"I'm home, Jongin-ah." Bisik Kyungsoo lirih di telinga Jongin. Kyungsoo bisa merasakan semakin erat Jongin memeluknya. Kyungsoo mengusap punggung Jongin lembut. Ia juga memeluk pemuda itu tak kalah eratnya.

"Jeongmal bogosipheoseo hyung." Kyungsoo merasakan bagaimana tubuh Jongn yang sedikit bergetar. Kyungsoo mengambil napas sejenak dan menghembuskannya sedikit berat.

"Aku sudah pulang. Tapi kenapa kau menangis, eoh?"

"Aku, benar-benar merindukanmu hyung."

Kyungsoo mengusap punggung Jongin lembut sambari membisikkan kata-kata penenang agar Jongin berhenti menangis. Namun tidak, pemuda berkulit tan itu masih saja menangis.

Kyungsoo melepas pelukannya dan menangkup kedua pipi Jongin. Sebuah ciuman ia hadiahkan pada Jongin. Lumatan-lumatan kecil yang membuat kedua terhanyut. Bagaimana tangan Kyungsoo yang melingkar di leher Jongin dan tangan Jongin yang melinggar di pinggang Kyungsoo.

Kyungsoo melepas pagutannya terlebih dahulu. Mencubit kecil hidung Jongin yang lebih tinggi daripada dirinya.

"Siapa yang menyuruhmu merokok, hem?" Tanyanya lembut. Ia kembali memeluk Jongin. Menyamankan dirinya di dada bidang pemuda berkulit tan itu.

"Kenapa tak langsung menghampiriku saat tiba di Korea?" Bukannya menjawab Jongin kembali bertanya pada Kyungsoo. Tubuh mereka bergerak kekanan dan kiri seakan tengah berdansa.

"Sengaja. Aku suka menjahilimu." Kyungsoo terkekeh kecil dalam dekapan Jongin. Sedangkan Jongin hanya berdecak sebal.

Hening setelahnya. Mereka masih menikmati pelukan dari pasangannya masing-masing. Jongin yang sesekali mencium kening Kyungsoo ataupun puncak kepala Kyungsoo. Dan Kyungsoo yang semakin membenamkan kepalanya di dada bidang Jongin karena ciuman lembut pemuda berkulit tan itu.

"Kau akan menginap kan hyung?"

"Aku belum bertemu ayah Jongin."

Sontak Jongin melepaskan pelukannya. Menatap dalam mata Kyungsoo yang mengerjap imut.

"Tapi aku masih merindukanmu, Kyungsoo hyung~" rengek Jongin manja. Mata Kyungsoo masih mengerjap beberapa kali. Tak menyangka Jongin akan merengek padanya—lagi.

"Besok aku akan kesini lagi. Janji." Kyungsoo mengangkat tangannya dan membentuk huruf 'v' dengan kedua jarinya. Jongin masih cemberut. Ia menjauhkan diri dari Kyungsoo dan duduk di sofa. Kyungsoo menghela napas melihat tingkah pemuda berkulit tan itu.

"Ayolah, Jongin. Jangan bertindak seperti anak kecil. Ingat, umurmu sudah berapa tahun, eoh?" Kyungsoo duduk di samping Jongin. Melipat kakinya dan menghadap Jongin yang sedang melihat televisi. Tak ada jawaban dari Jongin. Kyungsoo mengehala napas dan segera duduk di pangkuan Jongin lalu menangkup kedua pipinya.

Cup!

Cup!

Cup!

Kyungsoo memberikan tiga kecupan pada Jongin. Pemuda yang lebih muda mengerjapkan matanya beberapa kali. Kedua tangan Kyungsoo masih berada di kedua pipi Jongin. Ia menyatukan keningnya dengan kening Jongin membuat kedua hidung mereka bersentuhan. Dan Kyungsoo berkata dengan lembut, "Kau ingin menjadi kekasihku?"

