Mata Joonmyeon membuka lebar. Sebuah foto yang dalam keadaan gelap itu membuatnya tak bisa berpikir jernih, ia panik.

"Ba-bagaimana bisa?!"


xxXxx

Cake?

EXO Member. Gender bender, OOC, and Typo. Romance, Supernatural, Humor.

©chanbaekiss

xxXxx


Eleven

Runaway


Seorang perempuan paruh baya memasuki lift, disaat itu Joonmyeon dan Yixing membuka matanya lebar-lebar. Begitu kaget melihat siapa yang baru saja masuk ke dalam lift yang sama dengan mereka.

"Eommonim?!"

Perempuan paruh baya itu menatap Joonmyeon kaget. "Suho-ya? Kebetulan sekali aku bertemu denganmu," Joonmyeon membungkuk, begitu juga Yixing. Perempuan itu menatap Yixing bingung. "Ini pacarmu?"

"I-iya, eommonim," Jawab Joonmyeon terbata. Lebih baik jujur saja dulu jika ditanya, pikir Joonmyeon. "Ke-kenapa eommonim kesini? Mencari.. Chanyeol?"

Perempuan itu –ibu dari Park Chanyeol, masih mencuri pandang pada Yixing. "Tadi eommonim telepon Chanyeol, katanya dia sedang tidak enak badan. Jadi eommonim memaksa Chanyeol untuk memberitahu dimana dia berada saat ini walaupun dia juga memaksa eommonim untuk tidak datang."

"Tunggu.. Chanyeol memberitahu lokasinya saat ini?"

Nyonya Park mengangguk. "Yah.. Chanyeol itu tidak bisa berbohong kepadaku," Perempuan itu tertawa bangga. "Oh iya! Aku ingin sekali bertemu yang lain! Kalian baik-baik saja kan selama ini? Kulihat kau menggemuk, Suho. Apa ini akibat dari punya pacar?"

Joonmyeon dan Yixing tertawa pahit mendengarnya. Yixing ingat ia dan member-member lain pernah bertemu dengan ibunya Chanyeol ketika mendatangi restoran Italia milik Nyonya Park itu. Mungkin Nyonya Park lupa dengan wajahnya.

Dentingan pintu lift yang terbuka menyadarkan ketiganya untuk segera keluar dari ruangan sempit itu. Joonmyeon dan Yixing membuntuti Nyonya Park sambil berdebat tanpa suara. Sama-sama menyalahkan Chanyeol yang membeberkan keberadaan mereka saat ini.

"Baekhyun kan sedang bersama Chanyeol!" Yixing menggerakan mulutnya tanpa suara. Joonmyeon mengangguk. "Bagaimana reaksinya jika melihat Baekhyun dengan tubuh seperti itu?"

Gadis berlesung pipi itu memijit keningnya ketika Joonmyeon mengangkat bahunya. Nyonya Park berhenti di depan pintu kamar bernomor 805. Kamar Chanyeol dan Baekhyun.

"Ah.. eommonim sudah tahu ruangannya Chanyeol?" Tanya Joonmyeon ramah.

Nyonya Park mengangguk. "Iya, Chanyeol bilang dia menempati kamar 805. Oh.. kau," Nyonya Park memberi jeda sebentar. "Kau satu kamar dengan pacarmu?"

"Eh? Tidak! Hahaha," Joonmyeon menggeleng dan tertawa canggung. Yixing ikut berakting disampingnya dan mengibas-kibaskan tangannya malu. "Pacarku menempati kamar 802 dan aku di kamar 801. Aku bersama Kris dan dia bersama–"

"Sahabatku!"

Potong Yixing sebelum Joonmyeon kelepasan mengucapkan nama Tao. Yixing menggenggam tangan Joonmyeon agak kencang dan tersenyum penuh makna. Joonmyeon yang mengerti maksud Yixing hanya terkekeh dan lagi-lagi tersenyum aneh pada Nyonya Park.

"Kalau begitu kami berdua permisi, eommonim."

Joonmyeon pamit dan membungkuk. Begitu juga Yixing yang memang selalu membungkuk ke siapapun. Keduanya berjalan beriringan dan Joonmyeon menyuruh Yixing untuk masuk ke kamar nomor 802 –yang aslinya adalah kamar Yifan dan Tao.

"Sudah pura-pura masuk sana," Bisik Joonmyeon. "Nanti setelah beberapa menit kau boleh kembali ke kamar kita. Biar eommonim tidak curiga."

Yixing mengetuk pintu kamar Yifan dan Tao. Yifan membukanya dan Yixing langsung mendorong Yifan sambil menyelinap masuk. Joonmyeon langsung kabur kekamarnya sebelum Yifan sempat bertanya apa yang terjadi. Yixing duduk diranjang samping Tao dan menatap keduanya panik.

"Ada apa? Kenapa kau kesini?" Tanya Yifan langsung.

"Gawat, Yifan. Ibunya Chanyeol sekarang mendatangi kamar Chanyeol. Chanyeol memberitahukan keberadaannya karena ia memang tidak bisa berbohong pada ibunya. Kalian tahu itu kan? Sudah sering Chanyeol bilang kalau dia jago berbohong kecuali pada ibunya."

