Chapter 06.

"Eren, apa tidak sebaiknya kau menginap saja di rumahku?" Kalimat singkat namun menusuk—umm..nusuk maksudnya— itu membuat Eren yang baru keluar dari kamar mandi, membeku seketika.

.HAH!?

.

.

.

"Ahh…kenapa…aku bisa berada di sini…" Batin Eren sambil memberikan tasnya yang berisikan baju-baju untuk tiga hari kepada Rivaille.

"Semua barangmu sudah kutaruh di kamarmu, aku ada keperluan sebentar, jadi aku harus pergi. Kalau kau butuh sesuatu, telepon saja ke handphoneku." Ujar Rivaille yang kemudian mengambil jaketnya dan beranjak pergi.

Pintu tertutup dari luar.

Hening.

"Harus waktu itu aku menolak saja.." Gumam Eren sambil membereskan barang-barangnya.

-Flashback-

"E-eh!? Menginap di rumah Rivaille-san—!?" Eren shock seketika.

Dan Rivaille hanya menjawab dengan anggukan pelan.

"Ke-kenapa!?"

"Orang tuamu akan pergi selama beberapa hari dan kau di rumah sendirian, aku takut kau akan ambruk atau tertidur di kamar mandi lagi seperti waktu itu." Ujar Rivaille dengan wajah datarnya.

"T-tapi—"
"Apa kau tidak suka tinggal bersamaku?" aw that words *author tersentuh hatinya*.

"Bu-bukannya seperti itu—" Eren salting.

"Jadi, jawabanmu?" Rivaille meminta penegasan dari Eren.

"Baiklah…"

-End of Flashback-

Eren sweatdrop.

"Ahh…sudahlah, lagi pula aku memang agak tidak enak kalau sendirian di rumah.." Eren akhirnya menerima kenyataan bahwa dia akan tinggal di apartemen Rivaille selama tiga hari ke depan.

.

.

.

Jam tiga sore.

Rivaille belum kembali dan Eren yang terus menunggu kepulangan suami—ehem, maaf—teman serumah-tapi-hanya-untuk-sementara itu tertidur di sofa.

"Eren, bangun." Terdengar suara rendah yang memanggil nama anak bersurai coklat tersebut.

"Hmm…?" Eren yang masih setengah tidur hanya bisa menyipitkan matanya untuk mempertegas pandangan.

"Eren." Suara itu kembali memanggil namanya.

Namun Eren masih setengah tidur dan tidak merespon.

"Eren, kalau kau tidak bangun sepenuhnya, aku akan menciummu."

Eren langsung sadar.

"A-a-apa!?" Eren nge-blush seketika.

"Akhirnya kau bangun juga." Ujar si pemilik suara a.k.a Rivaille.

"Ma-maaf, a-aku tertidur saat sedang menunggu Rivaille-san—"

"Hee? Jadi kau menungguku, Eren?"

Hening.

"B-BUKAN BEGITU MAKSUDKU—" Disaat Eren ingin membantah, secara tiba-tiba Rivaille memberikan ciuman kecil dibibirnya dan berhasil membuat Eren terdiam sambil menyembunyikan wajahnya yang semerah tomat itu.

"A-a-apa yang—"

"Padahal aku hanya menciummu, tapi reaksimu sudah seperti ini. Apa lagi kalau aku melakukan sesuatu yang lebih memalukan lagi." Ujar Rivaille sambil menarik dagu Eren.

"HAH." Eren shock.

"Aku hanya bercanda, bodoh" Lanjut Rivaille sambil menyentil dahi Eren "Tapi mungkin suatu saat aku akan benar-benar melakukannya."

Eren nge-blush seketika sambil memegangi dahinya.

"Ba-baru sampai saja sudah seperti ini—apa aku bisa bertahan sampai tiga hari ke depan!?" Batin Eren sambil masih memegangi dahinya.

Sepertinya Eren masih harus ber-TATAKAE.

