One True (OT) Four (4): Artist Edition

Disc: Masashi Kishimoto

Pairing: ItaSasuKyuuNaru

Warn: 4some, OOC, miss typo, AU, dan masih banyak lagi

Cerita ini bukan untuk dikomersilkan atau bermaksud menghina pengarang aslinya

Happy reading!


Chapter 2: Casting?


"Sudah akui saja, kau sangat senang dengan kehadirannya, bukan?" Itachi mendesak Sasuke.

Langkah kaki Sasuke berhenti. Pemuda Uchiha itu menatap kakaknya tajam. Sudah ratusan kali Sasuke mendesah, bergumam, oh.. bahkan mengutuk Itachi, tapi kakaknya tidak peduli sama sekali. Urusan suka atau tidak dengan anak baru itu bukanlah urusan kakaknya. Jadi, untuk apa Itachi Uchiha yang notabene terkenal gentle—tidak mau tahu urusan orang—merecoki kehidupan Sasuke? Apakah mengetahui perasaan Sasuke sekarang sangat penting buat Uchiha sulung?

"Harus bergumam atau mendengus berapa kali agar kau tahu aku tidak suka urusan pribadiku dicampuri?" Sasuke mendesis. Wajahnya dekat sekali dengan Itachi, tapi Itachi hanya tersenyum simpul.

"Sifatmu berubah semenjak dia datang," Itachi makin menjadi, Sasuke annoyed.

Malas menghadapi kakaknya, Uchiha Sasuke kembali jalan. Tapi, Itachi tetap mengekor. Namun, langkah Itachi dan Sasuke berhenti secara bersamaan sewaktu di depan mereka berdua terdapat pemandangan yang menarik. Naruto Namikaze, artis yang sedang menjadi hot topic di seluruh Jepang sedang dihapit oleh Kyuubi. Bukan itu saja! Jarak Naruto dan Kyuubi sangat dekat sampai-sampai kedua bibir mereka nyaris bersentuhan. Itachi tersenyum setan. Matanya menatap adiknya yang tampaknya akan terpengaruh dengan adegan ini. Namun, melihat Sasuke, ekspresi Itachi berubah kecewa. Adiknya tetap stoic seperti ayahnya, walaupun orang yang disukainya jelas-jelas akan direbut oleh rival.

"Tampaknya benar, kau tidak ter—Sasuke?" Itachi melihat adiknya mendekati Naruto dan Kyuubi.

"Sedang apa kalian?" sinis Sasuke. Nggak biasanya Sasuke bertanya tentang urusan orang lain.

Itachi menggeleng-gelengkan kepalanya, merasa lucu sama tingkah adiknya.

Naruto terkejut melihat Itachi dan Sasuke. Tadinya, dia nggak nyangka kalau di lorong sepi ini akan ada orang yang lewat. "Minggir!" perintah Naruto sambil ngedorong Kyuubi.

Kyuubi memukul tembak di samping kepala Naruto. Ia mendesah kesal, dan langsung menatap dua Uchiha di dekatnya, "apakah kalian tidak bisa megangguku?" tanyanya—nggak kalah sinis dari Sasuke.

"Ini adalah tempat umum, Kyuu..," jawab Itachi—tenang. "—dan kau jangan berbuat nakal di tempat sepeti ini," di perkataan pelan Itachi terdapat sindiran.

"Na—nakal?!" Naruto membeo, "Aku dan dia tidak melakukan tindakan aneh-aneh?" lanjutnya. Nggak mau orang salah paham dengan kejadian tadi.

"Lalu?" Sasuke menatap Naruto dingin. Suaranya bergetar, kelihatan sekali jika pemuda ini sangat sebal dengan kedekatan Naruto dan Kyuubi.

