SEHUN's LIFE STORY ^^

.

.

.

WARNING:

Part ini kemungkinan akan sangat panjaaaanngg.. Siapkan bantal jika kalian tiba-tiba bosan dan ngantuk baca part ini ^^

.

.

.

Okelah... Selamat membaca \(*o*)/

.

.

.

.

.

.

PART 4

.

.

.

.

.

.

SEHUN POV

"Okay class, see you next week." Seru Mr. James, Profesor yang mengajar di kelasku hari ini.

Huuuffftthh...

Tak terasa sudah dua minggu aku berkuliah disini. Berarti total sudah satu bulan aku tinggal di New York.

Waktu benar-benar terasa begitu cepat.

'Drrtt'

From : Kris Wu

Message:

Aku tunggu di 'Central Park' jam 5 sore ya Hun ^^

Oh! Ternyata Kris yang mengirim pesan.

To : Kris Wu

Message:

Jangan lupa! Bawakan aku 'bubble tea' coklat yang kau janjikan itu yaa! Wkkkk~ .

Aku mengembangkan senyumku saat membalas pesannya.

Aku sungguh tak menyangka, bisa mengenal dan dekat dengan seorang Kris.

Ya, sejak acara jalan-jalan bersama di pulau Liberty itu. Aku menjadi semakin dekat padanya.

Tidak! Tidak! Kami tak pacaran.

Aku bahkan belum menjawab pernyataannya saat itu.

Aku bukan bermaksud 'menggantung suatu hubungan'. Hanya saja, aku masih belum siap. Atau lebih tepatnya, aku masih menunggu.

Haaaahhh... Menunggu? Menunggu sesuatu yang tak pasti.

Sehun, Sehun...

Ah! Lebih baik aku ke perpustakaan kota sekarang. Masih ada waktu satu setengah jam sebelum mata kuliah berikutnya di mulai.

Aku bosan kalau harus mengerjakan di perpustakaan Universitas.

Aku melangkahkan kakiku menuju perpustakaan yang letaknya tak jauh dari gedung kampus ini.

"OH SE HUN." Baru saja aku keluar, ada suara yang berteriak memanggilku.

Aku menoleh kebelakang. Mencari sumber suara yang tadi memanggil namaku.

Kulihat seseorang berlari ke arahku. Sepertinya, aku mengenalnya. Tapi aku lupa.

"Ternyata benar ini kau. Kau masih mengenalku kan?" Aku menatapnya bingung, sungguh sepertinya aku pernah bertemu dengannya. Tapi aku lupa kapan.

Aku menggaruk kepalaku, berusaha mengingat sosok di hadapanku ini.

.

.

Flashback

AUTHOR POV

Kris menghentikan langkahnya, membuat Sehun yang digandengnya ikut berhenti, saat melihat sosok orang yang di kenalnya juga hendak makan di kedai yang baru mereka singgahi.

"KIBUM HYUNG! DONGHAE HYUNG!"

Kris menarik tangan Sehun mendekati Kibum dan Donghae yang barus saja turun dari mobil.

"Hey Kris!" Sapa Kibum.

Kibum tahu. Sangat tahu, mengapa Donghae tiba-tiba saja diam. Ia meraih tangan Donghae, menatapnya, seolah berkata, 'Kau bisa Hae'.

Mereka mulai berjalan mendekati Kris yang masih setia menggandeng tangan Sehun.

"Apa kabarmu? Lama tak bertemu denganmu Kris."

"Aku baik Kibum Hyung. Donghae Hyung! kenapa kau diam saja?"

Donghae tersentak. Membuat Kris bingung dengan sifat pemuda yang telah dianggap kakaknya ini.

"Aaaah?! Aku baik-baik saja. Hey, siapa dia? Apa dia yang membuatmu mendadak gila saat itu?" Donghae berusaha bersikap biasa. Seolah tak ada apa-apa.

Kris melepaskan genggaman tangannya dan beralih memeluk pundak Sehun, "Ia Oh Se Hun, Hyung. Yang aku ceritakan tempo hari."

"Oh! Jadi ini pemuda yang membuatmu kehilangan kewarasanmu saat itu. Hai Sehun, aku Donghae. Lee Dong Hae." Donghae mengulurkan tangannya.

"Senang berkenalan denganmu Donghae Hyung. Aku Sehun." Sehun menjabat tangan Donghae dan tersenyum manis.

"Aku Kibum, tunangan Donghae. Wah, pantas saja Donghae saat itu cerita kalau kau hampir kehilangan kewarasanmu Kris. Sehun benar-benar menggemaskan." Seru Kibum, membuat wajah Kris memerah layaknya kolor superman itu.

"Berhenti mengejekku Hyungdeul!" Kris menggaruk tengkuknya, gugup. Sedangkan Sehun, ia hanya tersenyum kikuk.

Donghae tersenyum geli melihat tingkah Kris yang malu-malu naga seperti saat ini, "Hahaha... Tak usah malu begitu Kris!".

"Yayayaya. Kalau tahu kalian akan mengejekku, seharusnya tadi aku tak menghampiri kalian."

"Hahaha. Sudah sudah. Kalian sudah makan belum?" Kibum menengahi.

"Kami baru saja selesai makan Hyung." Jawab Sehun.

Tangan Kris kembali menggenggam tangan Sehun lembut. "Dan kami mau jalan-jalan sekarang Hyung." Sambung Kris.

"Baiklah. Lain kali, bisakah kita mengobrol lagi Hun?" Donghae menatap Sehun penuh harap. Membuat Sehun dan Kris bingung, ada apa sebenarnya.

"Tentu Hyung!"

"Baiklah, sampai jumpa!"

AUTHOR POV end

FLASHBACK END

.

.

Back to SEHUN POV

"Ah?! DONGHAE HYUNG?"

Aku mengingatnya!

Astaga. Baru dua minggu, bagaimana bisa aku melupakan teman Kris yang dulu sempat berkenalan denganku saat itu.

Sepertinya penyakit pikunku bertambah parah.

"Ya. Syukurlah kau mengingatku Sehun."

Aku menggaruk kepalaku. Sungguh aku merasa tak enak dengannya. Dia mengingatku, tapi bagaimana bisa aku melupakannya?

"Maafkan aku Hyung. Aku sempat tak ingat. Hehehe." Cengiran lebar ku keluarkan, menutupi rasa bersalah dan juga rasa maluku padanya.

Dia tersenyum padaku, "Tak apa Hun. Lagipula, maklum jika kau tak mengenaliku. Kita kan baru bertemu sekali. Hehehe." Dia tersenyum maklum padaku.

"Ngomong-ngomong, Hyung sedang apa disini? Kibum Hyung mana?"

"Aku sendirian Hun. Ehm?! Hun, bisa kita berbicara sebentar?" Aku memandangnya bingung.

Ada apa sebenarnya?

Entah sejak pertemuanku yang pertama kali dengannya, dia selalu memandangku sendu. Seolah ada sesuatu hal yang menyangkut soal diriku.

Aku menganggukkan kepalaku, meski aku masih bingung. Dan Donghae Hyung tersenyum, membuatku semakin bingung.

"Emmm, tapi, waktuku hanya satu jam setengah saja Hyung. Tak apa kan?" Pintaku. Karna memang aku masih ada mata kuliah satu jam setengah lagi.

Ia mengangguk, "Tak lama kok Hun. Aku janji. Ayo!"

Dan aku mengikutinya, masuk ke mobilnya.

.

.

.

3 YEARS AGO

Aku terbangun dari tidurku, saat kurasakan bias cahaya matahari masuk melalui sela-sela tirai jendela kamarku.

"Eeeuuunnggghhhh..." Kuregangkan badanku yang terasa kaku. "Arrrrssshhh..." Kenapa badanku terasa sakit?

Ah?!

Wajahku memanas saat mengingat kejadian semalam. Sungguh, pengalaman pertama yang mampu membuatku mimpi sangat indah semalam.

Aku menolehkan kepalaku, kesamping. "Kemana dia?" Gumamku seorang diri.

Sedikit heran saat aku tak menemukannya di sampingku. Tak biasanya ia bisa bangun lebih pagi dariku.

Ah?! Mungkin ia di kamar mandi atau ruang makan mungkin. Lebih baik aku menyusulnya.

Aku memungut bajuku yang berserakan di lantai dan memakainya kembali.

Kulangkahkan kakiku ke dapur. Mengambil segelah air mineral dingin untuk membasahi tenggorokanku. Ku lihat di meja makan sudah tersedia berbagai makanan juga segelas susu, yang aku pasti tahu benar susu itu untukku.

Apa ia yang menyiapkan ini semua?

Aku mengembangkan senyumku, kala melihat berbagai masakan yang nampaknya enak ini tersaji di meja makan. Hahaha, jarang-jarang ia mau menyiapkan makanan sebanyak ini sendirian.

Tapi dimana dia? Apa ia masih mandi? Tapi mengapa aku tak mendengar ada suara gemercik air dari kamar mandi?

Aku melangkahkan kakiku ke kamar mandi. Memastikan, apa ia ada di dalam.

