. . .

Kaichou is My Kouhei © Namikaze Akane

Rate : T

Genre : Romance, Crime, Hurt/Comfort, Comedy

. . .

"Kau benar-benar sangat cepat ya Namikaze-san"

"Hh… Hh… Hh… Hh… Kau! Kau! Benar-benar! Hh… Gila ya?"

"Berkata kurang sopan! Pelajaran tambahan dimulai hari ini. Jadi, kita kira-kira berlatih selama 13 jam, karena kecerobohanmu"

"Kau ingin membunuhku? Hah?" tanya Minato tak percaya.

"Kau yang melanggar semuanya. Dan itu berarti salahmu!"

"Wakatta wakatta. Mari kita mulai" Mula Minato.

Kushina kemudian memberikan secarik kertas yang berisi denah kompleks rumah Minato.

"Lari 500 meter, kita sama-sama lari. Siapa yang menang, boleh mendapatkan makan gratis esok di restaurant bintang lima."

"Baik, aku terima tantanganmu"

15 menit kemudian…

"A… Hh… Me… Nang…" ucap Kushina. Sambil melihat ke arah belakang.

"Summimasen. Tapi, aku yang tiba pertama, 11 menit." Sela Minato.

"Wakatta… Hh… Huahh… Istirahat minum 2 menit"

Latihan hari itu, memang susah untuk di jelaskan. Mereka selalu melakukan taruhan hidup dan mati. Hingga sudah waktunya makan malam.

"Jatah makan malamku!" tagih Minato. Kushina kemudian terdiam dan siap-siap untuk berlari.

"Bocah sialan! Kau Kouheiku! Jangan bertindak sembarangan!"

Minato ingat semua peraturan berlatih dengan Kushina. Tertib, disiplin, sopan, dan bersih.

Skippp…

1 bulan berlalu. Minato berubah menjadi semakin dewasa. Sangat tertib, disiplin, sopan dan semakin bersih dengan semua pekerjaannya. Latihan pagi ini sama seperti latihan hari pertama, untuk mereview semua latihan yang di berikan Kushina.

Taruhan yang di pasang Kushina tak jauh-jauh dari makan, traktiran dan shopping. Just it! No other!

Semua pelajaran hari ini sudah selesai sejak pukul empat sore. Kushina masih harus meneraktir Minato an melakukan semua yang ia janjikan.

"Aku ingin makan crepes! Cepat! Penuhi permintaanku genie!"

"Tidak!" tolak Kushina dengan wajah penuh seringai.

"Oi! Baa-san! Cepat!"

"Tidak!" Kushina kemudian berlari menutupi badan Minato.

Sayang sekali, bukan berlari untuk lari dari kewajibannya, ia ingin melindungi Minato. Sebuah lubang peluru shotgun menembus perut Kushina sebelah kiri. Ia masih berdiri dengan sebuah senyuman yang ia sunggingkan.

"Kau… haru—"

Sing…

Satu lubang berlumur darah kembali terbentuk. Bahu sebelah kiri kali ini. Ringiasn kesakitan itu tak tampil di wajah datar Kushina. Tapi, matanya sudah terkatup. Liquid itu turun perlahan, bercampur dengan darah yang mengucur dari bahunya.

"K-Kushina ka—"

"Lari. Cepat. Nanti temui aku di restaurant yang aku janjikan"

"Kau benar-benar gila!"

"CEPATT!"

Minato berlari lebih cepat. Semakin cepat dan akhirnya menghilang dari tempat pengeksekusian Kushina.

"Kareiwa Akai. Senang berjumpa kembali" sapa Kushina. Ia tersenyum sinis melihat lelaki dengan rambut pirang sebahu itu.

"Baka! Kau mau saja, melindungi bocah tengik pembunuh Okaa-sanmu! Sialan!"

"Bagaimana keadaan perkum—"

"Kami ingin kau kembali" ucap Akai tegas sekaligus memohon.

"Dengan sangat terhormat. Aku menolak" jawab Kushina enteng dengan nada meremehkan.

"Kami masih membuka kesempatan bagimu Kushina. Banyak yang menunggumu untuk pulang" jelas Akai.

