Cast: - Choi Siwon

Cho(i) Kyuhyun

Shim Changmin

Kim Heechul

Lee Hyukjae

Hwang Tiffany

others

Pairing: Wonkyu, slight Yunjae GS, Incest. Jadi jika tidak suka dan merasa terganggu tidak usah mencoba untuk membacanya.

Peringatan Penting:

Mengandung konten yang tidak mendidik dan tidak layak dibaca dibawah umur 18 tahun atau mungkin lebih. Saya sudah memperingatkan...

Tentang Typo(s), saya sudah mencoba mengeditnya, tapi yah begitulah kacamata minus saya hanya sedikit membantu, jadi maaf kalau jadi tidak nyaman.

Chapter 10

LOVE OF EDEN

Flashback

"Choi Sajangnim, tidak kah bisa kau rubah keputusanmu? Ini...ini gila, oh tidak...bahkan ini lebih daripada kegilaan. Demi Tuhan, bisakah semuanya diselesaikan dengan kepala dingin. Bahkan aku tidak tahu persis masalah yang sebenarnya. Hanya karena kau berselisih dengan para orang tua itu, bukan berarti kau bisa melakukan ini Sajangnim." Lee Hyukjae melangkah tergesa, mencoba mengimbangi langkah atasannya yang berjalan didepan dengan langkah lebar.

"Hmm.." Hanya gumaman yang diberikan pria yang menjabat sebagai orang nomor satu di Hanyang Med.

"Choi Siwon! Tidakkah kau pikir ini terlalu kekanakan? Hanya karena kau menolak untuk dijodohkan dengan salahsatu cucu Tetua Hanyang, lalu kau ingin meninggalkan Hanyang? Apa ini bentuk protes pada mereka? Apa kau ingin menakuti mereka?" Mengabaikan beberapa pandangan mata yang sejak tadi mengiringi kedatangan mereka di Hanyang Centre, Lee Hyukjae berteriak kepada atasannya sendiri. "Kau bahkan memutuskannya hanya dalam waktu semalam, Sigh...sulit dipercaya."

Brakk

Mereka memasuki ruang President Hanyang, membuka pintunya dengan sedikit kasar, mengabaikan sapaan jajaran sekretaris direksi yang semuanya memasang wajah tegang.

"Oleh karena itu aku meminta bantuanmu Hyung. Ikutilah apa yang kuistruksikan, aku mempercayaimu,sungguh." Pria dengan sorot mata khas keluarga Choi itu menghempaskan dirinya kekursi dibelakang meja President Hanyang. "Ini bukan tentang perselisihan kecil antara aku dan Tetua, ini bukan tentang tekanan mereka. Bukan, ini diluar semua itu." Lanjut Siwon, suaranya melemah. Kewibawaan dan superioritas yang selalu terpancar dari dirinya seolah pupus. Ada kilat kerapuhan dan kepasrahan dalam raut wajahnya.

Lee Hyukjae menatap atasannya dengan pandangan bingung, selama beberapa tahun bekerja sebagai asisten President Hanyang baru kali ini dia menyaksikan atasannya itu terlihat lemah walau tidak dalam arti tidak berdaya. Tapi Hukjae menangkap pria tampan yang selalu menjadi legenda dimata banyak orang itu menyiratkan ketulusan dan entah kenapa Hyukjae merasa Choi Siwon terlihat tenang, terlalu tenang. Sorot matanya masih setajam biasanya, namun ada kelembutan yang terpancar disana. Seolah pria itu sedang menyongsong sesuatu yang besar dalam hidupnya. Sungguh kontradiktif dengan suasana Hanyang saat ini yang seolah diliputi kecemasan dan kegelisahan. Dimana Choi Siwon sebagai President Hanyang meminta pertemuan luar biasa dengan semua jajaran direktur, Para Tetua, dan pihak pemegang saham di Hanyang Med.

Dan yang lebih mengejutkan, Lee Hyukjae mendapat e-mail ditengah malam buta yang langsung dikirim dari Pengacara Cha Seung Woo, mengabarkan perihal pengunduran diri dari President Hanyang Med. Lee Hyukjae menganggap itu hanya lelucon, tapi panggilan telepon dari Choi Siwon sepuluh menit setelahnya, membuat pria itu terjaga sampai pagi. Dia berterimakasih masih bisa bersikap waras dengan tidak langsung mendatangi kediaman Choi untuk meminta penjelasan langsung ditengah malam buta.

"Ini bukan tentang mereka Hyung, ini tentang aku. Tepatnya tentang kami." Siwon mengulum senyum. "Ada yang harus dikorbankan bukan?"

Hyukjae hanya mampu membuka mulutnya, tak mampu berbicara atau mengeluarkan suara apapun.

"Selepas pertemuan, banyak yang harus kubicarakan denganmu Hyung."

W

O

N

K

Y

U

Ruangan dengan meja melingkar itu sudah penuh dan berdengung, semuanya bergumam, tidak terlalu jelas. Hanya gumaman dan helaan napas panjang dari beberapa kelompok yang terlibat diskusi. Dan semuanya terhenti ketika tiga orang pria dan seorang gadis memasuki ruangan. Semua mata terfokus pada mereka, tepatnya kepada dua orang saja yang kini menempati bagian ujung meja dengan kursi bersandaran tinggi.

Choi Siwon dan Choi Kyuhyun, duduk bersisian menempati kursi yang disediakan untuk pewaris Hanyang Med.

"Apa semuanya sudah hadir?"

Hanya keheningan, tidak ada yang berani bersuara, atmosfir ruangan semakin terasa mengintimidasi.

Choi Siwon mengedarkan pandangannya keseluruh ruangan, seolah mengabsen satu persatu yang hadir melalui tatapan matanya. Membuat semua bergerak tidak nyaman dalam duduknya.

