"Rooftop Love"

Pair : KaiSoo, Other EXO and SM Member.

Rate : M(?)

Warn : Typo(s), Yaoi, BL, OOC, Mature Content, Cerita gaje, dll.

Happy Reading, Guys!

Chapter 7

.

.

.

Jongin membuka mata ketika cahaya matahari masuk melalui cela-cela gorden kamarnya. Ia mengucek matanya dan berusaha mengumpulkan kesadaran penuh. Kepalanya terasa berat dan pusing, sepertinya dia mabuk tadi malam.

"Hmm, jam berapa ini.." Jongin menggeram dengan suara seraknya.

Jongin yang masih tertidur berusaha mengedarkan pandangannya dan mencari jam, tetapi pandangannya tertahan pada seorang namja yang sedang meringkuk tertidur pulas disebelahnya. Jongin refleks tersenyum melihat wajah malaikat itu.

Mereka berdua sama-sama dalam keadaan polos tanpa busana, Jongin dengan susah payah mengingat kejadian semalam, "Ah– iya semalam aku dan hyung melakukannya lagi."

Jongin mengurungkan niatnya untuk bangun dan langsung memeluk Kyungsoo dengan erat, mendekapnya didada dan mencium keningnya dengan lembut. Seketika Jongin teringat akan kebodohannya beberapa bulan yang lalu, bagaimana bisa dia mempermainkan malaikat seperti Kyungsoo.

"Hyung, saranghae~" Jongin mengelus rambut Kyungsoo dengan lembut.

"Nado saranghae, Jongin-ah~"

Jongin membulatkan matanya, ia melirik pada Kyungsoo yang sudah tertawa dipelukannya dan menatap polos Jongin dengan mata bulatnya, "Hyung, sudah bangun?"

"Bagaimana bisa aku tidur jika kau memelukku erat, hmm? Sampai sesak dan sulit bernapas." Kyungsoo meringis dan akhirnya mengecup pelan bibir Jongin, "Selamat pagi.."

"Selamat pagi, sweety.." Jongin tersenyum ketika Kyungsoo kini bangkit dan duduk dikasur.

Kyungsoo mengerutkan kening, "Sejak kapan jadi manis begitu, eo? Bukan seperti Jongin yang ku kenal.." Kyungsoo melanjutkan tertawanya dan bangkit untuk memakai boxernya.

"Aku kan memang rom– eh, hyung mau kemana? Aku masih ingin tidur~" Jongin mengeluarkan jurus aegyonya yang sudah tidak mempan bagi Kyungsoo.

"Cuci muka dulu gih, hyung akan menyiapkan sarapan.."

Kyungsoo yang hanya menggunakan boxer itu kini mengambil handuk di lemari dan meletakkannya di paha Jongin, "Cuci muka sekarang atau hyung akan–"

"Arraseo, Arraseo!" Jongin yang masih setengah hati itu memang takut akan ancaman Kyungsoo, jadi mau tidak mau dia harus menurutinya.

Senyum kemenangan terlukis di bibir Kyungsoo ketika melihat Jongin masuk kedalam kamar mandi dengan langkah gontai. Sekelebat bayangan kejadian tadi malam kembali berputar di kepala Kyungsoo, senyum dan rona merah di pipinya tak dapat ia bendung.

Kyungsoo patut mengakui bahwa tadi malam, Jongin bermain beda dari yang sebelumnya. Lembut, pelan, penuh cinta tetapi tetap menggairahkan. Jika waktu dapat dihentikan atau diulang, Kyungsoo memilih kembali tadi malam dan menghentikan waktu disana.

Dengan berdecak sedikit, Kyungsoo mengakhiri lamunannya dan memilih untuk berjalan kedapur dan membuat sarapan untuk Jongin, dia pasti sangat lapar.

.

.

Chanyeol merapatkan jaketnya, meskipun cahaya matahari terik menyinari Seoul pagi ini nampaknya juga tidak bisa megalahkan dinginnya salju yang masih menjatuhi Seoul di awal tahun ini.

Chanyeol telah sampai didepan sebuah rumah dengan desain modern berpadu dengan klasik. Ia membuka ponselnya dan memastikan dia tidak salah alamat.