Saat kubuka pintunya, kosong?

"Hyung, kau dimana?"

Tak ada jawaban.

Apa ia sedang keluar sebentar?

Tapi kemana pagi-pagi begini? Bahkan kurasa pertokoan pun belum buka jam 6 pagi begini.

Lari pagi? Ah?! Mungkin ia sedang lari pagi.

Sebaiknya aku tunggu saja. Karna, sepertinya aku masih tak kuat jika harus berjalan.

Aku mengambil segelas susu yang ia siapkan untukku dan sedikit mencicipi masakan yang dibuatnya.

"Hm, enak."

Rasanya benar-benar enak. Aku bahkan tak bisa masak makanan seenak ini. Dan akan terasa lebih enak jika aku memakannya berdua dengannya nanti. Hehehe.

Kuambil gelas Susu itu, membawanya ke ruang tivi.

"AH?! SUDAH MULAI!" Pekikku saat melihat sponge kuning bermain gelembung bersama temannya si bintang laut gendut berwarna pink di layar televisi.

Aku terus menikmati acara televisi yang sedang tayang hari ini. Hingga, tak sadar hari sudah jam 10. Sudah menjelang siang.

Tapi kemana dia? Apa lari pagi membutuhkan waktu selama empat jam lebih?

Atau ia teresat? Ah?! Tidak mungkin itu. Ia sudah bertahun-tahun tinggal disini. Mana mungkin ia tersesat.

Lebih baik aku menelfonnya saja.

Aku bergegas mencari ponselku yang tergeletak di atas meja nakas itu dan mencoba menghubunginya.

"Maaf, nomor yang anda tuju sedang berada di luar jangkauan. Silahkan hubungi, beberapa saat lagi."

Tidak aktif? Tumben sekali?

Aku mencoba menghubunginya lagi.

"Maaf, nomor yang-"

Tidak aktif. Kemana ia sebenarnya?

Aku menunggunya. Siapa tahu ia sedang ada urusan penting dan tak sempat menghubungiku.

Sambil menunggunya, tanganku terus bergerak memainkan ponselku. Berusaha menghubunginya. Sesekali, mengirim pesan padanya.

Tapi, NIHIL!

Tak ada satupun pesanku yang terkirim. Ponselnya pun masih tidak aktif.

Aku tak sabar lagi!

Segera kusambar jaketku. Memakainya asal dan bergegas mencarinya.

Mulai dari taman dekat apartmentnya, supermarket tempat kami berbelanja, kedai favoritnya, hingga tempat-tempat lain aku singgahi. Namun, sehelai rambutnya pun tak terlihat.

"Hyung, dimana kau sebenarnya?" Aku terduduk lemas di sebuah halte. Seharian aku mencarinya, namun tak menemukannya. Sungguh membuatku sangat khawatir.

Sekelebat bayangan-bayangan buruk melintas di pikiranku. Tidak! Itu tidak mungkin terjadi. Tidak mungkin!

Jam di tanganku sudah menunjukkan pukul 8 malam. Apa mungkin ia sudah pulang? Apa mungkin ia hanya mengerjaiku saja?

Ah?! Sepertinya iya. Sepertinya ia hanya mengerjaiku.

Kuputuskan untuk pulang, kembali ke apartmentnya. Apartment yang kami tinggali bersama.

Gelap. Kosong.

Itulah yang aku tangkap setibanya aku di apartment ini.

Keadaan masih sama. Persis seperti saat aku tinggalkan tadi.

Gelas kosong yang masih tergeletak manis di meja tamu. Kamar tidur yang masih berantakan. Dan makanan yang masih rapi di atas meja. Benar-benar tak tersentuh sama sekali.

Aku duduk, memandangi makanan yang ia siapkan untukku.

"Apa maksud ini semua Hyung?"

.

.

.

"Dan ternyata, semua perbuatannya saat itu adalah tanda perpisahannya untukku."

Sakit! Hatiku sangat sakit saat mengingatnya. Bahkan, menceritakan semua masa laluku.

"Aku berusaha mencarinya. Setiap sudut kota Seoul sudah ku jelajahi demi mencarinya."

"Berhari-hari pula aku menantinya di apartment yang ia bilang sebagai 'rumah kita'. Tapi? Ia tak pernah datang Hyung. Ia benar-benar menghilang."

"Aku lelah. Hampir setahun aku menantinya. Tapi semua sia-sia. Hingga kuputuskan untuk kembali ke rumah orang tuaku. Membuang semua kenangan yang pernah aku lalui bersamanya."

"Satu tahun lebih, hubungan yang kami bina. Semua berakhir sia-sia. Dan tanpa kejelasan."

Kurasakan tangan Donghae Hyung bergerak mengusap punggungku saat air mataku tak juga berhenti mengalir.

Tidak! Aku tak cengeng. Hanya, bisakah kau bayangkan kau ditinggalkan oleh sosok yang saat itu benar-benar kau cintai? Rasanya sakit bukan? Sesak bukan?

Aku mengusap air mataku cepat. Mengembalikan wajahku seperti semula. Tersenyum pada Donghae Hyung, "Aku tak apa Hyung. Jika ia bertanya padamu, bagaimana keadaanku, katakan padanya bahwa aku baik-baik saja. Terserah dia mau melakukan apa Hyung. Aku sudah tak peduli." Ucapku padanya.

"Yang dia butuhkan hanya maaf darimu Hun. Tak bisakah kau memaafkannya?"

Aku tertawa, "Haha, memaafkan kau bilang Hyung? Setelah apa yang dia perbuat padaku? Setelah ia mengambil semua dari diriku, kemudian meninggalkanku? Maaf Hyung, aku tak bisa." Aku beranjak. Lebih baik aku pergi dan mengakhiri pembicaraan ini.

Tangan Donghae Hyung mencekalku, "Dengarkan dulu Sehun. Kumohon."

"Ia juga punya alasan, mengapa ia meninggalkanmu tanpa sebab saat itu." Aku duduk kembali. Karna, memang aku ingin tahu apa alasan sebenarnya ia tiba-tiba menghilang.

"Sebenarnya-"

SEHUN POV end

.

.

.

AUTHOR POV

Tangan lemah itu sekuat tenaga menggerakkan pulpen, menulis kata demi kata pada secarik kertas. Tinta merah dari pulpen itu terus menghiasi kertas putih.

Sementara tangan kanan pemuda itu menulis, tangan kiri pemuda itu berusaha menutupi hidungnya yang terus mengeluarkan cairan berwarna merah. Sia-sia. Karna, cairan itu terus merembes melalui sela-sela jarinya, dan menetes, mengotori kertas itu.

'Tok Tok'

"Boleh Hyung masuk?" Suara pemuda di balik pintu itu membuyarkan konsentrasi pemuda yang sedang menulis itu.

Tubuh lemahnya menegak pelahan. Secepat kilat ia membersihkan darah yang keluar dari hidungnya kemudian menolehkan kepalanya dan memandang pemilik suara itu, "Hyung?! Masuklah." Suara lemah diiringi senyuman tipis nan menawan ia suguhkan pada pemuda yang dipanggilnya 'Hyung' itu. Membuat siapapun yang melihatnya akan tersenyum pedih.

Pemuda yang lebih tua itu melangkahkan kakinya, mendekati adik lelakinya yang sedang menulis di meja, yang ada di kamar itu.

"Jonghyun, kau sedang apa? Lho?! Kenapa kau menulis menggunakan tinta merah?"Heran pemuda ini saat melihat adiknya menulis menggunakan pulpen dengan tinta berwarna merah.

Jonghyun menatap kakaknya sambil tetap tersenyum. Senyum yang sejujurnya, sangat tak disukai oleh kakaknya.

"Supaya saat ia membaca surat ini, ia tak bisa membedakan mana tinta yang asli dan mana yang palsu. Hehehe. Kau tahukan Hyung, darah keparat ini sewaktu-waktu bisa keluar dari hidungku."Cengir pemuda bernama Jonghyun ini pada kakaknya.

Sang kakak terdiam. Tangannya tergerak mengusap kepala adiknya yang tak memiliki rambut itu, "Kau benar-benar tak ingin membuatnya khawatir ya?" Tanyanya.

Jonghyun tersenyum perih. Air mata mulai menggenang di pelupuk matanya, "Dengan aku menghilang tiba-tiba saja, mungkin sudah membuatnya khawatir Hyung."

"Kalau kau tak ingin membuatnya khawatir, mengapa kau meninggalkannya tiba-tiba, Hm?"

Air mata Jonghyun menetes, membasahi pipi tirus itu, "Jika aku masih bersamanya, aku tak hanya membuatnya khawatir Hyung, tapi juga akan membuatnya sedih serta, aku akan merepotkannya." Matanya menerawang jauh. Mengingat memori indah bersama orang terkasihnya.

"Tapi dengan kau tiba-tiba menghilang, ia bisa salah paham terhadapmu." Donghae, sang kakak menghapus air mata yang mengalir mengotori wajah pucat adiknya itu.