Pandangan pemuda itu terhenti pada gadis yang duduk disampingya, memberikan senyuman lembut. Menarik tangan mereka yang bertautan dibalik meja, memperlihatkannya kepada semua yang hadir. Decitan kursi dengan lantai menjadi pertanda aksi saudara kembar itu mendapat respon, atau mungkin petanda awal keributan.

"Saya Choi Siwon dan adik perempuan saya Choi Kyuhyun, pewaris dari keluarga Choi sekaligus penerus Hanyang berada ditengah kalian, para Tetua, jajaran Direktur dan stakeholder. Sebuah keputusan telah kami ambil, tentang Hanyang,tentang keluarga Choi dan tentang kami. Ini keputusan final, dan kami memastikan tidak akan ada yang dirugikan dan berpengaruh negatif terhadap semuanya."

Semuanya seolah berhenti bernapas dan tidak mengijinkan mata untuk berkedip, mencegah kemungkinan ada perkataan dari pemuda yang menjabat President Direktur Hanyang itu terlewatkan.

"Banyak isu yang berkembang akhir-akhir ini, semua tidak sepenuhnya benar atau salah. Namun, sebuah keputusan haruslah tetap diambil." Choi Siwon kembali menghentikan perkataannya, menguatkan genggaman tangannya dengan tangan Kyuhyun. Mengamati setiap pergerakan yang ada diruagan. Semuanya tetap sama, DIAM.

" Hanyang telah berdiri ribuan Tahun, diawali dari kecintaan terhadap Korea dan pengabdian, Semuanya tidak berubah hingga hari ini dan sampai ribuan tahun kedepan. Sedikit perubahan yang terjadi kemudian, tidak akan berpengaruh besar. Hanyang berdiri bukan karena satu orang , tapi Hanyang kokoh karena berdiri diatas ribuan kaki. Dan ribuan kaki itulah yang menopang Hanyang, kehilangan satu kaki tidak akan berpengaruh, karena kaki lainnya akan menggantikan. Kaki yang lebih kokoh."

Masih keheningan yang terjaga, sebagian atau semua yang hadir diruangan itu tidaklah buta dengan maksud dari pertemuan yang dilakukan saat itu. Meskipun semuanya masih sebagai isu, tapi sebagian besar telah mengerti.

"Kami mewarisi Hanyang bukan hanya sebagai perusahaan raksasa, bukan hanya sebagai pengendali rumah sakit-rumah sakit raksasa dan industri farmasi. Kami mewarisi sejarah, kami mewarisi jurnal Hanyang dan kami mewarisi kalian. Menjadikan Hanyang sebagai milik Korea selalu menjadi cita-cita tiap generasi pewaris, mengembalikan Hanyang kepada Korea menjadi kalimat pembuka setiap Jurnal yang diwariskan. Sebelumnya kami berdua mengartikan itu sebagai kiasan pangabdian Hanyang, namun kini kami akan menjadikan itu bukan sekedar kiasan. Kami akan melakukannya, mengembalikan Hanyang kepada Korea."

Dengungan kembali terdengar. Memang benar, isu tentang Choi Siwon dan Choi Kyuhyun yang akan melepas Hanyang telah mereka ketahui sebagai isu yang belum diklarifikasi. Tapi mengembalikan Hanyang kepada Korea, tidak pernah menjadi bahan yang mereka perbincangkan.

"Saham tujuh puluh lima persen yang dipegang kami berdua, dan hak mutlak dalam pengelolaan dan pengendalian atas Hanyang yang berada ditangan kami, menjadi kunci mutlak kewenangan kami untuk mengalihkan pengelolaan atas Hanyang kepada negara."

Dengungan terhenti, hening. Yang berada ditengah forum saat ini adalah Choi Siwon, pewaris darah keluarga Choi dan tidak ada yang meragukan kharisma yang dimiliki pria muda itu.

"Semuanya telah diatur, tentang pengalihan wewenang, pembagian hak dan pengaturan Hanyang. Dipastikan tidak ada yang berubah kecuali Hak pengendalian dan kewenangan pengaturan." Choi Siwon, pemuda itu menampilkan sosok pribadi yang membuat semua orang merasa kerdil dihadapannya. Tidak ada bantahan, tidak ada interupsi yang mampu menggoyahkan. "Semua rekening di bank Swiss yang menyangkut pengelolaan Hanyang telah dibuka dan dialih tangankan kepada negara, semuanya telah diselesaikan."

Keheningan masih terjaga, tidak ada yang berani bersuara. Kecuali seorang Tua yang mengangkat tangannya, meminta ijin untuk berbicara. Choi Siwon menganggukan kepalanya, memberi ijin.

"Saya Shim Jin Suk, mewakili Tetua yang selama ini menjaga Hanyang. Choi Sajangnim...atau mungkin sekarang kami harus memanggil anda dengan sebutan Tuan Choi. Kami memerlukan alasan dibalik semua ini, semuanya terlalu tiba-tiba." Pria tua dengan gurat usia yang nampak jelas tercetak diraut wajahnya, menatap langsung Choi Siwon dengan pandangan nanar.

Choi Siwon tersenyum sekilas, menolehkan pandangannya ke arah gadis yang sejak awal tidak berhenti gemetaran dan mengeluarkan keringat dingin. Memberikan usapan halus dipunggung tangan sang gadis dengan ibu jarinya.

"Semuanya karena pengabdian dan pengorbanan." Pemuda itu berbicara sambil terus menatap gadis yang kini menundukan wajahnya.

Tidak ada yang tidak faham tentang arti semua itu, semua binaran yang terpancar dari raut wajah dan kilatan perasaan yang tertangkap melalui pandangan mata. Siapa yang tidak faham dari semua itu?