Mata Jongin mengerjap beberapa kali. Sampai Kyungsoo kembali memberikan tiga kecupan di bibirnya Jongin belum seutuhnya sadar. Hingga Kyungsoo memeluk lehernya dan membisikkan kata-kata yang sangat Jongin suka. "Aku mencintaimu. Aku mencintai Kim Jongin. Aku mencintai pemuda yang ada dalam pelukanku sekarang. Dan aku akan terus menicntainya."

Kyungsoo melepas pelukannya dan kembali menyatukan kening mereka. Ia tersenyum dan membelai pipi kiri Jongin. "So? What's your answer, Kim Jongin-ssi?"

Jongin segera menarik tengkuk Kyungsoo untuk menyatukan mereka dalam sebuah ciuman. Ciuman yang sedikit tergesa namun tak ada nafsu. Kyungsoo mengimbangi bagaimana Jongin yang melumat bibir atasnya sedangkan ia melumat bibir bawah Jongin. Ia mendekap leher Jongin erat. Sehingga tubuh mereka tak terpisahkan oleh jarak sekecil apapun. Semakin lama ciuman mereka semakin panas. Kedua tangan Jongin masuk ke dalam pakaian Kyungsoo. Mengusap punggung kecil Kyungsoo dengan lembut. Sedangkan Kyungsoo hanya bisa menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher Jongin dan Jongin yang menciumi lehernya.

"Haaaaaahhh..." Kyungsoo hanya bisa mendesah. Semuanya terlalu cepat. Saat Jongin melepas kemejanya dan membaringkannya di sofa. Menciumi tubuhnya yang toples dengan lembut. Kedua tangan Kyungsoo terkulai lemas di samping tubuhnya seakan tak ada tenaga sekecil apa pun.

Jongin kembali mencium bibir Kyungsoo. Memagutnya lembut. Kedua tangan Jongin berada di kedua sisi kepala Kyungsoo. Tubuh mereka menempel seakan tak ada halangan setipis apapun. Jongin melepas ciumannya dan menyatukan kening mereka. Ia tersenyum kecil dan memberikan kecupan di bibir serta hidung Kyungsoo. Sedangkan Kyungsoo menutup matanya menikmati kecupan saying Jongin. Kedua tanganya sudah mengalung di leher Jongin. Mengusap-usap tengkuk pemuda berkulit tan itu.

"Aku mencintaimu hyung." Jongin mengusap pipi Kyungsoo dengan tangan kanannya. Kembali, Kyungsoo menutup matanya. Sentuhan Jongin benar-benar menghangatkannya hari ini. Kecupan kecil di keningnya benar-benar membuat Kyungsoo terasa benar-benar special di mata Jongin.

"Jadi, apa kita sudah resmi menjadi sepasang kekasih?" tanya Jongin. Kyungsoo tersenyum kecil. Bukannya menjawab, pemuda kelahiran Januari 1993 itu memilih menarik tengkuk Jongin dan memagut bibir Jongin dengan lembut. Sangat-sangat lembut. Hingga membuat Jongin ingin menangis merasakan betapa lembutnya perlakuan Kyungsoo padanya.

"Aku mencintaimu, Kim Jongin."


-Life-

Kelopak mata Kyungsoo terbuka perlahan. Senyumnya berkembang saat melihat Jongin tengah tidur dengan damaianya di samping tubuhnya. Kyungsoo memiringkan tubuhnya menghadap Jongin. Melingkarkan tangannya pada tubuh Jongin yang toples. Kyungsoo menarik selimut hingga menutupi bagian tubuh atasnya dan Jongin yang tak terbalut apapun. Tak lupa menyamankan dirinya pada pelukan hangat Jongin. Ia tersenyum saat Jongin memeluk tubuhnya semakin erat.

"I love you." Kyungsoo sedikit mendongak saat mengucapkannya dan menghadiahkan kecupan kecil di dada Jongin. Kemudian ia kembali tidur dalam pelukan Jongin.

.

.

.

"Hi, tuan putri. Ingin tidur sampai kapan?" Kyungsoo menampik kecil sebuah tangan yang memainkan hidungnya.

