Baek-H menatap layar lebar di depannya dengan kagum. "Eoh? Itu semua uang ya?"

"Whoaaa... banyak sekali angka nol-nya" gumam Lay.

Yunho hanya menatap malas sambil menguap lebar. "Dasar gila."

"Hebat. Pasti dengan uang sebanyak itu aku bisa membeli restoran." Max terus mengoceh tanpa menghentikan acara makannya.

THE CLASSROOM RANK

TAO : US$150000

KAI : US$103500

U-KNOW : US$99900

HYUNA : US$97700

MAX : US$97600

LAY : US$91000

BAEK-H : US$91000

HYORIN : US$86000

KRYSTAL : US$79060

YURI : US$72400

"Ini sungguh hebat. Minggu ini nilai tertinggi didapat beberapa orang sekaligus. Sementara pada minggu-minggu sebelumnya nilai tertinggi sekitar delapan-puluh ribu dolar. Sungguh mengesankan. Hal ini patut dirayakan." Mr. Choi tersenyum, lalu bangkit dari posisi duduknya semula. "Selamat kepada kesepuluh operator dan seluruh orang yang telah berpartisipasi dalam EXOTIC minggu ini. Tentunya kami masih akan membutuhkan kalian semua untuk tahap selanjutnya. Mohon kerjasamanya!"

Suara tepuk tangan dan siulan terdengar riuh-rendah di dalam ruangan itu. Semua tampak bersuka cita dan puas akan kerja mereka.

Sementara itu, 'kerja keras' yang sebenarnya baru akan dimulai.


Couphie

XOXO-Line—

Chapter 3 : Kris on the Line


.

.

.

XOXO-Line written by Couphie

All character isn't mine, but this story is mine

Kristao as a mainpair

This fanfiction contains YAOI, Dirty talk, Phone sex interaction, explicit content! Vulgarism!

.

.

.

I didn't force anyone to read my fanfic. If you don't like, just go away!.

No plagiarize!

.

.

.

This chapter contains phone sex interaction. Use your (perv and wild) imagination(!) :P


Huang Zi Tao menghela nafas pelan saat taksi yang ia tumpangi akhirnya sampai di depan gedung megah hotel Greystones.

Menurut keterangan Mr. Choi, partner-nya ingin Zi Tao untuk datang ke tempat ini. Orang asing itu telah memesan kamar untuk tiga hari dan tiga malam—dan jujur saja ini membuat Tao bingung karena rekan sesama operator yang lain tidak dimintai hal seperti ini oleh partner mereka.

Namun akhirnya ia hanya bisa pasrah saja dan berharap tak akan ada hal aneh lain nantinya.

Dengan lesu ia berjalan melewati pintu yang terbuka otomatis dan mengedarkan pandangannya ke sekeliling lobi hotel. Tao segera mendapati meja resepsionis yang berada tak jauh darinya.

"Selamat malam. Ada yang bisa saya bantu?"

"Uh, ya. Apakah ada reservasi kamar untuk Tao atas nama Mr. Kris?" tanyanya hati-hati.

"Ah, akan saya periksa. Mohon tunggu sebentar."

Sang resepsionis cantik itu tampak melakukan sesuatu pada komputer di hadapannya, menatap Tao sejenak—lalu beralih menatap komputer—sebelum akhirnya menoleh kembali dan tersenyum ke arah si manis Huang.

"Mr. Kris meninggalkan kuncinya untuk anda Mr. Tao. Kamar anda 365." katanya sambil menyerahkan sebuah kartu dan kunci. Wanita itu melambaikan tangan, membuat seorang bellboy menghampirinya dengan segera.

"Saya akan mengantarkan Anda ke kamar, Mr. Tao. Harap ikuti saya."

.

.

.

.

.

Kamar hotel VVIP itu sangat mewah dan Zitao tak akan menyangkalnya. Tapi hal itu tak lantas membuatnya tenang apalagi merasa senang karenanya. Ia sadar betul jika kedatangannya kemari bukan untuk berlibur dan menikmati pelayanan hotel ini.

Tao bergidik setiap ia memikirkan kembali pekerjaan yang akan ia lakukan nanti.

Pikirannya mulai kalut.

Apakah keputusanku sudah benar?