Lalu apa yang bisa dilakukan? Ketika lingkaran yang mereka ciptakan seolah menjadi garis kasat mata yang menjadikan dunia hanya milik mereka. Siapa yang bisa protes, bahkan lontaran cercaan tidak sanggup terucap jika benang yang mereka tautkan terlalu kuat. Choi Siwon dan Choi Kyuhyun, mereka menciptakan semuanya.

"Penjelasan selanjutnya akan diselesaikan oleh Pengacara keluarga Choi dan Pemerintah sebagai pihak yang berwenang saat ini." Kalimat itu seolah menjadi penegas bahwa semuanya tidak dapat dirubah.

W

O

N

K

Y

U

PLAAAKKKK

Sebuah tamparan yang terbilang cukup keras mendarat dipipi Choi Siwon, tamparan kedua kalinya, menghasilkan bekas kemerahan meskipun tidak akan sampai membuat bekas setelahnya.

Kedua pria beda generasi itu masih berdiri berhadapan.

"Kemana hilangnya akal sehatmu Choi Siwon?" Pria dengan rambut putih mengkilap itu mengepalkan kedua tangan disisi tubuhnya, berharap amarahnya bisa tertahan. "Aku selama ini membimbingmu untuk jadi Choi yang bisa dibanggakan, hampir menyerah beberapa kali, sampai akhirnya bisa melepasmu dengan bangga, namun akhirnya aku gagal."

"Shim Ha-Harabeoji..." Choi Siwon tak mampu menyembunyikan gemetaran tubuhnya.

" Apa yang salah dengan bimbinganku selama ini? Aku membimbingmu, mendukungmu, memastikan kau bisa berdiri, berjalan bahkan berlari dengan kakimu. Tapi sekarang yang kau lakukan, kau membuat jurang dalam hidupmu sendiri, dan kau meloncat kedalamnya. Tidak, bahkan kau menyeret adikmu untuk masuk kedalamnya."

Brughh...

Pemuda yang selalu terlihat kokoh, kini menjatuhkan tubuhnya sendiri. Berlutut dihadapan Shim Jin Suk, menundukan wajah dengan air mata yang menetes.

"Aku..aku tidak berdaya, aku tidak sanggup Harabeoji. Aku tidak bisa menelan penderitaan...aku tidak bisa untuk melepaskan diriku dari semua ini. Aku..." Choi Siwon meraung, menumpahkan segala emosi yang selama ini selalu bisa dia sembunyikan bahkan dari adik sekaligus kekasihnya sendiri. Choi Siwon menangis dengan berlutut.

" Kau..." Shim Jinsuk tercekat, tidak mampu untuk melanjutkan perkatannya, Sebuah cengkraman pada ujung jas yang dikenakannya membuat hatinya seakan teremas. Choi Siwon, anak lelaki yang selama ini dia bimbing sampai menjelma menjadi pria kokoh, kini tidak lebih seperti anak lelaki berusia sepuluh tahun yang lemah.

"Ijinkan aku untuk berbahagia...Kumohon...ijinkan aku. Aku tidak bisa jika tidak bersamanya, Choi Kyuhyun...aku bisa mati jika melepaskan diri dari gadis itu, adikku...tidak..dia kekasihku harabeoji," Siwon kini terisak, tangannya masih erat meremat ujung jas pria tua yang ada dihadapannya.

"Choi..."

"Kumohon..."

Pria tua itu menengadahkan wajahnya, memejamkan matanya kuat, mencegah pelupuk matanya menumpahkan beban yang sejak tadi dia tahan.

"Berjanjilah untuk bahagia Siwon, karena hanya itulah yang kini kau miliki. Adikmu...pastikan dia berbahagia bersamamu."

Pria tua itu melepaskan remasan tangan Siwon pada jasnya, melangkah keluar ruangan, meninggalkan Siwon yang masih berlutut dan terisak.

"Harabeoji,.."

Shim Jin Suk menahan langkahnya.

"Jagalah Hanyang, demi leluhur keluarga Choi...jagalah Hanyang untuk mereka."

Pria tua itu tidak menjawab, kedua tangannya mengusap lelehan air mata yang membasahi pipi keriputnya. Sebelum akhirnya menghilang dibalik pintu dengan tanpa menoleh sedikitpun pada Siwon yang masih berlutut.

.

.

.

.

.

"Yah...apa dunia akan kiamat besok hari? Makanan-makanan itu akan balik memakanmu jika terus kau biarkan seperti itu."

"..."

"Yak Shim Changmin!Yaiisshhh.." Choi Kyuhyun, menjejalkan potongan kentang goreng kemulut pemuda yang masih belum merubah ekspresi wajahnya, tatapan menusuk, bibir tebal yang terlipat, dan aksi diamnya ketika berhadapan dengan makanan membuat semua orang yang mengenalnya akan bergidik ngeri.

"Jika dunia benar-benar kiamat besok, apa kau akan merubah keputusanmu Nona Choi? "

Kalimat pertama yang diucapkan pemuda itu sejak satu jam yang lalu membuat Kyuhyun mengerjap. Gadis dengan pipi putih pucat itu menarik bibirnya, membentuk sebuah senyuman yang dipaksakan.

"Ah... tentu bukan hanya keputusanmu, tapi keputusan kalian."

"Changmin-ah.."

"Kau mencintainya, sejak awal aku sudah mengira kau tidak bisa terlepas dari orang itu, maksudku..kakak kembarmu. Ahahaaa" Shim Changmin tertawa hambar. " Tapi tetap saja, semuanya terasa jungkir balik ketika kalian terang-terangan mengatakannya, harusnya aku sudah terbiasa bukan?" Shim Changmin belum melepaskan pandangannya dari gadis yang duduk didepannya.

" Aku..aku tidak bisa berbuat banyak. Kau tahu...aku harus melupakan semua yang kurasakan terhadapmu Choi Kyuhyun. Ahahaha...Apa kau terkejut?"

