step

Tittle : STEP (Indonesia Translataion)

Cast : EXO

Translated by EzzaKwangLu

Original fic by 模糊度567

Note : saya mencoba menerjemahkan Fic ini ke dalam Bahasa Indonesia. Karena sejauh ini Fic ini masih dalam terjemahan Inggris dan Fic asli yang masih menggunakan bahasa Mandarin ^^ Maaf bila terdapat kesalahan dalam menerjemah, karena saya masih belajar. Dan semoga Fic ini dapat membantu :D

Disclaimer : Fic ini 100% bukan punya saya~ saya hanya membantu menerjemahkan Fic ini kedalam Bahasa Indonesia karena saya sangat suka dengan Fic ini yang pertama kali say abaca dalam terjemahan bahasa Inggris oleh XingXiu ^^

DO NOT COPY THIS FIC ANYWHERE!

CHAPTER 0

Anak itu duduk di tanah, malang, pakaian sedikit berantakan, kepala bersandar pada dinding dibelakangnya. Dia tertawa, tidak mampu menahannya lagi. Diatas kepalanya terdapat teleskop kecil dan halus namun panjang dan tipis, lensanya mengarah pada pemandangan yang tidak akan pernah dilewatkan oleh fotografer; dinding batu yang tinggi, langit biru yang indah dan dihiasi oleh awan putih.

Tetapi teleskop tidak diarahkan menuju itu, melainkan, terfokus kepada lumpur dan gulma yang berada pada retakan-retakan dari dinding batu yang tidak satu orangpun akan menyadarinya, dan diantara gulma-gulma itu terdapat susunan paku yang dipalu.

Anak laki-laki yang berdiri pada dinding, tidak berhenti dalam usahanya, paku-paku yang tersisa dari usahanya berserakan ketika dia mencoba tempat yang berbeda, jarak yang berbeda antara masing-masing paku. Burung-burung yang melintasi langit memanggil pengunjung yang sering mereka temui. Seolah-olah sebagai penghormatan atas usahanya.

Matahari bersinar turun pada dahi yang kelihatan muda saat angin menerpa wajahnya, mengekspos keindahan alam dan kehidupan. Tetesan keringat menetes dari dahinya. Dengan sebuah paku ditangannya, dia mengambil dua langkah mundur dengan lelah saat dia mengamati dinding batu, terlubangi dengan ribuan goresan.

Anak laki-laki yang duduk ditanah tidak dapat menahan dirinya, bagian belakang kepalanya merapat kembali ke dinding sambil tertawa –mungkin terdapat nada suara serak pada suara itu, tapi siapa yang tahu. Setelah mengetahui berapa lama, meskipun mungkin tidak ada yang peduli berapa lama itu, dia terlihat lelah, dan juga, suara tawa terhenti dan secara bertahap kembali lebih sunyi daripada sebelumnya.

"Idiot". Dia menutup matanya. "Apa yang kau lakukan, masih memalu paku-paku ?"

Dia tertawa pelan, sebuah tetesan sesuatu menetes dari wajahnya, kunci ditangannya mengikuti jalan jatuhnya tetesan cairan tersebut, jatuh perlahan ke tanah.

[17.03.2013]

Bila, satu hari dibulan maret, kamu memiliki hari libur dan hari itu adalah hari yang indah dengan cuaca yang bagus, mungkin kamu akan kagum atas jenis dari hal indah yang telah Tuhan rencanakan untukmu, seperti bertemu dengan kekasihmu di masa lalu. Semua cerita dilukiskan dengan adegan yang berbeda, dan kekasih lama yang telah kamu bayangkan, lalu, kamu merasa tidak akan bertemu mereka di pasar, dan kebahagiaan pangeran dan putrid dari negeri dongeng diartikan tidak akan muncul di kapal tua di laut. Luhan bersiul saat ia mengambil surat, melirik pada cerahnya langit. Ini adalah hari yang sangat bagus untuk aktivitas diluar, pikirnya.

Memegang tumpukan surat, Luhan melihat sekeliling saat ia berjalan menuju kamar di lantai dua, menendang pintu yang tertutup dijalannya. Melihat keatas, dia melihat dua kepala yang berkerumun didepan computer, dan dia melempar 2 surat ke salah satu tempat tidur.

"Aku membawakan suratmu". Berdiri di tengah-tengah ruangan, dia dengan hati-hati memeriksa tagihan telepon bulan ini..

"Master Lu menjadi lebih dan lebih perhatian dari hari ke hari". Salah satu orang yang berdiri didepan computer tanpa menoleh ke belakang. Kerena ia menopang dirinya sendiri dengan tangan kirinya berada pada bahu seseorang yang sedang duduk, sudut bibirnya terangkat menyunggingkan sebuah senyuman.

"Kamu mungkin akan lebih baik jika pindah ke kamar kami". Luhan melirik dua orang disebelahnya, dan kembali fokus pada tagihan-tagihannya.

"Kamarmu terlalu kecil". Suara yang agak berbeda dari arah lain.