Tao ikutan melotot. "Lalu Baekhyun?!"

Yixing hanya mampu mengendikkan bahunya lemas.


Nyonya Park mengetuk pintu kamar Chanyeol. Perempuan itu sepertinya sudah tidak sabar ingin masuk. Nyonya Park melihat ke samping kanannya, Joonmyeon dan Yixing sudah masuk kamarnya masing-masing. Dia senang karena Joonmyeon terlihat bahagia mempunyai kekasih hati.

"Semoga saja Chanyeol bisa menyusul dan memperkenalkan pacarnya padaku." Bisiknya pelan sambil tersenyum.

"Eomma! Kok datang sungguhan sih? Kan aku sudah bilang jangan datang," Chanyeol membuka pintu kamarnya. Membiarkan ibunya masuk ke dalam. "Kan nanti siang bisa bertemu di kantor agensi saja."

"Katanya sakit tapi tidak mau dijenguk! Kau ini bagaimana sih?! Eomma membawakan obat, tahu!"

Ibu Chanyeol duduk dikursi rias. Chanyeol waspada akan gerak-gerik ibunya. Nyonya Park ini memang suka iseng lihat-lihat peralatannya. Chanyeol takut kalau ibunya membuka-buka peralatan make up Baekhyun yang masih berada diatas meja rias. Chanyeol memindahkan tas make up itu ke dalam tas yang agak lebih besar.

"Tidak kangen, ya?" Dumel Nyonya Park dengan wajah kesalnya.

Chanyeol nyengir dan memeluk ibunya. "Kangen kok!"

Omong-omong soal Baekhyun. Chanyeol mengungsikan Baekhyun ke kamar Sehun dan Luhan karena ketika ia ingin mengungsikan Baekhyun ke kamar Jongin dan Kyungsoo, keduanya langsung diusir. Mengganggu acara bermainku saja, kata Jongin beberapa saat lalu.

"Ini obat mencretnya," Nyonya Park memberikan Chanyeol kantung plastik putih berisi obat. "Kau tidur sendirian disini?"

"Aku.. sendiri."

Nyonya Park tertawa. "Hei, kau berpikir ketika menjawab pertanyaan umma. Jangan coba-coba berbohong."

Chanyeol menghela nafasnya. "Aku sekamar dengan Baekhyun."

"Lalu mana Baekhyun? Eomma sudah lama tidak melihat teman-temanmu. Tapi tadi eomma bertemu Suho dan pacarnya di lift. Mereka tampak serasi," Cerita Nyonya Park. Chanyeol membeku ketika mendengar nama Joonmyeon disebut-sebut. Apalagi ibunya menyebutkan pacar. "Eomma kangen Baekhyun, deh. Kalian kan lucu kalau berdua. Fans sampai menjodoh-jodohkan kalian."

"Hn." Jawab Chanyeol singkat selagi menyiapkan obatnya.

"Kalau Baekhyun itu gadis," Nyonya Park terlihat tersenyum senang. "Aku tidak masalah membiarkan kalian menikah."

"UHUK!"

Kaplet putih keluar lagi dari dalam mulut Chanyeol. Kaus hitam Chanyeol basah terkena air yang tidak sempat ia telan. Nyonya Park buru-buru mengambil air mineral sebelum anak bungsunya mati tersedak. Chanyeol masih terbatuk heboh saat ini.

"Kau ini bagaimana sih?! Kenapa sampai tersedak begitu?!" Nyonya Park marah namun ia juga khawatir.

Chanyeol menatap ibunya kesal. "Eomma yang kenapa. Tiba-tiba bilang begitu," Chanyeol menerawang. Mulai membayangkan jika ia sungguh menikah dengan Baekhyun. "Lagian kenapa harus menikah dengan Baekhyun?! Dia kan.. laki-laki, eomma."

"Kan eomma bilang kalau Baekhyun itu gadis! Bukan berarti kau menikah dengan sesama laki-laki, kan? Sensitif sekali sih?"

Chanyeol mencibir dan mengambil kausnya di dalam tasnya. Ia memasuki kamar mandi dan membersihkan dirinya dari tumpahan air. Sementara Nyonya Park diluar hanya bercermin dan mulai menggerakan tangannya untuk melihat-lihat bawaan anaknya.

Bingo.

Nyonya Park menyentuh tas kecil –yang tadi Chanyeol masukkan ke dalam tas, lalu mengeluarkannya. Jemari kurus Nyonya Park membuka zipper kotak make up milik Baekhyun. Nyonya Park tampak bingung ketika melihat begitu banyak peralatan make up beragam rupa ada di dalam sana. Yang semakin membuatnya bingung, ada satu bungkus pembalut yang diselipkan disana.

"Pembalut? I-ini kan.. untuk gadis. Terakhir kucek, anakku itu laki-laki," Nyonya Park bermonolog selagi mengeluarkan pembalut berbungkus plastik dengan pola Hello Kitty itu. "CHANYEOL! PARK CHANYEOL!"

Chanyeol keluar dari dalam kamar mandi dengan kaus yang kering. "Jangan berteriak begitu. Nanti mengganggu orang."

"INI APA, NAK?! SEJAK KAPAN LAKI-LAKI MEMAKAI PEMBALUT, HAH?!"