Naruto menatap satu persatu orang di depannya. Demi apa… dia seperti diintrogasi oleh ketiga orang pacar. Astaga! Bahkan Naruto tidak kenal dengan ketiga orang itu, tapi mereka bertiga seolah-olah mengenal Naruto dengan baik. Naruto pun milih untuk pergi, tapi pundaknya tiba-tiba ditahan oleh Sasuke. Pemuda Uchiha itu mendorong Naruto kembali ke tembok, namun Kyuubi menahan pergelangan tangan Sasuke. Adu pandang pun terjadi. Ada apa dengan dua orang itu? Naruto cuman bisa bengong, sedangkan Itachi malah cekikikan pelan—makin ngerasa hal ini menarik banget.

"Kau jangan kasar, Uchiha!" Kyuubi memperkencang genggamannya.

Rasa sakit di pergelangan tangannya tidak membuat Sasuke berubah ekspresi, "Memangnya kau siapa, berani mengaturku?"

"Hahahahaha…," Itachi tergelak tawa, "Sudah-sudah!" Itachi menepuk pundak Sasuke dan Kyuubi, "bagaimana supaya tidak terjadi salah paham, Naruto menjelaskan semuanya pada adikku satu-satunya ini," kata Itachi—ngasih solusi yang menurut Naruto tidak perlu dilakukan. Tapi, melihat kondisi seperti ini tampaknya Naruto memang harus bercerita.

"Baiklah..," jawab Naruto—bingung.

Kenapa juga dia harus cerita?

Flashback…

Keributan akibat Sasuke dan Kyuubi ngebuat orang-orang shock. Suasana di kelas jadi aneh. Semua orang di dalam kelas sesekali ngelihat ke arah Naruto, Sasuke, dan Kyuubi sewaktu Kakashi memulai pelajarannya. Semua orang bertanya-tanya; sebenarnya apa hubungan Naruto dua orang itu? Nggak biasanya Kyuubi dan Sasuke meributi urusan orang lain? Orang-orang di kelas kembali fokus ke depan sewaktu Kakashi menegur mereka. Tapi, mereka tetap penasaran dengan kejadian tadi pagi.

Semua itu berlangsung sampai bel pergantian kelas terdengar.

Sasuke yang tidak suka dengan kondisi kelas yang tidak kondusif langsung kabur keluar kelas dengan diikuti Itachi yang mau 'ngepoin' Sasuke. Selain itu, anak-anak lain pun ikut pergi karena ada yang mau makan di kantin, ada juga yang harus ke kelas selanjutnya. Kelas pun nyaris kosong jika tidak ada Kyuubi dan Naruto di dalamnya. Naruto sibuk membereskan buku, sedangkan Kyuubi sibuk bertualang di alam kapuk alias dia tertidur!

Selesai membereskan buku, Naruto mau pergi keluar kelas. Tapi, dia berhenti di tengah jalan sewaktu ngelihat Kyuubi. Eist lah~ itu orang malah asik tidur. Naruto mendatangi bangku Kyuubi. Ia menatap Kyuubi yang tidurnya benar-benar nyenyak. Pemuda Namikaze itu menghela napas sejenak. Tampaknya memang harus dibangunkan, siapa tahu ini orang ada kelas lagi setelah kelas ini.

"Woi, bangun!" Naruto menggoyangkan tubuh Kyuubi, "Woi, kau mau tidur disini sampai kapan?" dipikir-pikir kenapa dia harus repot membangunkan orang yang tidak dia kenal. Walau Naruto mendumel, dia tetap membangunkan Kyuubi karena kebaikan hatinya, "Woi, siapapun kamu ayo cepat bangun!" usaha Naruto tidak berhasil. Pemuda itu berpikir keras sampai suatu ide gila yang sering dilakukan ibunya pada dirinya pun muncul. Naruto mendekati bibirnya pada telinga Kyuubi, "Fuuh~ Fuuuhhhh~ Fuhhh~" pemuda Namikaze meniup lubang telinga Kyuubi.

"Kau sedang apa?" suara ngantuk Kyuubi terdengar.