"Annyeong Haseyo.." Chanyeol mengetuk pintu beberapa kali.

Pintu dibuka oleh wajah orang yang tidak asing baginya, "Ya! Kau terlambat 10 Menit, bukankah aku sudah bilang kalau–"

"Baek, bolehkah aku masuk dulu? Diluar sangat dingin."

Baekhyun berdecak, "Masuklah.."

"Apakah mereka sudah datang?" Chanyeol melepas sepatu dan menggantungkan jaketnya

"Sudah sejak 30 Menit yang lalu." Baekhyun menutup pintu, "Sepertinya mereka terlalu bersemangat."

"Apa saja yang sudah kalian bicarakan?"

"Belum banyak. Ah, masuklah, mereka ada diruang tengah."

Baekhyun dan Chanyeol berjalan beriringan menuju ruang tengah yang dimaksudkan oleh Baekhyun sembari berbicara ringan.

"Chanyeol-ah!" Suara berat yang menyapanya kini sedang tersenyum.

"Chen Hyung!" Chanyeol menghampiri si empunya suara

"Chanyeol-ah, kami telah mempersiapkan rencana yang sangat brilliant!" Chen tertawa puas

"Rencana apalagi, eo? Jangan sakiti Kyungie!" Baekhyun yang baru saja menyiapkan biskuit hangat memotong, "Aku tidak mau kalian melibatkan Kyungie hanya un–"

"Arraseo, percayalah pada kami!" Moonkyu memotong balik.

Beberapa hari yang lalu ketika mereka sedang berada dirumah sakit, Chen membuat suatu rencana yang menurutnya adalah rencana spektakuler. Untuk itu, Chen membutuhkan bantuan Moonkyu (sebagai parternya), Baekhyun (teman dari pihak Kyungsoo), dan Chanyeol (teman pihak Jongin) untuk melancarkan rencananya. Dan mereka memilih rumah Baekhyun untuk berkumpul.

Chanyeol terdiam mendengarkan penjelasan Chen, "Hyung, apa kau yakin Jongin tidak akan mengamuk saat kita menjalankan rencana ini? Ya– kau tahu kan bagaimana Jongin mencintai Kyungsoo?"

Moonkyu mengerjap, "Apakah dia sebegitu cintanya pada Kyungsoo?"

"Kau bahkan tidak tahu kalau cinta mereka bisa mengalahkan Romeo dan Juliet?" Baekhyun menatap Moonkyu dengan serius.

"Kau menyeramkan sekali, Baekhyun-ah. Pantas saja semua anak seangkatan tidak berani menggodamu."

"Kau mau mencobanya, Moonkyu-ya?" Baekhyun menatapnya sinis.

Moonkyu bergidik ngeri, "Tidak, terimakasih."

"Baiklah, jadi begini–" Chen mulai menjelaskan rencana yang selama ini disusun olehnya, semuanya hanya mengangguk pertanda mengerti.

"Ini ide cemerlang, Hyung!" Moonkyu tersenyum puas

"Itulah gunanya aku berbagi ide jahil denganmu!" Chen tertawa dan diikuti oleh Moonkyu.

Chanyeol dan Baekhyun hanya bisa diam dan saling berpandangan.

"Yeol, ku pikir mereka sudah gila."

"Kurasa mereka tidak gila, Baek."

Baekhyun menatap Chanyeol meminta penjelasan, "Ya, mereka tidak gila. Hanya saja mereka tidak punya otak."

"Ah, kurasa itu masuk akal." Baekhyun hanya mengangguk.

.

.

"Hyung~" Jongin yang baru saja selesai mandi langsung memeluk Kyungsoo dari belakang. Karena keduanya hanya menggunakan boxer, kulit halus mereka dapat saling bersentuhan dan menghantarkan kehangatan bagi keduanya.

"Hmm?" Kyungsoo masih asik dengan masakannya

Jongin menciumi bahu Kyungsoo, "Masak apa? Baunya enak sekali."

"Kimchi Stew dan Bulgogi." Kyungsoo sekilas mengecup pipi Jongin, "Apa kau suka, hmm?"