Kyuhyun membelalakan matanya, bibirnya terbuka...hendak mengatakan sesuatu, namun nyatanya tidak satu huruf pun terlontar.

"Lupakan tentang itu, aku tidak mau seperti Hwang Tiffany yang harus berkoar di media sosial dan mencecar kalian. Aku adalah Shim Changmin yang tetap berkharisma bukan? Keukeukeu..."

Shim Changmin meraup kentang goreng favoritnya, memasukan kedalam mulutnya dengan paksa. Membuatnya tersedak, dan tertolong dengan segelas Coke yang disodorkan Kyuhyun.

"Uhuk..Uhuk..Tapi..Uhuk..bisakah kalian tidak berbuat konyol? Menyerahkan Hanyang? Mengajukan permohonan pindah dari universitas? Apa kalian akan melakukan hal yang selalu dituliskan para penulis novel?! Menghilang bersama sang kekasih, menghabiskan waktu berdua disuatu tempat yang tidak diketahui orang? Aku rasa manusia modern seperti kalian sudah meninggalkan hal-hal seperti itu."

Kyuhyun tersenyum lebar, tulus. "Aku senang kau tidak membenci kami Changmi-ah...terimakasih."

"Yah..aku sedang marah gadis bodoh."

"Aku tahu, dan aku senang kau marah."

"Haish...Choi memang selalu aneh." Changmin melemparkan pandangannya kesisi lain.

"Changmin-ah...aku menyayangimu."

Changmin kembali menatap Kyuhyun.

"Kau sahabatku, tidak...kau sudah seperti saudaraku"

Changmin menyentil dahi Kyuhyun, membuat gadis itu memegangi dahinya.

Grepp

Tanpa diduga, Changmin memeluk Kyuhyun erat. Mengelus punggung gadis yang masih membeku itu dengan sentuhan halus. "Bodoh..kenapa kalian selalu melakukan hal bodoh. Dan anehnya aku tiak bisa membenci kalian." Changmin mengeratkan kedua lengannya kepunggung Kyuhyun, menggoyangkan tubuhnya, membuat Kyuhyun tertawa dalam pelukannya.

"Kau harus menebusnya dengan kebahagian Choi Kyuhyun. Tagihlah kebahagiaan dari pemuda sok tampan itu. Kau mengerti?"

Kyuhyun mengangguk samar, air matanya sudah tidak bisa dia bendung.

"Yah...kau jangan menangis, meskipun Choi Siwon bukan lagi persident Hanyang, tapi dia tetap menyeramkan. Jangan menangis gadis bodoh..aku tidak mau jadi korban sabuk hitam Choi Siwon." Changmin melepaskan pelukannya.

"Dan kau terlihat sangat jelek dengan air mata itu Shim Changmin.."

"Kyu..apa kau..apa kau..akan membuangku dan menganggap aku bayang-bayang masalalu yang harus kaulupakan?"

"Hmmm...apa kau ingin aku seperti itu?"

"Yah..jangan berani-berani mengerti?"

Kyuhyun tersenyum samar, pria jangkung yang dipeluknya kini, tidak pernah sembuh dari kekonyolannya.

"Kyu.."

"Hmmm..."

"Kapan akan memberiku keponakan?"

"Yak..."

"Boleh aku jadi menantumu jika anakmu perempuan"

Bletaakkk

Sebuah pukulan mendarat di kepala jenius seorang Shim Changmin.

Flashback end

W

O

N

K

Y

U

Choi Kyuhyun POV

Angin bertiup hangat, udara masih tetap segar tanpa ancaman polusi, matahari bersinar cerah meski tidak seterik matahari tropis. Kutaruh boot dan menggantinya dengan sliper, meskipun belakangan aku lebih menyukai bertelanjang kaki untuk menapak di atas lantai kayu merbau.

Rumah terasa sepi, sepertinya Theresia benar-benar menagih janji untuk pelesir kepusat kota dengan Neneknya. Ah...gadis kecil itu pasti akan sibuk dengan analisanya tentang pernak-pernik disepanjang mainroad dan Neneknya akan bangga memperkenalkan Theresia kepada setiap orang yang berpapasan.

Pintu bercat putih dengan rangkaian adven ditengahnya menjadi tujuanku, kubuka pelan meminimalkan bunyi yang tercipta dari gesekan daun pintu dengan engselnya.

Punggung kokoh, punggung kokoh seseorang yang masih tepekur menyapa pandangan. Punggung yang kian tampak kokoh seiring banyaknya tenaga dan energi yang harus dikeluarkan tiap harinya. Kupastikan dia sudah berada dalam posisi seperti itu tidak kurang dari dua jam. Dengan tangan yang bertaut didepan dada, mata yang terpejam, serta rosario dengan salib platina terselip diantara jemarinya. Selepas misa pagi kecil-kecilan yang biasa kami lakukan, pemilik punggung kokoh itu akan menghabiskan waktunya untuk menyendiri, merapalkan doa dan pujian, permohonan ampunan serta permohonan pengahapusan dosa bagi kami.

Choi Siwon, pria itu...bahkan hanya dengan melihat punggungnya membuat hatiku berdesir hangat. Aku tersipu ketika menyadarinya, Oh Tuhan sampai kapan aku bisa untuk lepas dari pesona pria itu? Tanpa suara kudekati sosok itu, bersimpuh disampingnya. Kulakukan hal yang sama yang dia lakukan, merapalkan doa dan pujian serta mohon ampunan.

Cup

Kurasakan sentuhan hangat dan basah tepat dipipi.

"Terimakasih sudah pulang dengan selamat"

Aku tersenyum, orang ini benar-benar tidak pernah memberi kesempatan jantungku berdetak dengan normal.