Naruto menjauh dari Kyuubi, "—akhirnya kau terbangun?" senyuman menawan bin malaikat muncul di wajah Naruto. Membuat siapapun yang melihatnya merasa di surga seketika.

"Ng..Na—Naruto?!" Kyuubi terkejut sewaktu melihat orang yang membangunkannya. Matanya langsung merasa buta sesaat sewaktu melihat senyuman Naruto, lebay abis.

"Yoo, aku pergi!" Naruto pamit.

Cepat-cepat Kyuubi membereskan buku dan alat tulisnya, "NARUTO, NARUTO! TUNGGU!" katanya—tergesa-gesa, "AKU BILANG TUNGGU! TA—TADI KAU MENIUP TELINGAKU, KAN?!" Kyuubi merasa hari ini adalah hari keberuntungannya karena idola sepanjang Kyuubi dilahirkan telah menyentuhnya. "NARUTO TUNGGU!" Kyuubi memegang pundak Naruto dan membalikan tubuh Naruto agar berhadap-hadapannya.

Naruto menatap wajah Kyuubi, "Maaf, kau siapa?" tanya Naruto—mulai kumat penyakitnya.

"Hah?!" Kyuubi tidak mengerti maksud Naruto, "Kau jangan bercanda!" seru Kyuubi, "Aku adalah orang yang tadi kau bangunkan!"

"Oh," jawab Naruto. Aura dingin langsung dipancarkan oleh Naruto. Ia bergumam di dalam hatinya agar Kyuubi menyingkir dan jangan banyak bertanya. Naruto benar-benar nggak ingat wajah orang yang dibangunkannya. Selain itu, ia tidak mau berurusan dengan siapapun karena akhirnya hanyalah akan jadi hubungan yang 'aneh', atau menjadi hubungan dia dikatai sebagai orang jahat, "ya sudah! Selamat kau sudah bangun," jawab Naruto. Pemuda Namikaze akan pergi ketika Kyuubi menariknya dan membanting Naruto ke tembok.

"—Ada apa lagi?" Naruto menatap Kyuubi dengan tatapan bosan. Padahal sebenarnya sih, Naruto sudah takut setengah mati karena sebentar lagi pasti akan ditanyai hal yang aneh-aneh.

Dingin sekali!

Batin Kyuubi. Tidak salah jika Naruto adalah orang yang dikenal sebagai pria ter-cool.

"Aku belum mengucapkan terima kasih padamu," Kyuubi menatap Naruto lebih dekat.

Pesona Naruto mengena logika Kyuubi. Pemuda yang tadinya tidak bermaksud jahat pun mulai berpikir error sewaktu melhat setiap lekuk yang terdapat pada wajah Naruto. Kamisama… pemuda yang sedang dihapitnya seratus persen sempurna tidak ada cacad wajahnya. Kyuubi berharap tidak melihat ke arah bibir Naruto, tetapi namanya manusia; semakin dicegah akan semakin penasaran, dan mata Kyuubi pun teralihkan pada bibir Naruto. Pemuda Kurama itu menelan ludahnya. Oke~ bibirnya benar-benar…. Kyuubi menelan ludah.

Kyuubi mau menempelkan bibirnya sampai gangguan yang tidak diharapkan dari dua Uchiha datang.

End Flashback…

"Stop!" Sasuke menyanggah cerita itu, "Kenapa jadi kau yang bercerita, Kyuubi?" tanya Sasuke sambil menatap Kyuubi tajam, "—dan jika tidak ada kami maka kau akan menciumnya?!" suara Sasuke meninggi. Naruto mendengus—merasa omongan Sasuke benar-benar berlebihan.

Mana ada cowok yang nyium cowok?

Batin Naruto—nggak tahu dia lagi di dalam bahaya.

"Tampaknya kau masih melindur Kyuu, siapa tahu Naruto tidak meniup telingamu," Itachi yang memang dasarnya otak manipulatif mulai jadi kompor buat adiknya, "—kau saja yang mau menyentuh Naruto, kan?" Itachi nyengir sewaktu Kyuubi me-deathglare dirinya. "Ayo ngaku~" memang dasarnya menyebalkan akan selalu menyebalkan dimanapun Itachi berada.