Semula ia berpikir jika hal ini cukup mudah. Ia hanya perlu menerima telepon, mengajak partner-nya berbincang sampai ia puas lalu selesai.

Tapi bayangan itu sirna setelah beberapa hari Tao menjalani masa pelatihan singkat sebagai calon operator XOXO-Line.

Siapa sangka jika ia harus bertutur kata menggoda, merayu dengan berbagai kata-kata kotor—dan jika ia sedang bernasib sial dengan mendapat partner yang maniak, ia harus lebih agresif.

Dan lagi partnernya adalah pria! Perlu ditekankan lagi; DIA SEORANG PRIA!

Menjijikkan. Padahal yang mereka jual hanya suara saja, tapi kenapa bisa seperti ini, ya?

Menghela nafas pelan, Zitao memutuskan melemparkan tubuhnya di atas ranjang berukuran besar yang ada di sana. Dilihatnya terdapat sebuah ponsel putih dengan logo apel yang sudah digigit tergeletak manis di atas nakas tepat di samping lampu tidur.

"Wow. Bukankah ini keluaran terbaru?" gumamnya sambil mengutak-atik ponsel mahal itu dengan tatapan terkagum-kagum. "Orang macam apa partnerku ini?"

Zitao beranjak dari ranjang nyaman itu dan beralih ke sebuah kulkas dua pintu yang di permukaan pintunya ditempeli sebuah note kecil berwarna kuning, ditahan menggunakan magnet berbentuk kepala panda yang lucu.

Setelah makan malam aku akan menghubungimu. Charger ponsel itu ada di laci nomor dua. Lakukan apapun yang kau mau, tapi jangan tinggalkan hotel.

Kris.

Mendengus sebal. Dasar tukang perintah, pikirnya.

Zitao memutar bola matanya tak acuh lalu membuka kulkas itu. Matanya seketika berbinar saat dilihatnya ada banyak makanan manis di sana.

Meraup hampir semua makanan dan sebotol soda yang ada di kulkas, pemuda itu mulai menyamankan duduknya di atas sofa dan memutar sebuah film dengan menggunakan fasilitas home theatre yang ada di sana.

Santai saja Huang Zitao~ Biarkan semuanya mengalir sebagaimana mestinya!

.

.

.

.

.

Yifan tak dapat menahan diri untuk menyeringai saat menatap ponsel berwarna putih digenggamannya.

Hari ini ia sengaja pulang cepat demi seseorang—yang sungguh tak sabar untuk ia hubungi malam ini.

Pukul 18.57 SUV yang Yifan tumpangi berhenti di depan gedung hotel Greystones. Setelah menyerahkan kunci mobilnya kepada seorang petugas yang ada di depan pintu, ia segera melangkahkan kakinya memasuki gedung megah itu.

Ketika lift berhenti di lantai 5, Yifan dengan langkah lebarnya berjalan tergesa dengan matanya bergerak mencari nomor kamar yang dituju.

357, 358, 359, 360,361, 362, 363, 364, 365... Dapat!

Dengan seringai yang kian melebar, Yifan membuka pintu bernomor 366 dengan kartu yang ia bawa lalu masuk setelah melirik pintu kamar di sebelahnya dengan tatapan penuh arti.


Zitao yang baru saja menyelesaikan makan malamnya tersentak kaget saat ponsel yang tergeletak di meja mengeluarkan dering yang begitu keras.

Kris is calling...

Perasaan gugup yang tadi sempat ia lupakan kembali menyergapnya.

Huwaaaaa! Sudah tidak ada lagi jalan untuk kembali! Terima sajalah!

Setelah berdehem sejenak untuk membersihkan tenggorokannya, Tao menekan ikon ganggang telepon berwarna hijau dan menempelkan ponsel itu ke telinga kanannya.

"H-halo?"

.

.

.

.

.

Di kamar nomor 366, seorang pria bermarga Wu sedang berbaring nyaman di ranjangnya dengan tiga LCD monitor berukuran sedang diletakkan berjajar tepat di hadapannya.

Oh, dan jangan lupakan sebuah laptop putih kesayangannya yang diletakkan di atas meja kecil yang ada di pangkuannya.

Ketiga monitor itu menampilkan sebuah kamar yang begitu luas dan mewah dari beberapa sudut yang berbeda. Laptop di pangkuannya digunakan sebagai remote access sehingga ia bisa menggerakkan kamera CCTV ke arah yang ia inginkan.