Brukkk…

Lelaki bernama Akai itu menginjak paha Kushina sebelah kiri yang sudah menyentuh tanah terlebih dahulu. Kushina semakin kehilangan kesadaran.

"Aku akan menyelamatkanmu. Tapi, tolong pikirkan semua perkataanku tadi"

"Ukh…" Kushina kemudian memuntahkan darah segar dalam jumlah yang tak sedikit dari mulutnya.

. . .

Ti… Ti…

"Kisahmu menyedihkan Kushina" ejek orang itu. Samar-samar kalimat itu terdengar oleh Kushina. Entah apa kelanjutan dari kalimat itu.

"Ngh…"

"Baka!"

Kushina membuka matanya perlahan. Ia menatap asing dengan pemandangan di sekitarnya, ruangan dengan cat berwarna emas. Wewangian obat-obatan tercium di sekitarnya. Remang-remang, cahaya yang menyelusup ke dalam ruangan itu membantu Kushina untuk melihat keadaan sebenarnya.

Infus, Oksigen, dan pengukur detak jantung yang membisingkan telinga. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali. Kushina berusaha untuk duduk, ia kemudian mengatur kasurnya untuk mendirikan kepalanya. Ia meringis kesakitan. Darah akhirnya kembali keluar, jahitannya pasti terbuka kembali. Dengan segera, ia menekan tombol darurat untuk memanggil suster.

Ia kembali kehilangan kesadaran, walau sebelum sepenuhnya kehilangan kesadaran ia mendengar sayup-sayup suara suster yang tengah panik berusaha menyelamatkannya.

. . .

Minato masih terduduk di ruang kerja sang Otou-san. Ia masih merenungi Kushina yang menghilang selama satu minggu. Matanya sudah seperti mata panda. Ilmu yang Kushina berikan padanya mungkin baru 10% saja. Mana cukup untuk melawan orang bershotgun yang menyerangnya tempo hari.

"Minato. Kau ingin tau satu rahasia lagi tentang Okaa-san?" tanya Sato dengan senyum cerah ke Minato.

Minato menoleh pada Otou-sannya dengan tatapan penasaran. Tapi, tatapan penasaran itu, lebih di dominasi oleh tatapan lelah, bingung, dan khawatir.

"Okaa-sanmu, seorang Senju. Kerabat dekat Uzumaki. Sedangkan Namikaze, kerabat dekat Uchiha. Senju dan Uchiha, adalah rival abadi. Bersaing di depan umum secara sehat, tapi di balik layar bersaing secara tidak bersih. Uzumaki-san itu putri tunggal penguasa Uzumaki. Salah satu orang kepercayaan Senju" jelas Sato.

"Lalu, hubungannya dengan menghilangnya Kushina?"

"Mungkin dia di deportasi ke Uzushio. Pusatnya keluarga Uzumaki. Memang negara itu mengalami penurunan kualitas di segala bidang. Tapi, untuk kesehatan itu merupakan bidang yang tidak pernah mengalami penurunan. Bahkan, bidang ini, terus-terusan berkembang" Sato kemudian beranjak dan mengambil salah satu koran lama. Koran itu berjudul 'Satu pohon abadi'.

"Lalu?"

"Aku mendapat laporan bahwa beberapa hari lalu. Ada seorang wanita yang mengalami pendarahan hebat. Rambutnya berwarna merah panjang. Ia tertusuk di perut sebelah kiri"

"Tidak mungkin Kushina. Kushina tertembak. Bukan tertusuk. Aku mendengar beberapa suara tembakan setelah itu. Sebelum aku melapor kepada polisi, Kushina sudah hilang"

"Bisa saja. Senju, klan yang ahli dalam pengobatan. Sedangkan Uzumaki, terkenal dengan kekuatan fisiknya. Bisa saja, Uzumaki-san sudah di bawa pergi untuk di tawan"

Minato kembali berusaha untuk berpikir jernih. Bisa saja, Kushina di bunuh mereka. Bisa saja, Kushina di bawa lari. Bisa saja, Kushina melarikan diri. Ah, semuanya bisa berjumlah 1001 alasan.

"Baiklah. Aku pergi!" ucap Minato meninggalkan Sato yang memegang foto istrinya itu.