"Brengsek! Mana mungkin aku melindur, tadi benar-benar dia meniup lubang telingaku," Kyuubi mendekati lubang telinga Itachi, "seperti ini.. fuuhhh..fuuhhh..," Kyuubi meniup lubang telinnga Itachi. Naruto mengangkat sebelah alisnya, Sasuke nyengir jijik.

Itachi merinding disko sewaktu merasakan tiupan Kyuubi. Tidak ada yang menyangka jika seorang setan ternyata memiliki kesensitifan pada tiupan macam tadi. Naruto mengedipkan matanya tiga kali—heran dengan tingkah orang-orang di depannya.

Menghilangkan rasa malunya, Itachi menarik tangan Sasuke dan meniup lubang telinga Sasuke, "Seperti ini, Sas!" katanya—ngapain juga harus dipraktekin sama adiknya. "Fuhhh.. fuuhh.. fuhhh..," dengan penghayatan tingkat tinggi, Itachi meniup telinga Sasuke.

"Apa yang kau lakukan, bodoh?!" Sasuke mendorong kakaknya. Hal tadi adalah tindakan paling bodoh yang pernah dillakukan Itachi. Kyuubi terkekeh ketika melihat Sasuke yang seperti Sas-UKE! Sasuke menggosok telinganya. Wajahnya memerah karena tingkah kakaknya yang gila. "Kalian memang idi—

"A—ano…. kalian sedang a—apa?!" dari arah belakang Sasuke Hinata berdiri, "—apakah ada yang seru disini?" Hinata walaupun gugupan jika bertemu pria, tapi dia selalu mendekati pria-pria untuk mendapatkan kepuasan pribadi mengenai hobby-nya sebagai fujoshi.

Mata Hinata menatap Naruto, "Na—Naruto kun…," gumam Hinata dengan wajah sangat merah, mengalahkan kemerahan wajah Sasuke barusan. Ia menjadi grogi. "A—ano… ka—kau tampak senang," komentar Hinata—benar-benar nggak masuk akal. Sebenarnya tidak ada satupun orang di antara Hinata yang merasa senang.

Na—Naruto kun…

Apakah di—dia diserang o—oleh mereka bertiga?

Batin Hinata. Membayangkan Naruto dikelilingi oleh ketiga pria dan di pipppp…piiiippp oleh ketiga pria keren itu membuat Hinata merasa pusing dan nyaris mimisan.

"A—aku ha—hanya menyaksikan dari ja—jauh..," Hinata mengipas-ngipas wajahnya yang memerah. Itachi tersenyum, Sasuke memutar kedua bola matanya, Kyuubi mendengus, dan Naruto tidak mengerti, "Ka—kalian ja—jangan terlalu ke—keras..," Hinata menatap Itachi, Sasuke, dan Kyuubi, "dia ma—masih baru tampaknya..," lanjut Hinata. Suara teriakan di dalam hatinya semakin kencang, "Gambatte Naruto-kun!" Hinata memberi semangat pada Naruto.

"Ga—gambatte!" Naruto menjawab semangat walau tidak mengerti.

Hinata tidak pergi tapi dia hanya menjauh dan bersembungi dibalik tong sampah. Gadis itu sudah menyiapkan hape untuk menelepon temannya, dan mengabarkan kabar menyenangkan ini. Selain itu, kamera pun sudah dikeluarkan Hinata untuk mengambil moment-moment yang tidak akan terduga.

Tingkah Hinata membuat Itachi tergelitik untuk tertawa, "Jadi kita sam—

"Sudah! Aku masih ada urusan!" mood Naruto memburuk karena peristiwa ini. Dia mendorong tiga orang di depannya, dan wajah marah Naruto membuat tiga orang itu tidak enak untuk terus mendesak.