Yifan telah memasang beberapa kamera CCTV sekaligus di kamar 365 pada tempat-tempat strategis dan tersembunyi.

Oh, ya~ Aku memang terlalu kreatif~

Yifan meraih ponselnya, mengetik sebuah nomor yang sudah dihafalkannya di luar kepala, lalu menyambungkan panggilan ke nomor itu.

Sambil menunggu panggilannya diangkat, Yifan dengan cepat menghubungkan ponsel pintarnya dengan menggunakan kabel ke sebuah perangkat loudspeaker berukuran kecil yang terdapat di nakas.

Ia terkekeh pelan saat menatap sosok Tao yang tersentak kaget dengan ekspresi lucu terpampang di ketiga layar monitor.

Si Panda itu terlihat berdehem kecil sebelum akhirnya menekan layar ponsel dengan ragu-ragu.

"H-halo?"

Yifan nyaris lupa bagaimana cara bernafas saat suara lembut agak serak—yang selalu ia bayangkan dalam mimpi (basah)nya—menggema di kamar itu.

Sangat seksi.

Ia bahkan sudah tergoda bahkan sebelum Tao mengatakan sesuatu untuk menggodanya.

"Hey, sayang~"

.

.

.

.

.

.

"Hey, sayang~"

Huang Zitao tersedak ludahnya sendiri saat mendengar suara pria yang sangat berat dan seksi menyapa indera pendengarannya. Wajahnya memanas seketika.

Aku tidak percaya! Aku benar-benar melakukan ini!

Jadi... skenarionya dimulai sekarang juga?

Menutup speaker ponselnya dan agak menjauhkannya sedikit, Zitao kembali berdehem—bahkan sedikit mengeluarkan suara batuk kecil—sebelum menempelkan ponsel itu lagi di telinganya.

"Kris hyuuuuuungghhhh~" rengeknya dengan suara mendesah di akhir kata.

Sementara itu, Yifan di kamar lain sibuk mengutuk Tao dalam hatinya.

Sial Tao! Bagaimana mungkin kau bisa melakukan ini padaku!?

"Kau terdengar semangat sekali, hm? Merindukanku?"

Memutar bola matanya, Tao hanya dapat menggerutu dalam hati.

Rindu kepalamu! Kenal saja tidak! Dasar gila!

Tapi kemudian ia mengangguk-anggukkan kepalanya dengan cepat tanpa sadar. "Ya. Aku saaaaaangat merindukan hyung."

Ia mengingat kata-kata Mr. Choi beberapa hari lalu saat memberikan instruksi singkatnya; "Kepada pria bertipe dominan yang umurnya berbeda beberapa tahun diatasmu, besar kemungkinan jika ia mencari sosok yang bisa ia manja. Bersikaplah seperti apa yang ia harapkan. Perhatikan bagaimana ia menyapamu untuk pertama kali, setelah itu berikan tanggapan yang sesuai. Dan yang terpenting—buat ia terlena akan dirimu."

Yifan merasa gemas saat memperhatikan tingkah spontan Zitao. Memacu jantungnya lebih cepat dan membuat hasratnya melambung tinggi.

Ah, ia ingin memeluk panda itu sekarang.

"Aku juga sangat merindukanmu, Tao." Zitao mengernyit saat suara si 'Kris' berubah lebih berat. "Dan tahukah kau, apa yang paling kurindukan darimu?"

Dengan ponsel masih setia menempel di telinganya, Zitao beranjak dari duduknya dan mendekati lemari pakaian. "Ng? Apa itu hyung?"

Yifan mengarahkan kamera untuk mengikuti pergerakan pemuda manis itu. Tao terlihat mengambil sebuah kemeja putih agak transparan—dengan ukuran yang sejujurnya kebesaran untuk Zitao— dan sepotong celana pendek berwarna krem, yang sengaja sudah ia siapkan di sana.

Ia menyeringai lebar.

Ingin ganti baju, sayang?

"Aku..." jeda sesaat, sepasang mata milik Yifan menatap liar pada sosok Tao yang kini tengah menurunkan celana jinsnya.

Pantat itu... YA AMPUN! PANTAT ITU!

"Ya?"