"Berlebihan, aku hanya pergi tidak lebih dari dua jam."

"Dua jam? rasanya seperti dua tahun. Oh sayangku...aku begitu merindukanmu."

Lihat? Orang ini memang berlebihan.

"Bagaimana keadaan Nyonya Hermish? "

Kurasakan rengkuhan dipinggang.

"Tekanan darahnya naik duapuluh poin, dia lupa tidak meminum obatnya tadi malam. Sepertinya tiap malam kita harus meneleponnya, memastikan dia minum obat."

"Dan dia akan lebih bersemangat jika Theresia yang melakukannya."

"Ah..gadis itu? Apa Dia pergi dengan Neneknya?"

"Satu jam lalu, dan dia mengenakan boot kulit yang dikirimkan teman doktermu yang setinggi tiang listrik itu."

Aku terkekeh ketika melihat kerucut mengerikan yang tercetak dibibir tipisnya, sungguh tidak sesuai dengan perawakannya.

"Hey...Theresia sangat mengidolakan Paman Shim Chwangnya Tuan Choi, dan boot kulit menjadi sogokan paling mujarab dihari ulang tahunnya." Kukecup kerucut bibir itu

"Bahkan Theresia belum pernah bertemu langsung dengan Changmin. " Siwon memutar bola matanya.

"Tunggu sampai dia bertemu dengan Changmin, kurasa Daddy-nya akan duduk dibangku cadangan, keukeuekeu.."

"Jangan pernah, sampai dia beranjak remaja dan menemukan remaja laki-laki seusianya yang bisa membuat Choi Theresia berdebar, jangan biarkan gadis itu bertemu dengan Changmin."

Aku tertawa, jika Choi Theresia putri kami mendengarnya pasti dia akan melayangkan sejuta ptotes. Bagaimanapun, gadis berusia lima tahun itu sangat mengidolakan paman dokternya yang bahkan hanya dia kenal melalui poto dan skype. Bertemu dengan paman dokternya selalu menjadi impian ketika dia berulangtahun.

Kami meninggalkan ruangan yang berfungsi sebagai kamar do'a setelah sebelumnya memanjatkan doa penutup. Rutinitas pagi hari, terlebih dihari minggu seperti ini.

Dapur menjadi tujuan kami, ini sudah terlalu siang untuk sarapan. Namun, fakta bahwa aku hanya sempat menyuapkan sepotong pancake sebelum akhirnya pergi dengan tergesa karena mendapat panggilan dari tetangga Nyonya Hermish mengabarkan kalau Nenek itu mengeluh kepalanya terasa berputar dan hampir tersungkur karena pusing. Menjadi dokter satu-satunya ditengah pemukiman yang jauh dari pusat kota membuatku harus siaga 24 jam. Menyanggupi untuk memenuhi panggilan ketika ada warga Canteburry yang sakit tiba-tiba meski itu diluar jam pelayananku di Canteburry Health Centre tempatku bekerja setiap harinya.

"Duduklah Kyu, biar kubuatkan sandwich dengan ekstra keju untukmu."

Siwon mengenakan apron hitam miliknya, dan menenggelamkan kepalanya ke lemari pendingin.

"Apa aku boleh meminta marshmallow panggang sebagai bonus? Theresia sedang tidak ada, kurasa akan aman jika aku memakannya."

Siwon membalikan tubuhnya, menghadap kearahku yang duduk didepan minibar dapur mungil kami. Kupasang senyum andalan yang biasanya akan membuat pria itu tak berdaya untuk menolak semua permintaanku. "Oppa..jeball"

"Itulah kenapa Theresia selalu melawan ketika dilarang memakan makanan manis diluar jadwalnya, dia menuruni sifatmu sayang."

Aku menyeringai ketika melihat Siwon memulai pencariannya di lemari penyimpanan. "Dan Heenim selalu menjadi pendukung utama aksi tantrumnya itu."

"Mereka memang komplotan pengacau." Siwon mengucapkan kalimat itu dengan senyum yang terpatri.

Choi Theresia, malaikat dikeluarga kecil kami, kehadirannya setahun setelah kepindahan kami ke Canteburry menambah kebahagiaan. Gadis bermata biru bulat dengan rambut coklat resmi kami adopsi setelah kunjungan terakhir ke Panti Asuhan di Auckland. Gadis berpipi bulat dengan lesung pipi menawannya. Bahkan Heenim langsung menyusul kami ke Canteburry dan memutuskan untuk ikut tinggal bersama dan merawat peternakan sapi perah yang kami kelola setelah kami kirimi poto Theresia yang berusia satu tahun waktu itu. Dari sekian pesan yang kami kirim, hanya ketika kami menyertakan foto Choi Theresia, Heenim merespon dan mau membuka komunikasi dengan kami. "Perpaduan kalian yang sempurna" begitu Heenim mengomentari Theresia, bentuk muka dan bibir yang menyerupaiku serta bentuk hidung dan lesung pipi yang sepertinya menurun dari Siwon. Namun pigmen kulit dan iris yang dimiliki gadis kecil itu, menjadi identitas asli kalau dia bukanlah putri biologis kami.

Kim Heechul yang sempat pergi dan seolah memutuskan semua bentuk komunikasi, bahkan menolak mentah-mentah semua aset tidak bergerak yang kami alihkan menjadi atas namanya termasuk rumah dan sejumlah rumah peristirahatan. Kini dia kembali sebagai Nenek dari Choi Theresia.

"Aku tidak datang untuk kalian, tapi aku datang untuk Choi Theresia. Aku adalah Neneknya meski jangan sekali-kali kalian mengajarkannya memanggilku Halmeoni, cukup Granny."