Laki-laki jangkung itu melotot. Matanya yang bundar tambah bundar ketika melihat benda terlarang itu ada ditangan ibunya yang diacungkan ke udara. Chanyeol ingin rasanya kembali ke kamar mandi dan menyilet pergelangan tangannya.

Hash tag, berlebihan.

"Ini punya siapa? Eomma yakin kalau kau juga tidak mengerti cara pakainya. Siapa gadis yang tidur bersamamu?! Jangan sampai eomma lihat ada bekas kondom ya disini!"

"HAH?! Eomma! Jangan marah-marah dulu dong. Dengarkan dulu–"

"Apa?! Jangan membohongi eomma!"

Chanyeol langsung bungkam. Tidak sempat berpikir, Chanyeol langsung keluar kamar dan mengabaikan teriakan ibunya yang menyuruhnya untuk tidak kabur. Chanyeol mengetuk pintu kamar Sehun dan Luhan dengan kencang.

"Chanyeol-ah?"

Beruntung, saat itu Baekhyun yang membuka pintu kamar Sehun dan Luhan. Chanyeol langsung menarik Baekhyun keluar dan menggiringnya ke kamarnya. Begitu kagetnya Nyonya Park ketika melihat seorang gadis mungil nan cantik yang Chanyeol bawa.

"JADI INI GADISNYA?!"

"Ini Baekhyun, eomma."

Baekhyun melotot. "Chan–"

"JANGAN BOHONG!"

"SUMPAH INI BAEKHYUN! LIHAT DULU KENAPA SIH!"

Baru saja ingin menginterupsi, Baekhyun kembali bungkam saat Nyonya Park mendekat. Nyonya Park memperhatikan wajahnya yang sudah dipoles make up tipis saat ini. Perubahan wajah tidak begitu signifikan, namun dari tinggi dan postur memang berbeda.

"Kau dapat gadis mirip Baekhyun ini dimana, Chanyeol?"

Chanyeol menjambak rambutnya. "ASDFGHJKLFGHJKL! Ini beneran Baekhyun, eomma!"

Baekhyun masih diam dan membiarkan Nyonya Park mengecek wajahnya. Perempuan paruh baya itu menyentuh pipi kenyal Baekhyun dan mengangkat poni Baekhyun. Berjalan memutari Baekhyun yang masih terpaku.

"Kok.. Baekhyun bisa jadi begini?"

"Ceritanya panjang," Jawab Chanyeol. "Eomma tidak akan percaya jika aku yang cerita. Jadi.. Baekhyun akan menceritakan semuanya."

"Eh? Kok jadi aku?!" Tanya Baekhyun tak percaya.

Nyonya Park mengangguk. "Aku bisa lihat kalau gadis ini memang mirip Baekhyun. Jadi.. bagaimana ceritanya, gadis yang mirip Baekhyun?"

Kedua perempuan itu bercerita di atas tempat tidur sedangkan Chanyeol hanya bisa menambahkan sedikit-sedikit. Mulai dari mereka liburan sampai akhirnya permasalahan agensi mereka. Ibu Chanyeol juga hanya bisa mengangguk-angguk.

"Jadi.. sekarang kalian berpacaran?"

Baekhyun merasa canggung untuk menjawabnya, namun akhirnya ia mengangguk. Gadis muda itu bisa mendengar Nyonya Park menghela nafasnya lalu tidak lama memeluk Baekhyun. Chanyeol bingung melihatnya. Ia bertanya-tanya kenapa ibunya memeluk Baekhyun.

"Semua ini juga untuk kalian semua. Kalau tidak dengan cara berpacaran, kalian tidak akan bisa kembali ke wujud sedia kala. Ini akan berpengaruh ke masa depan kalian," Ucapnya pelan. Nyonya Park melepas pelukannya. "Lagipula.. sebenarnya eommonim setuju-setuju saja kalau kalian berpacaran. Fans kalian juga sudah tahu kalau aku ini adalah ketua dari Chanbaek Shipper! Kalian tidak lihat di Viva Polo?! Disana banyak serba-serbi Chanbaek! Lucu-lucu lagi!"

"Eomma–" Chanyeol facepalm.

"Oh iya! Mana gadis-gadis yang lain? Aku ingin melihat Kyungsoo dan yang lainnya! Aku yakin mereka cantik-cantik! Tapi masih tetap Baekhyun yang tercantik!"

Baekhyun hanya bisa tersenyum kecil.

"Eom–"

"Yuk! Panggil yang lain sini eomma mau ketemu sama yang lain juga."


Gadis mungil itu meringkuk dibawah selimut. Matahari sudah hampir tepat di atas saat ini, namun sepertinya Minseok tidak berniat untuk meninggalkan ranjang. Mata sipitnya menatap langit cerah nan terik, semakin tidak ingin ia keluar hari ini.

Memikirkan kembali apa yang akan ia hadapi beberapa jam yang akan datang membuat perutnya bergejolak. Keputusan agensi dan orangtua yang dipanggil ke kantor. Seolah Minseok sudah melakukan hal buruk disekolah dan orangtua mereka dipanggil untuk mendengarkan kesalahan anak mereka.

Ini murni kecelakaan.

