Suara decitan sepatu dan pantulan bola menggema di dalam gedung olahraga Seirin. Klub basket sedang berlatih pagi ini seperti biasa. Sang pelatih meneriakkan berbagai instruksi sementara para anggota klub berlarian di sana-sini melakukan berbagai menu latihan yang sudah disiapkan untuk mereka. Semua berlatih dengan penuh semangat, karena walaupun Winter Cup sudah selesai, mereka tentulah masih harus menyiapkan diri sebaik mungkin untuk semua pertandingan yang akan datang. Walaupun masih lama, tidak ada salahnya memperkuat tim dari sekarang, kan?

"Baiklah! Latihan cukup sampai di sini. Kalian semua boleh pulang!"

Setelah Riko meneriakkan hal tersebut, semua aktifitas yang berhubungan dengan latihan langsung terhenti.

"Terima kasih untuk hari ini!"

Satu per satu, anggota klub basket Seirin mulai membereskan barang-barang mereka dan menuju ke ruang ganti. Seisi ruangan ramai oleh berbagai pembicaraan yang terdengar riang dan ringan.

"Hyuuga, temani aku beli alat tulis, ya?"

"Beli saja sendiri! Lagian bukannya kau baru beli alat tulis dua minggu yang lalu?!"

"Sudahlah Hyuuga, temani saja apa susahnya sih. Toh tidak ada larangan tertulis untuk sering-sering membeli alat tulis."

"Izuki, bagaimana kalau kamu mati saja sekarang?"

"Kuroko, ke Majiba yuk. Aku lapar."

"Kagami-kun, dengan kebiasaan makanmu yang luar biasa itu, aku masih belum paham kenapa kau tidak juga menjadi gemuk."

Nigou menggonggong riang.

Dan begitulah, sambil mengobrol satu sama lain, kumpulan gadis manis dengan tinggi kebanyakan di atas rata-rata itu pun satu per satu mulai bubar. Setiap kali mereka berkumpul, orang-orang di sekitar mereka pasti akan terpesona. Entah kenapa, dua belas orang gadis yang terkumpul dalam satu klub itu tampak begitu menawan.

Tunggu, gadis?

Begitulah, gadis. Tidak banyak orang yang tahu, tapi sebenarnya, Seirin adalah akademi khusus putri.


Reality Like a Fantasy

a Seirin-centric fanfiction

Kuroko no Basuke (c) Tadatoshi Fujimaki

Tidak ada keuntungan finansial yang diperoleh penulis dari fiksi ini


Jadi, seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, Seirin adalah sekolah yang dikhususkan untuk anak perempuan.

Klub basket Akademi Putri Seirin terdiri atas Aida Riko sebagai pelatih dan Hyuuga Jun sebagai kapten serta Kiyoshi Teppei sebagai pendiri. Izuki Shun, Tsuchida Satomi, Koganei Shia dan Mitobe Rin adalah anggota klub yang duduk di kelas dua, sedangkan Kuroko Tsuya, Kagami Taiga, Furihata Kouki, Kawahara Yuuichi dan Fukuda Hiromi adalah anggota klub yang duduk di kelas satu.

Kenapa ada sekelompok anak perempuan bisa ikut berkompetisi di berbagai pertandingan yang menampilkan klub basket putra dari berbagai sekolah? Simpel saja, karena pada dasarnya tidak ada larangan tertulis yang menyebutkan bahwa perempuan tidak boleh ikut serta. Konsekuensi ditanggung sendiri, karena selain tim lawan akan meremehkan karena mereka semua perempuan, tenaga dan tinggi badan mereka juga tidak akan sebanding dengan orang-orang dari tim lain.

Maka dari itu, para gadis muda penuh ambisi ini mendandani diri mereka sebagai laki-laki dan memberatkan suara setiap kali mereka ada pertandingan, baik latihan tanding maupun resmi, supaya tidak ada yang memberikan mereka pandangan merendahkan yang cukup untuk membuat pesimis diri sendiri. Tenang saja, mereka mendaftarkan diri sebagai perempuan, kok. Kalau mereka berhasil membuat nama dan dikenal sebagai tim yang kuat, dan jikalau pada saat itu tim lawan sadar bahwa mereka dikalahkan oleh sekumpulan anak perempuan (semoga saja tidak akan pernah), tentulah mereka akan berpikir dua kali untuk meremehkan. Dan terbukti, mereka bisa keluar sebagai juara. Juga, untuk membuat mereka semua terbiasa berpakaian dan bersikap seperti laki-laki, saat latihan pun mereka juga menyamarkan identitas mereka. Alasan utama kenapa Kise tidak menyadari kenyataan yang sebenarnya padahal sudah pernah berkunjung.