Lagi-lagi, Jonghyun tersenyum, "Lebih baik ia salah paham, kemudian ia membenciku Hyung."

"Kenapa seperti itu?" Heran Donghae.

"Terkadang, saat kita benar-benar mencintai seseorang, kita akan membiarkan kesalah pahaman itu terjadi." Donghae memeluk Jonghyun erat, setelah mendengar alasannya.

"Kenapa harus kau Jonghyun? Kenapa bukan aku?" Sungguh, hati Donghae benar-benar miris melihat kondisi adiknya saat ini. Ingin rasanya ia menggantikan posisi adiknya. Tapi takdir tetaplah takdir.

Jonghyun tertawa kecil sembari mengusap punggung kakaknya, "Kalau Hyung yang menderita penyakit ini, bagaimana dengan Kibum Hyung, Hm? Hyung tega meninggalkannya? Lagipula, Kanker otak itu sangat menyakitkan Hyung. Hyung tak mungkin kuat menghadapinya. Hehehe." Jonghyun bermaksud menghibur. Namun, malah membuat Donghae semakin sedih.

Jonghyun menghentikan kekehannya. Ia melepaskan pelukannya, menatap mata kakaknya dalam, "Hyung, berjanjilah kau selalu bahagia dengan ataupun tanpaku. Aku yakin Kim Ki Bum bisa menjaga Lee Dong Hae dengan baik."

"Aku juga, titip surat ini untuknya ya Hyung. Jika kau ke Korea atau kau bertemu dengannya disini, berikan surat ini padanya." Jonghyun menyerahkan secarik kertas yang baru selesai ia tulis tadi pada Donghae.

"Sampaikan padanya juga, aku benar-benar mencintainya dan aku minta maaf karna telah meninggalkannya tanpa alasan." Donghae menerima surat itu dan mengangguk. Membuat Jonghyun tersenyum lega.

"Sudah Hyung, aku lelah. Aku ingin tidur. Kau tidurlah, jangan kelelahan. Ingat! Jaga kesehatanmu Hyung." Nasehat Jonghyun pada kakaknya.

Mereka terkekeh, "Harusnya Hyung yang mengatakan itu. Yasudah! Tidurlah, dan bangunlah esok pagi. Mengerti!"

"Jika Tuhan mengijinkan Hyung. Hehehe. Jaljayo Donghae Hyung."

"Jaljayo Lee Jong Hyun."

.

.

.

Sehun memandang sendu kamar itu.

Di setiap sudut kamarnya terpasang foto dirinya dengan berbagai ekspresi. Sedangkan di atas meja, terdapat berbagai bingkai foto dirinya bersama Lee Jong Hyun. Pemuda yang meninggalkannya tanpa alasan.

Pemuda yang sangat ia cintai namun, juga sempat sangat dibencinya.

Tangannya mengambil satu bingkai foto. Ia ingat foto itu. Foto yang mereka ambil saat merayakan hari jadi mereka yang ke 6 bulan.

Tak ada isakan yang terdengar saat Sehun memandang foto itu. Hanya, air mata itu tak hentinya menetes membasahi pipi putih Sehun.

"Sejujurnya, aku sudah memintanya untuk segera ikut denganku ke New York. Namun, ia beralasan, ada seseorang yang tak bisa ia tinggalkan. Seseorang yang benar-benar menjadi nyawa untuknya. Dan orang itu adalah, Kau. Oh Se Hun."

"Bahkan disaat kemotherapy pun, ia tetap membawa fotomu. Ia bilang, 'aku bertahan hidup, aku ingin sembuh hanya untuknya' untuk seorang Sehun." Penjelasan Donghae membuat tubuh Sehun semakin lemas. Dadanya pun semakin sesak. Ia terduduk di atas ranjang yang biasa ditiduri oleh Jonghyun.

Cukup! Sehun tak mau mendengarnya lagi. Sehun menutup kedua telinganya rapat-rapat.

Sungguh, menyakitkan bahwa ternyata, orang yang ia kira telah melupakannya, orang yang ia anggap sebagai pemuda brengsek, ternyata sedang berjuang melawan penyakitnya. Dan orang itu sama sekali tak pernah melupakan dirinya.

Sehun terisak kali ini. Sungguh, ini benar-benar diluar dugaannya.

Selama ini Jonghyun menyembunyikan penyakitnya. Menahan sakitnya seorang diri, tak pernah sekalipun mengeluh pada Sehun. Itu semua dilakukannya agar Sehun tak merasa khawatir padanya.

Sungguh Sehun merasa, dirinyalah yang brengsek saat ini.

"Seminggu setelah ia menitipkan surat ini padaku, Ia drop. Dan tepat enam bulan yang lalu, Ia benar-benar pergi untuk selamanya." Donghae memberikan surat yang ditulis oleh adiknya itu pada Sehun.

Sehun menerima surat itu dengan tangan gemetar. Ia memandang amplop bergambar Sponge Bob itu dengan tatapan perih.

Lihat?! Menjelang ajalnya pun, Jonghyun masih mengingat tokoh kartun yang disukai oleh Sehun.

"Menjelang ajalnya, ia mengatakan padaku-"

.

.

.

"Hyung, berjanjilah. Jika kau bertemu dengan Sehun, katakan padanya. Maaf aku tak bisa bertahan lebih lama lagi. Maaf aku tak sempat meminta maaf padanya. Maaf aku tak sempat berpamitan padanya. Maaf karna aku berani hadir dalam hidupnya. Dan maaf karna aku telah berani mencintainya."

"Aku berjanji Jonghyun. Hyung berjanji." Donghae menggenggam erat tangan Jonghyun.

"Aku lelah, bolehkah aku tidur sekarang?" Pinta Jonghyun lemah.

"Tidurlah. Tidurlah adikku sayang." Dan kalimat terakhir dari Donghae itu, mengantarkan Jonghyun pada tidur abadinya.

.

.

.

"KENAPA TAK KAU KATAKAN PADAKU HYUNG? KENAPA?" Sehun memekik, frustasi. Ia memeluk surat dan bingkai foto yang sedari tadi berada di tangannya.

Ia menangis, mengerang, menjambaki rambutnya. Entahlah, apapun ia lakukan untuk meluapkan kesedihannya.

Donghae yang melihatnya, tak tega. Ia membawa Sehun ke dalam pelukannya.

"Kenapa ia menyembunyikan penyakitnya dariku Hyung?"

Sehun menangis. Menumpahkan semua kesedihan dan kepedihan yang dipendamnya selama bertahun-tahun. Membuat baju yang dikenakan Donghae, basah terkena air matanya.

"Aku juga mencintaimu. Aku mencintaimu Lee Jong Hyun. Maafkan aku..."

-...-...-...-...-...-...-...-...-...-...-...-...-...-...-...-

Kris menunggu dengan gelisah. Berkali-kali ia mencoba menghubungi Sehun, namun sama sekali tak diangkatnya.

"Kemana anak itu? Ini bahkan sudah hampir jam tujuh malam." Kris berjalan mondar-mandir seperti orang tua yang kehilangan anaknya.

Berkali-kali ia melihat jam di tangannya. Tangannya pun juga terus sibuk mengirim pesan pada Sehun.

"Apa ia sudah pulang? Tapi ia sudah berjanji padaku untuk bertemu disini kan?" Ia mengacak rambutnya frustasi.

"Sebaiknya, aku ke apartment Stella saja. Siapa tahu, ia sudah ada disana." Kris langsung melesat menuju apartment keluarga Kim, tempat Sehun tinggal.

.

.

.

Sesampainya di gedung apartment Stella, ia langsung berlari terburu-buru menuju tempat tinggal keluarga Kim.

'Ting Tong'

"YAAA SEBENTAR..." Teriak seseorang dari dalam apartment itu.

'Cklek'

"Lho?! Kris?"

"Hey Baek! Ehm, apa Sehun di dalam?" Kris bertanya pada Baekhyun, kekasih Suho yang kebetulan menginap disitu.

"Lho, bukannya kata Stella Noona, sepulang kuliah ia bertemu denganmu di Central Park? Kenapa sekarang kau malah kemari?"

"Siapa yang datang Baek? Oh?! Kau Kris. Mana Sehun?" Tanya Suho saat melihat Kris datang tak bersama Sehun.

"Dia tak datang Ho, Baek. Aku menunggunya selama dua jam. Aku menelponnya dan mengiriminya pesan. Tapi tak ada satupun yang dibalas ataupun diangkatnya."

"HAAAH?!" Kaget Suho dan Baekhyun bersamaan.

"Kalau begitu masuklah dulu Kris. Jelaskan di dalam saja." Suho mempersilahkan Kris masuk kedalam.

Kris masuk, dan langsung meuju ke ruang tamu apartment itu. Kim Hyung Joon, ayah Suho dan Stella sedang berada di luar negri saat ini. Dan hal itu sangat disyukuri oleh kedua anaknya dan Baekhyun, calon menantunya. Karna bisa dipastikan, jika Hyung Joon tahu keponakannya menghilang, ia akan panik setengah mati.