Siapa yang tahu kalau mereka akan berubah menjadi seorang gadis jika memakan kue itu? Nenek Shin memang sudah pikun, mereka tidak bisa menyalahkan Nenek Shin.

Sebuah tangan tiba-tiba melingkar dipinggangnya. Kulitnya yang telanjang bersentuhan dengan Jongdae yang juga tak menutupi dirinya dengan sehelai benangpun. Deru nafas Jongdae menggelitik tengkuknya, membuat Minseok menggeliat kegelian.

"Noona."

"Hn," Sahutnya. Minseok menoleh sedikit. "Kenapa?"

"Tidak apa-apa. Mungkin saja ini saat-saat terakhir aku memanggilmu dengan sebutan 'noona'," Jongdae terkekeh, namun menurut Minseok kata-katanya tak ada unsur lucu sama sekali. "Kita harus bersiap-siap."

Barulah kali ini Minseok tersenyum. "Sebelumnya aku sudah bilang kalau kita harus bersiap-siap, tapi apa yang kau lakukan selain menelanjangiku, Jongdae?"

"Menggagahimu?" Tebak Jongdae asal.

"Gagah darimananya?"

Gemas, Jongdae langsung mengelitiki Minseok dengan cara menciumi tengkuk Minseok. Meronta-rontapun percuma karena Jongdae sudah menindihnya. Membuat sandwich dengan tubuh sebagai rotinya.

"Ampun! Ampun!"

Jongdae tersenyum. "Aku masih belum gagah?"

"Sudah, kok!" Jongdae tersenyum makin lebar, ia mengecup bibir Minseok.

"Masih mempertanyakan kegagahanku?"

"Tidak, Yang Mulia Chen-chen!"

"Bagus," Jongdae duduk diantara dua paha Minseok yang membuka. Jongdae menarik Minseok sehingga gadis itu duduk berhadapan dengannya. Kecupan singkat mendarat dibibir Minseok. "Sekarang kita siap-siap."

Minseok mengangguk patuh dan membiarkan Jongdae yang masih telanjang itu berjalan santai ke kamar mandi. Gadis itu terkikik, dayum dat ass. Tiba-tiba telepon dikamar hotelnya itu berdering dan Minseok langsung mengangkatnya.

"Ya?"

"Belum siap-siap juga?"

Kedua ujung bibir Minseok terangkat ketika mendengar suara Yifan diujung sana. "Salahkan Jongdae."

"Kalian sama saja."

Minseok tertawa ketika sambungan telepon langsung diputus dari Yifan. Gadis bermata sipit itu mengambil ponselnya selagi menunggu Jongdae siap-siap. Satu pesan singkat dari ibunya membuat gadis itu kembali murung. Ia menaruh kembali ponselnya dan melamun. Menerawang apa yang akan terjadi padanya siang ini.

'Eomma harap ketika eomma sampai di kantor agensimu, eomma tidak kecewa. Eomma merindukanmu.'


Kyungsoo memandang keluar jendela van. Saat ini dirinya dan gadis-gadis lainnya menunggu kabar dari agensi yang masih menyuruh mereka untuk menunggu di-van. Gadis bermata bulat itu menggenggam ponselnya erat, ia sangat butuh kabar baik dari kekasihnya yang sudah berada didalam gedung agensi.

"Kuharap semua orangtua bisa bersikap seperti Nyonya Park."

Semua mengangguk setuju, kecuali Kyungsoo. Gadis itu sejak tadi tidak bisa mendengar apa saja yang dibicarakan. Ia mereka-reka adegan jika orangtuanya melihat keadaannya sekarang. Entah ia akan dipukuli sampai babak belur atau tidak akan dianggap dikeluarganya.

Mata bundarnya melirik kearah laki-laki yang mengawal mereka didalam van, sepertinya ia dapat telepon dari agensi.

"Siapa? Apa katanya?"

Pertanyaan segera terlontar ketika lelaki itu selesai menerima telepon. Kyungsoo reflek bertanya karena dirinya sudah tak bisa tenang lagi.

"Kalian akan masuk ke gedung sebentar lagi."

BRAAKKK!

Tiba-tiba saja van bagian sebelah kiri tempat supir ditabrak cukup kencang ketika van baru saja mulai bergerak. Van yang gadis-gadis itu tumpangi langsung bergeser dan supir pingsan seketika karena shock. Begitu juga Kyungsoo yang duduk tepat dibelakang supir.

Dari kursi belakang, Baekhyun bisa melihat Jongin dan Sehun yang berlari keluar dari van yang menabrak mereka tadi. Jongin menyuruh mereka untuk membuka pintu van. Minseok bergegas melepas sit belt-nya dan membuka kunci otomatis dari bagian pintu supir.

"Soo! Kyungsoo-ya!"

Panggilan Jongin tidak digubris Kyungsoo yang terpejam. Selagi gadis-gadis yang lain keluar, Jongin mengangkat Kyungsoo yang tak sadarkan diri. Jongin memindahkan gadisnya dari van yang ditabrak kedalam van yang mereka gunakan untuk menabrak.

"Kyungsoo pingsan?"

"Hn, mungkin shock. Seharusnya aku beritahu sebelumnya," Jawab Jongin sambil memasangkan sabuk pengaman pada tubuh Kyungsoo. Van yang dikendarai Yifan itu langsung tancap gas. "Semoga ia tak apa-apa."