Lain kali saja deh!

Batin Kyuubi dan Sasuke—bersamaan.

Wok.. Wok.. Wok…

Peristiwa di sekolah membuat Naruto buruk. Anak dari Minato membanting pintu ruang ganti, dan masuk ke dalamnya sambil membawa ujung tas. Ia melempar tas ke sembarang arah, dan menghempaskan tubuh ke atas sofa. Dua orang yang sejak tadi berada di ruangan itu menatap Naruto dengan kasihan. Tampaknya Naruto mengalami hari yang buruk di sekolahnya. Namun, ya sudahlah! Apabila ditanya sekarang kemarahan Naruto tidak akan reda. Ia malah akan semakin ngamuk.

"Orang-orang di sekolah itu aneh," Naruto mulai bercerita, "—mereka membuatku kesal!" Naruto membuka kancing kemeja sekolahnya. Hari ini dia harus menghadiri rapat untuk membicarakan debut pertamanya di Jepang. "Tolong ambilkan penyegar wajah!" Naruto memerintah asistennya.

"Ini!" Orochimaru membawakan pesanan Naruto.

Orochimaru itu suruhan kakek Naruto. Sebenarnya dia itu tadinya bekerja di perusahaan kakenya cuman karena tidak ada lagi orang yang bisa dipercaya untuk menjaga Naruto, Kakek Naruto menyuruh Orochimaru sebagai orang yang bertanggung jawab mengurus Naruto di Jepang. Orangnya cerewet apalagi kalau sudah menyangkut penampilan Naruto. Tetapi gara-gara Orochimaru kehidupan Naruto jadi tertata dan tidak seenaknya. Padahal, aslinya Naruto sangat suka jika harus keluyuran malam, cuman semenjak Orochimaru menjadi pengawalnya, ia menjadi mempunyai jam malam.

"Kau jangan terus kesal, sebentar lagi kau harus rapat," Deidara yang merupakan teman Naruto menginformasikan.

Naruto mendesah lelah. Sambil mengganti pakaiannya, ia mulai bercerita mengenai sekolah barunya. Syukur-syukur kedua orang itu mau mendengar keluh-kesah Naruto mengenai tingkah teman-temannya di sekolah baru.

.

.

Di depan gedung banyak sekali fans-fans Naruto yang berkumpul dan bersorak. Semua berteriak dan menyemangati Naruto, tapi yang disemangati tampaknya masih belum semangat. Naruto mendatangi ruang rapat management barunya. Ia masuk ke dalam ruangan itu setelah dipersilahkan oleh sang CEO. Naruto baru tahu jika seorang wanitalah yang akan menjadi boss-nya. Wanita itu katanya sih sudah lima puluh tahunan, tapi Naruto lihat satupun keriput masih belum ada di wajah boss-nya. Memang make jaman sekarang sungguh canggih, sampai-sampai nenek-nenek pun bisa memalsukan umur mereka.

"Selamat datang Naruto Namikaze!" Tsunade menyalami Naruto, "Silahkan duduk!" Naruto duduk di dekat Tsunade. Di dalam ruangan itu hanya ada mereka bertiga. Iruka yang merupakan pengacara Naruto, Naruto sendiri, dan Tsunade.

Ruangan itu cukup luas. Dengan jendela besar yang langsung memberi view kota, meja yang besar, dan deretan kursi yang empuk dan bisa membuat para murid langsung tertidur seketika jika kursi ini ditaruh di kelas.

"Terima kasih," jawab Naruto sambil mengambil posisi duduknya.

Tsunade mulai membuka rapat. Pembicaraan cukup mengalir. Pasal-pasal mengenai kontrak Naruto sudah dibacakan oleh Naruto, dan ternyata debut pertama Naruto adalah bermain sebuah film layar lebar yang bergenre action, drama, plus romance. Naruto mengangkat sebelah alisnya. Romance? Berbicara tentang romance siapa yang akan menjadi pemeran wanitanya, dan siapa sutradaranya, lalu… akan menjadi tokoh apa Naruto?

