

.

.

.

Tbc

.

.

.


Annyeong…

Bagaimana? Seru kan pertemuan Yunho dan Changmin?

Karena sudah di chap klimaks jadi memang sengaja dibikin tegang. Biar ketegangannya gak sampe darah tinggi jadi klimaksnya akan maxy bagi ke chapter selanjutnya dan selanjutnya lagi… So, sudah tepat kan penempatan tbc-nya? #hyaaaaaa… dikeroyok readers. wkwkwkwk

Lalu apa yang terjadi? Dan siapa yang menjerit?

Banyak hint yang maxy sebar di chap ini. Hayo siapa yang bisa menebak imajinasi absurd maxy? Hihihihi

Yang kemarin minta panjang, sekarang uda dipanjangin. Puas kan? hehehehe

Next part akan segera dirilis secepatnya.

Don porget ripiu guys… n Stay tune ne… ^_^