Herannya, orang-orang masih belum ada yang sadar kalau Seirin adalah sekolah khusus perempuan. Walaupun Kiseki no Sedai sudah tahu bahwa Kuroko sebenarnya adalah perempuan karena sejak SMP ia sudah berdandan ala anak laki-laki demi bergabung di klub basket, tapi mereka sama sekali tidak tahu bahwa semua rekan setimnya yang sekarang juga perempuan. Ini mengherankan mengingat kemampuan mengumpulkan informasi yang Momoi miliki. Himuro juga tahu bahwa Kagami adalah perempuan, tapi ia dengan bijaksananya memutuskan untuk tidak mengatakan fakta tersebut kepada orang lain agar tidak ada yang mati mendadak akibat serangan jantung. Dan, karena kebanyakan orang dari sekolah lain hanya mengenal nama belakang mereka, maka tidak ada yang terlalu mempedulikan nama kecil mereka yang memang pada dasarnya kebanyakan memang adalah nama yang berlaku untuk semua gender. Bahkan ada beberapa di antara mereka yang memiliki nama laki-laki.

Klub basket dikenal sebagai klub yang paling kuat mental di Seirin. Ya jelas saja, siapa sih yang tahan disuruh menyembuyikan jati diri sampai sebegitunya hanya demi satu cabang olahraga? Maka sebenarnya para senior di klub itu kaget juga melihat ada yang mau masuk ke klub mereka, soalnya harus siap lahir batin.

Entah takdir atau apa, yang pertama kali sadar bahwa Seirin adalah akademi khusus putri adalah Moriyama. Benar, Moriyama, playboy cap kaki kuda dari Kaijou.

Hari itu adalah hari yang damai di Kaijou, dan Moriyama tengah mengobrol santai dengan teman-teman sekelasnya. Kebetulan, tidak ada satu pun senior Kaijou lain yang sekelas dengannya. Kemudian, entah bagaimana mereka jadi membicarakan Seirin.

"Ah, Seirin itu hebat sekali lho. Padahal sekolah mereka baru dibangun dua tahun lalu, tapi tahun ini mereka keluar sebagai juara Winter Cup. Sangat mengesankan."

Teman-temannya mengangguk setuju, namun ada satu yang tampak kebingungan. Si pemuda tanpa nama ini langsung menyuarakan pikirannya.

"Kok, Seirin bisa ikut bertanding? Bukannya Seirin itu sekolah perempuan?"

Kemudian ada hening yang panjang.

Moriyama sampai memutih saking shock-nya.

"Hah? Sekolah perempuan? Serius? Tapi mereka hebat—dan aku tidak mendeteksi aura menawan yang biasa perempuan keluarkan dari mereka dan mereka itu hebat sekali dan perempuan macam apa yang bisa setinggi Kiyoshi Teppei—"

Oke, ucapannya mulai tidak jelas, tapi siapa yang tidak kaget coba mendengar fakta bahwa salah satu tim lawan yang hebat isinya adalah anak wanita? Dan Kaijou sudah kalah lebih dari sekali melawan Seirin. Juga, Moriyama agak tidak terima dengan kenyataan bahwa Kiyoshi lebih tinggi dua senti darinya, padahal ia lebih tua dan adalah laki-laki.

"Lah, serius kok. Sepupuku sekolah di sana, dan memang sih dia ada cerita soal satu klub yang paling kuat mental, soalnya semua anggotanya harus crossdress gitu deh..."

Moriyama serasa ditiban tangga.

Si pemuda tanpa nama itu kemudian menyerahkan brosur Seirin yang ia dapat dari sepupunya kepada sang Shooting Guard, yang diterima oleh Moriyama dengan tangan gemetar. Jelas-jelas tertulis di sana 'Akademi Putri Seirin' dengan huruf berukuran besar berwarna hitam.

Maka tidak mengherankan ketika tiba saatnya latihan, Moriyama masuk ke ruang klub dengan langkah terhuyung dan pandangan kosong, sampai-sampai membuat yang lain memandangnya dengan penuh kecemasan. Padahal biasanya Moriyama begitu santai seakan tidak punya beban, dan bisa dengan santainya menggoda gadis-gadis di detik-detik terakhir sebelum pertandingan yang penting dimulai.

"Oi Moriyama, kau kenapa?" Kasamatsu tidak tahan untuk bertanya. Sebagai kapten yang baik, ia merasa harus mengetahui masalah yang melanda anggota timnya.