"Kau mau kemana?"

"Tidur. Otou-san mau ikut?"

Sato menggelengkan kepalanya. Minato berjalan di lorong panjang itu. ia bertemu dengan ane-uenya yang sedang membawakan dua cangkir cappuchino.

"Mau?"

"Minum saja sama ane-ue. Aku mau tidur. Mataku menyaingi panda di kebun binatang"

Akane terkekeh pelan. Ia kemudian meninggalkan otoutounya yang merupakan prince charming di sekolahnya dahulu. Minato menatap punggung Akane sejenak. Secercah cahay merah seperti laser berada di punggung ane-uenya. Laser! Itu, laser! Kenapa ia tak menyadarinya!

"Ane-ue! Awas!" Minato menubruk tubuh ane-uenya.

Suara pecahan kaca jendela membuat Sato bangkit dari lamunannya. Ia segera membuka pintu ruang kerjanya. Dua buah hatinya yang berbeda gender itu tampak seperti habis bertubrukan dengan keras.

"Minato! Akane!"

"Otou-san! Merunduk"

Psiuuu… Tringg… Prang…

"Si-Siapa di sana?"

Tak ada jawaban. Hanya deru sebuah mobil dengan tarikan yang setara dengan 120 kuda yang terdengar.

"Akane!"

"Ane-ue!"

Akane kemudian bangkit, ia langsung mengeluarkan Heckler and Koch USP dari balik baju kaos yang di kenakannya. Ia bangkit dan langsung berjaga-jaga di sekitar Minato dan Sato.

"Dari mana kau mendapatkan itu, ane-ue?"

"Dari sebuah trip singkat untuk mengurus kepemilikan senjata ini"

"Ini senjata semi otomatis yang bisa di kunci. So, aku tak terlalu masalah untuk memakainya sekali"

"Menantang hm?"

Setelah merasa aman, Akane membantu Minato dan sang Otou-san untuk bangkit. Ia melihat cangkir-cangkir yang di bawanya tadi retak dan pecah. Membuat karpet di lorong itu menjadi memiliki aroma cappuchino yang lumayan menggugah selera pecinta kopi.

Minato menatap sebuah lubang yang cukup besar ketika menembus jantung manusia. Andai saja ia tadi tidak memperingatkan ane-uenya. Entah apa yang akan terjadi.

. . .

Uzu, ibukota Uzushio memang kota yang tenang. Sejak kejadian berdarah antara Senju plus Uzumaki melawan Uchiha yang tiba-tiba menyerang 2 abad yang lalu, membuat Uzu hanya sebagai ibu kota, bukan kota terbesar. Hamparan pemandangan menenangkan memang cocok untuk menghilangkan suntuk.

Wanita berambut merah darah panjang itu berusaha duduk bersila walaupun resiko untuk membuat lukanya yang belum sepenuhnya kering kembali berdarah. Duduk di tatami yang masih original dan duduk di depan kertas beserta tinta untuk menulis 1 abad lalu memang membuat diri menjadi lebih rileks.

Ia menarik nafas dalam dan menghembuskan melalui mulutnya. Kembali menatap kertas putih itu. tangannya seolah-olah bergerak sendiri. Ia menulis surat untuk Kouheinya yang menunggu dengan perasaan cemas dan tak setabil.

Tangannya menegang ketika seseorang lelaki jangkung dengan kulit pucat memegang pundaknya tiba-tiba. Kariewa Akai…

"Kembalilah beristirahat. Aku tidak ingin aset keluarga inti Uzumaki rusak. Otou-sanmu sebentar lagi akan segera muncul."

Lelaki misterius itu tak pernah berubah. Muncul membuat Kushina menjadi kaget, meghilang seperti tidak melakukan apa-apa. Paviliun tradisional itu memang menyuguhkan pemandangan menenangkan karena letaknya yang strategis berada di atas tebing yang sudah di modikfikasi agar tidak mudah hancur.

Sreeggg…

"Kushina Uzumaki. Bangun, dan siapkan dirimu. Keadaan semakin tak terkendali, lebih baik rencana ini di percepat"

"Rencana mana?"