"Kamar tamu yang besar" ucap seseorang yang sedang duduk, terkekeh. "Haruskah kita pindah kesana bersama ?" Luhan, dengan diam dan tidak berdaya, dan sedikit keluar dari kebiasaan, menggelengkan kepalanya.

Berdiri, Kris menjatuhkan diri di atas tempat tidur Luhan dan mulai membuka suratnya satu persatu. Luhan menendangnya. "Kau, turun." Dengan menendangnya, Kris tidak bergeming, matanya tetap fokus pada surat. "Tempat tidurmu diselimuti oleh mikroorganisme, aku tidak membuat banyak perbedaan"

Luhan terlihat seperti akan meledak saat dia mencoba untuk memukul Kris, saat Zhang Yixing juga menjatuhkan diri di sisi lain tempat tidur Luhan, ekspresinya mengganggu batas kesabaran Luhan.

Luhan berbalik dengan tidak berdaya dan duduk di tempat tidur Kris, dan dalam pembalasan dendam, membiarkan sepatunya naik, dua orang yang lain menatapnya, dan setelah beberapa saat, dia tidak dapat menolong dirinya sendiri saat melepas sepatunya, dua orang yang lain tertawa terbahak-bahak.

"Jika kamu benar-benar merasa buruk tentang itu, kamu bisa mencuci sprei ku nanti", ucap Kris, melambaikan kartu laundry nya.

Saat batas kesabarannya habis, Luhan berjalan dengan marah menuju meja dan duduk untuk menelusuri web.

Kris mengangkap amplop-amplop. Pertama sepertinya laporan standar bank, dan setelah melirik sekilas pada nomor-nomor di bawah, dia melemparkannya ke tempat tidur. Yang kedua sejenis pamphlet iklan. Kris memicingkan mata saat ia membaca tulisan Korea dengan terbata-bata ;

"Asosiasi pendaki gunung, nomor satu pilihan anda untuk gaya hidup sehat". Dia melirik Zhang Yixing.

"Bagaimana mereka bisa tahu kamu memeiliki kesehatan yang buruk?". Tanya Yixing, membuka mulutnya.

"Tidak tahu, mungkin karena aku terlalu tampan". Kris berdiri didepan jendela, merapikan kerahnya.

"Huh? Mereka tak akan mengirim ini untukmu, mereka mengirim ini untukku". Luhan mengambil pamphlet darinya –pemandangan yang indah dicetak di pamphlet itu. "Mereka mungkin tahu anda dalam kesehatan yang buruk berdasarkan pada sesuatu yang lain" Luhan melanjutkan membaca iklan pada pamflet tanpa berkedip.

Kris melirik Yixing, "Sepertinya dia akan membutuhkan 2 hari atau lebih sebelum dia tenang"

"Aku ragu" ekspresi Yixing mengatakan dia tidak terlalu optimis tentang hal itu. "2 hari adalah bila 1 orang berada diatas tempat tidurnya beberapa menit. Sekarang ada 2 dari kita, ditambah lagi, aku belum bangun dan bangkit dari sini".

"Dan kamu masih tidak bangun" Kris tidak dapat membantu dan malah bicara sambil tertawa kecil.

"Hey, aku menutupimu disini, oke?" Yixing tertawa.

Kaki panjang Taozi menendang pintu depan lantai dua. "Kita akhirnya mendapat hari libur dan cuaca yang bagus, dan berakhir dengan kalian yang hanya menghabiskan waktu kalian disini" sambil bicara, dia berjalan menuju kamar Kris dan Luhann. Dia melirik dua orang yang tergeletak diatas tempat tidur, dan Luhan yang masih dengan tenang di depan computer, kamudian mengucapkan. "Tidak senonoh".

Luhan mengangguk sebagai persetujuan, kemudian menggeleng sebagai pencelaan.

"Lalu jika kami tidak senonoh, mengapa kamu tidak bergabung dengan kami ?" suara Kris keluar dengan malas, diikuti oleh tawaan jelas Yixing.

"Tolong untuk tidak senonoh di kasurmu sendiri". Luhan menatap layar computer.

"Leader, aku bosan" Taozi menggelengkan kepalanya saat jika dia tidak bisa berdiri dengan kebodohan orang disektiarnya, menarik-narik lengan baju Kris saat berbicara.

"Apa ?" Kris merapikan lengan bajunya. "Baju-bajuku mahal, oke ?"

"Tsk, itu hanya baju-bajumu. Kamu membiarkan mereka memotongnya di acara. Kamu hanya bilang "mahal, mahal" padaku" Taozi berekspresi penuh penghinaan. "Ayo pergi belanja bersamaku".

Kris berbalik, menendang Yixing dan menjangkau dan menepuk Luhan. "Ayo pergi bersama ?"

"Nah, itu akan membuat terlalu banyak masalah" Yixing berdiri. "Akan lebih baik jika hanya kalian berdua yang pergi, bila bersama kami (Yixing & Luhan), kita sangat terkenal, tidak ada jalan lain bila tidak ingin terjadi masalah"

Kris tidak punya kekuatan untuk membantah,berbalik untuk bertanya pada Luhan dengan matanya. Luhan melambai pada mereka dengan pamflet masih ditangannya dan mengedipkan sebelah matanya. "Mungkin mimpimu tidak menakutkan!" (*)

Taozi menggeleng lemah. "Kalian putus asa. Tidak ada satu orang yang normal dalam kelompok Cina kita!"