"Jadi kau sudah membaca skrip yang aku berikan?" tanya Tsunade. Naruto mengangguk.

"Lalu, peran apa yang kau inginkan?" tanya Tsunade.

Naruto sedikit terkejut dengan pertanyaan Tsunade. Biasanya, jika dia bermain film, tokohnya sudah ditentukan oleh sutradara, dan Naruto hanya setuju atau tidak mengenai tokoh tersebut. Tetapi untuk kali ini, Naruto diperintah untuk memilih tokoh yang dia inginkan, dan tentu saja tokoh yang dia pilih harus di antara pemeran utama antagonist atau pemeran utama protagonist. Naruto berpikir sejenak. Selama ini, dia selalu terpilih menjadi pemeran terbaik dalam protagonist. Satu kalipun dia belum pernah bermain antagonist karena wajahnya yang tidak mendukung. Tetapi, di jaman sekarang menjadi sosok t tampan kan sangat jarang? Ya, dia ingin menjadi seorang antagonist dengan wajah tampan seperti ini.. tampaknya sungguh menarik.

"Kau bisa memikirkannya di rumah," Tsunade memberi kelonggaran pada Naruto, "Film ini disutradarai oleh Hyuuga—sutradara terkenal di Jepang yang telah memproduksi cukup banyak film, bahkan film animasi studio gibli pun pernah disutradarai olehnya," lanjut Tsunade, "—dia sangat menginginkanmu bermain dalam film-nya, jadi aku harap kau memberi setiap keputusanmu dengan bijaksana."

"Aku ingin bermain menjadi antagonist," kata Naruto dengan nada semangat, "—sesekali menjadi pemeran jahat itu keren juga, terlebih pemeran jahat kali ini harus melawan dua orang protagonist," Naruto manggut-manggut—sedang menghayal dia akan menyiksa dua orang siapapun yang akan menjadi lawan mainnya.

Tsunade berpikir sejenak. Wanita berambut pirang, berdada besar itupun tersenyum ketika melihat sorot mata Naruto yang penuh semangat.

.

.

.

"Naruto, kau yakin akan menjadi antagonist?" tanya Orochimaru. Tidak dapat dipercaya jika Naruto tidak bisa dicegah, dan langsung menandatangani kontrak, "kau terlalu gegabah. Kau tidak takut hal itu akan berpengaruh pada karirmu?" tanya Orochimaru.

Pemuda Namikaze memasang kaca mata hitam. Sebentar lagi dia akan keluar gedung dan berarti dia harus berhadap-hadapan kembali dengan fans, "ya, aku ingin mencoba sesuatu yang baru," kata Naruto. Pemuda Namikaze itupun mempersiapkan senyumannya, ketika para bodyguard mulai mengawalnya, "bersiap-siaplah Orochi, para fans akan menyerang!"

Benar saja kata Naruto. Fans-fans fanatik langsung berteriak memekakan telinga, mendorong, dan mengulurkan tangannya, hendak menyentuh Naruto. Tapi Naruto yang disibukan oleh para fans-nya itu hanya tersenyum. Jadi, orang-orang inikah yang akan kecewa jika dirinya menjadi antagonist? Kita lihat saja, seperti apa debut pertama Naruto jika menjadi sosok yang jahat tapi…. tampan?

Wok… Wok.. Wok..

Kediaman Uchiha…

Seperti biasa, setelah makan malam Sasuke akan langsung ke kamarnya. Ia akan membuka laptop dan mulai mencari update-an manga terbaru di hari ini. Tidak ada manga yang terbaru, Sasuke menghela napas. Sial! Jika begini dia akan bosan setengah mati di malam hari ini. Anime yang berhasil dia download telah selesai dia tonton, tugas-tugas dari sekolah telah dia kerjalan, dan kamarpun telah selesai dia bersihkan. Sasuke mematung di tempat sambil membaringkan tubuhnya, dan menatap langit-langit kamar. Mhmmm.. apakah dia harus memberantakan kamar kakaknya agar ada kerjaan? Benar juga! Dia hancurkan saja kamar kakaknya yang sedang kerja. Sasuke akan bangkit dari atas kasur untuk mengacak-acak kamar kakaknya, ketika suara hape di atas kasurnya berbunyi.