"Lebih baik kita tunggu saja dia malam ini. Aku yakin Sehun tak akan pergi jauh. Ia kan masih belum mengenal seluk beluk kota ini." Ujar Stella menenangkan ketiganya.

"Ya justru karna ia tak tahu seluk beluk kota ini Stell, aku takut ia tersesat..." Kris berujar dengan nada berlebihan.

"Percayalah Kris. Aku sudah berteman dengannya selama empat tahun lebih, sejak kami kuliah. Ia bukan tipe orang yang suka menjelajah tempat-tempat asing yang bisa membuatnya tersesat."

"Baekhyun benar. Saat jurusan kami mengadakan acara Study Tour pun. Setelah acara, Sehun malah memilih berada di kamarnya. Tak seperti anak lainnya yang akan subuk berkeliling dan belanja. Mungkin ia sedang berada di perpustakaan, mengumpulkan bahan untuk tugas kuliahnya." Suho membenarkan ucapan Baekhyun.

Stella menepuk pundak Kris, "Aku tahu kau menyukainya dan kau khawatir padanya. Tapi percayalah, dia akan baik-baik saja." Kris tersenyum, mengangguki ucapan kekasih kawannya ini.

'Ting Tong'

Suara bel itu membuat Kris terperanjat. Ia tuba-tiba berdiri, membuat Stella yang ada di belakangnya hampir jatuh terjungkal.

"Biar aku bukakan Noona." Suho berdiri. Kris mengikuti di belakangnya. 'Siapa tahu yang datang Sehun' Pikirnya.

'Cklek'

"SEHUN?" Kaget Suho yang melihat Sehun pulang dalam keadaan kacau.

Matanya sembab, hidungnya merah, wajah pucat. Sungguh, tak nampak seperti Sehun yang biasanya.

"Aku pulang..." Ujar Sehun lemas. Ia langsung masuk ke dalam tanpa menghiraukan Kris yang terus menatapnya khawatir.

"SEHUN?"

"Kau kenapa?" Tak beda jauh dengan Suho dan Kris. Stella dan Baekhyun juga kaget melihat wajah Sehun yang mendung.

Dan lagi-lagi Sehun mengacuhkan mereka. Ia langsung masuk ke kamarnya dan mengunci diri di dalam kamarnya.

"Maaf, anda siapa?" Tanya Suho pada seseorang yang ia yakini, orang yang mengantar Sehun pulang.

"Ah?! Aku- KRIS?"

"Donghae Hyung?!" Kris dan Donghae sama-sama terkaget.

"Bagaimana bisa kau bersamanya? Dan, apa yang kau lakukan padanya?" Selidik Kris.

"Ceritanya panjang Kris. Ini menyangkut, seseorang di masa lalunya."

"Tunggu-tunggu! Kau bilang, masa lalunya? Lee Jong Hyun?" Potong Suho saat Kris ingin bertanya pada Donghae.

Donghae mengangguk, "Iya. Lee Jong Hyun. Kau mengenalnya juga?" Tanya Donghae heran.

"Tentu. Dia satu angkatan denganku saat di Seoul National University dulu. Dan, siapa yang tak mengenan Jonghyun. Pemuda tampan yang berhasil mencuri hati seorang Oh Se Hun." Cerita Suho.

"Jadi? Sehun bertemu dengan cinta lamanya?" Terlihat jelas kekecewaan dari nada bicara Kris.

Tak dapat ia pungkiri, Ia benar-benar merasa kecewa dan patah hati saat mengetahui pemuda bernama Lee Jong Hyun adalah kekasih Sehun.

"Apa kau tak keberatan jika kau bercerita pada kami di dalam?" Suho benar-benar penasaran, hingga meminta Donghae menjelaskan semuanya.

Donghae mengangguk. Ia kemudian mengikuti Suho dan Kris, memasuki apartment keluarga Kim.

Donghae mulai bercerita setelah Stella meletakkan minuman untuknya di atas meja.

Donghae menceritakan semuanya. Mulai dari, apa hubungan dia dengan Jonghyun hingga detik Jonghyun pergi meinggalkan dunia ini.

Lee Dong Hae adalah kakak kandung dari Lee Jong Hyun, kekasih Sehun. Jonghyun sudah lama mengidap kanker otak, sejak ia masih menjadi pelajar sekolah menengah atas. Jonghyun yang terkesan pasrah dan cuek dengan penyakitnya, mendadak mempunyai semangat hidup kembali sejak bertemu dengan Sehun. Ia mulai rajin meminum obatnya, rajin check up, hanya karna seorang Sehun.

Saat Donghae hendak hijrah ke New York, atas permintaan Kris saat itu, ia memaksa adiknya itu untuk ikut bersamanya dan menjalani pengobatan di New York. Tapi adiknya tak mau meninggalkan Sehun. Ia ingin terus bersama Sehun.

Hingga saat itu tiba. Dimana penyakitnya sudah bertambah parah dan dokter memvonis hidupnya sudah tak lama lagi. Dengan berat hati, Jonghyun memutuskan untuk meninggalkan Sehun. Meninggalkan Korea.

Dalam masa pengobatannya di New York, ia berharap ada keajaiban dalam hidupnya. Ia ingin sembuh dan ingin kembali melihat Sehun. Ingin kembali memeluk Sehun. Tapi, Tuhan tak mengijinkannya.

Tuhan menyayanginya dan ia pun pergi menghadap Tuhan enam bulan yang lalu.

"Jadi, pemakaman adikmu yang aku datangi itu, dia adalah kekasih Sehun?" Donghae menganggukki ucapan Kris.

Kris ingat betul, enam bulan yang lalu ia menghadiri upacara pemakaman adik Donghae, yang kata Donghae datang dari Korea untuk menjalani pengobatan disini. Dan ia benar-benar tak menyangka kalau pemuda itu adalah kekasih Sehun.

"Astaga... Aku tak menyangka, ternyata Jonghyun Hyung menderita penyakit separah itu." Baekhyun tak kalah kaget mendengar kisah tentang salah satu seniornya yang juga kekasih sahabatnya itu.

"Kris!" Donghae memanggil Kris. Ia menatap mata Kris, "Aku tahu kau begitu menyukai, ah?! Atau mencintai Sehun lebih tepatnya." Kris masih diam, menunggu Donghae melanjutkan ucapannya.

"Jonghyun pernah mengatakan padaku, kalau ia sangat mencintai Sehun dan ingin melihat Sehun-nya selalu ceria, tersenyum, dan bahagia. Jadi-"

"Kumohon, bahagiakan Sehun. Jaga Sehun. Aku yakin, orang yang tepat untuk menggantikan adikku di sisi Sehun adalah kau, Wu Yi Fan. Cintai dia dengan setulus hatimu." Stella dan Suho tak kuasa untuk menahan air matanya saat mendengar ucapan Donghae. Baekhyun yang duduk di sebelah Suho, hanya mampu diam dan memeluk Suho, menenangkannya.

Begitupun Kris. Ia merasakan hatinya ikut tersayat saat mendengar cerita Donghae mengenai Sehun dan Jonghyun.

Kris terdiam dan menatap Donghae, "Aku berjanji Hyung. Demi Sehun dan demi Jonghyun. Aku akan menjaga Sehun." Donghae tersenyum lega, seolah mengatakan terima kasih pada Kris.

"Aku yakin, adikku bahagia mendengarnya Kris. Aku yakin itu."

.

.

.

Sementara Kris, Stella, Suho, dan Baekhyun mendengarkan cerita Donghae.

Sehun terduduk sambil memeluk lutut di kasurnya. Ia menyandarkan tubuhnya pada bed stand dibelakangnya.

Air matanya masih saja tak berhenti mengalir. Di otaknya masih terbayang cerita Donghae, bagaimana Jonghyun berusaha melawan penyakitnya. Bagaimana Jonghyun menahan rasa sakit yang diterimanya akibat kanker otak yang di deritanya.

"Mengapa tak pernah kau katakan padaku Hyung. Kenapa?" Gumamnya seorang diri.

Diotaknya kini, terputar kembali memori indah yang pernah ia lalui bersama Jonghyun. Bagaimana bahagianya mereka menghabiskan waktu bersama, seolah tak ada lagi hari esok jika mereka sedang bersama.

Sehun mengambil tas yang ia letakkan di sampingnya. Ia mengambil amplop bergambar Sponge Bob itu dari dalam tasnya.

Ia pandangi sejenak surat itu sebelum ia membuka amplopnya.

Ia menutup mulutnya saat melihat kondisi kertas itu. Banyak bercak merah yang ia yakini adalah darah Jonghyun.

'Separah inikah penyakitmu Hyung? Kenapa kau tak pernah memberitahuku?'

Ia mulai membuka surat itu dan mulai membacanya,

DOOORRR...

HEY OH SE HUN... HEHEHEHE

Kau masih ingat aku kan?

Tapi kalau kau sudah melupakanku, aku tak masalah. Menurutku, itu lebih baik. Kkk~

Bagaimana kabarmu Sehun?

Aku harap kau selalu baik-baik saja.