"Hentikan! Aku masih lelah, Jongin." Kyungsoo menarik selimutnya—selimut Jongin lebih tepatnya—hingga menutupi seluruh tubuhnya. Dan tak lupa kedua kakinya yang memeluk guling berbalut seprei biru tua.

"Hyung, sudah jam sepuluh. Kita sarapan apa pagi ini? Aku hanya ada ramen instan di lemari." Jongin mencoba menarik selimut yang Kyungsoo kenakan. Namun sama saja, tidak berhasil.

"Hyung, perutku sudah lapar. Aku belum makan sejak kemarin malam." Dan seketika selimut yang Kyungsoo kenakan terbuka. Pemuda bermata doe itu langsung terduduk di atas ranjang dengan mata yang sedikit tertutup namun tak menghilangkan kesan kesalnya pada pemuda berkuli tan di depannya itu.

Jongin tersenyum kecil. Usahanya tak sia-sia. Hanya perlu mengatakan bahwa ia belum makan, maka Kyungsoo akan bangun. Ya, karena Kyungsoo sangat peduli pada kesehatan siapapun.

"Salah siapa tidak makan? Sudah makan ramen instan-mu saja sana. Aku mengantuk, Jongin-ah. You know jet leg?" Kyungsoo kembali berbaring dan menyelimuti tubuhnya sebatas leher sedangkan Jongin hanya menatap tak percaya pada kekasihnya itu. Jongin mencibir kecil Kyungsoo dan segera keluar dari kamarnya.

Di atas ranjang, Kyungsoo membuka selimutnya dan duduk manis. Ia tersenyum kecil. Menjahili Jongin ternyata sangat mudah, batinnya. Ia terkekeh pelan dan segera turun dari atas ranjang. Beruntung Jongin tak menutup pintu kamar. Sehingga Kyungsoo bisa jalan mengendap-endap.

Kyungsoo keluar kamar dan mendapati suara peralatan masak dari arah dapur. Kyungsoo berjalan perlahan. Ia menemukan Jongin tengah berkutat dengan alat-alat untuk memasak di dapur. Ia tersenyum kecil lalu berjalan mendekati Jongin tanpa bersuara sedikitpun. Dan—

"Memasak apa…yeobo?" —Kyungsoo memeluk pinggang Jongin dari belakang dan mengucapkan kata-kata cheesy—menurutnya. Ia bisa merasakan tubuh Jongin yang sedikit tersentak dan terkejut.

"Bisakah kau memasakannya juga untukku?" Kyungsoo sedikit merajuk. Pelukannya semakin ia eratkan. "Yeobo," ucapnya lagi. Kyungsoo sedikit terkekik. Pasalnya Jongin tak juga membuka mulutnya untuk berbicara sedikitpun.

"Jongin?" Kyungsoo memanggil nama kekasihnya untuk memastikan pemuda dalam pelukannya itu masih bernapas atau tidak. Tanpa memanggilpun sebenarnya Kyungsoo sudah tahu. Ia bisa merasakan tangannya yang bergerak karena Jongin yang tengah bernapas.

"Hanbeoman, hanbeoman-do."

"Yeobo? Yeobo? Yeobo?"

Jongin tersenyum kecil. Ia memeluk Kyungsoo. Membenamkan wajah pemuda itu di dadanya. Entahlah, Jongin merasa begitu bahagia.

"Sarangahae."

"Nado saranghae."


-Life-

5 Months Later

"Selamat atas pernikahanmu, cadel." Jongin memutar bola matanya sebal dan menjabat tangan seorang pemuda berkulit putih namun tekesan pucat. Di sampingnya pemuda berparas cantik terkekeh kecil. Seperti mengetahui kenapa Jongin berwajah masam seperti itu.

"Ya, aku memang cadel. Setidaknya aku satu langkah lebih dulu dibandingkan denganmu, hitam." Sehun—pemuda berkulit putih pucat—sedikit terkekeh mendengar ucapan sahabatnya. Luhan—pemuda di samping Sehun—ikut tertawa kecil. Mereka menikah setelah hamper lima tahun berpacaran. Mendahului Jongin yang saat itu memang ditinggal Kyungsoo untuk berangkat ke Jepang—dan mereka belum berpacaran.