"Semoga berhasil menemukan yang kau cari di kelompok Korea", Luhan bicara saat dia menggerakkan kursor dengan cepat menggunakan mouse. "Bersiaplah, meskipun tidak banyak orang yang normal disini"

"Jangan bilang begitu, Sehun cukup normal" Yixing tertawa saat dia menepuk Luhan, melihat mata Luhan yang menyipit tajam saat dia perlahan membalikkan badan.

Dia mencubit pipi Yixing dan kembali ke komputer. "Tidak ada yang senormal dirimu. Kamu yang paling normal".

"Ayo pergi". Kris akhirnya selesai menata rambutnya di depan kaca, dan setelah memilih kalung kemudian memakainya, dia mengambil tasnya dan sedikit mendorong Tao.

"Benar-benar tidak mau ikut ?" Kris berbalik dan melirik dua orang yang lain.

Luhan melambaikan tangan sebagai jawaban, dan Yixing melirik Kris dengan malas. "Aku ingin bermain gitar".

Kris mengangkat alisnya, "Mainkan untukku saat aku pulang".

"Terdapat sebuah ungkapan yang cocok dengan situasi yang sempurna ini" Luhan menghadap ke komputer, tapi sulit untuk menyembunyikan senyuman di wajahnya.

Kris berhenti beberapa detik sebelum dia menyadari apa yang Luhan maksud, dan hamper member Luhan pelajaran saat dia ditarik keluar pintu oleh Tao. "Kalian sudah selesai apa belum?!"

"Tunggu sampai aku pulang!" ucap Kris, tertawa saat dia menunjuk punggung Luhan.

"Hanya menunggu ini dan menunggu itu, mengapa tidak benar-benar melakukannya suatu hari dan biarkan kami melihatnya!" Tao menariknya keluar pintu, pintu akhirnya tertutup dengan suara 'klik'.

"Suatu hari seseorang mengirimiku sebuah kamera baru" Luhan kamera Samsung ungunya dengan sayang, pada komputer, dia memasuki situs dari pamflet, dan layarnya sekarang menanmpilkan pegunungan Bei'han dibagian atas dan rute akses untuk mobil, dan selanjutnya sebuah foto dinding batu yang sangat besar, ada peta dengan keterangan yang diketik dengan huruf miring ; Surganya Fotografer.

Yang terlihat dari mata Luhan saat dia melihat Yixing tidak mengatakan apapun selain masalah. Ekspresi Yixing berubah menjadi salah satu dari terror saat dia dengan perlahan mundur menuju kamarnya sendiri.

Terlambat, Luhan mengikutinya, "Yixing, kamu menjadi lebih dan lebih tampan akhir-akhir ini" wajah Luhan berkerut dalam tawaan.

"Kesadaranmu juga terlihat membaik dengan cepat akhir-akhir ini. Aku piker kamu menjadi lebih menakjubkan juga" Yixing menundukkan kepalanya diatas gitar saat dia memetik senar. "Kita harus melakukan ini dengan benar suatu hari nanti".

Luhan mengikutinya dengan senyuman yang sama. "Aku tidak yakin kalau itu adalah ide yang baus. Setelah itu, apapun akan saya lakukan dan apa yang akan saya lakukan pada puluhan ribu gadis yang menungguku ? hatiku tidak mampu menahannya"

"Tidak apa, Kris telah mengorbankan dirinya demi kebaikan orang-orang, kamu bisa mengambil apa yang menjadi pertimbanganku dulu" Ucap Yixing lepas tangan.

Luhan tiba-tiba meniup telinga Yixing, dan Yixing meringkuk, ketakutan. "Aku hanya takut kamu tidak akan bisa tahan, ayo mendaki bersamaku!" Luhan menatapnya, puppy eyes.

"Tidak bisa, aku khawatir kamu akan memuntahi tubuhku karena ketakutanmu akan ketinggian" Yixing menggeleng lemah.

"Aku tidak pergi ke tebing atau apapun, aku hanya ingin mencoba kamera baruku" Luhan memelas.

"Tolong berikan aku waktu luang, tuan" Yixing memelas, "Kita akhirnya medapat hari libur…"

"Kita sauadara atau bukan ?" Luhan mendorongnya dengan main-main.

Yixing menenggelamkan wajah tak berdayanya pada gitar. "Kamu sudah mendapatkan garis hubunganku dan bertanya lagi"

Luhan tersenyum lebar dengan senang."Ambil barang-barangmu!" Luhan menendang Yixing pelan. "Dimana Jongdae ? Haruskan kita membiarkan pintu tidak dikunci untuknya ?"

"Dia terkilir sehingga dia pergi untuk mendapatkan pengobatan dari Joonmyun. Dia seharusnya sudah membawa kuncinya". Ponsel diatas meja berbunyi beberapa kali untuk memberitahukan bahwa kehabisan baterai sebelum layarnya berubah gelap.

"Caskan itu untukku"ucap Yixing, memetik gitarnya.