Sasuke mengambil hapenya. Ia menatap layar hape itu.

Itachi Uchiha

Sasuke membaca orang yang meneleponnya. Ia sweatdrop.

Panjang umur sekali orang ini!

"Ya," dengan nada bosan Sasuke mengangkat telepon kakaknya.

"Kau tidak sedang mengacak-acak kamarku, kan?" tanya Itachi dengan nada curiga.

"Tidak! Buat apa aku mengacak-acak kamarmu?!" Sasuke sedikit takut dengan kakaknya yang terkadang seperti mempunya indera keenam. Jika bukan Uchiha, pasti Sasuke sudah merasa gugup ketika berbicara dengan kakaknya. "Ada apa kau menelepon? Jangan bilang hanya untuk memastikan jika aku tidak akan mengacak-acak kamarmu?!"

"Ya, benar! Aku hanya memastikan itu," suara usil terdengar dari seberang sana.

"…," Sasuke kesal.

"Bercanda. Kau tahu tidak jika Naruto akan melakukan debut pertamanya di Jepang dengan bermain film layar lebar?" tanya Itachi. Sasuke mengerutkan kening. "Aku mendapatkan gosip ini dari rekan kerjaku sekarang," Itachi tersenyum ketika rekan kerja sekaligus rekan gosipnya duduk di sampingnya, dan memberi ekspresi 'aku maklum jika kau ingin menggosip dengan adikmu.'

"Lalu?" Sasuke berusaha agar tidak terdengar tertarik. Tapi gagal karena kekehan kecil bisa terdengar dari bibir kakaknya.

"Dia akan bermain menjadi antagonist, dan lawan mainnya akan di casting," informasi Itachi. "Apakah kau berniat ikut casting untuk menemani Naruto shooting, Sasu-chan~" tanya Itachi. Ia sangat puas ketika adiknya tidak bisa membalas perkataannya. "Naruto-lah yang akan menjadi salah satu jurinya," kata Itachi, dan membuat Sasuke semakin terdiam.

Di-casting oleh Naruto?

Dan…

Bermain film dengan Naruto?

Sasuke tidak dapat percaya jika hari ini akan tiba. Hari dimana dia bisa bermain film dengan idolanya.

Di saat kakaknya masih mengoceh tentang banyak hal, Sasuke menutup hapenya. Ia terlalu terbuai dengan hayalannya. Sasuke tidak bisa menyembunyikan senyuman lebarnya. Ia akan mengikuti casting itu. Ia akan bermain film dengan Naruto. Dia pasti akan mendapatkan peran ini. Sasuke dengan semangat langsung beranjak dari kasur. Ia menuju rak untuk mengambil kumpulan skrip-skrip skenario film layar lebar yang pernah dia mainkan, dan ia pelajari di malam ini. Tidak ada yang boleh menjadi pesaingnya. Sasuke-lah yang akan menjadi pemeran utamanya, dan mendampingi Naruto dalam bermain film itu!

.

.

.

Tuttt… Tutt.. Tuuuttt..

Itachi menatap layar hapenya.

"Apakah Kyuubi pun menutup teleponnya seperti Sasuke?" Sasori yang merupakan sohib kentalnya Itachi bertanya, "—kau… tampak mengerikan, Chi!" Sasori menatap Itachi yang terkekeh sendiri. "Untuk apa kau menelepon Sasuke dan Kyuubi? Kenapa kau memanas-manasi mereka?"

"Hahahahahha… Ini sangat lucu," Itachi tertawa dengan sangat keras, "—adikku akan berebutan 'makanan' dengan rubah liar itu~" tawa Itachi semakin keras dan membuat seluruh orang di seluruh tempat shooting terkejut.