"Ya ya ya, selamat atas kemenanganmu." Jongin memutar bola matanya sebal. Sedangkan pasangan pengantin baru dihadapannya hanya tertawa.

"Jadi, dimana Kyungsoo hyung mu? Ia ikut datang kesini kan?" Tanya Sehun. Ia seolah mencari sosok pria imut di belakang Jongin.

"Ya. Ia bilang harus ke kamar mandi terlebih dahulu." Mereka berbincang sesekali mengingat-ingat tentang bagaimana mereka saat dulu. Sehun bercerita bagaimana bisa Ia jatuh cinta pada sosok Luhan yang notabennya adalah sepupu Baekhyun. Perjuangan Sehun untuk mendapatkan hati pemuda bermata rusa itu. Bagaimana Baekhyun yang terus mengintrogasinya tiap kali Ia datang kerumah Baekhyun. Dan Jongin dengan sabar memberikan telinganya untuk sang sahabat.

"Lalu bagaimana dengan kau dan Kyungsoo hyung?" Tanya Sehun penasaran. Kedua alisnya bergerak naik turun—menggoda Jongin.

"Apanya yang bagaimana? Kami saja baru meresmikan hubungan kami dua minggu yang lalu. Aku mungkin saja dianggap gila jika langsung mengajaknya menikah." Sehun tertawa dan Jongin hanya bisa mencibir sahabatnya itu.

"Dia keberatan?"

"Entahlah. Aku kira bukan sekarang saatnya."

Mereka sudah terpisah dari Luhan yang tengah bersama teman-temannya. Sehun dan Jongin berdiri di samping meja dengan berbagai macam makanan ringan dan minuman. Tak ada yang berbicara di antara mereka berdua. Hingga mata elang Jongin mendapati pujaan hatinya berjalan mendekat dengan senyum yang indah terbentuk di bibir heart shape miliknya.

"Why you take so long time in the restroom baby? Something wrong?" Tanya Jongin begitu Kyungsoo berdiri di sampingnya. Memeluk lengannya mesrah.

"No. I just meet Baekhyun and Chanyeol there. They took me to meet Luhan hyung first. Sorry." Kyungsoo tersenyum lembut. Matanya menangkap Sehun yang berdiri di depannya dan Jongin.

"Hai Sehun-ah. Lama tidak berjumpa." Sapa Kyungsoo dengan senyuman yang tak luntur dari wajahnya. "Dan selamat atas pernikahanmu," sambung Kyungsoo ceria. Senyumnya semakin terkembang saat Jongin memeluk pinggangnya posesif. Seperti tak ingin kehilangan sosok iyu lagi.

"Terima kasih hyung. Dan kapan hyung akan menyusul kami? Maksudku, kalian?" Sehun mencoba menggoda. Kyungsoo tersenyum kecil sedangkan Jongin menghadiahkan sebuah deathglare pada sahabtanya itu.

"Secepatnya, mungkin."


-Life-

Kyungsoo tengah membantu ibu dan juga kakak iparya di dapur. Membuat makan malam untu keluarganya. Ya, jangan lupa kakak laki-lakinya yang terus menggoda Kyungsoo jika ia terlihat seperti perempuan. "Hyung, hentikan! Atau aku akan memberitahukan istrimu jika kau masih suka mengoleksi video porno!"

"Ya!"

"Apa yang baru saja kau katakan Kyungsoo?" Oh, tidak. Kyungsoo tak ingin terlibat dalam permasalahan rumah tangga sang kakak.

"A-aniyo noona. Aku hanya salah bicara," elak Kyungsoo. Ia melirik kearah kakak iparnya dan tersenyum kecil. Pandangannya beralih pada snag kakak yang duduk di kursi ruang makan. Dan sebuah tatapan tajam menjadi hadiah dari sang kakak untuknya.

"Sudahlah. Kalian itu hanya bisa bertengkar setiap hari," lerai nyonya Do. "Seungso-ya, ajak anakmu bermain saja sana. Jangan masuk ke dapur sebelum kami memanggil kalian, oke?"