"Moriyama-senpai kenapa, ssu?" Kise melambaikan tangannya di depan wajah Moriyama, yang tampak seperti habis melihat hantu.

"A... hahaha. Itu lho." Kise, Kasamatsu dan semua orang di ruangan tersebut memandangnya aneh. Ini Moriyama kenapa, coba? "Ah ya Kise, Kuroko itu perempuan ya?"

Terdengar berbagai seruan yang terdengar kaget dari seluruh ruangan. Kise juga kaget, tapi untuk alasan yang benar-benar berbeda.

"Eh? Kok senpai bisa tahu? Jangan-jangan senpai pernah ngintip Kurokocchi ganti baju, ya?!"

"Hah?! Jadi Kuroko itu beneran perempuan?!" Kobori tidak bisa menahan diri untuk tidak ikut berteriak.

"Enak saja, tentu saja aku tidak pernah mengintipnya ganti baju! Soalnya... soalnya...!"

Dengan wajah yang pucat pasi, Moriyama menunjukkan brosur yang tadi ia dapatkan ke teman-temannya.

Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa semua anggota klub basket Kaijou sekaligus pelatihnya langsung terdiam seribu bahasa begitu mereka melihat judul brosur tersebut, beserta penjelasan yang ada di dalamnya. Setelah terdiam selama beberapa saat, mereka berteriak secara bersamaan.

"JADI SEIRIN ITU SEKOLAH KHUSUS PUTRI?!"

.

.

Gosip mengenai Akademi Putri Seirin menyebar dengan sangat cepat. Reaksi sekolah lain rata-rata sama, shock sampai-sampai kehilangan kata-kata. Berita itu meluas dengan kecepatan luar biasa sampai-sampai di hari yang sama, Yosen dan Rakuzan juga sudah mengetahuinya. Memang hebat sekali teknologi informasi dan komunikasi masa kini.

Bisa dibilang semua sekolah yang pernah berhadapan dengan Seirin sudah tahu soal gosip paling panas itu. Tapi Seirin sendiri malah belum tahu apa-apa.

Makanya, mereka sangat kaget melihat Momoi berdiri di depan sekolah mereka setelah latihan usai. Mereka tidak bisa mencari alasan untuk menjelaskan kenapa mereka saat ini tengah memakai seragam sekolah perempuan. Momoi nyaris pingsan ketika melihat orang-orang yang selama ini ia ketahui sebagai laki-laki memagai rok dan tampak begitu manis dan menawan.

"Ya ampun jadi ternyata gosip itu benar—!"

"Uwaa, Momoi-san! Kami bisa jelaskan!"

"Tunggu, gosip apa?"

Maka dimulailah penjelasan panjang tentang asal mula gosip (yang sebenarnya tidak bisa dibilang gosip karena sudah terbukti kebenarannya) mengenai klub basket mereka yang kuat lahir dan batin itu. Selama mereka mendengarkan penjelasan dari mantan manajer Teikou itu, anggota klub basket Seirin hanya bisa memasang wajah melongo tanpa berani memotong. Setelah narasi dari Momoi selesai, yang pertama kali angkat bicara adalah Kiyoshi.

"Waah, jadi ketahuan ya?"

Hyuuga, begitu mendengar kalimat itu, langsung meledak amarahnya.

"Jangan berkata seperti itu dengan wajah santai, dong!"

Kagami memang kaget, tapi tidak sampai sepanik seniornya itu. "Uuh... terus kenapa? Toh kita sudah menang, jadi kita sudah membuktikan kekuatan kita, kan?"

"Masalahnya bukan di situ, Bakagami! Bagaimana kalau tim lawan berusaha memanfaatkan informasi ini untuk menjatuhkan kita?!" kini Riko yang mengamuk. Furihata, yang sedari tadi tampak berpikir keras, memasang wajah bingung di belakang mereka.

"Tapi kalau dipikir-pikir, kenapa bisa tidak ada yang sadar, ya? Memang sih, sekolah kita baru, jadi agak tidak terkenal... tapi kan media mestinya tahu? Apalagi Inter High dan Winter Cup selalu diberitakan."

Kata-kata Furihata membuat semuanya terdiam dan memeras otak. Benar juga, padahal media bisa membuka rahasia mereka dengan gampang. Kenapa, ya?

"Apa mungkin media juga tidak tahu kalau sekolah kita sekolah khusus putri?" Koganei mencoba menyuplai pemikiran. Kuroko menggeleng.