Kalimat pertama yang dia ucapkan ketika kami bertemu di Bandara Wellington, petugas bandara menghubungi kami setelah menemukan seorang wanita Korea kebingungan untuk menemukan cara agar sampai di Canteburyy. Keterbatasan bahasa menjadi kendala besar.

Aku tidak bisa untuk tidak segera menghambur kepelukannya, mengabaikan penolakan yang dia berikan untuk kupeluk. Tapi aku tidak menyerah, aku menempel padanya selama seminggu penuh dan menjadikan Theresia sebagai senjata agar bisa berdekatan dengannya. Kim Heechul, bibi Kim kami, tidak pernah memberikan restu dengan apa yang kami lakukan. Tapi kecintaannya yang besar terhadap anak kembar dari sepupunya membuat dia akhirnya kembali ketengah-tengah kami. Kami bersyukur untuk hal itu.

"Kau melamun sayang, lelehan keju disandwichmu akan tercampur dengan saus tomat dan kau tidak pernah menyukainya karena rasa kejunya akan aneh. Makanlah..."

"Ouch.."

Aku tersenyum, memulai menikmati sandwich dengan ektsra keju yang asli difermentasi dari susu yang dihasilkan peternakan kami. Chois Farm, salahsatu dari sekian peternakan sapi perah yang tersebar di Canteburry. Peternakan yang dimulai dengan hanya sepuluh ekor sapi perah dan dalam waktu kurang dari empat tahun, sapi perah yang merumput dilahan peternakan Chois Farm telah mencapai lima ratus ekor atau mungkin lebih, aku tidak pernah tahu pasti berapa jumlahnya.

Pria tampan yang kini duduk didepanku, benar-benar memiliki tangan yang diberkati. Kerja keras serta kecakapannya mengelola bisnis, menjadikan kami sebagai salahsatu peternak terkemuka di New Zealand, tanah baru kami. Postur tubuh yang selalu dilatih dipusat kebugaran kini harus diuji ditengah kawanan sapi perah. Bahkan sebelum kami memiliki sejumlah pekerja, dia sendiri yang mengerjakan semuanya. Mengurus kandang, mengangkut pakan, mengawas kawanan yang merumput dan seharian menempa kulitnya dibawah sinar matahari langsung.

Diluar itu, pabrik olahan susu Chois Farm selalu menjadi produk unggulan. Keterampilan berbisnis keluarga Choi nyatanya masih mengalir dalam setiap tetes darahnya. Kemampuannya untuk melobi berbagai pihak membuat dia dipercaya untuk menjalin kerjasama dengan perusahaan-perusahaan besar pengekspor produk olahan sapi. Kenyataannya produk susu olahan Chois Farm tidak sepenuhnya berakhir ditangan konsumen, setengah dari produk yang kami produksi akan berakhir dibeberapa panti asuhan, memastikan setiap anak bisa tercekupi nutrisinya.

Hidup kami, tidaklah mudah. Puluhan kali berpindah tempat, dan menghabiskan jutaan won dari tabungan untuk mencoba berbagai usaha untuk menyambung hidup. Kami tiak pernah mengeluh, itu bagian resiko yang harus kami ambil. Lebih dari satu tahun kami hidup tidak lebih seperti pengembara. Berpindah dari satu tempat, kota dan negara. Sering berakhir di motel murahan untuk menghalau dinginnya malam. Bekerja serampangan disejumlah restoran, minimarket, pos pengisian bahan bakar, sampai kuli bangunan pernah Siwon alami.

Uang miliyaran dolar yang tersimpan di salahsatu bank di Swiss yang tercantum atas namaku tidak pernah kami sentuh. Atau mungkin, berusaha untuk tidak tersentuh. Tapi ketika pihak bank menghadiahkan tiket perjalanan wisata ke New Zealand membuka mata kami untuk mencoba peruntungan di negeri seribu peternakan ini. Maka disinilah kami, memulai semuanya sebagai sepasang Choi.

"Kau melamun lagi sayang..."

Aku terkesiap, benarkah aku melamun? Kuarasakan usapan disudur bibir.

"Cara makanmu tidak berubah, bagaimana bisa Theresia menjadi gadis anggun jika ibunya seperti ini."

Aku mengerucutkan bibir, hei...aku adalah ibu yang selalu dibanggakan Theresia. Ibu yang akan menyembukan orang sakit, begitu gadis kecil itu menceritakannya didepan kelas Kindergarten-nya. Semuanya dibangun dari awal, termasuk study-ku. Siwon memaksa agar aku melanjutkan kuliah kedokteran, dan dia memilih bekerja untuk membiayainya. Mengubur kesempatan yang dia miliki untuk melanjutkan study Business Management yang sempat tertunda.

"Oppa...apa kita harus menyusul Heenin dan Theresia? Kurasa mereka akan pergi sampai sore."

"Hmmm? Kau yakin bisa menemukan mereka? Kurasa Heenim akan mati-matian menolak untuk kita temani dan menghilangkan kesempatan untuk berkeliling kota berdua dengan putri kita."

Itu benar, Heenim pasti akan melakukannya.

" Lagipula, aku tidak meninggalkan rumah. Lee Hyukjae Hyung berjanji akan menghubungiku dengan panggilan video."

Aku berhenti mengigiti Marshmallow panggang, begitu mendengar nama Hyukjae Oppa disebut.

"Hanyang sedikit bermasalah." Kutangkap keraguan ketika Siwon mengucapkan kata Hanyang." Terjadi pergantian kabinet, dan Hanyang terpengaruh mengingat menteri kesehatan berganri. Sedikit kekacauan pada dewan direksi."

Fakta bahwa Siwon masih berhubungan dengan Hanyang sempat membuatku tersulut emosi. Hanyang adalah masalalu, harusnya kami tidak terkait dengan permasalahannya. Namun, mengingat fakta bahwa Hanyang adalah pusaka keluarga akhirnya aku bisa menerima jika selama ini Siwon terlibat dalam pengurusan Hanyang melalui Lee Hyukjae yang masih bertahan di Hanyang dan menempati posisi penting.