Luhan menggeleng. "Kamu memanfaatkanku, bukankan begitu" ucapnya, mengambil charger dan memsangkan pada ponsel. Dia melihat Lenovo putih Yixing yang sedikit menyerupai IPhone putih miliknya. "Kau sangat beruntung" ucapnya. "Fans mengirimimu merek yang sudah kau idam-idamkan" Hal itu terjadi sekitar tahun baru, tahun lalu. Mereka semua pergi berbelanja bersama, dan dia ingat bagaimana mata Yixing tertuju pada salah satu ponsel, dan seminggu kemudian, dia menerima merek terbaru ponsel tersebut.

"Sejujurnya, aku gugup saat menerima hadiah seperti ini. Jika perusahaan tahu, itu akan menjadi neraka omelan" Yixing menggeleng. "Mengirimnya ke tempat kita dan tanpa alamat kembali – aku tidak dapat mengembalikannya jika nanti aku ingin mengembalikannya".

Menghidupkan layarnya, Luhan mencoba memasukan 1007, tapi system bilang password itu salah.

"Kata kunci nya bukan tanggal lahirmu ?" Luhan berbalik untuk bertanya.

Yixing berdiri, mengambil ponsel dari tangan Luhan. "Tanggal lahir membuatnya sangat mudah untuk dipecahkan, misal, dengan orang yang nakal sepertimu". Dia melirik Luhan. "Aku menggunakan kode yang sudah ditentukan, jadi tidak ada yang tahu".

Luhan mengangkat alis. "Tsk~ ada banyak orang yang menggunakan tanggal lahir mereka. Chanyeol, Sehun, aku.. lagipula, siapa yang mau melihat ponselmu, itu tidak seperti kau punya aib didalamnya"

"Ada sedikit, aku mengambilnya saat kamu tidur", Yixing bicara degan tenang saat ia menggulir ponselnya.

"Apa?" mata Luhan melotot saat dia mencoba untuk merebut ponsel.

"Kamu tidur dengan sangat anggun" ucap yixing saat ia melangkah ke sisi lain. "Saat kamu menjadi sangat terkenal nanti, aku akan menjualnya"

Luhan menunjuk Yixing. "Aku tidak takut denganmu! Lain kali saat kita berada di hotel, aku akan memotretmu setiap menit".

"Itu beda". Ucap Yixing. Menggeleng. "Kamu akan menjadi lebih terkenal dariku di masa depan, aku akan menjual ini"

Luhan terdiam, "Apa yang kamu katakan ?!"

"Oke, Oke" ucap Yixing, mendorong Luhan. "Kamu mau mendaki atau tidak ?"

"Tempat sialan macam apa ini ?" Yixing memanjat dengan tangan dan kaki ke atas bidang miring yang tidak memiliki tanda-tanda bahwa itu menjadi sebuah jalan. "Ini bukan tempat mengakses pemandangan" dia menatap pamflet ditangannya, dan kembali pada jalan mereka berasal – tidak mudah untuk dipanjat, tidak mudah untuk dituruni. "Berapa jauh ini!" dia berteriak pada Luhan, jauh didepannya.

"Sedikit lagi! Aku dapat melihatnya!" Luhan memanjat dengan cepat didepannya. "Jika itu dapat dilewati dengan mudah ini tak akan menyenangkan! Cepatlah,kau!" dia meambaikan tangan dibelakangnya.

"Aku baru saja membeli sepatu ini" Yixing melihat kebawah dengan sedih pada merek sepatu barunya, sekarang tetutupi lumpur.

Di puncak, mulut Luhan menganga lebar. Didepannya, dinding batu besar yang berbatasan dengan hutan yang tak berujung membuat sebuah pemandangan yang indah. "Cepatlah! Dasar lambat!" menoleh ke belakang saat ia menarik Yixing ke atas. "Ini sangat cantik~" dia mengambil kameranya, dan mulai memotret tanpa henti.

Ini terasa penuh sukacita tak terbatas dan kebebasan spiritual, mencurahkan keributan dan kebisingan dari kerumunan manusia, hanya dengan putih biru dan hijau di depan mata telentang diatas batu, tangan terentang mendatar disebelahnya. Yixing duduk disebelahnya, mengeluarkan makanan-makanan ringan dari dalam tas yang ia bawa satu persatu.

"Aku menemukan bahwa kamu cocok menjadi penjaga kios yang hebat", Luhan terkekeh pada Yixing, melihat kilauan setan dikepalanya.

"Mendekat dan tertawalah" ucap Yixing, melihat ke bawah. "Ambil kesenangan dari rasa sakitku".

"Rasa sakitmu tidak memberiku banyak kesenangan, tapi aku membayangkan bahwa jika kamu memberiku semua uang yang kau daptkan dari menjajakan produk-produkmu, aku akan senang" Luhan bersandar pada lengannya, mengenai penjaga kios di depannya.

"sepertinya kamu tidak butuh banyak untuk membuatmu senang", Yixing sedih, membuka sebuah bungkusan. "Itu banyak uang dalam nilai dollar benar-benar dapat memberimu beberapa kegembiraan, huh".