"Julie-10. Siapkan dirimu"

"Tapi, izinkan aku untuk mengundurkan diri dan mengurus kepulanganku kembali ke sini!"

Sayang, tak ada jawaban. Yang ada hanya suara pintu yang di geser dengan keras. Antara iya ataupun tidak. Itu membuat Kushina semakin bingung dengan lelaki yang di masa mudanya memiliki rambut berwarna merah itu.

Lagi-lagi sentuhan dingin mengejutkan menyadarkan Kushina dari lamunannya terhadap pintu paviliun miliknya.

"Ganti kimonomu dengan pakaian formal. Penerbanganmu 3 jam lagi. Bersiaplah. Tenggak waktumu hanya 2 minggu. Kembali lagi dengan keadaan tak kurang satu apapun!"

Kushina kembali termenung. Sejenak kemudian ia langsung mengganti pakaiannya. Ia menatap kaca yang memampangkan tubuhnya yang sebagian tertutup perban yang beraroma obat-obat tradisional khas klan Senju.

. . .

Kushina merutuki pesawat tadi. Penerbangan itu cukup terganggu akibat cuaca buruk yang melanda perbatasan Uzushio dan Konoha. Pesawat itu membuat perut Kushina cukup berputar-putar. Untung saja, dia duduk sendiri di kelas bisnis.

Ia membawa koper hitam putihnya berjalan. Ia yakin, anggota klan Senju yang akan menjemputnya. Ia masih berdiri di depan departure gate dengan tatapan tajam, mencari karton yang menuliskan namanya.

Bruk…

Seorang lelaki yang seumuran dengan Minato menubruknya dari belakang dengan troli bagasinya. Ia memakai kacamata hitam yang sepadan dengan bajunya yang serba hitam. Kecuali kulit putihnya.

"Gomen! Aku buru-buru!"

Lelaki itu kemudian pergi, meninggalkan Kushina. Kushina kemudian melihat sebuah kertas putih dengan corak merah darah jatuh dari tempat lelaki yang menubruknya tadi datang.

Pergilah kembali ke sarangmu. Burung pipit lemah!

Siapa yang melakukan semua ini? Apa dia anggota Uchiha?

"U-Uzumaki-sama! Kemari!" ucap seorang lelaki dengan jas hitam yang terlihat kikuk.

Oh, Kami-sama. Kau mengirimkan orang aneh ini?

Kushina berjalan menyusuri pagar yang membatasi tempat kedatangan. Akhirnya ia berjumpa dengan orang yang memanggilnya tadi.

"U-Uzumaki-sama!" ia menundukkan badannya agar lebih rendah dari wajah Kushina.

"A-Anda akan saya antar langsung ke ho-hotel anda! Sebelumnya, nama saya Hayashi Hiro"

Kushina mengangguk mengerti, ia segera memberikan koper hitam putihnya pada lelaki tadi. Kushina di jemput sebuah SUV hitam. Ia segera masuk. Di dalamnya terdapat seloyang cheese pizza hangat.

"Ittadakimasu!"

Jalanan Konoha sedang lengang. Di luar, cuaca sedang hangat-hangatnya. Menjelang musim panas memang hangat. Banyak bunga-bunga yang masih bermekaran. Lampu-lampu menerangi jalanan itu beserta cahaya bulan.

Tak lama, perjalanan itu menjadi amat menegangkan, ketika muncul mobil besar yang muncul dari balik gang-gang kecil.

"Uzumaki-sama. Sebaiknya anda mengambil revolver yang ada di balik meja pizza anda. Sebentar lagi, Uchiha akan menyerang"

Kushina dengan cekatan membalikkan meja pizza itu. Sebuah revolver dengan cadangan peluru. Ia memasukkan revolver itu ke dalam saku jas-nya.

Trang…

"Uzumaki Kushina. Kami dari Namikaze, ingin menjemput anda"

Menjemput? Apa maksudnya?

"Atas perintah Uzumaki Wataru. Anda harus di bawa ke rumah keluarga cabang Namikaze"

Hiro keluar dari mobil sambil memegang revolver dengan kuat. Percuma melakukan perlawanan. Kushina hanya berdua, sedang lawan mereka berjumlah lebih dari lima belas. Itu sebuah hal mustahil.