Sehun, jika kau bertanya siapa yang memberikan surat ini padamu, dia adalah kakak yang pernah aku ceritakan padamu, Lee Dong Hae. Bagaimana? Tampan sepertiku bukan? Hehehe.

Dan jika kau bertanya, dimana aku saat kau membaca surat ini. Maka jawabannya adalah, aku sudah berada di alam yang berbeda denganmu.

Eiiittsss, jangan menangis! Aku tak suka melihatmu menangis. Kau tahu? Wajahmu tak lagi imut jika kau menangis. Wkkkk~

Sehun,

Kau tahu kan, aku begitu mencintaimu?

Sangat mencintaimu, hingga akhirnya aku malah menyakitimu.

Sehun,

Kau pasti marah padaku karna aku menghilang begitu saja.

Maafkan aku yang tak jujur padamu...

Aku hanya tak ingin kau tahu penyakitku. Aku tak ingin merepotkanmu dan tak ingin membuatmu khawatir.

Percayalah padaku Hun, aku benar-benar tak ingin meninggalkanmu.

Hanya, penyakit keparat ini yang memaksaku untuk meninggalkanmu.

Tuhan sudah menggariskan, kalau hidupku harus berakhir di usia yang mungkin bisa dibilang muda.

Sehun,

Maafkan aku yang tak bisa membahagiakanmu.

Maaf, aku tak bisa menepati janjiku untuk selalu bersamamu.

Maaf, aku sudah membuatmu khawatir.

Maaf, aku berani hadir dalam hidupmu kemudian pergi begitu saja dari hidupmu.

Maaf, karna aku berani mencintaimu.

Terima kasih, kau sudah hadir menemani hariku.

Terima kasih, kau selalu mewarnai hariku.

Terima kasih, kau selalu membuatku bahagia.

Terima kasih, kau selalu membuatku semangat dalam menjalani hariku.

Terima kasih, karna kau mencintaiku.

Hiduplah dengan baik Hun. Makanlah dengan teratur.

Lupakanlah aku. Jangan pernah kau membuang waktumu hanya untuk memikirkanku.

Berjanjilah padaku Hun, kau akan hidup berbahagia setelah ini.

Berjanjilah, kau akan selalu tersenyum dan selalu ceria Sehun.

Berjajilah kau akan menemukan sosok baik hati yang dapat menjaga dan mencintaimu dengan tulus.

Jika kau menepati janjimu, maka aku akan dapat menjalani kehidupanku di alam ini dengan tenang.

Percayalah padaku Oh Se Hun,

Aku selalu mencintaimu dan akan selalu menjagamu meski kita di alam yang berbeda.

Mau kuberitahu satu hal?

Nyatanya, Oh Se Hun adalah sosok malaikat bagi Lee Jong Hyun

Jaga dirimu baik-baik ya...

Jaga kesehatanmu...

Ku harap kita bisa bertemu lagi di kehidupan berikutnya

-Lee Jong Hyun-

"Jonghyun Hyung..." Sehun meremas surat itu

Sesak.

Sakit.

Itulah yang Sehun rasakan saat ini.

Tapi apa yang bisa Sehun lakukan? Tidak ada.

Takdir sudah menggariskan, ia harus berpisah dengan Jonghyun.

Tuhan sudah berkehendak, dan kita sebagai manusia tak bisa berbuat apa-apa.

Dan sekarang, Sehun hanya bisa mengenang dan mendoakan Jonghyun.

Sehun menghapus air matanya, 'Terima kasih kau telah mencintaiku sedalam itu. Ketahuilah Lee Jong Hyun, Aku juga mencintaimu. Aku berjanji, akan selalu bahagia. Tenanglah disana Hyung. Aku disini, akan baik-baik saja' Doa Sehun, sebelum ia memejamkan matanya dan tertidur.

Tanpa diketahui Sehun, ada sosok yang terus memperhatikannya sedari tadi. Sosok itu tersenyum lega sambil memandang Sehun, "Aku mencintaimu Oh Se Hun..." Dan sosok itu menghilang bagai angin setelah mengatakannya.

-...-...-...-...-...-...-...-...-...-...-...-...-...-...-...-

"Euuuuunngghhh..." Kris terbangun dari tidurnya.

"Sudah bangun Kris? Bagaimana tidurmu?" Suara Stellla menjadi suara pertama yang di dengarnya pagi ini.

"Oh?! Kau sudah bangun. Cukup nyenyak. Hanya, sofamu kurang besar dan kurang panjang Stel. Hehehe." Stella hampir saja melempar Kris dengan piring yang dipegangnya.

Kris memutuskan menginap di apartment keluarga Kim semalam. Ia terlalu khawatir dengan keadaan Sehun. Jadi ia memutuskan untuk tidak pulang dan meminta Devon untuk mengantarkan bajunya ke apartment ini. Lagipula, hari ini hari Sabtu. Jadi ia tak takut untuk terlambat kekantor, karna hari ini hari libur.

"Bukan sofanya yang pendek. Tapi badanmu yang terlalu panjang. Dasar naga kelebihan kalsium!" Stella berucap sebal sambil menata meja makannya.

Kris terkekeh melihat kawannya yang menggerutu, "Jangan begitu Nyonya Bostick. Kau nampak mengerikan jika sedang sebal. Nanti Devon akan meninggalkanmu jika wajahmu mengerikan seperti itu." Stella menulikan pendengarannya mendengar kicauan tetangga dari kekasihnya, yang menurutnya amat sangat menyebalkan ini.

"Pagi Noona! Pagi Kris!"

"Pagi. Tumben kau bangun duluan? Suho mana?" Heran Stella. Karna, tak biasanya Baekhyun bangun lebih pagi dibanding Suho.

Baekhyun mengambil segelas air dan meminumnya sedikit, "Ia masih tidur Noona. Semalaman ia tak bisa tidur." Jawabnya.

"Kau apakan Suho hingga ia belum bangun?" Tanya Kris dengan nada menggoda.

Baekhyun mendengus kesal, "Jangan berpikir macam-macam. Kemarin malam aku tak menyerang Suho sama sekali. Ia tak bisa tidur karna memikirkan-" Baekhyun menggantungkan kalimatnya. Ia melirik kamar yang berada di dekat ruang makan itu.

"Sehun?" Tanya Stella. Baekhyun mengangguk.

"Selain itu, Jonghyun juga merupakan kawan seangkatan Suho yang cukup dekat dengannya." Lanjut Baekhyun.

"Yaaaahh, semoga Jonghyun diterima di sisi Tuhan. Dan Sehun dapat kembali menjadi Sehun yang ceria." Kris dan Baekhyun hanya bisa mengamini doa Stella.

'Cklek'

Pintu kamar itu terbuka.

"Pagi Noona! Pagi Siluman bebek! Pagi KRIISS?" Semua mengeryitkan alis mereka bingung.

'Sehun benar baik-baik saja kan?' Seperti itulah yang ada dipikiran mereka.

Nada bicaranya terdengar ceria. Senyumnya pun juga terlihat sangat manis. Tak nampak seperti ada masalah.

Namun, mata memang tak bisa berbohong.

Kantung matanya menghitam. Matanya sembab dan juga, tatapan matanya seperti sedang menyembunyikan kesedihan yang mendalam.

"HEY?! Kenapa menatapku seperti itu? Eh, Baek! Mana Suho Hyung? Kau apakan dia sampai ia tak bisa bangun pagi?" Lagi-lagi, Sehun bertanya dengan nada ceria. Membuat mereka semakin bingung.

Hening. Tak ada yang menjawab.

Bukan karna tak mau menjawab. Hanya masih bingung saja.

"Aku disini." Suho memecah keheningan. Ia berjalan menuju meja makan dan mengambil duduk di sebelah Sehun.

Suho mengusap rambut Sehun, "Kenapa kau mencariku heh? Merindukan sepupumu yang tampan ini?" Gurau Suho percaya diri.

Ah?! Mereka mengerti sekarang.

Sehun tetaplah Sehun.

Seseorang yang tak ingin dikasihani.

Anak manja yang selalu pintar menyembunyikan masalahnya.

Pemuda yang selalu menghadapi masalahnya dengan senyuman.

Jadi, jelas saja Sehun berusaha agar ia nampak baik-baik saja saat ini.

Stella berjalan mendekati Sehun, kemudian memeluknya erat. Mengusap punggung Sehun.

"Kami disini untukmu sayang. Noona, Suho Hyung, Devon, Baekhyun, Kris, dan yang lainnya akan selalu ada untukmu." Sehun menghela nafas sejenak, kemudian membalas pelukan kakak sepupunya itu.

Tersenyum, dan ia berkata, "Aku tak apa. Ini semua takdir. Terima kasih karna kalian selalu ada untukku." Sehun melepaskan pelukannya dan memandang sepupunya itu dengan senyum terbaik yang dimilikinya.

"Kenapa hanya Stella? Aku tak kau peluk Hun?" Kris berujar dengan nada manja. Membuat Baekhyun tersedak minumannya sendiri.

"HUAHAHAHA, SILUMAN DRAGON ANGRY BIRD INI MENCOBA BERSIKAP MANJA?! HUAHAHAHA." Teriakan heboh Baekhyun membuat semua terbahak.