"Apapun masakanmu, aku akan memakannya dengan senang hati." Jongin tersenyum sembari memeluk kekasihnya itu semakin erat.

"Duduklah, akan aku siapkan makanannya.." Bisik Kyungsoo lembut.

Singkat cerita, mereka menghabiskan waktu mereka untuk sarapan bersama. Sekedar bercanda, mengobrol ringan, dan berciuman beberapa kali. Entah bagaimana, keduanya tampak sangat berbunga-bunga dan bersinar. Ya, kekuatan cinta.

"Hyung, aku bosan sekali disini.." Jongin mengusap rambut Kyungsoo yang kini sedang duduk di pangkuannya dan menyandarkan kepala dengan manja di dadanya.

Kyungsoo memainkan jarinya di dada Jongin, "Kau ingin jalan-jalan, eoh?"

"Eum!" Jongin mengangguk semangat, "Ayo kita berkencan hyung!"

Tawa renyah dan lucu Kyungsoo tak dapat tertahan, "Baiklah kenapa tidak~"

"Oke hyung! Haruskah– kita mandi bersama?" Jongin mengeluarkan smirk mautnya

Kyungsoo yang tidak dapat menolak hanya mengangguk dan akhirnya menarik Jongin kekamar mandi. Mereka tertawa dalam kebahagiaan. Jongin akhirnya memeluk pinggul Kyungsoo, menautkan bibirnya dengan bibir plum Kyungsoo dan saling melepaskan kain yang menutupi jarak diantara mereka.

Mereka yang saat itu sedang dimabuk asmara tidak menyadari gerak gerik mereka.

"Hyung, aku ingin sarapan~" Jongin menggendong Kyungsoo hingga masuk kedalam kamar mandi dan menghimpit Kyungsoo disudut ruangan disebelah wastafel.

"Mhh.. Jongin-ah.." Kyungsoo yang saat ini sedang lincah memainkan junior Jongin, terus saja menggeram saat Jongin menciumi tubuh putihnya dengan meninggalkan bercak kemerahan disana.

Seketika, ruangan mereka penuh dengan desahan, erangan dan juga teriakan tertahan ketika Jongin membalikkan badan Kyungsoo dan memasukkan dirinya kedalam Kyungsoo.

"Ahh, Jongin-ah hmphh ouhh"

"Hyungh, kau sangat manis~" puji Jongin disela-sela aktivitasnya menggenjot dan menciumi punggung halus Kyungsoo yang sangat mengagumkan itu.

Drrt. Drrt.

"Hyung, apakah itu Handphone mu?" Jongin masih terus menggenjot Kyungsoo ketika melihat saku dari celana yang dipakai Kyungsoo tadi bergetar.

"A-ah iyah? Ouhh tolonghh.. shit ahh mphh" Kyungsoo masih tidak bisa berbicara ketika kenikmatan sedang melanda dia dan lubang kesayangan Jongin itu.

"Boleh aku angkat, hyung?" Jongin bukannya semakin melembut tetapi malah semakin kuat.

Kyungsoo hanya bisa mengangguk dan membiarkan Jongin meraih ponsel yang ada di wastafel, "Baekhyun Hyung menelponmu, Hyung.."

"Anghh.. shh kath sajaa ouhh nghh.."

Tanpa menunggu perintah lebih lanjut Jongin segera mengangkat telpon.

"Yeoboseyo?" Jawab Jongin yang kini sedang bermain dengan Kyungsoo kecil ditangan kirinya.

"Kyungie! Kenapa ka– eh?" Baekhyun terdiam sejenak ketika mendengar keganjilan diseberang sana, "Ini Jongin?"

"Iya Hyung, ada perlu apa eoh dengan Kyungie Hyung?"

"Dimana Kyungie? Aku ingin meminjam buku catatan sejarah musikal."

Jongin meringis, "Hyung, biarkan Kyungie Hyung menelponmu lagi nanti sore arra?"

"Shh Jonginahh waehh?"

Baekhyun mengerutkan keningnya, "Kenapa nanti sore dan– Yak! Kyungie mendesah? Apa yang sedang kalian lakukaaaan?"