"Heh~ Aku bahagia dengan apa yang aku punya" Luhan berdiri saat dia bicara, mengacak-acak rambut Yixing sebelum berjalan menuju dinding batu. "Aku belajar darimu, benar! Kamu sudah menggunakan senar tua dari manic-manik palsu sampai sekarang, dan kamu memperlakukannya seolah-olah itu saangat berharga".

Yixing tidak terlihat setuju. "Lalu jika itu palsu ?", dia gelisah dengan tasbih penganut agama Budha di pergelangan tangannya. "aku mulai memakai ini saat aku terluka, dan kemudian luka ku membaik, dan kemudia setelah kita debut dan mendapatkan penghargaan.."

Luhan berjalan mendekat untuk memeriksa bahwa itu adalah tasbih biasa. "Jika memiliki kekuatan seperti itu, pinjamkan padaku untuk beberapa hari. Aku memiliki taruhan tentang pertandingan sepak bola minggu depan".

Yixing membeku untuk beberapa detik, sebelum dia melepas tasbih itu. "Jangan hilangkan ini".

"Oi, kamu bukan penganut agama Budha kan ?" Luhan terkekeh saat ia memakai tasbih itu di pergelangan tangannya.

Yixing meliriknya sekilas, "Apakah aku terlihat begitu ?"

Luhan berjongkok, melihat kesekitar dengan hati-hati. "Sedikit".

"Akankah seseorang yang berkepercayaan Budha menghabiskan seluruh hari dengan menari ?" Yixing mengangkat bahu.

"Saat kau berada di belakang panggung kamu berubah menjadi patung", ucap Luhan sambil tetawa.

"Bergerak tanpa henti di atas panggung, dan kemudian bergerak tanpa henti di belakang panggung" Yixing melirik Luhan. "Orang aneh sepertimu langka".

"Tsk~" Luhan menepuk Yixing, sebelum matanya tertuju ke sekitar dinding batu. "Oi, palsu, apa yang kamu pikirkan tentang panah merah disebelah sana itu?"

Sekitar 30 meter jauhnya, sebuah tanda panah berwarna merah menunjuk kearah ruas dinding batu. Saat Yixing berdiri dan berjalan untuk memeriksannya, dia menemukan sebuah palu dan paku-paku tergeletak ditanah.

Luhan berlutut di tanah, menilai paku dan palu ditangannya, matanya tertuju pada tempat yang ditunjuk panah yang mengarah pada dinding. "Mungkin ini untuk memanjat batu (panjat tebing) ?"

"Panjat tebing yang memiliki sudut 90 derajat dan tanpa pijakan ?" Yixing menyipitkan mata, melindungi matanya dari sinar matahari yang menusuk.

"Itulah guna paku-paku ini!" duduk di tanah, ketika sebuah cahaya menghilang dari tangan Luhan saat dia melihat paku-paku di tangannya. "Tapi paku-paku ini terlihat lebih kecil" saat dia bicara, dia mengambil palu, dan menyingkirkan kotoran di celahnya.

"Apa yang kau lakukan ?" Yixing berjongkok disebelahnya, menatapnya dalam diam. "Jangan bilang kamu berpikir untuk memanjatnya".

"Aku hanya ingin melihat bagaimana para pemanjat tebing yang memanjat dengan paku ini". Luhan dengan penasaran mengangkat alisnya.

Yixing melihat ke bawah pada panah merah dibawah kakinya, dan kemudia pada Luhan yang mulai memalu paku. "Seseorang sepertimu yang ingin tahu tentang apapun seharusnya menjadi peneliti. Malah, disini kamu menyanyi dan menari.." sebelum dia menyelesaikan ucapannya, ia merasa Luhan bersandar pada bahunya, dan saat dia berbalik untuk melihat, dia menatap seseorang disebelahnya dengan tidak percaya.

Itu terlihat seperti dia jatuh tertidur.

Napasnya dan bibirnya sedikit terbuka –Yixing menatap Luhan dengan bengong. Bersemangat satu waktu dan kemudian tertidur lelap –Hal semacam ini sulit untuk dipahami.

[1 menit yang lalu]

"Panjat tebing yang memiliki sudut 90 derajat dan tanpa pijakan ?" suara tak percaya Yixing tertuju pada Luhan, Luhan terdiam selama 2 detik sebelum dia tiba-tiba sadar.

"Itulah guna paku-paku ini!" dia melirik paku-paku ditangannya. "Tapi paku-paku ini terlihat lebih kecil". Saat dia bicara, dia mengambil palu kecil, dan menemukan celah kecil untuk memulai memaku.

"Apa yang kau lakukan ?" Yixing beringsut. "Jangan bilang kamu berpikir untuk memanjatnya".

"Aku hanya ingin melihat bagaimana para pemanjat tebing yang memanjat dengan paku ini". Luhan melanjutkan pekerjaannya, saat ocehan berisik Yixing berlanjut di telinganya. "Seseorang sepertimu yang ingin tahu tentang apapun seharusnya menjadi peneliti. Malah, disini kamu menyanyi dan menari.."