Sayang sekali, Zitao membelakangi kamera saat menurunkan cela dalamnya. Yifan menyesal karena tidak memasang kamera di sudut yang berlawanan. Dengan cepat Zitao memakai celana pendek yang hanya menutupi separuh pahanya—yang membuatnya bahkan terlihat seperti tidak memakai celana karena warna celana itu menyatu dengan warna kulitnya.

"Hyuuuuuuung? Kau masih di sana?"

"Ya..." panas, "Aku ingin menyentuhmu, memelukmu, menciummu. Semuanya."

Zitao terpaku.

Suara alarm berbunyi di kepalanya. Seolah mencoba memberitahunya akan sebuah situasi berbahaya. Mengerikan, orang ini agresif sekali.

Mencoba tenang, Zitao melepas kaus yang dipakainya dan menggantinya dengan kemeja yang ia temukan di lemari.

"Ish, Kris hyung!"

Yifan terkekeh memperhatikan Tao yang menunduk (pikirnya si cantik itu tersipu malu) sambil mengancingkan kemejanya.

Layar LCD di depan Yifan seketika menampilkan pemandangan berupa sebuah ranjang berseprai putih tepat di depannya. Yifan telah mengalihkan tampilan ke sebuah kamera yang disimpannya tepat di seberang ranjang itu, tersembunyi dengan rapi di belakang televisi layar datar.

Zitao merebahkan tubuhnya di ranjang empuk itu. Kepala dan punggungnya bersandar malas pada headrest dengan bantal bertumpuk agar badannya tak sakit. Kedua kakinya agak ditekuk dan membuka lebar.

Posisi yang mengundang sekali, ya kan?

"Sayang..."

"Eung..."

Memutar otak, Yifan harus melakukan sesuatu untuk bisa mulai mengerjai panda ini.

Oh. Dapat!

"Aku sungguh menginginkanmu."

Zitao mengerutkan dahinya dengan bingung. "Lalu hyung ingin aku melakukan apa?"

Haha.

"Coba nyalakan TV-nya."

Menurut, Tao menyalakan televisi di depannya.

"Ap-APA!?" ya ampun! Apa-apaan ini!?

Layar datar di depannya itu malah menampilkan dirinya sendiri—dan bodohnya ia tak menyadari jika sedari tadi ia berbaring dengan posisi erotis begitu.

Omo.

O-mo.

O-M-O.

OMONA!

Yifan menyeringai iblis saat dilihatnya wajah Zitao merah padam seketika. Imut sekali.

"H-hyung~"

"Ya~"

"H-hyung memasang kamera ya?"

"Ya. Sudah kukatakan, aku merindukanmu bukan?"

You're such an asshole!

Zitao mengubah posisi duduknya menjadi bersimpuh di ranjang besar itu. Separuh pahanya tertutupi tepian kemeja yang memang sangat longgar itu dan kedua lengannya bertumpu di antara kakinya dengan posisi badan agak condong ke depan.

Ya ampun, rasanya aneh sekali saat melihat dirimu sedang dalam keadaan diintai begini. Apalagi di depan matamu sendiri. Seperti bercermin, Zitao menatap bingung ke arah televisi itu.

Secara alami dan tanpa sadar, Tao melakukan aegyo. Ya ampun, nak. Kau telah memancing seekor naga jejadian yang ada di kamar sebelah.

"Eoh? Lalu?" mata Zitao menyipit, memperhatikan jika saja ia bisa menemukan kamera laknat yang beraninya merekam tanpa permisi.

"Kau suka permen?"

"Ung."

"Coba lihat di laci paling atas di nakas dekat tempat tidurmu. Ada permen untukmu!"

Dan benar saja. Ada tiga bungkus permen di sana. Lemon, stroberi dan mint. Oke, permen ini terlihat cukup normal untuk dimakan. Tidak mungkin ini kamera pengintai kan? Ini bukan kamera kapsul atau yang semacamnya itu kan? (terlalu banyak menonton film detektif, ya, itulah yang terjadi pada Zitao)

Mengeluarkan permen dari bungkusnya, Zitao mengendusnya dengan curiga. Yang tercium hanya aroma lemon yang manis. Dan Zitao adalah tipe orang yang akan langsung luluh jika dihadapkan dengan makanan manis.

Maka dengan lugunya, ia mulai mengulum permen itu satu-persatu.

