Namaku Shizuka Niina, dan ini hari pertamaku sekolah.

Maksudku, hari pertamaku sekolah di sekolah yang baru, di kota yang baru pula.

Rambut coklatku yang panjang bergelombang—yang biasanya kuikat—kubiarkan terurai. Aku ingin memulai semuanya lagi dari awal, dari nol. Dan sekolah baru dengan tidak adanya seseorang yang mengenaliku adalah pilihan yang paling tepat, menurutku. Kuharap semuanya akan berjalan lancar disini.

Kulangkahi halaman depan SMA Kaijou dengan perasaan mantap, lalu berjalan perlahan menuju ruang kepala sekolah—yang barusan kuketahui letaknya dari penjaga sekolah yang kebetulan lewat. Murid-murid yang berlalu lalang memandangku dengan tatapan aneh.

'Ah, mungkin karena seragamku yang mencolok,' pikirku. Mengingat aku belum menerima seragam baruku karena kepindahanku yang mendadak, jadi aku harus memakai seragam sekolah lamaku di hari pertama ini. Tanpa kusadari, ruang kepala sekolah sudah berada di depan mataku. Dengan sigap, aku mengetuk pintu sebelum akhirnya memasuki ruangan itu. Kepala sekolah menyambutku dengan hangat dan setelah berbincang sejenak, ia menyerahkan dokumen dan jadwal-jadwal pelajaran yang mungkin akan kubutuhkan untuk beberapa hari ke depan.

Beberapa menit kemudian, seorang wanita paruh baya—yang kemudian memperkenalkan diri sebagai sensei di sini—masuk ke ruangan dan menuntunku keluar atas perintah kepala sekolah. Tidak lama setelah kami keluar, bel berdering menandakan waktu belajar efektif sudah dimulai.

Kuperhatikan pemandangan di sekelilingku. Lorong yang tadinya ramai dengan para siswa, kini menjadi lengang karena sebagian besar dari mereka sudah memasuki kelas masing-masing. Tanpa kusadari, aku dan sensei sudah berhenti di depan ruang kelasku, 1-C. Ketika kami masuk, suasana riuh yang sebelumnya terdengar mulai mereda.

"Anak-anak, hari ini kita kedatangan seorang murid baru. Namanya Shizuka Niina. Ayo, Shizuka-san, perkenalkan dirimu," perintah sensei.

"Hajimemashite, watashi wa Shizuka Niina to moushimasu. Saya pindahan dari SMA Seika di Kyoto, douzo yoroshiku onegai shimasu," ucapku sambil membungkuk. Sensei lalu menunjuk sebuah kursi kosong di dekat jendela dan memintaku untuk duduk. Bahkan ketika aku sampai di kursi, aku masih merasakan tatapan yang datang dari teman-teman baruku.

Taruhan, ini akan menjadi hari yang panjang.


Jam sudah menunjukkan pukul setengah 3 sore, waktu bagi siswa-siswi Kaijou untuk pulang. Aku memutuskan untuk tinggal di sekolah selama beberapa saat lagi, entah kenapa rasanya aku sangat ingin menjelajahi setiap pojok sekolah baru ini.

Sambil mengingat-ingat kejadian tadi siang, aku menuruni anak tangga hingga akhirnya tiba di halaman belakang sekolah. Tidak kusangka murid-murid disini sangat baik. Pada saat istirahat, beberapa dari teman sekelasku yang baru langsung mengerubungi dan menjejaliku dengan berbagai macam pertanyaan, bahkan sampai ada yang mengajakku makan siang bersama. Aku senang dengan perlakuan mereka, jadi seramah mungkin aku menjawab pertanyaan mereka satu-persatu.

Mendadak, aku mendengar keramaian dari arah gym. Saat kuhampiri, betapa kagetnya aku ketika melihat hampir semua murid yang menggerombol itu adalah siswi-siswi SMA Kaijou. Dan hampir semuanya berteriak histeris dengan wajah merona. Karena penasaran, aku menghampiri kerumunan itu.

"KYAA! DIA MELIHAT KE ARAH SINI!"

"ITU KISE!"

"LIHAT, ITU DUNK DIA YANG KETIGA KALINYA! HEBAT SEKALI!"

"KISE-KUN, BERSEMANGATLAH!"

Jeritan-jeritan sebangsa itulah yang menyapa telingaku saat aku tiba di sudut gym. Deskripsiku hanya satu, bising. Maksudku, yang sedang berlangsung di gedung olahraga ini hanya sebuah latihan pertandingan basket biasa, sangat wajar dan bukan sesuatu yang dapat diributkan. Tapi kenapa gym ini sampai penuh dengan siswi Kaijou? Aku juga heran, sedari tadi mereka terus memanggil nama 'Kise' atau semacam itulah. Apa mungkin 'Kise' itu yang menjadi sumber keributan di sini?