Lagu dari album mereka tiba-tiba meledak di telinganya dan dia dikelilingi kegelapan, dan jarak tersebar dengan papan-papan bercahaya dan hiruk pikuk suara, terdapat sebuah mic di mulutnya, dan didepan kirinya ada Yixing, disebelah kanannya ada Kris, dan dia sepertinya berdiri di tengah panggung, sedangkan pengeras suara membunyikan bagiannya dari lagu mereka.

Luhan berdiri dengan bengong, melihat ke belakang, tapi music tidak berhenti berdengung ditelinga nya.

"Luhan!" berdiri di sebelah kirinya, Tao berteriak padanya. "Menari!" melihat ke sisi lain, Jongdae dan Minseok menatapnya dengan kaget, sedangkan Kris tampaknya menyadari sesuatu dan memutar sedikit kepalanya, matanya menatap tidak percaya pada Luhan yang berdiri membeku dengan punggungnya menghadap penonton, sebelum berbalik dan melanjutkan tariannya, matanya bertemu dengan mata Yixing beberapa saat, yang juga berbalik dengan kaget.

Satu bagian Luhan terlewati dengan cepat, dan kemudian K bergabung dengan mereka di panggung, Kim Jongin di depan formasi sedangkan Yixing dan Sehun dengan cepat berebut dibelakang. Luhan berdiri membeku di tengah-tengan grup sampai Kris menarik bajunya dengan kasar ke belakang Sehun. "Bangun!" Kris berteriak padanya dengan volume yang hanya dia yang dapat mendengar, dalam bahasa Cina.

Ritme yang berbeda berdebam ke kehidupan setelah sejenak hening, dan cahaya panggung menembus kegelapan dan menerangi Jongin, Yixing, dan Sehun, dan saat ritme dimulai, anatara keheningan yang lain, tiga dari mereka mulai menari.

Luhan menahan napasnya saat dia melihat adegan didepannya. Dalam irama dan ritme yang sudah tidak asing, inting mengenang dalam dirinya –delapan hitungan berikutnya adalah miliknya, dia tahu, semuanya salah, tapi ..

Saat tempo bagiannya dimulai, Kris meliriknya dengan gugup, tapi dia bergabung menari tanpa kehilangan tempo.

Gerakan-gerakan yang dia tahu seperti punggung tangannya, formasi-formasi yang dia tahu seperti punggung tangannya, tapi dia tidak tahu dimana dia, dia tidak tahu kapan itu, dia tidak tahu apa yang terjadi, tapi saat tempo dimulai, dia dapat mengikuti tarian seolah-olah itu adalah misi.

Pertama, dia menyelesaikan penampilan ini –itu tidak dapat dihindari.

Lagu berakhir, cahaya kembali gelap, dan walaupun semuanya bernapas dengan keras di kegelapan, tidak ada high-fives seperti biasanya. Dahi Jongin meneteskan keringat, dan saat dia menahan napasnya, dia berjalan menuju tempat Luhan berdiri. "Apa yang kamu lakukan ?!" Chanyeol menariknya dari belakang, tapi dia mendorongnya. "Kau tahu seberapa pentingnya penampilan ini ?!"

"Kita akan bicarakan ini nanti!" Kim Joonmyeon berteriak kepada Jongin, dan kemudian medorongnya ke luar panggung. Ekspresi semua orang menampilkan masalah, saat Sehun melirik Luhan dan Baekhyun tanpa berkata-kata menyingkirkan konfeti emas di rambutnya. Saat orang disebelahnya berjalan menjauh satu persatu, Luhan tetap terpaku di tempat, wajahnya pucat pasi. Kris menaruh tangannya dipinggang saat ia menatap tanah, sedangkan Yixing melingkarkan lengannya di pinggang Luhan dan menuntunnya turun dari panggung.

"Terima kasih atas kerja kerasmu". "Terima kasih atas kerja kerasmu". Salam-salam menunggu mereka turun dari panggung tidak mempunyai tanda ganti dan ruang istirahat dibelakang panggung penuh oleh senior-senior dari perusahaan yang berlari keluar masuk, dan suara MC terdengar dari atas panggung –penampilan selanjutnya akan segera dimulai.

Manager sekarang sedang menelepon, membungkuk dan mencium udara tipis. "Ya, ya, aku mengerti…. This tidak pernah terjadi sebelumnya.. ya baiklah, baiklah" saat dia bicara, dia melirik anggota-amgota yang lewat satu persatu. "Aku akan bertanya pada mereka, untuk memastikan.. Maaf, maaf"

Waajah Luhan pucat dan kepalanya sangat sakit saat dia mencoba menelaah apa yang terjadi, tapi manager sudah menutup telepon dan berjalan mendekatinya.

"Apa itu?!" manager berjalan kearahnya dan mendorong kepala Luhan, Luhan terhuyung dua langkah kebelakang. "Apa kamu datang hanya untuk mengacaukannya ?" manager berteriak padanya, dan semua artis yang lain di ruang istirahat melihat kearah mereka. Kepala Luhan menunduk dalam diam, dan dengan sakit kepalanya, dia merasa seperti ini ruang istirahat yang dia tahu.