Yifan menyeringai senang. Tunggu saja beberapa saat, lalu permen perangsang itu akan segera berekasi.

Ya, tentu saja.

Kreatif sekali bukan?

"Mau bermain?"

Zitao memutar matanya. Apa sih yang ia pikirkan? Memangnya aku ini anak kecil?

"Main apa hyung?"

Pria bermarga Wu itu merasa senang saat Zitao menerima umpannya begitu saja. Ini akan mudah, pikirnya. Jika si manis itu menolak, sedikit tekanan akan membuatnya kembali tunduk, seperti kucing manis penurut—mau bagaimana lagi ya, Tao memang sudah mirip kucing saat ini.

"Coba lihatlah baby. Ada sesuatu untukmu di bawah tempat tidur."

Diperhatikannya Tao menurunkan badannya ke bawah tanpa turun dari ranjang nyamannya. Tangannya meraba-raba bagian bawah tempat tidur dan menarik sebuah kotak berukuran sedang dari sana.

Manis sekali kotak itu. Berwarna biru pastel dengan pita di atasnya.

Zitao membuka penutupnya. Yifan tersenyum lebar, menantikan reaksinya.

Omo.

O-mo.

O-M-O.

OMONA!

"AAAAAAAAAAAHHHHH! APA-APAAN INIIIIIII!?"

.

.

.

.

.

.

Rasa dingin menjalar di seluruh tubuhnya.

Zitao, mengaku sebagai seseorang dengan orientasi seksual yang normal, lurus—selurus tongkat wushu kesayangannya. Walaupun ia tak pernah berpacaran sekalipun, tapi ia sempat tertarik pada beberapa gadis manis.

Ia pernah membayangkan melakukan seks dengan seorang gadis, entah itu jenis vanila sex ataupun hardcore dan sejenis BDSM.

Tapi saat ini... Harga dirinya sebagai pria sejati dipertaruhkan.

Yang benar saja, si Kris itu ingin 'bermain' dengan benda-benda sialan ini?!

"Hyung ingin kau memakainya, Tao-er."

Wow. Itu perintah?

"A-aku tidak bisa."

Yifan mengerutkan kening tidak senang mendengar jawaban si manis Huang. Ini tidak benar. Mau tidak mau, suka tidak suka pemuda manis itu harus melakukannya!

"Pakai."

Sial. Sial. SIALAN KAU KRIS!

Huang Zitao menatap isi kotak itu dengan pandangan ngeri. Vibrator berbentuk ekor dan bando berbentuk telinga kucing berwarna hitam. Dildo sebanyak 3 buah dengan variasi ukuran dan bentuk. Pelumas. Kondom (rasa anggur?)? Apa ini gag-ball? Sebuah cock ring yang sepertinya mempunyai fungsi getar juga. Lalu yang berbentuk bola-bola ini kalau tidak salah namanya anal beads. Kemudian dua benda mungil berwarna ungu ini, dilihat dari bentuknya sepertinya penggetar nipple. Dan ada beberapa benda-benda lain yang tidak begitu familiar untuknya.

"Ayolah baby. Atau kau lebih suka jika aku mengajukan komplain dan menarik lagi seluruh uangku? Kau tahu benar jika nantinya kau akan dituntut ganti rugi bukan?"

Yifan menyamankan diri di atas ranjang besar itu. Menatap penuh antusias ke arah Tao yang tampak mulai gelisah. Pemuda panda itu masih duduk bersimpuh di atas ranjang, namun tanpa disadarinya, posisi duduknya makin rapat. Permen perangsang itu mulai menunjukkan reaksi.

Dilihatnya Tao meraih remote AC, barangkali menurunkan suhunya.

"B-baiklah." Menghela nafas dengan berat, Zitao mencoba menerima nasibnya yang mengenaskan. "Hyung ingin aku aku melakukan apa eoh?"

Haha. Gotcha, babe!

"Aku ingin kau memakai 'ekor'mu Tao-er~"

Tao tampak terkejut dan wajahnya menyiratkan betapa enggannya ia melakukan ini. Tapi toh ia segera mengambil vibrator berbentuk ekor itu dari dalam kotak.