Jongin melihat kebelakang, van yang dikendarai Chanyeol membuntuti mereka lalu menyelip untuk memberitahu jalan pada van yang dikendarai Yifan. Chanyeol mengkapteni aksi kabur mereka kali ini.


Setelah menyetir lumayan jauh, van yang dikendarai Chanyeol akhirnya berhenti dihalaman rumah yang lumayan terawat didaerah pesisir. Terik matahari menyengat wajah Chanyeol yang lebih dahulu keluar dari van setelah memarkir van-nya. Angin dingin yang menerpa Chanyeol membuatnya merapatkan mantelnya.

"Semoga saja kita aman disini."

Baekhyun memandang kekasihnya. "Ini villa orangtuamu?"

"Hn, biasanya kami akan menyewakannya jika sedang tidak dipakai. Kata eomma pakai saja untuk sementara," Ujarnya. Chanyeol merengkuh Baekhyun. "Ayo masuk."

Selagi Chanyeol membuka pintu masuk villa, yang lain masih memandangi lautan luas yang terlihat jelas dari tempat mereka berdiri. Namun angin dingin membuat orang-orang disana bergegas masuk ke dalam villa yang cukup hangat.

"Soo.."

Kyungsoo yang sudah terbangun semenjak mereka mengebut dijalan tol itu menoleh pada Jongin. Jongin menggenggam tangan kecil Kyungsoo dan masuk ke dalam villa bersama-sama. Di dalam hanya ada 3 kamar dan 1 kamar mandi.

"Satu kamar empat orang," Instruksi Chanyeol. "Tenangkan hormon kalian selama tinggal disini, ya.."

Sehun meninju lengan Chanyeol sambil tertawa. "Kalau mau bermain harus izin pada teman sekamar, ya?"

"Ya itu sih bisa diatur," Chanyeol ikut tertawa. "Pembagian kamar terserah saja."

Chanyeol berlalu ke arah dapur. Para laki-laki beristirahat diruang tamu sedangkan gadis-gadis sudah masuk kamar untuk beristirahat. Chanyeol melihat seseorang memasuki halaman belakang villa-nya. Laki-laki itu tersenyum kecil lalu menghampiri orang itu.

"Oh, Chanyeol-ah.."

"Hai," Chanyeol tersenyum kikuk. "Terima kasih untuk bersedia membantu disini, Gayoung-ah."

Gadis itu menggeleng. "Tak apa, lagipula aku sudah biasa membantu keluargamu. Apa kalian sudah makan? Kalian beristirahat saja. Anggap saja aku tak terlihat."

Gayoung dan Chanyeol tertawa bersamaan. Kedua orang itu berjalan menuju dapur villa sambil bicara ringan. Tidak melihat sepasang mata sipit seperti mengincar keduanya. Chanyeol meninggalkan Gayoung untuk bekerja dan melihat sepasang mata sipit barusan memandang tak suka.

"Hei–"

"Siapa?"

"Apanya?"

"Perempuan itu."

"Oh.. itu dia suruhan eomma," Kata Chanyeol ragu, takut-takut setelah menjawab akan ada laser panas keluar dari mata berkilat Baekhyun. "Dia hanya bantu-bantu, kok!"

"Memangnya dia tidak akan bocor?"

Chanyeol tertawa. "Memangnya dia ember apa bisa bocor segala. Tidak sih sepertinya, keluarganya sudah bekerja bersama keluargaku bertahun-tahun. Kurasa dia tidak akan membeberkan hal ini ke siapapun."

Gadis mungil itu masih tampak kesal, namun kecupan dipuncak kepalanya membuatnya sedikit melupakannya. Meskipun Baekhyun selalu menganggap Chanyeol itu bodoh atau apalah yang jelek-jelek, Baekhyun selalu suka sikap-sikap Chanyeol padanya. Hal kecilpun akan menjadi manis ketika Chanyeol yang melakukannya.

"Kau itu jauh diatas dia. Kalau dia bumi, kau langit ketujuh. Buat apa aku turun lagi jika sudah dapat yang lebih tinggi?" Chanyeol bisa melihat senyum malu Baekhyun. "Meskipun dalam kenyataan masih lebih tinggi Gayoung."

"YA! Ini kan karena aku berubah menjadi gadis!"

Chanyeol terkekeh. "Iya-iya. Terserah tapi aku sayangnya kamu, kok."

"Gak perlu. Sana ah."

Lelaki jangkung itu membiarkan gadisnya masuk kamar, tidak berusaha untuk mengejarnya. Paling-paling dua jam lagi juga sudah lupa lalu Baekhyun akan bicara lagi padanya seolah tak pernah ada masalah.


Sore itu Tao duduk-duduk dibangku kayu dihalaman belakang. Angin beraroma laut menerpa wajahnya manja. Matahari bergerak lambat untuk menghilang namun tak terlalu terlihat karena terhalang awan tebal. Tangannya disilangkan didepan dadanya.

Gadis itu menunduk dan melihat pakaiannya agak menggembung dibagian dada. Tentu saja karena ada benda kenyal itu dibalik tumpukan kain yang menghangatkan tubuhnya ini. Tao menangkupkan kedua tangannya ke dadanya.