.

.

.

Jam 6.30 malam.

Setelah makan malam bersama, Eren tidak tahu apa yang harus dia lakukan, dan saking gugupnya, dia hanya bisa duduk diam.

"…Eren, aku akan memakai kamar mandinya, setelah aku selesai, kau juga mandilah."

"A-ah..baiklah…"

Segera setelah mendapat respon dari Eren, Rivaille kemudian mengambil handuknya dan pergi ke kamar mandi.

Hening lagi.

Eren yang tidak tahu harus melakukan apa selama menunggu Rivaille, hanya bisa diam ditempat dan tidak berbuat apa-apa.

Hening.

Masih hening.

Tetap hening.

"Aaaahhh…apa yang harus aku lakukan sekarang…" Gumam Eren sambil melihat sekeliling.

Karena selama ini Eren hanya pernah berkunjung sebentar, dia tidak terlalu memperhatikan apartemen Rivaille dengan detail, dan ini adalah kesempatan untuk mengetahui bentuk asli apartemen ini.

Eren celingak celinguk memperhatikan sekeliling.

Biasa saja.

Satu hal yang bisa Eren tangkap hanyalah…apartemen ini bersih..pake banget.

Hening.

Jadi, satu hal lagi yang Eren tahu mengenai Rivaille : Rivaille itu cleanfreak.

Eren sweatdrop.

Saat Eren sedang melihat sekeliling, mendadak Rivaille keluar dari kamar mandi hanya dengan celana panjang berwarna hitam, dan handuk yang dia gantung di pundaknya.

Rambut hitam yang yang basah terurai dan sedikit menutupi matanya.

Eren secara tidak sengaja langsung nge-blush dan menutupi wajahnya dengan bantal.

"Ke-kenapa Rivaille-san harus keluar dengan penampilan seperti ituuu!?" Batin Eren sambil masih menyembunyikan wajahnya.

Rivaille yang menyadari bahwa istri—umm, sekali lagi maaf, salah—Eren menyembunyikan wajahnya, langsung mengambil bantal tersebut dan memberikan ciuman ringan kepada anak bersurai coklat kesayangannya itu.

Dan seperti biasa, Eren nge-blush dan langsung kabur ke kamar mandi.

"A-a-aku mau m-mandi dulu!"

BRAKH.

Eren menutup pintu kamar mandi sekuat tenaga.

"..Dasar bocah." Rivaille tersenyum tipis.

.

.

.

Setelah Eren selesai mandi, dia keluar dari kamar mandi dan menemukan Rivaille sedang tertidur dengan posisi duduk di sofa.

"…Rivaille-san..?" Eren perlahan mendekati Rivaille dan memanggil namanya dengan pelan.

Tidak ada respon.

Eren doki doki dan tidak tahu harus melakukan apa.

Akhirnya Eren memutuskan untuk duduk di sebelah Rivaille dan terus memperhatikan wajahnya yang agak tertutup rambutnya yang hitam pekat.

Eren menyadari beberapa hal yang tidak dia perhatikan selama ini.

Rivaille selalu mengerutkan alisnya meskipun sedang tidur, poninya yang terbelah dua mulai memanjang, dan bulu matanya ternyata lentik.

Kemudian Eren berpikir.

"Selama ini, hanya Rivaille-san yang terus menciumku…apa aku perlu menciumnya juga..?" Batin Eren sambil perlahan mendekati wajah Rivaille.

Saat Eren sudah HAMPIR menciumnya, Rivaille membuka matanya dan Eren yang menyadarinya langsung mundur teratur.

"RI-RIVAILLE-SAN SUDAH BANGUN!? MA-MAAF AKU MEMBUATMU TERBANGUN—A-AKU—" Eren salting ditempat.

"Tadi…apa yang akan kau lakukan?" Tamatlah riwayat seorang Eren Jaeger.

"Ti-tidak, kok!"