"Ini adalah siaran langsung! Kau mengerti ? siaran langsung! Penghargaan music bukan hanya untuk artis-artis perusahaan kita! Memenangkan penghaargaan adalah karya selama 10 tahun, menghancurkannya hanya dalam 1 hari! Jika saat ini kita mendapat penghargaan pendatang baru, akankah kamu mau semua orang tertawa tentang bagaimana kita tidak dapat menghidupkan nama itu ?" manager terus berteriak pada Luhan, tapi Luhan dengan perlahan mengangkat kepalanya, wajahnya pucat.

"Penghargaan music ?" dia berbalik untuk melihat semua orang disekitarnya. "Penghargaan pendatang baru ? tapi bukankah kita sudah mendapatkannya ?"

Ruangan hening seketika.

Manager menatapnya dengan tatapan kosong, dan kemudian membawa tangannya ke sisi wajah Luhan.

Dia mendengar dengungan di telinga kirinya, saat kepala Luhan menoleh dan dia menatap tanah.

Ruang istirahat ini memang tidak asing, dan juga panggung yang tidak asing, dan dia sudah mengalami semua ini, namun tidak sepenuhnya sama.

Kris menarik Luhan yang baru saja dipukul dibelakangnya. "Jika kita memenangkan penghargaan, aku akan menjelaskan dan meminta maaf selama pidato penerimaan".

"menjelaskan?! Bagaimana caramu menjelaskan ?" manager menatap Kris tidak percaya.

Kris ragu sebelum berkata, "Aku akan bilang bahwa dia dalam keadaan stress yang tinggi, dan memiliki halusinasi sesaat".

"Apakah kamu mencoba untuk mengatakan bahwa perusahaan menyiksa para artis ?"manager mereka bertanya.

"Itu.." ucap Kris. "Aku akan bilang bahwa earphone nya jatuh"

"Earphone jatuh setiap saat, apakah yang lain kehilangan pikiran seperti yang dia lakukan ?"

Kris menatap manager mereka. "kalau begitu aku tidak mau menjelaskan, aku hanya akan meminta maaf".

Manager menatap Kris lalu menatap Luhan, dan kemudian pada staff yang melambai padanya dan si pemake-up artis. "Kalian dirias dulu, lalu duduk ditempat yang sudah ditetapkan, jika, pada saat, kamu mendapat penghargaan, kalian berdua para leader memutuskan bagaimana yang terbaik untuk ini. Bersungguh-sungguhlah, dan kamu harus berhasil menenangkan semua orang" Joonmyeon dan Kris mengangguk dan membungkukan badan, saat dia bergerak menuju Luhan, "Untukmu, kami akan menanganimu nanti"

Melihat bahwa pembicaraan selesai, para make-up artis dengan cepat mendandani mereka ber12, dan tidak seperti sebelumnya, saat seperti ini biasanya penuh dengan obrolan, saat ini, semuanya diam. Dengan sudut matanya, Jongin melirik Baekhyun yang sedang memakai eyeliner nya. Luhan memperhatikan, lapisan tebal bedak menyelimuti wajahnya.

Kembali ke tempat kejadian yang gelap, bahkan mereka dengan tenang melakukan perayaan penghargaan, tidak ada jalan bagi mereka untuk mengindar dari mata para fans, saat mereka mulai berteriak. Dari bagian terakhirnya, Joonmyeon membacakan pesan satu persatu kepada yang lain –jika mereka memenangkan penghargaan, saat mereka diatas panggung, hal pertama yang akan mereka lakukan adalah membungkukan badan selama 10 detik sebagai permohonan maaf.

"Aku membaca artikel di Koran yang mengatakan jika kita terlalu lelah, kita melupakan sesuatu", ucap Tao dengan pelan pada Kris saat dia melihat Luhan duduk diantara Chanyeol dan Baekhyun dikejauhan. "Beberapa hal seperti amnesia sesaat menurutku".

Kris mengikuti pandangannya. Fans tiba-tiba meledak dalam gerakan yang membingungkan –itu bahwa Yixing meminta Baekhyun untuk bertukar posisi duduk dengannya, jadi dia bisa duduk disebelah Luhan.

"Lu~Han~Hyung~It's~Fine~We~Love~You!" fans sepertinya memulai fan chant dalam waktu yang singkat, dan dalam keheningan, Luhan berbalik dengan ragu-ragu, sebelum dia berdiri dan membungkukkan badan pada para fans.

"Ahhh!"dari belakang, datang gelombang teriakan tragis dan lolongan air mata.

"Itu mungkin" ucap Kris. "Dia meminum obat-obat tidur beberapa hari yang lalu, itu mungkin saat dia terjaga"

"huh ?" Tao melirik Kris dengan tidak percaya. "Dia punya Insomnia ? kamu tidak pernah memberitahu"

Kris melirim Tao, "kamu tidur paling cepat, tentu kamu tidak akan tahu"

Tao terdiam beberapa detik, dan kemudian berbalik untuk melihat Kris. "kamu tidak bilang bahwa saat kita di ruangan yang sama di hotel kamu juga Insomnia , iyakan ?"