"Agak kecil kemungkinannya. Tapi kalau memang iya, entah mereka yang kurang informasi, kemampuan menyamar kita sangat hebat, atau mereka lupa kalau sekolah kita adalah akademi khusus perempuan."

Kemungkinan terakhir itu agak terdengar menyedihkan, tapi itulah yang paling masuk akal. Soalnya kalau tidak, bagaimana mungkin bisa tidak ada yang tahu kalau sekolah mereka bukan sekolah umum? Mereka sendiri juga baru terpikir sekarang. Memang kadang-kadang ada hal yang begitu ajaib di dunia ini.

Tsuchida berbalik ke arah Momoi berdiri tadi. "Jadi Momoi-san, kenapa—"

Ternyata Momoi sudah tidak ada di tempatnya semula.

"—kamu ada di sini... orangnya sudah kabur."

"Kemungkinan besar sih dia datang ke sini untuk membuktikan kebenaran gosip itu," ujar Izuki menimpali.

"Ngomong-ngomong, aku jadi penasaran," Kawahara tiba-tiba membuka mulut sambil memandang Kiyoshi, Izuki dan Hyuuga. "Sewaktu kalian SMP dulu, bagaimana caranya kalian bisa masuk klub basket?"

Kiyoshi menggaruk bagian belakang kepalanya yang tidak gatal sambil tertawa. "Ah, itu karena aku memaksa bergabung dan sekolahku tidak begitu mempermasalahkannya. Lagipula, dulu rambutku pendek dan aku juga lebih tinggi dari kebanyakan anak laki-laki, jadi..."

Kawahara mengangguk paham. Sekarang ganti Fukuda yang penasaran. "Kalau Izuki-senpai dan kapten bagaimana?"

Kedua orang yang disebutkan saling bertukar pandang sebelum akhirnya Hyuuga mengangkat bahu. "Kurang lebih sama seperti Kiyoshi. Tapi Izuki memang wajahnya ambigu, kok, jadi lumayan gampang mengelabui orang."

"Hyuuga, kau jahat sekali..."

Riko hanya diam memperhatikan teman-temannya saling berbicara satu sama lain. Padahal ia sudah punya rencana, tapi gara-gara Moriyama memulai semua kehebohan ini, ia tidak bisa menjalankannya. Sial, padahal itu rencana yang benar-benar bagus...

...tunggu, tidak bisa? Siapa bilang? Riko menyeringai sadis, membuat yang lain merinding merasakan hawa dingin yang keluar dari tubuh pelatih mereka.

"Hei semuanya," ujar si pelatih pelan. Koganei ingin lari saat itu juga, tapi tidak jadi karena takut dibunuh oleh Riko, jadi ia memilih untuk merangkul lengan Mitobe dengan segenap jiwa dan raga. "Akhir minggu ini kita akan mengadakan training camp lagi bareng sekolah lain, lho~ tapi berhubung semua orang sudah tahu kenyataan, jadi kalian tidak usah repot-repot crossdress."

Semua memandang Riko ngeri.

Riko mengangkatkan kedua tangannya yang terkepal, kemudian berteriak dengan keras dan penuh semangat sementara yang lain hanya bisa menahan diri untuk tidak berkomentar. "Kita tunjukkan bahwa wanita itu kuat! Sudah saatnya kita menguasai dunia!"

...sungguh, Hyuuga hanya bisa berharap bahwa latihan yang akan datang ini bisa berjalan dengan lancar tanpa ada kekacauan yang terjadi.


see you next chapter!


Halo, saya kembali dengan membawa fic genderbend (lagi), kali ini multichapter. Ini semua gara-gara gambar yang jadi cover fic ini begitu unyu tak tertahankan hiks. KOGANEI KENAPA KAMU UNYU SEKALI KALO JADI CEWEK? /nangis

Jadi begitulah, Seirin adalah sekolah putri. (perasaan kalimat ini sudah diulang-ulang dari tadi...) Tinggi badan semua karakter kecuali Riko diminus 10cm karena setau saya itu rumus dasar per-genderbending-an. Saya tau sih ada beberapa adegan yang sangat tidak mendukung fanfic ini, tapi namanya juga imajinasi yah begitulah... anggap saja adegan onsen mereka bareng sekolah lain dan latihan mereka di kolam renang yang kemudian diganggu sama Momoi itu tidak pernah ada (?) /inimaksa

SAYA BINGUNG GENRE YA TUHAN. KENAPA NGGAK ADA GENRE GARING, SIH?

Soal pairing dan segala macemnya... hmm... gitu deh.

Terimakasih sudah membaca! X"3