.

.

.

"Jadi, kapan kau akan menikah?" Kyungsoo langsung terbatuk begitu mendengar pertanyaan sang kakak. Ibunya yang saat itu duduk tepat di sampingnya, langsung memberikan segelas air mineral padanya. Kyungsoo menerimanya dan meminum air mineral itu setelah menelan makanannya.

"Mwoya hyung?" Bukannya menjawab Ia malah bertanya pada kakaknya. Wajahnya memerah seperti tomat. Dan Ia kembali melanjutkan makannya dalam dia. Di satu sisi tuan Do selalu diam. Tak ada suara sekecil apapun yang keluar dari belah bibirnya. Dan Kyungsoo menyadari itu. Ia takut sang ayah masih belum menerima keputusannya. Menjadi seorang homosexual.

"Kyungsoo," suara tuan Do mengintrupsi. "Nde, abeonim."

"Bawa Jongin besok untuk menemuiku." Tambah tuan Do saat Ia baru saja menelan makanannya. Ia meneguk air minumnya dan berdiri sebelum kembali berucap. "Aku ingin membicarakan soal pernikahan kalian." Dan empat orang dewas lainnya hanya bisa tercengang dan diam. Kyungsoo ingin menangis saat ayahnya berkata seperti itu. Nyonya Do mengusap punggung anaknya yang terus menatapnya itu. Sedangkan Seungsoo tersenyum kecil pada ibu dan istrinya.

"Eo-eomma," bisik Kyungsoo lirih. Ia segera memeluk ibunya saat wanita berusia lebih dari lima puluh tahun itu bangkit dari duduknya. Memeluk putra bungsungnya yang menangis.


-Life-

Kyungsoo datang. Ia membuka pintu berkaca yang menampakkan isi dari ruangan di hadapannya. Ia mendapati anak-anak kecil yang menari dan dua orang pria yang cukup dewasa berada di samping kanan kiri kumpulan anak-anak itu. Kyungsoo tersenyum kecil. Ia membuka pintu itu dan masuk ke dalamnya tanpa mengganggu apa yang dilakukan puluhan anak didalam sana. Kyungsoo menyandarkan punggungnya pada dinding tepat di samping pintu. Melipat tangannya di depan dada. Ia melambaikan tangannya pelan saat Jongin menangkap basah dirinya. Yang lebih muda tersenyum namun tak menghilangkan raut keterkejutannya. Kyungsoo memilih duduk di sofa di ujung ruangan lainnya. Memandang puluhan anak kecil yang tengah diajar oleh kekasihnya. Pujaan hatinya.

Sekitar tiga menit kemudian musik pun berhenti. Anak-anak kecil itu berlari menuju sudut ruangan dengan sofa hitam lainnya. Mereka segera mengambil handuk yang rata-rata berwarna putih dan meninum sebotol air mineral yang mereka bawa sendiri. Kyungsoo bangkit dari duduknya saat sang kekasih hati berjalan menghampirinya dengan senyum lebar. Astaga, Kyungsoo rasanya ingin pingsan saat sadar bahwa kekasihnya mengenakan baju putih v-neck tipis dan celana pendek. Jangan lupakan keringat yang sedikit membasahi tubuhnya. Terlihat sangat tampan.

"Hyung? Bagaimana hyung bisa kemari?" Kyungsoo mengendikkan bahunya dan tersenyum. Ia duduk dan meminta pujaan hatinya itu ikut duduk juga.

"Apa Sehun yang memberitahumu?" Tanyanya lagi.

"Ya, bisa saja. Atau mungkin tidak. Aku mengendarai mobilku sendiri kesini."

Kyungsoo tediam, begitu juga pujaan hatinya, Jongin. Pemuda berkulit tan itu sibuk mengatur napasnya karena terlalu lelah. Tidak tahu apa yang harus Ia katakan, Kyungsoo memilih diam sejenak. Membiarkan kekasih hatinya itu mengatur napasnya.