Seorang lelaki dengan kacamata hitam menundukkan kepalanya ke depan Hiro. Kemudian sebuah senyuman ia sunggingkan yang diberikannya ke arah Hiro. Hiro kemudian membalasnya dengan menyunggingkan sebuah senyuman lagi.

"Senang bertemu denganmu, Namikaze Sera. Aku tau, kalau kau sengaja membuat nonaku waspada"

Ia melepaskan wignya dan kemudian mengeluarkan rambut coklat ikalnya yang sepanjang bahu. Ia menjatuhkan senapan laras panjang yang ia pegang.

"Amankan saja nonamu sekarang"

Kushina heran dengan Hiro. Apa Hiro sedang menjualnya pada seorang wanita macho?. Impossible. Tak lama, terios hitam datang di kawal beberapa mobil yang sama dengan gerombolan wanita macho.

Seorang lelaki yang cukup tua keluar dari mobil itu. Ia memakai jas hitamnya. Ia mengenali lelaki itu, Namikaze Sato. Dan seorang yang baru ia jumpai saat di paviliun, sang Otou-sama, Uzumaki Wataru.

"Ini puteriku. Bukannya kau sudah kenal?"

"Ya. Sudah. Sekarang, apa yang kita lakukan. Apa kita satukan saja mereka langsung?"

"Demi kelangsungan klan kita. Mungkin saja"

Kushina mendekati dua lelaki tua itu. Ia memberikan hormat pada keduanya.

"Kushina. Gomen, aku harus memaksamu untuk melanjutkan kelangsungan klan kita. Agar keluar dari semua masalah dengan Uchiha melalui Namikaze"

"Maksud Otou-sama?"

"Kau, akan menikah dengan Minato besok. Tak ada penolakan yang akan ku terima. Semua ni di dasari atas keinginan kita untuk berdamai dengan Namikaze. Klan kita hanya sebagai korban selama ini. Anggota klan semakin berkurang. Dan Namikaze juga begitu. Kita harus segara mengakhiri semua ini. Dengan menyatukan keluarga pendamping"

"A-Aku tak mengerti"

"Klan Namikaze dan Uzumaki akan keluar dari peperangan dan pertentangan dengan bersatu melalui kau dan Minato-san. Hanya Uchiha dan Senju. Hanya mereka"

Kushina membelalak kaget. Ia tidak mencintai Minato. Ia mengabdi pada Senju sesuai dengan sumpah yang ia ambil saat pelatihan Karate dan Taekwondo di Uzu.

"Aku sudah mengambil sumpah di depan para tetus Senju. Aku menolak semua ini!"

"Tetua Senjulah yang menyarankan ini"

"Aku juga tak mencintai Mina—"

"Kau harus mencintainya. Bagaimana pun caranya"

Kushina semakin berang dengan semua keputusan aneh yang menghempasnya seperti di hempas Tsunami. Berat, sakit, dan aneh.

"Kau juga harus memberikan keturunan untuk kami"

GILA! Hanya satu kata itu yang menggambarkannya. Itu benar-benar gila.

"Ta-Tapi. Sudah ku katakan… Sudahlah. Demi keluarga, kedamaian. Dan demi klanku. Aku bersedia melakukan apapun, walau itu mengorbankan nyawaku"

. . .

Denting lonceng-lonceng gereja itu mengiringi sang pengantin wanita yang berjalan di dampingi sang Otou-sama. Dengan rambut tergerai bebas, ia berjalan dengan anggun.

Ia di serahkan oleh Otou-samanya ke pria yang pernah menjadi Kaichou sekaligus Kouheinya. Semua pemikiran tentang perdamaian, senyuman dan semua misteri tentang kematian Okaa-samanya yang amat tragis.

"Kau jaga dia, hm?"

"Baiklah"

Minato membantunya untuk naik ke altar. Menemui sang pastur yang akan menikahkannya dengan pria berambut durian di depannya.

"Baiklah. Sekarang, di hadapan Kami-sama. Namikaze Minato, bersediakah kau menjadikan Uzumaki Kushina sebagai istrimu. Bersama dalam keadaan susah maupun senang, dalam keadaan sehat ataupun sakit, dalam keadaan apapun hingga waktu memisahkan kalian?"