"Kalian ini kapan hilangnya sih?"

Tao masih memandang kedua payudaranya. Tidak menyadari kalau Yifan sedang memandanginya sambil membawa dua gelas susu cokelat hangat yang tadi ia minta buatkan pada Gayoung. Yifan agak ragu menghampiri kekasihnya yang sedang bicara dengan payudaranya.

"Ehem.."

Tao melihat Yifan namun tidak memindahkan tangannya dari dadanya. "Gege? Sini."

Dengan senyum canggung Yifan berjalan dengan canggung pula. Yifan duduk disisi Tao dan memandang gadisnya. "Itu kenapa dipegangin gitu?"

"Oh," Tao tertawa lalu memindahkan tangannya. "Belum hilang-hilang sih makanya aku pegang. Kali saja tiba-tiba hilang ketika kupegangi."

Yifan ikut tertawa. "Begitu ternyata," Laki-laki itu menyerahkan salah satu gelas cokelat hangatnya. "Lumayan lah sekarang ada yang bantuin. Jadi kita tidak usah repot-repot bekerja."

"Gadis suruhan ibunya Chanyeol-ge? Serius dia tidak akan bilang siapa-siapa, kan?"

"Chanyeol sih percaya, kalau aku sendiri tidak tahu karena belum kenal kan," Jawab Yifan seadanya. "Dari mukanya.. dia tipe-tipe yang akan bilang teman dekatnya, tapi jangan menilai buku dari cover-nya kan?"

Tao mengerutkan kening. "Memang apa hubungannya gadis itu dengan buku?"

"Uh.. maksudnya itu jangan menilai seseorang dari luarnya saja."

"Oh, ooh! Begitu.."

Yifan hanya tertawa geli melihat gadisnya kebingungan. Si kekar melingkarkan tangan ke bahu Tao, mengelusnya perlahan sambil menikmati pemandangan dan susu hangat mereka. Tao menyenderkan kepalanya ke dada Yifan. Yifan juga menindih kepala Tao dengan dagunya.

"Semoga semuanya lancar dan kau bisa berubah menjadi laki-laki lagi ya."

"Sebelum tidur aku akan berdoa agar ketika aku bangun aku sudah kembali lagi menjadi lelaki, ge."

"Semoga saja, Taozi."


Salah satu kamar masih berisik karena sibuk memilih siapa yang akan tidur dibawah dan siapa yang akan tidur ditempat tidur.

"Gadis-gadis di atas saja. Kita dibawah, hyung."

Chanyeol menatap Jongin malas. "Tidur berdua denganmu dikasur kecil begini? Ogah, ah."

Iseng, Jongin tersenyum mesum. "Tidak usah akting jijik begitu, dulu hyung kan pernah naksir sama aku. Jangan pura-pura lupa juga."

"IDIH!"

"Sudah, lagian kan dibawah juga pakai kasur. Biar aku dan Jongin yang dibawah," Kyungsoo beringsut turun dari tempat tidur dan merebahkan diri dikasur kecil. "Cukup kok kalau aku dan Jongin."

Jongin tampak tidak senang. "Tidak, noona. Nanti pagi noona bisa sakit badan kalau tidur dibawah. Kan kalau laki-laki tidak apa-apa tidur dibawah."

"Tapi kalau dingin kita kan bisa pelukan kalau tidur dibawah bersama, lagian kasur bawah ini terlalu kecil jika ditiduri dua orang yang besar-besar."

"Apanya yang besar?" Goda Chanyeol.

"Badannya lah memangnya apa yang besar darimu selain telapak tangan dan telapak kakimu, bodoh."

Seorang gadis keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya. Chanyeol hanya merengut ketika Baekhyun mengatakan hal yang tidak enak ditelinga Chanyeol.

"Masih saja judes.." Cibir Chanyeol.

"Masa?"

"Iya!"

"BODO!"

Gemas, Chanyeol menghampiri Baekhyun dan berpura-bura me-smack down gadis mungilnya itu diranjang. Jongin dan Kyungsoo hanya bisa geleng-geleng melihat Chanyeol yang merangkul Baekhyun kasar.

"Ya sudah, kita tidur dibawah."

Jongin meminta Kyungsoo untuk bergeser lebih dekat dengan tembok sehingga Jongin berada dipinggir ranjang. Kasur atas masih berisik karena tahu sendiri Chanyeol dan Baekhyun yang selalu meributkan apapun dan menertawakan apapun.

Gadis disamping Jongin mengambil earphone dari tasnya dan memakainya. Kembali tidur disamping Jongin setelah menyalakan lagu yang ia inginkan. Jongin mengambil salah satu earphone Kyungsoo dan memasangnya ditelinganya sendiri.

Lain dengan dikasur atas, keduanya masih bercanda. Chanyeol berusaha untuk menggigit tangan Baekhyun yang memeluk kepalanya kuat. Gadis itu tertawa ketika Chanyeol mengerang dalam kuncinya. Baekhyun menutup mulut Chanyeol dengan telapak tangannya untuk tidak berisik tetapi Chanyeol menjilatnya.

"AAHH! Jorok!"