Suara Baekhyun naik satu oktaf dan membuat Jongin terpaksa menjauhkan ponsel dari telinganya.

"Kami akan berkencan siang ini, dan–" Jongin terekeh pelan, "Kami sedang bercinta, hyung."

Baekhyun disebelah sana membulatkan matanya, "BERCINTA? Awas jika ka–"

"Sudah dulu ya Hyung! Kami sibuk sekarang, annyeong!"

Jongin memutuskan sambungan teleponnya ketika terdengar suara nada tinggi Baekhyun sedang mengomel. Jongin tertawa saja, dia segera mematikan ponsel milik Kyungsoo dan kembali merengkuh tubuh mungil kekasihnya itu.

"Mhh adahh apah sayanghh?" Kyungsoo menggenggam erat tangan Jongin karena tubuhnya dirasa sudah tidak memiliki tenaga lagi.

"Aniya, akan aku beritahu nanti."

Kyungsoo hanya mengangguk dan masih terus saja mendesah dibawah Jongin. Sepertinya membutuhkan waktu yang lama untuk mereka menyelesaikan mandinya.

Angin di musim dingin memang tidak main-main, meskipun ada matahari yang menyinari Seoul siang ini, suasana dingin tetap saja menusuk hingga tulang-tulang. Moonkyu berjalan sendirian sembari menikmati suasana Seoul siang ini.

"Ah dingin sekali–"

Moonkyu merapatkan jaket yang ia kenakan dan memutuskan mampir ke sebuah Coffee Shop disekitar dan menikmati segelas Americano yang ia pesan. Ia baru saja pulang dari rumah Baekhyun untuk merencanakan kejutan bagi Jongin dan Kyungsoo.

"Well, kita lihat saja apa yang akan kalian lakukan nanti." Moonkyu berdecak sembari mengeluarkan ponselnya dan mengecek SNS, sekedar meng-update info.

"Kim Moonkyu?" suara seorang wanita yang berdiri disebelahnya membuat Moonkyu mengangkat kepala dan menatap wanita itu, "Kau– benar Moonkyu Oppa, kan?"

Moonkyu mengerutkan keningnya, "Soojung? Kau ada disini juga?"

Wanita berambut kecoklatan yang sedang membawa segelas Moccachino itu tersenyum lebar dan mengangguk, "Kebetulan lewat sini dan ingin mampir sebentar, berhubung diluar sangat dingin."

"Eh– duduklah, Soojung." Moonkyu menunjuk kursi didepannya

Soojung tanpa menunggu lebih lama meletakkan gelasnya dan duduk berhadapan dengan Moonkyu, "Terimakasih Oppa, apa yang sedang kau lakukan disini?"

Moonkyu mengangkat bah sambil menyesap kopinya perlahan, "Kurang lebih sama sepertimu.."

"Ah, benarkah? Lalu, bagaimana dengan rencana Oppa dan Jongdae Oppa?" Soojung hanya terekeh mengingat kejadian beberapa minggu yang lalu saat Moonkyu memintanya mendekati Jongin agar Kyungsoo cemburu.

"Kau tahu, Soojung-ah? Rencana Oppa kemarin menyebabkan kecelakaan." Moonkyu mulai berbicara serius.

Moonkyu dengan runtut dan jelas menceritakan tentang kejadian yang barusan menimpa Jongin dan Kyungsoo. Masalah Rumah sakit sampai masalah orangtua mereka yang kini tahu bahwa anak mereka memiliki penyimpangan Seksual.

"Oppa bercanda?" Soojung menatap Moonkyu dengan ragu.

"Sejak kapan ada bercanda yang seperti ini? Apa kau pikir ini lucu?"

Soojung menggembungkan pipinya, "Ya, memang sih Oppa. Astaga, aku jadi merasa bersalah pada mereka Oppa, Otteohke?"

Moonkyu berdehem, "Sebenarnya, Oppa ada sedikit rencana–"

"Yak, Moonkyu Oppa! Sampai kapan Oppa akan membuat rencana jahat untuk mereka?"

"Ini bukan rencana jahat Soojung-ah. Ini adalah rencana baik bagi mereka sekaligus– salah satu cara membalas rasa bersalah itu." Moonkyu menatap Soojung, "Kebetulan ada kau disini, kau ingin menolong Oppa?"