"Hmm... kusarankan longgarkan dulu dirimu. Kau tak tahu betapa inginnya aku untuk melonggarkannya untukmu, Tao-er." seringai mesum semakin terkembang di bibirnya, Yifan membayangkannya—tentu saja. "Jangan lupa pakai pelumas. Aku tak ingin kau kesakitan."

Memutar bola matanya malas, Tao meletakkan ponsel itu di sisinya setelah mengaktifkan loudspeaker, tangannya mengambil sebuah tube pelumas yang ada di dalam kotak.

Mengeluarkan isinya yang berupa gel, rasa dingin terasa di permukaan jarinya.

"Ini memalukan..." keluh Tao.

Setelah melepas celana pendeknya, Tao menyamankan diri pada bantal headrest dan membuka kakinya lebar-lebar.

Yifan meneguk ludahnya dengan kesulitan. Lubang dengan kerutan rapat berwarna merah muda terpampang jelas di hadapannya. Melakukan zoom in, ia memperhatikan bagaimana jari telunjuk nan lentik itu menyelusup dan tertelan perlahan ke dalam rektum menggoda itu.

"Emmhh..."

Rasa dingin langsung terasa di bagian bawah tubuhnya itu. Zitao merasa kesulitan menggerakkan jarinya karena dinding lubangnya terlalu rapat.

"S-sulit sekali hyung..."

"Tenangkan dirimu. Atur nafasmu, lalu tarik perlahan."

"Mmmnghhh~ ahhh... Kris hyuuunggghhh..." panas sekali. Zitao merasa jika tubuhnya memberikan respon begitu cepat terhadap sentuhan.

Suara desahan Zitao nyaris membuatnya gila. Seksi sekali. Tanpa melepaskan pandangan dari layar monitor, Yifan menurunkan zipper celananya dan mengeluarkan kejantanannya dari sana.

"Terus sayang, masukkan satu jari lagi."

"Mmmhh... ah! Aaaaahhhh..."

"Ya. Seperti itu. Kau harus membuatnya lebih longgar baby~"

Tao menggerakkan kedua jarinya dengan gerakan menggunting dan memutar. Sesekali ia akan menenggelamkan jari-jarinya lalu menariknya keluar. Begitu terus beberapa kali. "Ah! Enghh... aaaaahhh! Hyuuunggh~"

"Ya. Kau sangat seksi sayang. Teruslah mendesah—aku suka itu." Yifan menggengam penisnya, ia tengah berusaha membangkitkan nafsu Zitao. "Apakah kau merasa panas?"

"Emmngg... y-ya..."

"Aku bisa melihatmu dari sini. Penisku terbangun karenamu—kau nakal sekali Tao-er."

Zitao gemetar saat mendengar suara berat Yifan. Baru disadarinya jika suara berat itulah yang membuatnya begitu tergelitik. Jantungnya berdetak cepat. Tao merasakan hasratnya yang kian melambung dan pikirannya mulai membayangkan hal-hal yang gila.

Ia akan mengikuti alur permainan si Kris ini.

"Aaaaahh... b-benarkah? Hyung, kau bisa melihatnya? P-punyaku juga terbangun. Emmhh..."

Wajah Zitao memanas saat mengatakannya. Pemuda itu menatap ke arah TV yang menampilkan dirinya saat ini. Kakinya terbuka lebar dengan jari telunjuk dan jari tengah tangan kirinya berada di dalam rektumnya. Wajahnya diliputi ekspresi nikmat dan pasrah.

Tangan Tao bergerak meraih kejantanannya sendiri dan mulai memijatnya perlahan.

"A-aku ingin hyung memanjakannya—seperti ini."

Yifan memperhatikan Zitao yang kini tengah memanjakan dirinya sendiri dengan antusias. Jemari lentik pemuda itu melingkar erat pada batang penisnya. Dengan gerakan yang begitu seduktif ia menggerakkan tangannya naik turun memompa benda panjang nan tegang berwarna kemerahan itu.

"Kris hyung~ ammhh... aku ingin penismu~ mngghh..."

Tanpa melepaskan pandangan dari monitor, tangan Yifan juga ikut memanjakan penisnya sendiri. Dalam fantasi terliarnya, ia membayangkan Tao dengan wajah polos layaknya seekor kucing tengah berada di antara kakinya. Suara desahan Zitao membuatnya terbakar.