"Perhatikan dan tonton penampilan yang sedang berlangsung" ucap Kris, dan kemudian menyisipkan senyuman saat dia mulai bertepuk tangan pada penampilan di atas panggung yang tidak dia tonton sepenuhnya.

Saat mereka sudah memiliki persiapan mental, saat diumumkan bahwa mereka memenangkan penghargaan pendatang baru, Yixing masih sangat gembira dan dia hamper menangis. Mereka berdiri dari tempat duduk dan memeluk satu sama lain, seperti joonmyeon, matanya merah, melihat keadaan emosi Kris yang sama dan berkata, "Kamu sudah bekerja keras". Mereka berdua memeluk satu sama lain, menepuk pundak satu sama lain. Semuanya terekam oleh para fans, dan menjadi satu dari foto bergerak dari EXO menerima penghargaan pendatang baru yang akan bermunculan di internet.

Foto yang paling sering dilihat adalah saat mereka berdiri diatas panggung, setelah Luhan membungkukan badan dan meminta maaf –foto mereka ber12 membungkuk selama 10 detik. Judul halaman dari foto itu; "kesalah satu orang, 12 orang yang membungkukan badan (meminta maaf)"

Setelah mereka kembali ke mobil, kepala Luhan terasa terbelah menjadi dua. Dia menarik tangan Yixing dan bertanya, "Tanggal bearapa sekarang ?"

Yixing melihatnya, "29".

"29 desember 2012 ?" ucap Luhan pelan, alis berkerut.

Yixing mengangguk.

Menatap keluar jendela mobil pada salju-salju, Luhan berkata "Pernahkah kamu pergi mendaki bersamaku ? dan aku memalu paku pada dinding batu ?"

Yixing menatapnya, manriknya ke bahunya. "Tutuplah matamu dan tidurlah. Kamu terlalu lelah".

Bersandar pada bahu Yixing, Luhan menutup matanya, saat dia mencoba untuk menemukan alas an untuk dirinya sendiri.

Dia terlalu lelah, jadi diatas panggung, dia menjadi linglung, dan membayangkan bahwa 3 bulan sudah dilewati; dia berjalan saat tidur, dan sampai diatas panggung pun dia seperti itu, dia menggabungkan mimpi dan kenyataan, dan inilah hasil dari meminum obat tidur; dia mengalami gangguan psikologi, dan mestinya menemui dokter.

"Yixing, apa jadwal kita besok ?" tanyanya.

"Kita ada pemotretan untuk sebuah majalan besok sore, dan kemudian sebuah acara malamnya" ucap Yixing.

"Besok pagi, pergi ke rumah sakit bersamaku" ucap Luhan dengan lelah.

Yixing menoleh untuk melihat Luhan. Tampaknya dia tertidur.

[ 1 menit yang lalu ]

"Tutuplah matamu dan tidurlah. Kamu terlalu lelah". Suara Yixing terdengar olehnya.

Luhan bersandar pada bahu orang itu dan menutup matanya, saat dia mencoba untuk menemukan alas an untuk dirinya sendiri.

Dia terlalu lelah, jadi diatas panggung, dia menjadi linglung, dan membayangkan bahwa 3 bulan sudah dilewati; dia berjalan saat tidur, dan sampai diatas panggung pun dia seperti itu, dia menggabungkan mimpi dan kenyataan, dan inilah hasil dari meminum obat tidur; dia mengalami gangguan psikologi, dan mestinya menemui dokter.

"Yixing, apa jadwal kita besok ?" tanyanya.

"Kita ada pemotretan untuk sebuah majalan besok sore, dan kemudian sebuah acara malamnya" ucap Yixing.

"Besok pagi, pergi ke rumah sakit bersamaku" ucap Luhan dengan lelah.

"Huh ? apa kau baik-baik saja?" Dia mengerutkan alis saat dia dengan perlahan membuka matanya, saat sebuah cahaya menyelimuti matanya tanpa sadar. Tubuhnya tampaknya kehilangan semua keseimbangan, lengan dan kaki melayang, dan dia jatuh dan mendarat di permukaan putih yang halus.

Saat dia membuka matanya, tidak ada Yixing disebelahnya, dan di depan matanya, bukanlah bagian dalam mobil mereka, dan ditanah terdapat anak panah merah, ujung panah itu meuju ke sebuah pintu.

Luhan menegakkan kakinya saat dia melihat sekelilingnya. Permukaan putih ini terlihat seperti lorong besar, dan dibelakangnya ada bentangan cahaya. Dia berdiri tegak, mengikuti tanda panah, sampai dia menjangkau pintu. Disebelah kiri tanda panah, tidak jauh terdapat pintu kecil yang lain, tpi anak panah tidak menunjuk kearahnya.

Pikirannya kosong, Luhan berdiri di depan pintu dengan bimbang, sebelum dia mengetuk pintu didepannya.

Terdapat suara kunci terbuka, dan 2 detik kemudian, pintu terbuka. Seorang laki-laki membuka pintu, senyuman di wajahnya tergores dari telinga ke telinga saat dia melambai untuk meminta Luhan masuk.

"Akhirnya kamu sampai" ucapnya~

TBC ^^