"Ini bukan rencana–"

Moonkyu membuat V sign dengan jarinya, "Demi Tuhan, Soojung-ah."

Soojung terdiam, "Apa yang bisa aku bantu, Oppa?"

Sekilas senyum kemenangan tercetak jelas di wajah Moonkyu, dia menjelaskan segala rencana yang ia buat beserta detail-detail kecil yang perlu Soojung lakukan dalan "misi"-nya kali ini.

Soojung terlihat melengkungkan bibirnya, "Baiklah, Oppa. Akan aku bantu.."

"Terimakasih Soojung-ah, aku tahu aku dapat mengandalkanmu."

Kini mereka tertawa dan tampak sangat menikmati waktu mengobrol mereka. Tidak terasa, kopi yang ada digelas mereka sudah mulai surut dan sisanya mendingin, tetapi Moonkyu dan Soojung masih saja memiliki topik obrolan yang ingin mereka bicaran.

Soojung tertawa, "Iya Oppa, aku juga tidak menyangka bagaimana mereka bisa terlibat dalam skandal. Astaga mereka kan ar– Oppa? Kau mendengarkanku?"

Pandangan Soojung kini terlihat aneh ketika Moonkyu menatap keluar jendela dengan sangat lekat. Dengan rasa penasaran yang cukup besar, akhirnya Soojung memutar kepalanya dan melihat kearah yang sama dengan Moonkyu.

Soojung tampak sedikit tercekat, "Oppa, bukankah itu Jongin dan Kyungsoo Oppa?"

"Sepertinya, tanpa dipancing kita sudah mendapatkan waktu yang tepat, Soojung-ah." Moonkyu melayangkan evil smirk yang ia pelajari dari Jongin sejak SMA.

"Menurut Oppa, ini waktu yang tepat?" Soojung menatap Moonkyu yang kini sedang berdecak itu.

"Why not?" Moonkyu balik menatap Soojung.

Soojung kini hanya tersenyum, "It's up to you, sir!"

.

.

Kyungsoo masih ber-clingy ria dengan Jongin, sepanjang jalan Kyungsoo tidak mau melepaskan pelukannya dari Jongin. Bukan tidak mau, lebih tepatnya tidak bisa. Jongin memeluknya erat selama mereka berjalan, tetapi Jongin tidak melarag mengingat angin yang berhembus ini juga sangat dingin.

"Jongin-ah, kita mau kemana?" Kyungsoo menengadahkan kepalanya untuk menatap Jongin

"Hyung ingin kemana?" Jongin menundukkan kepalanya agar dapat bertemu pandang dengan mata bulat Kyungsoo yang menggemaskan baginya.

Kyungsoo masih terdiam dan berpikir sejenak, "Aku ingin ke taman, Jongin-ah."

"Hyung, tapi ditaman dingin. Kau tidak ingin flu, kan?

"Jongin-ah~~ kita bisa membeli Hot Cappucino disana, ne?"

Jongin hanya dapat mendesah, ia lemah jika Kyungsoo sudah mengeluarkan jurus aegyo dengan puppy eyes seperti itu, "Kajja~"

Mereka masih menikmati jalanan dengan saling berpelukan. Kyungsoo tersenyum senang, dia sudah lama tidak ke taman dan ingin sekali main ke taman. Setidaknya, melihat anak-anak bisa tertawa dan bermain sudah membuatnya ceria.

Jongin membimbingnya duduk disebuah bangku yang berada dibawah Kanopi, membiarkan Kyungsoo menyaksikan pemandangan yang selama ini ingin dilihatnya sekaligus memberikan waktu untuk Jongin membeli Kopi.

"Hot Cappucino datang!" dengan senyum merekah, Jongin menghampiri Kyungsoo dengan membawa dua cup minuman hangat ditangannya.

Kyungsoo mengeluarkan Gummy Smilenya sembar menatap minuman hangat ditangan Jongin dengan mata berbinar, "Hot Cappucino!"

"Enjoy, Hyung.."