Kris yang awalnya marah dengan ejekan Baekhyun, malah tersenyum saat melihat Sehun tertawa lepas.

'Apapun akan aku lakukan untukmu Hun. Apapun.' Batin Kris sambil terus memandangi Sehun.

'PLETAK'

Jitakan dari Stella membuat fantasi-fantasi romantis yang ada dibayangan Kris redup seketika.

Kris mengusap kepalanya, "Kenapa kau menjitakku?" Sebal Kris.

"Jangan pandangi sepupuku dengan pandangan mesummu!" Ucap Stella ala ibu-ibu galak. Membuat Sehun terkikik dengan wajah yang sedikit memerah.

"Dasar galak!" Cibir Kris.

"Kris! Nanti temani aku jalan-jalan ke Central Park yaa? Sekalian kita ke Central Zoo juga. Kau tak keberatan kan?" Sehun bertanya dengan senyum manisnya. Membuat Kris melayang melihatnya.

"TENTU! Lagipula, ini sebagai ganti karna kita tak jadi jalan-jalan kemarin Hun."

"Yayaya... Lanjutkan sarapan kalian. Devon sebentar lagi datang membawa pakaianmu Kris. Dan setelah itu kalian berdua bisa berjalan-jalan." Ujar Stella malas sambil menggigit rotinya.

"Tapi ingat! Jangan kau apa-apakan sepupuku Kris. Atau kau akan kupajang di atas menara Liberty, sebagai pengganti obor patung itu!" Kali ini Suho memperingatkan Kris sambil mengacungkan garpunya. Seolah Kris adalah daging naga yang siap ditusuk.

Kris menggenggam tangan Sehun, "Tenang! Aku pasti akan menjaganya." Mereka saling menatap dan tersenyum manis sebelum melanjutkan sarapan mereka kembali.

-...-...-...-...-...-...-...-...-...-...-...-...-...-...-...-

"Huahahahaha, Kris! Lihatlah! Yang sedang telentang itu. Dia persis sepertimu kan? Jangan-jangan dia kembaranmu? Huahahahaha..."

"Itu monyet Sehun sayang. Kau menyamakanku dengan monyet?" Kris menunjuk monyet yang di klaim Sehun sebagai kembarannya dan wajahnya, bergantian.

Sialnya, Sehun mengangguk dan tertawa kembali.

"Lihatlah. Dia tampan dan imut. Sama sepertimu." Sehun memandangi monyet yang sedang tidur telentang dengan pisang di tangannya itu dengan tatapan geli.

Kris mendengus kesal, "Aku sudah bergaya tampan seperti ini, malah kau bilang mirip monyet. Aku menyesal menurutimu untuk berjalan-jalan ke kebun binatang." Sebal Kris.

Sehun menarik pipi Kris, hingga Kris merintih karna cubitannya yang sangat keras. "Harusnya kau senang Kris. Karna kau dapat bertemu kembali dengan kembaranmu yang terpisah. Hahahaha." Sehun semakin keras mencubit pipi Kris.

"Adudududuh... Sakit Hun..." Kris mengusap pipinya yang terkena cubitan maut Sehun. "Cubitanmu seperti cubitan gorilla." Kris merajuk sambil mengusap pipinya. Demi kolor Fliying Dutchman yang tak dicuci selama ratusan tahun, pipinya benar-benar terasa ngilu sekarang.

CHU~~~

Kris membelalakkan matanya saat Sehun mencium pipinya tepat dibekas cubitan pemuda yang dicintainya itu.

"Sudah tak sakit kan? Ayo kita lanjutkan!" Sehun langsung berjalan cepat meninggalkan Kris yang melongo di depan (kata sehun) kembarannya itu.

.

.

.

Kris dan Sehun sedang duduk di bangku taman itu dengan posisi Sehun yang menyandarkan di bahu Kris.

Mereka hanya diam. Tak ada satupun yang mau bersuara.

Sesekali, Kris mengusap rambut belakang Sehun dengan sayang. Membuat Sehun memejamkan menikmati sentuhan lembut Kris.

"Kris?" Sehun memecah keheningan.

"Hm?" Kris menatap Sehun yang masih memejamkan matanya.

"Kau mau mengantarku ke suatu tempat?"

"Kemana?"

Sehun mendongak, menatap Kris "Nanti kau juga akan tahu. Mau kan?" Sehun bertanya penuh harap.

Kris tersenyum dan mengangguk, "Tentu. Kita pergi sekarang?" Tawar Kris.

Sehun tersenyum dan mengangguk semangat.

Mereka pun beranjak dari duduknya, dan pergi ke tempat yang dimaksud oleh Sehun.

Saat ditengah perjalanan, Sehun meminta Kri untuk berhenti di Florist, untuk membeli rangkaian bunga.

Ah?! Kris sudah bisa menebak kemana Sehun akan mengajaknya.

Dan benar tebakan Kris.

Mereka kini berdiri di sebuah pusara dengan nisan yang berukirkan nama 'LEE JONG HYUN'.

Sehun berjongkok, meletakkan rangkaian bunga yang dibelinya tadi diatas pusara itu dan mengusap nisan itu.

"Hai Jonghyun Hyung! Bagaimana kabarmu?" Ujar Sehun masih dengan mengusap nisan itu.

Hening.

Kris pun hanya memandangi Sehun yang masih setia mengusap nisan itu.

"Kenapa kau tak jujur padaku Hyung? Kau tahu? Aku hampir mati rasanya saat kau menghilang dan aku tak bisa menemukanmu."

"Kau jahat Hyung! Kau tak mau membuatku khawatir. Tapi kenapa kau tiba-tiba pergi meninggalkanku saat itu? Kau tahu? Yang kau lakukan itu malah membuatku jauh lebih khawatir."

"Kenapa kau menyimpan rasa sakitmu itu sendiri Hyung? Kenapa kau tak mau membaginya denganku? Padahal, jika aku terkena masalah, kau selalu menyuruhku untuk berbagi keluh kesahku padamu. Tapi kenapa kau tak mau membagi rasa sakitmu Hyung? Kau curang!" Kris bersumpah, Ia mendengar nada suara Sehun mulai bergetar.

"Hyung? Apa kau baik-baik saja disana? Apa kau bahagia disana?" Isakan mulai terdengar. Dan kalau boleh jujur, isakan Sehun adalah hal yang paling tak ingin di dengarnya.

"Hyung! Baik-baiklah disana. Kau tak perlu mengkhawatirkanku lagi. Aku baik-baik saja disini dan akan selalu tersenyum seperti keinginanmu. Jadi jangan khawatirkan aku ya?" Nada suara Sehun pelahan kembali normal. Walau Kris masih mendengar sedikit getaran karna menahan isakan dari nada bicaranya.

Kris mengikuti Sehun. Ia ikut berjongkok di sebelah Sehun.

"Hai Jonghyun." Sapa Kris. Membuat Sehun mengalihkan pandangannya ke arah Kris.

"Aku Wu Yi Fan. Atau, Hyung-mu biasa memanggilku Kris." Sehun masih menatap Kris yang malah memperkenalkan dirinya di depan makam Jonghyun.

"Ehm, mungkin terdengar sedikit lancang. Tapi, bolehkah aku meminta ijinmu?" Kali ini tatapan sendu Sehun berubah menjadi tatapan bingung.

"Bolehkah aku menggantikanmu untuk menjaga dan mencintai Sehun?" Sehun membulatkan matanya. Tapi ia kemudian menunduk dan menatap makam Jonghyun kembali.

"Aku berjanji, akan selalu menjaga Sehun dan membuatnya selalu ceria. Dan aku pastikan bahwa Sehun akan selalu baik-baik saja dan selalu bahagia. Jadi, apa kau mengijinkanku untuk menggantikanmu?"

"Kris?" Sehun menatap Kris tak percaya.

Kris menatpnya dalam, "Aku tahu mungkin ini terlalu cepat Sehun. Tapi, katakanlah aku gila. Karna nyatanya, sejak pertemuan awal kita dibandara, aku sama sekali tak bisa melupakanmu. Aku merasakan ada yang aneh dalam hatiku. Dan ini baru pertama kali ku alami." Sehun masih betah menatap mata Kris. Tatapan yang terkesan tajam, namun mampu menghangatkan hatinya.

Kris meraih tangan Sehun dan menggenggamnya, "Aku mencintaimu Oh Se Hun. Dan di hadapan makam kekasihmu, aku berjanji akan berusaha menjaga dan mencintaimu lebih dari dia menjaga dan mencintaimu saat kalian masih bersama dulu. Aku bersungguh-sungguh Sehun. Aku mencintaimu." Ucap Kris tegas. Menunjukkan kalau ia serius dengan semua ucapannya.

Sehun tak menjawab. Ia melepaskan tangannya yang digenggam oleh Kris. Ia mengusap pipi Kris dengan kedua tangannya.