"Jadi, ada apa hyung kemari?" tanya Jongin setelah bisa mengatur napasnya.

"Ayah memintamu datang kerumah."

"Abeonim? Untuk apa?"

"Abeonim tanya kapan kau akan melamarku."

Jongin terdiam begitu juga dengan Kyungsoo. Jongin tidak menyangka bahwa akan secepat ini. Baiklah, mereka sudah sangat dekat selama hampir tujuh tahun, namun mereka baru saja meresmikan hubungan mereka lima bulan yang lalu. Selama lima tahun belakangan ini hubungan mereka hanya sebagai teman dekat, belum berpacaran. Namun mereka tahu ada perasaan saling mencintai satu sama lain diantara mereka. Jongin datang berkunjung kesana beberapa kali, bukan sebagai kekasih, melainkan teman. Dan sekarang ayah Kyungsoo meminta Jongin segera melamar anak laki-lakinya, ok tidak meminta secara langsung sebenarnya. Tapi dari pernyataan yang diucapkan oleh Kyungsoo, ayahnya meminta agar Jongin segera melamar Kyungsoo.

"Kau belum siap ya, Jongin?" tanya Kyungsoo. Jongin menatap Kyungsoo yang berwajah sedikit kecewa. Astaga.

"Ah, bukan begitu, hyung. Aku hanya terkejut saja mendengarnya." Ia tidak bohong, namun ada rasa aneh juga dalam hatinya. Entahlah apa itu.

"Jadi?"

"Aku akan ke rumah nanti malam."


Ketika Jongin tiba dirumah, Ia tengah mempersiapkan makan malam bersama kakak iparnya. Ia tidak sempat berbincang dengan Jongin karena kekasihnya itu langsung dibawa oleh ayahnya ke ruang pribadinya. Kyungsoo tidak tahu apa yang mereka bicarakan, tapi Kyungsoo berharap bahwa ayahnya tidak terlalu mendesak Jongin untuk melamarnya, apalagi menikahinya.

Selama setengah jam Jongin berada di ruang kerja pribadi ayahnya, ibunya langsung mengajak semua makan malam. Ayahnya terlihat sedikit lebih akrab dengan Jongin. Biasanya Kyungsoo akan duduk di samping ayahnya, namun kali ini Jongin duduk disana. Kyungsoo mendengus beberapa kali karena merasa diacuhkan oleh Jongin yang terus berbicara dengan ayahnya.

Setelah makan malam selesai, Kyungsoo membawa Jonging kekamarnya. Berbaring diatas ranjang dan saling berhadapan. Kedua tangan mereka saling menggenggam satu sama lain. Ada rasa bahagia tersendiri bagi Kyungsoo begitu menatap kekasihnya seperti ini. Ia menarik Jongin mendekat dan membawanya dalam ciuman panjang. Kedua tangannya melingkar dileher Jonging yang berada diatas tubuhnya dan kedua tangan Jongin berada di kedua sisi tubuh Kyungsoo. Saling melumat bibir satu sama lain selama beberapa menit kemudian Jongin melepaskan ciuman itu. Ia menempelkan keningnya pada kening Kyungsoo dan sesekali mencium kecil pucuk hidung Kyungsoo.

"Aku menyayangimu, hyung."

"Aku juga."

"Aku mencintaimu."

"Aku juga."

"Aku akan segera melamarmu."

"Aku—apa?"

Jongin tersenyum dan mengecup bibir Kyungsoo sekilas. Kedua mata Kyungsoo mengerjap lucu dan Jongin terkekeh kecil dibuatnya. Jongin kembali mencium kekasihnya itu. Membawanya dalam ciuman lembut tanpa napsu yang mereka berdua sama-sama terhanyut hingga Kyungsoo menyadari bias saja kakaknya masuk ke dalam kamarnya secara tiba-tiba.

"Kau yakin akan melamarku?"

"Tentu. Apa kau tidak mau? Ayahmu bisa saja membunuhku jika aku tidak melamarmu tahun ini."

"Apa ayah memaksamu?"

"Tidak. Abeonim hanya bertanya kapan aku akan melamar mu."