Mereka benar-benar mendapatkan Quality Time seharian ini, mereka tertawa, bercanda, berpelukan (note: jangan bayangkan mereka sebagai teletubbies ya? *grins*), bahkan saling mencium satu sama lain.

Mereka sadar, perasaan yang tumbuh diantara mereka menguat dari hari ke hari. Semakin kuat dan semakin kuat sehingga membuat mereka enggan terpisah.

"Hyung, setelah ini kau mau menemaniku tidak?" Jongin mengelus rambut Kyungsoo

"Kemana?" jawab Kyungsoo polos.

Jongin hanya tertawa, "Membeli sesuatu. Mau ya?"

Kyungsoo tanpa kecurigaan apapun hanya mengangguk dan menuruti kemauan Jongin. Setelah mereka menyelesaikan teguk terakhir di cup kopi mereka, Kyungsoo membersihkan sisa kopi yang berada disekitar mulut Jongin.

"Nah, akan kemana kita sekarang?" Kyungsoo tersenyum lebar

Dengan lengan panjangnya, Jongin merangkul Kyungsoo lagi dan membawanya berjalan beriringan, "Menemani Kim Jongin!"

"Sebenarnya apa sih yang ingin kau beli?"

"Hyung mau tau?"

Kyungsoo hanya mengangguk sambil mengedipkan matanya polos, "Ra– hasia!"

Jongin tertawa renyah yang seketika diikuti oleh wajah kesal Kyungsoo yang tidak mendapat jawaban seperti apa yang dia inginkan. Jongin hanya tertawa melihat tingkah laku pujaan hatinya itu, ia akhirnya memeluk Kyungsoo erat sembari mencium keningnya. Kyungsoo sendiri diam saja, dia tidak mau momen berharganya ini hilang begitu saja.

"Nah, kita sampai." Jongin menghentikan langkah Kyungsoo disebuah toko Bakery kecil yang desainnya sangat minimalis.

Kyungsooo mengerutkan keningnya dan menatap Jongin dengan pandangan meminta kejelasan, Jongin hanya tersenyum dan menggandeng Kyungsoo masuk kedalam Bakery Shop itu, "Tada!"

"J-Jongin…"

Jongin tersenyum, "Hyung kau menyukainya?"

Bakery Shop yang dari luar tampak minimalis dan sederhana itu disulap Jongin menjadi sebuah tempat yang super romantis. Bakery Shop itu ternyata sengaja disewa Jongin untuk Kyungsoo, bahkan Jongin telah mempersiapkan dekorasinya sendiri.

Bakery shop dihiasi dengan warna dominan pink dan putih, dengan sedikit nuansa alam yang terpancar dari beberapa stiker dinding di ujung ruangan.

Balon berwana cerah yang terikat ditiang-tiang itu tampak kontras dengan sebuah Kue Tart bertingkat tiga yang berada ditengah-tengah cupcake warna-warni yang disusun bertingkat pula. Sebuah Banner bertulisan "Happy Birthday, Do Kyungsoo" berada tepat diatas kue tart itu.

Kyungsoo speechless, dia hanya bisa menutupi mulutnya karena dia tidak percaya Jongin benar-benar menyiapkan ini semua untuknya.

"Kau tidak suka semua ini, Hyung?" Jongin menatap wajah Kyungsoo sambil menggigit bibir, pertanda ia masih ragu akan jawaban Kyungsoo.

Tanpa disadari, Kyungsoo langsung memeluk Jongin dengan erat dan menangis didada Jongin. "A-aku suka, hiks. Ini sangat luar biasa! Terimakasihhh!"

Jongin hanya tersenyum simpul sembari mengelus rambut Kyungsoo serta mencium puncak kepalanya. "Ini tidak sebanding dengan semua perlakuanku padamu, hyung."

Ia melonggarkan pelukan diantaranya, menghapus air mata Kyungsoo dengan lembut dan mencium bibir Kyungsoo yang sangat halus dan lembut itu. Yang diciumpun tidak berusaha melawan, ia malah memeluk sembari meneka tengkuk kekasihnya itu.