"Katakanlah aku juga gila. Karna nyatanya, aku terpesona denganmu sejak kita bertemu pertama kali." Sehun tersenyum sangat manis. Membuat kedua ujung bibir Kris ikut terangkat, membentuk sebuah senyuman.

Dan selanjutnya, kedua belah bibir itu menempel sempurna. Dihadapan makam Jonghyun, mereka menyatukan cinta mereka. Memulai cinta mereka. Dan memulai kebahagiaan mereka.

Jika orang bilang 'jika lisan tak bisa menjelaskan, maka tubuh/tindakan yang dapat menjelaskannya'.

Seperti inilah keadaan mereka. Baik Sehun maupun Kris, tak bisa mengungkapkan dengan sebuah kalimat. Namun, tindakan Kris mencium Sehun di depan makam almarhum kekasihnya, menunjukkan segalanya.

Menunjukkan betapa Kris mencintai Sehun.

Dan menunjukkan, kalau Sehun juga mencintainya.

Sosok itu hadir lagi. Ia menatap Sehun dan Kris dengan senyuman menawannya. "Kau pasti bahagia Sehun." Ucapnya sambil terenyum lega. Dan ia pun kembali menghilang bagai debu yang tertiup angin.

Bak drama-drama yang ada di televisi. Cuaca yang memang sudah sedikit mendung, tiba-tiba semakin mendung. Dan,

ZZZzzrrraaaassshhh

Hujan mengguyur kota ini. Membuat dua orang yang sedang menikmati moment romantis ini terkaget.

Tapi bukannya langsung berlindung, mereka malah saling menatap.

"Aku mencintaimu Sehun." Kris berujar lantang.

"Aku juga Kris Wu. Aku mencintaimu."

.

.

.

'BLAM'

"Brrrr... Dingin..."

Sehun terkekeh melihat Kris yang menggigil.

"Ya jelas dingin Kris. Namanya juga kehujanan." Ujar Sehun santai sambil menahan kekehannya.

Kris membawa Sehun ke rumah pribadinya. Ia tak mungkin membawa Sehun pulang ke apartementnya dalam keadaan basah kuyup seperti ini.

Bisa-bisa, Stella akan mengamuk padanya. Mengingat betapa possesifnya Stella terhadap adik sepupunya ini.

"Kau bisa memilih baju yang kau suka di lemari Hun. Aku ke kamar mandi dulu."

Sementara Kris ke kamar mandi untuk berganti pakaian, Sehun sibuk memilh baju Kris yang pas ditubuhnya, yang ada di lemari Kris.

Ia bingung harus memakai yang mana. Karna, lihat saja tubuh Kris yang jauh lebih besar darinya itu. Mana mungkin pakaian itu bisa pas saat dikenakannya.

'Ceklek'

Kris keluar dari kamar mandi dengan balutan celana pendek dan T-shirt putih di tubuhnya.

Ia memandang Sehun heran. Kenapa Sehun hanya memandangi lemari pakaiannya.

Kris mendekati Sehun, dan memeluknya dari belakang.

Sedikit tersentak saat merasakan lengan kekar itu memeluk tubuh kurusnya.

Ia tersenyum saat Kris dengan manjanya, menyembunyikan wajahnya di ceruk lehernya.

"Kenapa kau hanya memandangi pakaian di dalam lemari itu. Pilih, dan segera ganti pakaianmu. Kau tak takut masuk angin?" Tanya Kris lembut.

Sehun membalikkan badannya dan mengalungkan tangannya di leher Kris. "Bajumu besar semua. Mana ada yang muat untukku." Sehun mengerucutkan bibirnya, imut.

Kris mengecup bibir itu sekilas, "Pakai yang mana saja, asal kau cepat ganti baju. Lihat, bajumu basah kuyup. Nanti kau bisa sakit." Celoteh Kris panjang lebar.

Sehun membalikkan badannya kembali, membelakangi Kris. Sungguh, ia bingung pakaian mana yang harus dipakainya.

Kris mengecupi leher Sehun. Membuat Sehun merasa geli dengan tindakannya.

"Lepaskan Kris. Geli." Sehun meronta. Sehun merasa, Ini benar-benar geli.

"Tak mau." Kris berujar manja.

Sehun membalikkan badannya dan menatap Kris, "Tapi itu geli Kris." Ucap Sehun lembut, sambil mengusap pipi Kris.

Chu~~

Kris mencium Sehun lembut. Yang juga disambut dengan baik oleh Sehun.

Kris meraih pinggang rampingnya dan Sehun mengalungkan tangannya di leher Kris.

Kecupan manis dan lumatan lembut menghangatkan romansa cinta diantara mereka berdua.

Mereka terus berciuman lembut seperti tak ada lagi hari esok.

"Euunngghhh..." Lenguhan Sehun terdengar saat Kris menyapu bibirnya dengan lidah basahnya.

Pertarungan lidah tak dapat dielakkan lagi. Lidah Kris dan lidah Sehun saling mendorong dan saling membelit.

Mereka yang ters berciuman, tak sadar hingga akhirnya mereka terjatuh di atas kasur king size milik Kris. Dengan posisi Kris menindih tubuh Sehun.

Kris memandangi wajah Sehun yang terengah-engah. Wajah yang memerah, bibir yang merah. 'He look so sexy' Pikir Kris sambil memandangi Sehun.

"Jangan memandangiku seperti itu tuan Wu." Walaupu Sehun sedang menutup matanya, tapi Sehun tahu kalau Kris sedang memandanginya saat ini.

Kris mengecup bibir Sehun sekilas, "Aku mencintaimu..."

Sehun memandangnya dan tersenyum, "Aku juga mencintaimu..."

Dan selanjutnya, bibir itu saling menempel kembali.

Gerakan bibir itu sedikit lebih agresif dari sebelumnya. Tapi, mereka suka.

Terus berciuman dan terus melumat hingga entah bagaimana seluruh kain yang tadinya melekat di tubuh mereka sudah hilang entah kemana.

"Kriisssshhh..." Desah Sehun saat Kris mulai menurunkan llidahnya ke daerah sensitif di dadanya.

Dua tonjolan pink di dada Sehun yang menjadi sasarannya.

"Aaaaahhhh~" Tangan sehun mencengkram rambut pirang Kris saat merasakan bagai ada kupu-kupu berterbangan di dalam perutnya.

"Hnnnggghh~" Erang Kris, saat kebanggaannya itu bergesekan dengan paha mulus Sehun.

Satu tangannya turun. Membelai milik Sehun. Membuat Sehun mendongakkan kepalanya.

"Kriiiiss~ Ahhhhh~"

Sedikit bermain dengan milik Sehun, ia menurunkan tangannya hingga ia menemukan sesuatu yang menggodanya.

"hhhnnngghhh~" Erang Sehun saat Kris menggoda lubang itu. Membuat Sehun menggigit bibirnya, menahan desahan yang sewaktu-waktu keluar dari mulutnya.

Cukup! Kris tak tahan lagi.

Kris kembali menindih tubuh kurus Sehun. Ia menatap mata Sehun dalam.

"Hun, bolehkah?"

Anggukan dan senyuman Sehun menjadi jawaban Kris.

Kris muai memposisikan kebanggaannya itu di depan lubang itu. Menggesekknya, membuat Sehun kegelian.

"UUUuuuuhh~" Sehun menggigit bibir bawahnya saat ujung kebanggaan Kris mulai memasuki dirinya.

"OOOuuussshhh..." Kris mengerang saat merasakan miliknya seperti diremas oleh lubang Sehun.

"AAAAHHHH~" Desah mereka saat kebanggaan Kris sepenuhnya memasuki lubang Sehun.

Selanjutnya, Kris bergerak sangat lembut, seolah tak ingin menyakiti Sehun.

Bergerak dengan sangat hati-hati. Seolah jika ia bergerak terlalu keras, hal itu akan membuat Sehun kesakitan. Dan Kris tak mau hal itu terjadi.

"NYAAAHHHH~" Desah Sehun keras saat Kris mendapatkan titik itu. Titik kenikmatannya.

"So..oohh...tiigghhtt...hhhnngghh..." masih denga tempo yang stabil, kris terus memompa tubuh Sehun sambil terus menumbuk titik itu.

"OOOHHhhh, KRIISSShhhh..." Sehun membawa kepala Kris menuju dadanya.

Kris langsung memainkan lidahnya di sekitar dada Sehun sambil terus bergerak.

"Wannaaaahhh..."

"Bersama...aaahhhh..." Kris mempercepat gerakan tubuhnya saat merasakan ada sesuatu yang hendak keluar dari tubuhnya.

"Aaaahh... aaahh... KRIIISSSHHHH..."

"SEHUUUUUNNNHHHHHH..."

Dan teriakan mereka menjadi penutup kegiatan panas mereka berdua.

Keduanya terengah. Kris mengeluarkan miliknya dari tubuh sehun, membuat Sehun sedit meringis.

Ia menidurkan tubuhnya di samping Sehun, memandang Sehun yang sedang berkeringat.

Chuuu~~

Kris mengecup kening Sehun.

"Sehun." Panggilnya setelah melepaskan bibirnya dari kening Sehun.