"Apa serius?"

"Sepertinya begitu, politik memang selalu keras." Siwon beranjak, membereskan peralatan makan dan membawanya ke tempat cuci piring.

Aku berdiri disebelahnya, memulai membasahi tumpukan piring kotor.

"Jika kau setuju, dia akan ke Canteburry, banyak hal yang harus diteliti dari berbagai dokumen.. Dan itu hanya bisa dilakukan jika aku melihat langsung dokumennya"

Aku tertegun, membiarkan kran mengalir begitu saja.

Kurasakan rengkuhan dari belakang tubuhku, disusul kecupan-kecupan ringan dilekukan leher.

" Itu hanya ideku saja sayang, tidak usah dipikirkan." Lanjut Siwon kemudian.

Kubalikan tubuh menghadapnya tanpa harus melepaskan rengkuhan lengannya dipinggangku. Kupandangi wajahnya, sedikit berubah. Berubah dibanding saat kami di Seoul dulu. "Apa Hyukjae oppa masih bisa mengenalimu?" Kutelusuri seluruh lekuk wajahnya. sedikit kasar dibagian rahang, dagu dan piltrum-nya. Garis keras kehidupan tercetak jelas diwajahnya, senada dengan warna kulitnya yang semakin coklat terbakar matahari. Kukecup ringan bibirnya lalu mengusapnya pelan dengan ujung ibu jari. "Apa aku akan disalahkan karena tidak bisa menjagamu? membiarkanmu mengerjakan pekerjaan kasar, membiarkanmu berada ditengah hewan ternak, membiarkanmu selalu berada dibawah terik matahari, membiarkanmu.."

Sebuah lumatan menghentikan ucapanku, dan lumatan itu kini berubah menjadi pagutan-pagutan lembut, menggelitik ujung-ujung syaraf , melemahkan segala bentuk respon, terkecuali respon bibir yang terus bekerja, bergerak menseleraskan satu sama lain.

"Tapi pemilik wajah ini adalah orang yang sangat dicintai Choi Kyuhyun. Dan cukuplah itu."

Sebuah bisikan menyapu daun telinga.

Kujauhkan wajahku dari wajah Siwon. "Aku serius Siwon, apa kau tidak khawatir Hyukjae oppa tidak akan mengenalimu? Tidak, dia mungkin akan masih mengenalimu, tapi dia akan menatapmu dengan penuh iba."

"Hey..apa aku terlihat sejelek itu sayang? Euumm...tapi kenapa setiap wanita yang kutemui akan berakhir dengan nomor telepon atau tawaran minum kopi dirumahnya?"

"Yak..."

"Asal kau tahu, banyak pengusaha majalah di Auckland dan Wellington memintaku untuk menjadi model cover majalahnya. Imej pemilik peternakan yang hot dan sexy..."

Kupukul pelan dada bidang pria yang sangat kucintai itu. Setiap orang mungkin akan berubah dan menua, namun satu yang pasti cinta kami tidak akan berubah, namun semakin besar dan melimpah tiap detiknya. Memenuhi sanubari, menghangatkan jiwa.

"Kyuhyun..baby..my love...aku mencintaimu."

"Aku tahu.."

"Hey...selalu begitu jawabanmu, apa kau tidak mau membalasnya dengan ucapan cinta juga?"

"Iiiisshhh Tuan Choi"

"Ayooo balas pernyataan cintaku.." Siwon mencebil, kakinya menghentak ke lantai.

Oh lihatlah, priaku kini merajuk. Siapa yang memberi contoh tidak baik untuk Theresia kami?

"Aku mencintaimu Choi Siwon, mencintaimu dengan sangat. Aku mencintaimu sampai aku takut hatiku tidak mampu menampung besarnya cintaku padamu. Aku mencintaimu dan tidak peduli meskipun surga tidak merestui, aku mencintaimu karena kau adalah surgaku...jadilah surgaku..."

Kurasakan ciuman menghujani wajahku, bisikan penuh cinta... belaian penggugah jiwa. Sampai saat ini aku tidak pernah mengerti, kenapa Tuhan menitipkan perasaan cinta yang begitu besar terhadap kami. Kami yang tidak layak untuk saling mencintai lebih dari rasa cinta seorang saudara. Kami yang mati-matian mematikan rasa ini, namun pada akhirnya kami yang akan mati terlebih dahulu sebelum cinta sendiri itu yang mati.

Kami tidak pernah menyalahkan dunia yang menghujat, kami tidak pernah menyalahkan orang yang mencela dan mencap kami sebagai pendosa. Kami tidak pernah menyalahkan kenapa kami tidak pernah bisa menyatukan cinta kami dalam ikatan suci pernikahan. Tidak pernah ada foto pernikahan yang terpajang dirumah sederhana kami. Tidak pernah ada album pernikahan yang bisa kami perlihatkan dan kami banggakan. Tidak pernah ada busana pengantin yang tersimpan di lemari pakaian kami, tidak ada cincin pernikahan dengan ukiran nama kami didalamnya. Semua hal yang selalu menjadi simbol pengikatan dua manusia dalam cinta tidak akan bisa kami dapatkan. Cukuplah cinta yang menyatukan kami...itu suatu kemewahan hidup yang kami miliki.

Seiring waktu berjalan, seiring perjalanan cinta kami yang tidak selamanya diwarnai tawa. Satu hal yang pasti, dosa kami akan semakin besar dan kami menyadari semua itu. Dalam setiap cumbuan, dalam setiap penyatuan raga, dalam setiap desahan nikmat ada dosa yang membayangi. Kami tidak mencoba dan tidak mau untuk menghidar dari bayang-bayang dosa.