"Lalu kau bilang apa?"

"Aku bilang bahwa aku akan melamarmu secepatnya. Aku harus membicaraknnya dengan Joonmyeon hyung terlebih dulu."

"Orang tuamu?"

"Biarkan Joonmyeon hyung yang berbicara dengan mereka."

Jongin bangkit dari atas tubuh Kyungsoo dan duduk bersila. Kyungsoo duduk dihadapannya dan tangan mereka kembali saling menggenggam satu sama lain. Jongin mencium kedua tangan Kyungsoo bergantian, membuat yang lebih tua merona karena tindakannya.

"Aku mecintaimu."

"Aku juga mencintaimu."


Butuh waktu enam bulan bagi Jongin untuk bisa menjadikan Kyungsoo sebagai miliknya secara utuh. Dua bulan setelah ia menemui ayah Kyungsoo, Ia, Joonmyeon dan kedua orang tuanya dating melamar Kyungsoo. Dua minggu setelahnya mereka bertunangan. Bisa saja mereka menikah satu bulan setelahnya, namun ayah Kyungsoo meminta agar tidak terlalu cepat melaksanakan pernikaha. Jongin setuju saja, karena pada alhirnya ia juga akan menkasi Kyungsoo.

Empat bulan setelahnya mereka menikah disalah satu gereja besar didekat rumah Kyungsoo. Tamu-tamu yang berdatangan hanya orang-orang terdekat dan teman-teman Kyungsoo maupun Jonging. Chanyeol dating seorang diri. Memberikan ucapan selamat pada pasangan baru itu. Ia juga meminta maaf karena Baekhyun tidak bias dating karena neneknya yang sakit.

Acara resmi selesai pada pukul sebelas malam. Jongin membawa Kyungsoo ke appartemennya. Saling berbagi pelukan dan kecupan-kecupan hangat diatas ranjang milik Jongin. Kata-kata cinta yang selalu diucapkan untuk satu sama lain menjadi awal mereka melakukan hubungan yang sudah ditahan sejak Kyungsoo kembali dari luar negeri.

Kyungsoo akan mengeluarkan suara indahnya ketika Jongin menyentuh titik sensitifnya, memuaskannya dan selalu memverinya kecupan-kecupan di seluruh bagian tubuhnya. Saling menyatu, Jongin bergerak dengan lembut namun tak bisa meninggalkan napsunya. Kyungsoo menyambutnya dengan senang.

Dan ketika mereka mendapatkan kepuasan mereka, kata-kata cinta tak pernah berhenti keluar dari kedua belah bibir Jongin maupun Kyungsoo. Dunia mimpi menunggu mereka. Ketika mereka memasuki dunia mimpi, pelukan menjadi satu hal yang harus mereka lakukan. Supaya tetap bersama ketika di dunia mimpi? Mungkin.

"Aku mencintaimu. Terima kasih."

Kecupan kecil pada bibir Jongin benar-benar membawa mereka dalam dunia mimpi.

-End-


Hi, this is the last chapter of 'Life'. ok, mungkin ada beberapa yang kecewa karena endingnya ngga sesuai. jujur, waktu nulis bagian terakhi ini, aku maunya dijadikan chansoo. tapi aku baca-baca lagi ternyata lebih ke kaisoo. jadiiiii, buat yang berharap ini bakalan ending chansoo maaf ya. mungkin di lain kesempatan kalau aku bakalan bikin chansoo.

Cerita juga nih, kan lagi suka Seventeen nih aku. lagi dalam proses pembutan fanfiction cast-nya member Seventeen. kalau sudah aku revisi dan memungkinkan untuk aku publish, bakalan aku publish disini.

Terima kasih yang sudah mau menunggu cerita ini selesai. semua review kalian aku baca, tapi aku ngga bisa balas sau-satu. Makasih juga buat yang cuma mampir buat baca tanpa ninggalkan review. Ngga masalah kok. Karya ku dibaca saja aku sudah berterima kasih.

SO, wait for another story from me. Bye!

Regards

Heerin^^