Ketika peluit tanda pertandingan selesai dibunyikan, seluruh pemain kembali ke bench untuk mengistirahatkan tubuh mereka. Tanpa dikomando, para siswi yang tadi menonton di barisan depan segera berlomba-lomba-bahkan sampai ada yang menerobos ke tengah lapangan-untuk menyodorkan handuk dan air minum yang kurasa sudah mereka siapkan kepada seorang pemuda berambut pirang.

Jadi itu yang bernama 'Kise'?

Pemuda itu berperawakan tinggi, dan kuakui wajahnya memang tampan. Jika dilihat dari penampilan, tak heran gadis-gadis itu tergila-gila padanya.

Sambil terus tersenyum, dia menolak secara halus tawaran handuk dan air minum yang berada di depan matanya dan berjalan perlahan ke arah bench, diikuti para gadis yang setia mengerubunginya bagaikan semut bertemu gula.

'Kukira ada apa, ternyata hanya seorang pemain basket tampan yang mengundang perhatian.'

Merasa sudah cukup melihat-lihat, aku melanjutkan kegiatan awalku berkeliling sekolah.


.

.

.

Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 5, jadi kuputuskan untuk pulang. Lagipula aku harus kembali dengan berjalan kaki karena rumahku memang tidak terlalu jauh dari sekolah ini, dan sangat rawan bagi seorang perempuan untuk berjalan sendirian saat hari sudah gelap.

Ketika tiba di gerbang, mendadak sebuah bola basket yang menggelinding dan mengenai kakiku, membuatku hampir terjengkang. Secara refleks, aku memungutnya dan bertanya-tanya kenapa bola ini bisa sampai di kakiku.

"Ah, maaf, itu milik kami. Tadi sedang kumainkan dan tidak sengaja terpeleset dari tanganku-ssu," ucap seseorang yang muncul dari arah kananku. Eh, tunggu. Itu 'kan.. si pebasket pirang! Di belakangnya, terlihat 4 pemain lain yang tadi sore ikut bertanding. Sepertinya mereka baru selesai latihan dan bersiap untuk pulang. Latihan basket sampai sesore ini?

"Uhm, ini," ucapku sambil menyerahkan bola basket yang kupungut ke tangan pemuda pirang bernama Kise itu.

"Terima kasih," senyumnya mengembang, sementara aku hanya mengangguk.

"Kau bukan murid disini, ya?" tanya seorang laki-laki beralis tebal. Kurasa dia yang paling pendek di antara anggota lainnya. Yah, meskipun masih lebih tinggi dariku.

"Aku murid Kaijou dan baru pindah hari ini. Hanya saja seragam baruku belum sampai karena pemesanannya terlalu mendadak." Aku menjawab pertanyaan itu dengan sesungging senyum. Lalu sambil membungkukkan badan, aku berkata, "Watashi wa Shizuka Niina desu."

"Wah," kali ini laki-laki beralis tebal itu tertawa renyah. "Pantas saja kau tidak histeris saat Kise menegurmu barusan. Omong-omong, namaku Kasamatsu Yukio, kapten tim basket Kaijou. Mereka ini Kise Ryouta, Moriyama Yoshitaka, Hayakawa Mitsuhiro, dan Kobori Koji," jelasnya sambil menunjuk satu-persatu anggota.

Aku terkekeh, "Memangnya kenapa aku harus histeris?"

Anehnya, tidak ada seorang pun yang merespon. Mereka hanya diam terbengong-bengong. Apa aku salah bicara?

"Ng, kau benar-benar tidak tahu aku?" Kise bertanya dengan nada ragu. Aku hanya menggeleng, tidak mengerti apa maksud pertanyaan itu. "Ah, baiklah. Kalau begitu salam kenal, Shizuka-san," ucap Kise, diikuti yang lainnya. "Maaf soal bola yang tadi, aku benar-benar tidak sengaja-ssu."

"Tidak apa-apa, Kise-san. Toh, aku juga tidak terjatuh," aku tersenyum meyakinkan. "Kalau begitu aku duluan, ya," pamitku. Dengan satu lambaian terakhir, aku meninggalkan gerbang dan berjalan pulang.

Namun dari kejauhan, samar-samar aku mendengar salah satu anggota tim itu-entah siapa-berkata, "Hei, sepertinya dia bisa menjadi kandidat yang bagus."

Kandidat?

Begitu aku menoleh, mereka sudah menghilang dari tempat tadi. Apa mungkin kembali ke gym?

'Ya sudahlah, mungkin hanya salah dengar,' benakku.


Well, this is my second fic. I do hope you guys enjoy reading this :) so sorry for the OOCness here, I'm a bit nervous you know.. also, I'd love to hear your thoughts about this chapter (like if there is any mistake, and so on) ^^