Chanyeol tertawa layaknya singa laut yang idiot, sangat berisik. Lelah, lelaki jangkung itu merebahkan dirinya dipinggir ranjang. Baekhyun mengelapkan tangannya yang dijilat Chanyeol ke kaos Chanyeol.

"Sudah-sudah," Chanyeol menarik tumpuan tangan Baekhyun sehingga gadis itu otomatis terjatuh dalam posisi tidur. Baekhyun kembali memukul Chanyeol. "Lebih baik kita tidur."

"Yang me-smack down aku duluan kan kau!"

Chanyeol terkekeh dan memeluk gadisnya. Meskipun bertengkar layaknya orang gila, Chanyeol pasti bisa membuat suasana kembali berubah menjadi agak damai. Baekhyun membalas pelukan Chanyeol dan memejamkan matanya.

"Jangan lupa berdoa agar besok sudah memiliki 'batangan' lagi!"

Baekhyun memukul jidat Chanyeol karena omongannya. Meskipun begitu, Baekhyun mengikuti kata-kata Chanyeol dan mulai berdoa agar besok ia bisa berubah kembali menjadi lelaki.

Seperti biasa, Chanyeol akan terlebih dahulu pergi ke alam mimpi sebelum Baekhyun. Gadis itu mulai bersuara seperti biasanya jika ia perlahan mulai lelap. Pada dasarnya, Baekhyun akan tetap berisik meskipun tidur sekalipun.

"Sepertinya kita salah memilih teman sekamar, Nini.." Kyungsoo bicara didalam pejamnya.

"Hn, Baekhyun dalam tidurnya saja berisik."

Suara musik lembut berusaha mengantar Jongin dan Kyungsoo ke alam mimpi seperti Chanyeol dan Baekhyun yang sudah terlebih dahulu terlelap. Jongin iseng memainkan rambut Kyungsoo agar gadis itu lebih cepat tidur.

"Selamat tidur, Nini.."

Jongin mengecup puncak kepala Kyungsoo. "Selamat tidur, Soo.."

"GRRKKK."

"Ugh.." Jongin mengerang.

"GRRKKK."

"Ya, ya. Selamat tidur, hyung."

"GRRRKKKK."


Malam itu Sehun kembali ke kamarnya setelah makan malam usai. Laki-laki itu mengecek ponselnya yang sedang di-charger dan tadinya kembali berniat keluar kamar, namun ternyata Luhan menyusulnya. Gadis itu menutup pintu kamar dan menghampiri Sehun.

Kedua bibir itu bersentuhan.

"Ada apa?"

Luhan menggeleng lalu tersenyum. Jemari mungilnya memegangi garis rahang tajam milik Sehun dan turun ke lehernya. "Hanya ingin saja."

Laki-laki itu merasakan nafas Luhan ditengkuknya. Gadis itu berjinjit untuk membuat kemerahan dileher kekasihnya. Sehun bergetar kecil, libidonya naik. Tangan Sehun memegangi pinggang ramping Luhan lalu menariknya mendekat.

"Uhm.. aku tidak ingin bermain, Sehun-ah."

Sehun masih tampak bingung. "Tapi 'kan kau tahu kalau aku tidak tahan kalau kau sudah bermain dileherku, Lu."

"Iya sih.."

Yang lebih tinggi berjalan kearah pintu dan menguncinya. Sehun duduk diranjang dan menarik Luhan mendekat, gadis itu berdiri tepat ditengah kaki Sehun yang melebar. Sehun melingkarkan tangannya ke pinggul Luhan dan wajah Sehun dibenamkan ke dada Luhan. Luhan mengelus rambut Sehun perlahan.

"Sehun rela kan aku berubah lagi menjadi laki-laki?"

Sehun menengadah. "Rela, dong. Memangnya kenapa?"

"Kalau aku jadi laki-laki, kan aku tidak seperti ini lagi," Luhan memegang dadanya. "Kan Sehun paling suka ini."

"Iya sih, tapi itu kan hanya kesenangan sementara. Kalau Lulu berubah menjadi laki-laki lagi, keuntungannya lebih banyak dan keputusan terbaik untuk semuanya," Sehun mengelus payudara Luhan dari luar pakaiannya. "Luhan versi laki-laki juga aku suka kok. Jangan khawatir, jangan berpikiran negatif. Mengerti?"

"Hn.. iya."

Sehun memeluk Luhan lagi. "Jangan meragukan aku, Lu. Yakinkan dirimu untuk berubah ke wujud semula, karena tidak ada yang harus kau sesali jika berubah. Aku masih ada disini untukmu dalam wujud apapun."

Gadis itu tersenyum. "Terima kasih, Sehun-ku."

Damai dalam keheningan, keduanya masih dalam posisi yang sama. Lalu Sehun mengangkat kepalanya dan keduanya memandangi kekasihnya masing-masing. Senyum sejuta arti terlihat diwajah Sehun.

"Jadi.. lanjut main tidak?"

Anggukan dari Luhan membuat Sehun tersenyum makin lebar selagi ia melempar Luhan ke ranjang.

.

"Jadi mereka mengunci pintunya?"

Jongdae mengangguk guna menjawab pertanyaan Minseok. Gadis berpipi chubby itu menghela nafasnya. Seharusnya ia tidak memilih satu kamar dengan pasangan yang sangat sulit untuk menahan nafsu mereka.