"Oh... aku suka saat kau mengulum penisku baby~

Melirik sekilas ke arah kotak biru tadi, Tao memutuskan untuk mengeluarkan kedua jari tadi dari rektumnya dan mengambil 'mainan'nya. Sebuah dildo dengan bentuk kejantanan pria yang besar dan berwarna kemerahan ada dalam genggamannya. Dengan senyum menggoda terulas di wajahnya, Tao menatap ke arah layar TV.

"Seperti ini? Ummng..."

Nafasnya tercekat kala menatap Tao yang tengah bermain-main dengan dildo di tangannya. Bibir tipis berwarna plum itu mengecup batang mainan itu, lalu lidah merah mudanya terjulur untuk menjilati penis buatan itu hingga basah permukaannya.

Dan saat itu pula Yifan membayangkan jika penisnya yang tengah dihisap pemuda manis itu. Tanpa sadar ia mengeratkan genggaman pada kejantanannya, "Aaaargghh!"—membuatnya mengerang nikmat.

"Hyung, aku akan menghisapnya lebih keras lagi. Apakah hyung suka?"

Seiring dengan kalimat yang terucap dari bibir Tao, Yifan juga semakin mempercepat memompa kejantanannya.

"N-nee... Aaaaahnn... aku menyukainya baby~ Ahh! Aaaaahhh! Lakukan seperti itu! Hisap penisku lebih keras!"

Membuka mulutnya lebar-lebar, Tao melahap penis buatan itu dengan perasaan geli bermain-main dalam kepalanya. Ukurannya yang lumayan besar cukup membuatnya kesulitan, tapi pemuda itu tetap menghisapnya. Kepala Zitao bergerak naik-turun. Jemarinya melingkar di batang penis itu dan melakukan gerakan memijat seerotis mungkin.

Yifan merasakan kejantanannya semakin mengeras kala memperhatikan ekspresi Tao yang terlihat begitu menggairahkan. Wajahnya memerah, matanya terpejam dan bibir plum yang tampak sibuk dengan mainan itu membuat nafsu Yifan makin terbakar.

"Mgh! Ah! Tao-er… ak-aku!"

"Mmmh… keluarkan saja hyuung~ tidakkah kau ingin aku meminum semua spermamu? Mmmng…"

Tangan Yifan semakin cepat memijat dan memompa kejantanannya. Wajah pria itu memerah. Geraman dan desahan tertahan mengalun dari bibir penuhnya tanpa dapat ia cegah. Huang Zitao benar-benar menguasai pikirannya.

Kesejatiannya semakin mengeras dan berkedut-kedut. Yifan merasakannya.

"Ngggh! Ugh! T-taooooo—AAAHHHHH!"

Matanya berkunang-kunang saat gelombang kepuasan menghampirinya. Cairan kental berwarna putih menyembur deras hingga mengenai layar laptop yang terbuka di hadapannya.

Penisnya masih tegak menantang, tapi tubuh Yifan agak melemas paska klimaks yang baru saja dialaminya.

Pemuda manis itu membuatnya kepayahan. Dan kini ia harus membayar ini.

Huang Zitao tampak senang saat tak terdengar lagi suara dari ponsel putih itu. Pikirnya mungkin Tuan-Kris-Sok-Seksi itu sudah pingsan karea kepayahan.

Tapi senyumannya luntur sudah saat suara berat Yifan kembali menyahut melalu loudspeaker.

"Sekarang giliranmu, Tao-er~"

Mati aku.

.

.

.

.

.

.

To be continued

.

.

.

..:::* HAPPY BIRTHDAY HUANG ZITAO *:::..

Maaf kalo chapter 3 jelek banget QAQ Sebenernya ini dibikin in hurry banget. Tanpa persiapan plot yang matang. Cuma demi ngerayain 21st anniversary-nya TaoTao. Pokonya harus la, namanya juga buat anak ye kan? :P

Kritik pedes diterima dengan lapang dada—kritik aja authornya, jangan charanya ya :) Lemon sebenarnya menyusul~

Batas voting tanggal 15 Mei dan akan saya umumkan via fesbuk sebelum mulai bikin plot buat side pair. Dan kemungkinan saya akan makin sibuk lagi (ngurusin laporan, Prakerin lagi dan praktek. WTF!)

Last… want to gimme some reviews?