Minato menarik nafasnya dan kemudian menyunggingkan senyuman mautnya pada Kushina. "Aku bersedia!"

"Sekarang, di hadapan Kami-sama. Uzumaki Kushina, bersediakah kau menjadikan Namikaze Minato sebagai suamimu. Bersama dalam keadaan susah maupun senang, dalam keadaan sehat ataupun sakit, dalam keadaan apapun hingga waktu memisahkan kalian?"

Berat. Tapi, semua orang mengharapkan ini terjadi. Ia harus berkorban. Sesuai dengan semua ikrarnya di depan tetua. "Iya. Aku bersedia"

"Sekarang, silahkan ambil cincin ini. Dan pasangkan pada pasangan kalian"

Minato mengambil cincin yang lebih kecil dari ukuran jarinya. Menyematkan cincin emas putih itu pada Kushina. Ia kemudian mencium tangan Kushina. Kushina merasa mukanya sedikit memerah. Belum pernah ia di perlakukan seperti itu oleh laki-laki manapun.

Kushina mengambil cincin yang sesuai dengan ukuran jari Minato. Menyematkannya, dan mencium pipi Minato.

"Pengantin pria, dipersilahkan untuk mencium pengantin wanita"

Minato menatap Kushina ragu. Kushina tampaknya tak keberatan dengan itu. Ia mengambil tangan kanan Kushina. Meletakkannya di dadanya. Ia menundukkan wajahnya menuju wajah Kushina. Semakin dekat, deru nafas Kushina bisa ia rasakan.

Hanya beberapa senti lagi…

3 cm…

2 cm…

1 cm…

Mereka mempautkan bibir mereka. Minato menekan bibir Kushina pelan.

"Anakku sudah dewasa" ujar Sato sambil memeluk putrinya yang ada di sampingnya.

"Iya. Minato tampak sangat dewasa. Aku yakin, dia bisa membahagiakan Kushina dan menyelamatkan klan kita"

. . .

Mobil SUV berwarna putih itu terparkir di depan gereja. Di hiasi berbagai pernak-pernik khas mobil pengantin.

"Baiklah. Tidak ada bulan madu untuk kalian untuk sementara waktu. Aku hanya ingin kalian tinggal di paviliun Uzumaki di Uzushio. Kushina, maaf. Pengunduran dirimu sudah kami antar melalui orang terpercaya Namikaze. Jadi, jangan khawatir. Kalian bisa beristirahat dengan tenang di paviliun" ujar Wataru.

"Dan, Kushina. Sekali lagi. Semua benda-bendamu yang aneh, sudah kami keluarkan dari semua tempatnya. Di ganti dengan semua perlengkapanmu dan Minato. Novel, senjata, panah, samurai, pakaian karate dan Taekwondomu sudah kami singkirkan" sambung Wataru.

"Nani?" Kushina yang memakai gaun panjang itu mengangkat roknya selutut, memampangkan betis putihnya.

"Kami pindahkan ke gudang. Tenang saja. Dan tolong jangan membuat Minato repot"

Kushina menurunkan roknya lagi. Haruskah, semua penderitaan ini ia alami?

. . .

"Minato! Jangan macam-macam!"

"Aku tidak macam-macam. Hanya saja, ada sesuatu yang aneh dengan diriku"

. . .

TBC…

Yang ngarep di chapter depan ada adegan NC, jangan berharap. Akane, bisa mimisan ketika bikin itu! Akane aja nggak kuat baca NC-17. Apalagi bikin!

Untuk sequel, One Kiss In One Year, Akane kasih bocorannya dulu. Ratenya bisa di katakan T dan menjurus ke Rate M. BISA MENJURUS! BUKAN M OKE! Disini, Kushina harus menghadapi dilema. Bertemu dengan cowok lain yang lebih perhatian pada Minato. Minato harus berjuang untuk mengambalikan Kushina ke pelukannya.

Nah, selesai bacot Akane kali ini. Oh iya, jangan lupa reviewnya!

Jaa ne~ *terbang*