Minseok yang mengantuk menyenderkan kepalanya dilengan Jongdae. Televisi masih menyala dan disana hanya ada mereka berdua. Yang lain sudah kembali ke kamar masing-masing untuk beristirahat. Satu tangan Jongdae yang bebas melingkar dipinggang Minseok.

"Masa kita harus tidur disofa begini."

Lelaki itu tertawa renyah. "Paling nanti juga ada yang keluar untuk mengambi minum kalau sudah selesai."

"Mereka kan kalau bermain lama."

Gadis itu mengecek jam, sekarang sudah jam 11 malam. Paling cepat satu jam mereka baru akan keluar, itupun kalau mereka keluar. Kalau langsung tidur, ya mereka terpaksa tidur didepan televisi. Matanya yang sudah tidak bisa diajak kompromi itu menutup perlahan.

Jongdae mengangkat badannya sedikit untuk mengintip Minseok yang tak bersuara, ia kembali menonton televisi. Tayangan pertandingan sepak bola seharusnya sudah mulai namun komentator masih sibuk memprediksi pertandingan.

Menguap satu dua kali, akhirnya Jongdae ikut ketiduran disana. Jadilah televisi yang menonton kedua insan yang saling jatuh cinta itu tertidur lelap. Bayangan dari televisi terlihat seseorang berdiri dibelakang sofa yang Minseok dan Jongdae tiduri.

"Mereka sudah tidurkah?"

Gadis itu mengendap-endap dan berdiri didepan Minseok yang terlelap. Jongdae juga tampaknya sudah nyenyak.

"Uwaaa.. tampannya!" Bisiknya girang.

Gadis itu –Gayoung, mengeluarkan ponselnya dan mengambil foto Minseok dan Jongdae beberapa kali. Setelah selesai, gadis itu kembali keluar melewati pintu dapur. Seorang gadis telah menunggunya dan keduanya meloncat senang.

"Uhh.. lucu sekali!"

"Kau belum lihat gadis-gadis yang lain sih. Mereka cantik-cantik! Aku saja malu jika disandingkan dengan mereka," Ujar Gayoung. "Pokoknya kau jangan bilang siapa-siapa, oke?!"

"Iya-iya, tapi aku mau dong fotonya. Kirim lewat katalk. Aku janji tidak akan menyebarnya!"

Sambil berjalan pulang, Gayoung mencoba mengirimkan foto itu ke akun katalk milik temannya, namun gadis itu salah pencet sehingga ia mengirimkannya ke group katalk pecinta EXO. Semua orang digrup langsung merespon.

"Aduh, salah pencet nih. Malah ke grup fans EXO!" Kata Gayoung panik.

"ADUH BODOHHH! Bilang saja editan!"

"Aduh.. mereka tidak percaya karena mereka tahu kalau aku adalah orang terdekat keluarga Chanyeol. Ah.. bagaimana ini?! Mereka mengancam akan menyebarkannya di SNS kalau aku tidak bilang dimana aku mengambil foto ini."

Gadis disamping Gayoung makin panik. "Ya sudah bilang sajalah! Sekarang sudah malam lebih baik kita pulang sebelum ketahuan kalau kita keluar tanpa ijin."

"Hn, baiklah."


Joonmyeon terbangun karena kedinginan. Tidak tahan, Joonmyeon duduk dan melihat Yifan yang tidur disampingnya tidak bergerak sedikitpun. Matanya melihat Tao dipinggir ranjang yang juga masih terpejam. Pemimpin K itu berdiri dan keluar dari kamarnya untuk menuju kamar mandi.

"Eng? Kok mereka tidur disini?"

Lelaki itu membuka kamar tengah, tempat dimana Sehun dan Luhan tidur. Pintunya tidak dikunci dan terlihat Sehun pulas disamping Luhan. Joonmyeon menyentuh lengan Jongdae dan memukulnya pelan, membangunkannya.

"Uh? Iya, hyung?"

"Pindah ke kamar sana. Dingin tidur disini." Bisik Joonmyeon.

Jongdae mengangguk dalam kantuk. Selesai membangunkan Jongdae, Joonmyeon kembali ke rencana awalnya untuk menuju ke toilet. Tidak lama Joonmyeon keluar, Jongdae menghampirinya. Menunjukkan ponsel miliknya.

Mata Joonmyeon membuka lebar. Sebuah foto yang dalam keadaan gelap itu membuatnya tak bisa berpikir jernih, ia panik.

"Ba-bagaimana bisa?!"


xxXxx

Cake?

Chapter Eleven

To Be Continue

xxXxx


Iya, bersambung.

HAHAHA. Yaudah, tungguin aja lagi ya. Yang mau soft copy langsung e-mail ke yewookchanbaek at yahoo dot com ya kontaknya atau boleh lah via twitter at chanbaekiss okaayyy. Terima kasih banyak khusus untuk Hyomilulu kesayangankuh yang udah mau ditolongin nge-update ff gue karena gue nggak bisa buka ffn dirumah. Biasalah... internet sehat.

BTW gue pindah ke wordpress! Linknya ada di bio! Terima kasih banyak!

BHAAYYY.