Sehun mendongak, menatap Kris yang sedang memandaanginya.

"Jangan tinggalkan aku Sehun." Kris mengusap pipi Sehun, sayang.

"Asal kau tak meninggalkanku."

"Aku berjanji. Demi Kau, Aku, dan juga Jonghyun. Aku akan selalu menjagamu dan menyayangimu Sehun. Itu janjiku."

"Ku pegang janjimu tuan Wu."

Kris memeluk Sehun. Menenggelamkan kepala Sehun di dada bidangnya. "Tidurlah, aku akan mengantarmu pulang besok."

"Hm. Jaljayo."

Kris mengecup puncak kepala Sehun sekilas, "Jaljayo Sehuna." Sebelum akhirnya mereka berdua terelap.

Epilog

"Dan dengan ini Devon Bostick dan Stella Kim, kalian sah sebagai suami istri."

Perkataan Pendeta tersebut membuat para hadirin bertepuk tangan bahagia.

Tak terkecuali Kris dan Sehun. Mereka ikut merasakan kebahagiaan yang dirasakan oleh Stella dan Devon saat ini.

"Suho, setelah ini bersiaplah. Sebentar lagi, kita yang akan ada dihadapan pendeta." Suho menaikkan alisnya saat mendengar perkataan Baekhyun.

"Aku masih ingin fokus bekerja Baek. Jangan mimpi!" Ketus Suho. Tapi tak bisa dipungkiri, perkataan Baekhyun membuatnya merasa sangat bahagia.

Baekhyun membelai rambut Suho, "Aku tak menyangka. Dulu aku yang melamarmu duluan di hadapan paman Kim dan duo virus H5N1 itu. tapi ternyata, malah Stella Noona dan Devon yang menikah duluan." Suho mengangguki perkataan Baekhyun. "Ya, begitulah Baek. Aku juga tak menyangka." Jawab Suho sambil menatap wajah bahagia kakaknya yang sudah resmi menjadi 'NYONYA BOSTICK' Sekarang.

Kris menggandeng tangan Sehun. Mengajaknya keluar ke taman belakang Gereja tempat pemberkatan pernikahan.

Kris dan Sehun duduk meluruskan kakinya sambil memandang danau kecil yang ada di belakang Gereja ini.

"Jadi? Kapan aku bisa melamarmu?" Tanya Kris frontal. Membuat Sehun membulatkan mata dan mulutnya, kaget.

"Ck! Ayolah... Sebentar lagi kau sidang tesis, kemudian kau lulus, lalu diwisuda. Kemudian kau akan kembali ke Korea." Rajuk Kris.

Sehun masih diam, melongo. Heran dengan perubahan sikap Kris yang tiba-tiba ini.

"Eh?! Kebetulan kedua orang tuamu juga sedang disini kan? Menghadiri pernikahan Stella. Jadi, setelah ini saja ya aku melamarmu, kemudian langsung menikahimu."

Sehun melepas sepatunya.

'PLETAK'

"ADUH!" Kris mengaduh saat Sehun malah memukulnya dengan sepatu, kemudian menatap Sehun heran.

"Apa otakmu sudah kembali normal? Atau perlu kugunakan sepatu yang satunya lagi?" Sehun bertanya dengan wajah polos. Membuat Kris gemas dengan pemuda di hadapannya ini.

"Kau tega. Kau memukul calon suamimu sendiri dengan sepatu? Ckckck..." Kris menggelengkan kepalanya yang hanya disambut juluran lidah oleh Sehun.

"Huuuufffttthhh..." Sehun menghembuskan nafasnya kasar.

"Aku tak ingin terburu-buru menikah Kris. Dan kau tak perlu takut kehilanganku." Ucapan Sehun membuat Kris menatapnya.

"Aku sudah ijin dengan kedua orang tuaku, aku akan menetap disini setelah lulus dari program Master-ku. Jadi kau tak perlu khawatir." Mata Kris berbinar mendengar ucapan Sehun.

Kris memeluk Sehun erat. Seolah, jika ia melonggarkan sedikit pelukannya, maka Sehun akan menghilang.

Mereka berdua tertawa bahagia.

Kris masih memeluk Sehun erat, Dengan senyum lebarnya ia berteriak, "Aku mencintaimu Sehun... Sangaaaaattt mencintaimu..."

"Aku juga Kris. Aku juga sangat mencintaimu..."

Dan langit cerah kota Manhattan, New York, menjadi saksi kebahagian yang mereka rasakan saat ini.

"Kau menjaga Sehun dengan baik Kris Wu. Terima kasih~"

.

.

.

SELESAI YAAAAAA \(^^)/

.

.

.

Banyak yang ngira, masa lalu Sehun itu Donghae.

Maaf sist... dari awal aku bikin kerangka cerita FF ini, memang seperti ini. Dan bukan Donghae yang jadi masa lalu Sehun... Dan dari awal memang aku gag pernah bilang kalo itu Donghae kan? ^^

Entahlah, pas awal part sebenernya sih kepikiran si Lee Jin Ki a.k.a ONEW. Tapi, entah kenapa wajah dan nama Lee Jong Hyun CN BLUE yang memenuhi otakku. Dan aku merasa nemuin feel sendiri saat ngebayangin si Lee Jong Hyun ini.

Aku ini pecinta CROSS PAIR sebenernya. Jadi maaf kalau ada yang gag terima sama Cross Pair yang ada di FF-ku..

Dan bagi anda yang gag suka KRISHUN, maaf yaa... tapi saya ini adalah KRISHUN HARDCORESHIPPER... kalau anda gag suka, kan tinggal 'close tab'... gag usah emosi dan maki-maki gue segala doooonngggg

.

.

.

Putry KyungsungKrishun : Gag review t cium kamu saeng... wuakakakakak... weeekk, bukan Donghun weeekkk :p .. wkkkk... eh, dalam kamusku, Baekhyun itu adalah sosok mesum nan prevert saeng, jadi gag boleh protes... huahahahaaha.. aku memang keponakan angelina jolie, dan kau tak bisa protes. Huahaha *ketawa bangga*.

PandaMYP : BaekHo memang member Nu'Est. tapi Baekho disini maksudnya Baekhyun-Suho.. Makasi reviewnyaa ^^

Rainrhainyrianarhianie : maksudnya gimana, sudah terjawab kan? ^^ . aku gag suka dengan panggilan dengan akhirn –ie like 'sehunie, luhanie, jonginie, kibumie, and etc', itu terlalu errr~ yaaa you know what laah, menurutku. Dan itu bukan style-ku dalam menulis fanfic. Tapi makasi sarannya ^^ makasi juga reviewnya *kecup* ^^

Sehunnoona : penasaran tingkat olimpiade? Wkkkk~ istilah yang unik xDD. Uda update yaaa.. makasi reviewnya ^^

Oh Dhan Mi : mana ada TBC sist? Wuekekeekek xDD udah dilanjut yaaa... makasi reviewnya ^^

Bbuingbbuingaagyo : Krishun akan selalu so sweet dan selamanya so sweet sayang.. wuekekeekek xDD .. tuh kan... kece kan si devon.. apalagi pas di wimpy kids-rodrick rules, keren banget dia . oke, sudah lanjut. Makasi reviewnya sayang ^^

Bubletea 1994 : sudah lanjut. Makasi reviewnya ^^

Ahn Dini FreezenBlack : gag papa ^^. Aku pilih New York, karna sedikit bosen aja dengan latar korea... hehehe. Makasi reviewnya yaaa? ^^

Keepbeef Chicken Chubu : ada apa dengan masa lalu? Uda terjawab yaa ^^.. makasi reviewnya ^^

Krishun: ternyata bukan sama donghae yaa . maaf kalau saya buat slight-nya Cross Pair... ini sudah update. Makasi reviewnya ^^

Exolaughing: makasi pujiannya. Makasi reviewnya ^^

.

.

.

Cerita membosankan, konflik pasaran, tidak nge-feel sama sekali... AAAAAAAHHHHH, Maafkan akuuuuuu...

Maaf yaa kalau cerita ini memang gag layak publish...

Makasi buat yang mau Review... Aku sangat menghargai Review kalian... terima kasih banyal ^^

Makasi yang udah favorite, follow cerita ini...

Silent Reader, bolehkah aku mengharap review kalian saat ini? ^^

.

.

.

Untuk sementara, setelah ini saya Hiatus dulu... SKRIPSI sudah melambaikan tangannya pada saya... Jadi FF Krishun, Chanlu, BaekHo yang ada di leppi sepertinya gag bisa dilanjut dulu

Tapi kalo sempet, pasti aku updet. Apalagi aku sudah janji sama adik iparku si Putry KyungsungKrishun itu buat updet "KrisHun ChanLu" buat next project

.

.

.

Oke... itu aja...

Sebagai author, Saya tidak munafik. Saya sangat suka review dan kali ini saya mengharapkan review dari 2000 pembaca yang lain yang sepertinya tak pernah meninggalkan reviewnya ^^

Terima kasih sudah membaca... Terima kasih \(^.^)/

Minta reviewnya yaaaaa ^^