Surga yang diimpikan dikehidupan selanjutnya, bolehkan kami mencicipinya didunia ini? Hidup berbahagia dengan orang-orang yang kita cintai, itulah surga.

Hanya Tuhan yang tahu akhir takdir manusia, kami manusia yang percaya Tuhan meski pada akhirnya kami melakukan apa yang dilarang Tuhan. Kami manusia yang memiliki iman dan paham cara untuk meminta ampunan. Memutus rantai generasi Choi agar dosa tidak membayangi darah daging kami. Mencuci lumuran dosa dengan berbuat kebajikan sekuat yang kami mampu. Menjadikan ratusan anak dibelahan dunia dibawah tanggung jawab kami secara finansial. Sekuat tenaga menebarkan kasih sayang...Apakah Tuhan akan tetap mengharamkan surga untuk kami? Hanya Tuhan yang tahu, namun satu yang pasti, surga yang telah kami dapatkan saat ini tidak akan pernah kami lepas.

.

.

.

.

.

Kueratkan rengkuhan pada pria yang bergerak diatas tubuhku, peluh sudah membasahi sekujur tubuh kami yang tidak tertutup sehelai benangpun.

Kuarasakan hujaman dibagian terdalam tubuh, menggesek beberapa titik sensitif didinding kewanitaanku, membuat tubuh meremang, syaraf bekerja berloncatan dengan cepat, mengahantarkn rangsangan yang kian memuncak. Otot menegang disana sini, ujung kaki melengkung, isi perut terasa kram dengan sensasi yang menyenangkan. Kepala berpusing dan otak seakan memerintahkan untuk menyambut setiap tusukan dari kejantanan Siwon dengan pergerakan pinggul. Saling menumbuk dan menselaraskan harmoni seolah tiada akhir. Mengaharap dan mendamba gairah akan segera terpuaskan.

"Arrrgghh Siwon..disanah..ouchkk lebih cepat, akh..akh..iya..hhhnnnn...lebih dalam...ssssshhhh...aku...sshhh..Ini ouucchh...nikmathh...lagih..please..siwonhh...aaarrghh"

Kugigit bahu Siwon, tidak peduli jika nanti menimbulkan luka disana. Rasanya semakin gila. Pria ini, pria yang mencintai dan kucintai selalu membuatku melayang disetiap sesi bercinta kami.

Wajah tampannya yang semakin terlihat tampan dengan rambut halus dirahang, dagu bahkan atas bibirnya. Dia terlihat seksi ketika memejamkan mata, menikmati remasan pada kejantanannya yang selalu kuciptakan didalam rongga kenikmatan tubuhku. Suara beratnya yang sarat akan nafsu, mengalun ditelinga. Menggeram...membisikan namaku disela rintihan nikmatnya. Otot-otot yang terbentuk dengan pahatan sempurna dibalut warna kulit kecoklatan yang mengkilat karena peluh, terus bergerak dan menghentak. Membuat tubuhku terasa mungil dan tidak berdaya dibawah kuasa tubuhnya.

"Kyuh..aaaargghh..sayang..kau.. eeuuuumhh...aargghh..nikmath...aaakhhh..akkkhhh..."

Bibirnya bergerilya dibeberapa bagian tubuhku. Memberikan hisapan dan gigitan kecil dileher, dada dan tonjolan mastoid. Lidahnya menyapu setiap inchi permukaan kulitku, menghantarkan sengatan-sengatan yang membuatku tidak bisa berbuat apapun kecuali mendesah, mengerang, dan meremas punggungnya.

Aliran hangat yang kemudian memenuhi rahim, menjadi petanda kami sudah sampai disurga.

Kenikmatan surgawi yang selalu melenakan, melayangkan jiwa dan melemahkan pikiran. Cinta kami, cinta kotor kami...cinta penuh dosa yang kami miliki. Kami tidak peduli, kami egois? Karena kami akan mati jika melepaskan surga yang telah kami ciptakan.

Pria ini, Choi Siwon...aku memujanya...mencintainya dan menggadaikan kebahagiaan dikehidupan selanjutnya hanya pada pria ini. Dan aku? Choi Kyuhyun, aku lebih dari tahu jika pria ini akan mati jika kutinggalkan. Igauannya yang selalu meneriakan namaku, tatapan matanya yang penuh cinta dan sentuhannya yang membuat terlena, cukup menjadi keyakinanku bahwa pria ini mencintaiku...memujaku dan menggadaikan kebahagiaannya dalam diriku.

Apa kalian akan menghujat kami? Memandang kami sebagai pendosa? Itu tidak akan berpengaruh pada cinta kami.

END!

Annyeonghaseyo...

apa masih ada yang menunggu akhir dari FF ini?

saya gak tahu harus mengatakan apa...selama ff ini berjalan begitu banyak dukungan dan cinta (plaakk). Jujur itu bener2 membuat saya bisa untuk tetap melanjutkan ff ini sampai END. kkkkkkk

Dan pada part akhir iniiiii? Saya tahu ini sangat jauh dari kata bagus, ending yang buruk, laur yang dipaksakan, tapi inilah batas kemampuan saya. Pengennya sih saya menyuguhkan ending yang hebriiinnngggg, ternyataaa...berkuatat berminggu-minggu tetep gak bisaaaa! Huwwweee...

Silahkan kalau mau mengkrtik, saya terima untuk kemajuan pemebelajaran menulis saya...

Gamsahamnidaaa bagi yang telah menulis dikotak review,yang telah memfavoritkan, yang telah memfollow LOVE OF EDEN.

Mohon terima segala keterbatasan saya

DEEP BOW

EVERADIT

Sevarkan cinta Wonkyu sejagad raya

semoga semua WKS bebas galau dan tetap mendukung Wonkyu!

sampai ketemu...