Semua orang saling pandang. Serius?! Itachi tertawa? Itachi yang tenang dan biasanya selalu mudah bosan itu kini tertawa? Apa yang membuat seorang Uchiha Itachi yang biasanya terlihat tenang itu tertawa seperti ini? Semua orang ingin tahu mengenai pembicaraan Sasori dan Itachi. Namun, tidak ada yang berani memperhatikan lebih lama. Semua orang tahu dibalik keramahan Itachi terdapat sisi yang menakutkan. Pemuda itu jika sudah marah akan sangat mengerikan dan siapapun tidak dapat mencegah kemarahannya.

Itachi masih tertawa terpingkal-pingkal sampai memegangi perutnya, ketika hapenya berbunyi.

Itachi mengangkat teleponnya. Ia berusaha menahan suara tawanya. Tetapi, ia mematung sejenak ketika asistennya memberi kabar yang mengejutkan. Itachi pun menutup teleponnya dengan ekspresi shock.

"Chi, kau kenapa lagi?" Sasori memegang pundak Itachi. Hari ini sahabatnya terlalu banyak ekspresi dan siapa tahu hal itu membuat wajah Itachi yang tidak pernah berolah raga (ekspresi) kaku untuk sesaat dan sulit untuk digerakan.

Di dalam hitungan ketiga…

"HAHAHAHAHAHAHAHAHAHHA..," gelak tawa semakin kencang terdengar dari bibir Itachi. TIdak disangka, salah satu kursi pemeran utama telah ditawarkan padanya. "INI GILA! INI BENAR-BENAR MENARIK!" Itachi mengadahkan kepalanya ke langit. Hari-harinya yang bosan hilang di saat Naruto tiba. Ia bisa tertawa hingga perutnya sakit, dan matanya sengaja ditutupi punggung tangan karena berair—kebanyakan tawa, "—Kyuubi, dan Sasuke—mereka berdua harus bersaing untuk menjadi pendamping Naruto," Itachi smirk. Sebagaimanapun padatnya jadwal Itachi, dia tidak akan melepas peran yang ditawarkan ini. Ia akan tetap bermain.

Dibalik tawa Itachi, sifat setan Itachi pun semakin tumbuh. "Maaf saja, tapi melihat kalian berdua, membuatku tertarik untuk merasakan asyiknya mengejar-ngejar 'idola bersama' itu," Sasori menelan ludah ketika mendengar perkataan Itachi. "Naruto Namikaze," gumam Itachi sembari tersenyum setan—mengucapkan dengan pasih nama targetnya. "BANG!" Itachi kembali tertawa.

.

.

Siapakah yang akan terpilih dalam casting, dan apa yang akan dilakukan Itachi pada Naruto, Kyuubi, dan Sasuke?

.

.

TBC

Thx for:

Kopi Luwak, Couphie, tsunayoshi yuzuru, Meyra Uzumaki, dame dame no ko dame ku chan, Frau Still Alive, Mel, YumeYume CrystalFlee, yunaucii, RaraRyanFujoshiSN, Cao Coa-chan, sasunaruchan, nyanmaru93, Azure'czar, siihat namikaze natsumi, , Mizury23, Yjboo.

A/U:

Cerita ini memang dibuat 4some, tapi ending tidak tahu seperti apa. Belum diputuskan, cuman baru draft-draft saja. Terus lagi, ide cerita ini berasal dari adik aku yang lagi suka 4some. Lagipula belum terlalu banyak some2-an di FNI, jadi ya dibuat aja. Daripada Naruto jadi rebutan terus :p. Oke, deh sampai jumpa di chapter selanjutnya. Masalah tulisan akan terus diperbaiki. Maklum author baru jd senpai" jangan manggil senpai dong sama aku, soalnya aku juga masih pemula.

Sampai jumpa di chapter depan!