Disaat seperti ini, tidak ada lagi yang dapat memisahkan mereka. Bahkan, mereka sendiri lupa sudah berapa kali mereka berciuman hari ini. Keduanya pun seolah berharap, jika Tuhan menginzinkan mereka menghentikan waktu, mereka akan memilih untuk menghentikan waktu– sekarang.

Tapi sayangnya tidak, dengan berat hati Jongin dan Kyungsoo melepas tautan mereka dan menyisakan benang saliva halus.

"Selamat ulang tahun, My lovely.." Jongin mengecup kening Kyungsoo sekilas.

"Terimakasih untuk semuanya, Kim Jongin. Sebenarnya ini semua sudah lebih dari cukup."

"Benarkah?"

Kyungsoo mengangguk, "Kau cukup berada disampingku saja aku sudah bahagia."

Jongin tersenyum, kali ini dia berlutut dihadapan Kyungsoo, memegang tangannya dan menciumnya dengan lembut.

Mata Kyungsoo terbelalak, "J-Jongin-ah.."

"Hyung, aku ingin mengakui sesuatu.." suara Jongin terdengar purau dan berat.

"A-apa itu?"

"Kau tahu hyung, aku selama ini tidak pernah berpikir untuk menjalani hidup seperti ini. Kau mengubahku, kau mengajariku segalanya, kau yang membuatku nyaman dan merasa akulah orang paling beruntung didunia ini.."

Jujur saja, jantung Kyungsoo sudah berdebar tidak karuan. Ia hanya bisa berharap Kakinya masih cukup kuat untuk berdiri beberapamenit kedepan.

"Dan aku, ingin mengakui seseuatu padamu, Hyung."

Kini Jongin menggenggam tangan Kyungsoo erat dan menatapnya, "Hyung, aku mencintaimu.."

DEG. Jantung Kyungsoo seolah berhenti berdetak saat itu, napasnya dengan susah payah dia atur, kakiny mulai melemas seperti jelly.

"Do Kyungsoo.."

Kyungsoo terdiam. Lemas. Inilah saat yang ia tunggu-tunggu.

"Maukah–"

BAM. Lampu diseluruh Bakery Shop itu padam, semua jendela dan pintu seketika tertutup. Semua gelap, Jongin dan Kyungsoo tidak bisa melihat apapun yang ada disana.

"JONG– HMPPHH!" teriakan Kyungsoo tertahan.

Jongin yang merasa genggaman tangannya terhadap Kyungsoo melemah., "Hyung! kyungsoo Hyung! Hyu– HMPHH!"

Jongin merasa ada yang membekap dirinya dengan sapu tangan, genggamannya sangat kuat, bahkan Jongin yang biasa berkelahi ini tidak bisa melawan kuatnya lengan itu. Begitu pula Kyungsoo, tidak hanya dibekap, tangan Kyungsoo kini sudah diikat.

Jongin merasa kepalanya pusing.

Kyungsoo merasa kekuatannya semakin hilang dan melemah.

PET. Keduanya kehilangan kesadaran.

-END-

.

.

HAHAHA! Maaf, sengaja typo xD

-to be continued-

.

.

ANNYEONG READERDEUL! *tebar cipoks(?)*

Aku kembali dari hiatus ulalaaaa~~ *digebukin readernim*

Yaampun, setelah hampir 6 bulan fic ini tertunda, akhirnya aku bisa update juga! Setelah penuh perjuangan mengumpulkan dewa ide, akhirnya… Huaaa :') *nangis dipelukan Sehun(?)*

Seperti biasa, aku mau ngucapin terimakasih buat semua readerdeul yang setia menunggu kelanjutan fic yang super-duper-late-update. Dan, mumpung pas momen lebaran nih, aku mau mohon maaf yang sebesar-besarnya sama kalian, mungkin ada salah-salah kata atau perbuatan atau yang kurang puas sama fic ini(?)

Well, rencananya sih chapter ini mau aku bikin chapter end, tapi ternyata setelah diketik, terlalu panjang buat jadi satu chapter, untuk itu aku bikin chapter end-nya besok yee xD

Yasudah sekian saya cablaknya. Ditunggu jejak kalian yang berupa review untuk chap ini dan aku harap, semoga chapter ini gak mengecewakan.

Gamshahamnida! XOXO~ ^^