"Apanya yang tidak?"

"I-itu.." Eren sudah siap nangis.

"Apa mungkin tadi…kau berniat menciumku, Eren?" déjà vu.

"HAH!? TI-TI-TIDAK, KOK!" Eren menyangkal secara spontan.

"Walaupun kau bilang tidak, tapi wajahmu merah sekali, Eren." Ujar Rivaille sambil menarik dagu Eren.

Sepertinya Eren akan meledak.

"Ah—i-itu—"

"Kenapa kau tidak menciumku saat aku terbangun saja?"

Nice question.

"Ti-tidak bisa—a-aku malu—"

"…Coba cium aku, Eren. Sekarang." Ujar Rivaille sambil masing menahan dagu Eren dengan tangan kanannya.

Eren sudah siap meledak.

"U-un.." setelah merespon, Eren langsung saja mencium bibir Rivaille dengan perlahan sambil menutup rapat kedua matanya "Su-sudah, kan?"

"…Bagus." Rivaille memuji sambil mengelus puncak kepala Eren.

Eren, seperti biasanya : *blush*

Apakah Eren bisa bertahan selama tiga hari ke depan?

.

.

.

Hari kedua Eren menginap di apartemen Rivaille.

Pagi itu, Eren terbangun dan mendadak teringat apa yang telah ia lakukan : mencium Rivaille.

"AAAAHHHH! Kenapa aku malah mengingat sesuatu seperti itu di pagi hari !?" Eren depresi dalam hati.

Mengapa oh mengapa.

Tiba-tiba, disaat Eren sedang depresi, Rivaille membuka pintu kamar dan berkata "Eren, kau mau tidur sampai kapan? Sarapan sudah siap."

"A-ah—ma-maaf—a-aku mau cuci muka dulu—" Setelah sukses salting di depan Rivaille, Eren langsung kabur ke kamar mandi untuk mencuci mukanya supaya bisa bangun sepenuhnya dan melupakan apa yang telah dia lakukan kemarin.

.

.

.

"Oh iya, Eren…kemarin aku lupa bilang kalau Hanji akan datang kemari hari ini."Kalimat yang dilontarkan oleh Rivaille saat mereka sedang menghabiskan sarapan pagi cukup mengejutkan sehingga Eren terdiam.

"Hanji-san akan datang? Hm…aku, sih tidak keberatan…" Jawab Eren sambil hendak mengigit roti bakar buatan Rivaille.

"Tapi sepertinya ada yang salah…" Gumam Rivaille.

"Eh?"

"Biasanya dia tidak akan memberi kabar kalau ingin datang, jadi pasti ada sesuatu."

Hening.

.

.

.

Tidak terlalu lama setelah Eren dan Rivaille menghabiskan sarapannya, Hanji datang.

"Hey Eren-kun~" Sapa Hanji kepada Eren yang sedang duduk di sofa ruang tengah bersama Rivaille.

"Hei mata empat, ada apa kau datang kemari?" Rivaille langung sinis.

"Hee..jangan sinis begitu, dong~"

"sudahlah, langsung saja ke inti pembicaraannya." Rivaille menghela nafas.

"baiklah…sebenarnya yang ingin kukatakan adalah—"

-TO BE CONTINUED-

Yo minna~ Alice desu~

ALICE IS BEK #BACK

Gomen ne minna, Alice sempet vacuum jadi author untuk waktu yang sangat lama, sampai2 account FFN ini terbengkalai dan berlumut(?)

Tapi akhirnya Alice kembali~

Mungkin para reader udah ngambek gara2 ff ini gak dilanjut2in…ALICE BENAR2 MINTA MAAF

ALICE TJINTAH KALIAN SEMUA, JADI JANGAN NGAMBEK *peluk cium satu2*(?!)

Alice mulai sekarang akan rajin, deh, jadi ikuti terus ceritanya ya :'3

Kurosawa Alice.