My Love by Ryuga Neji / Uchiha Akira Chan

Rated : T

Pairing : NaruHina,slight KibaHina and SasuSaku

Disclaimer : Naruto belongs to Masashi kishimoto, Neji belongs to Author #digampar

Info Dikit,ya~ Author lupa menjelaskan di chapter sebelumnya. Karena Hinata masuk KHS, Sakura juga masuk KHS karena dia assistand sekaligus pengawalnya Hinata. Sasuke juga sama. Itu aja sih

Happy Reading!~

Normal P.O.V

Hinata mendudukkan dirinya di jok lamborghini Naruto. Tubuhnya masih menggigil, walaupun tak semenggigil tadi -sebelum Naruto datang-

"Kau masih kedinginan?" Tanya Naruto datar, tanpa mengalihkan pandangannya dari jalanan.

Hinata hanya bisa menggeleng pelan, "Arigatou,Naruto-kun" Hinata tersenyum.

"Untuk apa?" Naruto mengernyit heran, namun masih fokus menyetir.

"Ah.. Tidak" Menggigil Hinata berangsur-angsur hilang, hanya dengan memandang wajah Naruto yang -menurutnya- tampan itu. Sekali lagi, itu menurutnya.

Naruto P.O.V

Arggghh.. Jangan memandangku seperti itu,baka! Astaga jantungku berdegup kencang lagi. Tch, aku tak ingat aku mempunyai penyakit jantung gila. Astaga, aku bisa gila lama-lama! Ah aku menyesal membantunya tadi.

Akhirnya, kami sampai ke rumah dengan keadaan basah kuyup tentunya. Mau apalagi? Aku harus merelakan jaket hitamku untuknya.

"Tadaima" Ujarku malas sambai membuka pintu rumah.

"Okaeri,Naruto!Hinat-" Kushina mengalihkan pandangannya dari dapur. "Kau apakan dia,NARUTO?!" Ya ya, sudah kutebak akan seperti ini.

"An-ano.. Ano.. Kami kehujanan,baa-san" Ujar Hinata gagap. Dasar gadis penyakitan!

"Kau ini bagaimana,Naruto?! Ayo cepat mandi dan ganti pakaianmu,Hinata-chan, nanti kau sakit" Ujar Kaa-san sewot. Lihat, aku tidak diperdulikan. Oh oh, sungguh beruntungnya diriku.

"Ar-arigatou,baa-san" Hinata tersenyum malu lalu berjalan menuju kamarnya dilantai atas, setelah melihatku tentunya.

Aku menghela nafas berat, apa sih yang ada di dalam jantungku ini? Selalu saja berdegup kencang.. Atau jangan-jangan aku men-Tidak! Tidak akan pernah

Normal P.O.V

5 Hari berlalu, sejak kedatangan Hinata ke rumah milik keluarga Namikaze ini. Naruto juga terlihat sedikit-demi sedikit mulai akrab dengan Hinata. Bukan berarti ia sudah bisa melupakan Shion.

"Naruto, kau akan mengantar Hinata lagi kan?" Ujar Kushina dengan senyum yang mengembang, sepertinya ia cukup senang dengan kedekatan Naruto dan Hinata yang sudah lebih berkembang dari 5 hari yang lalu.

"Ya" Satu sisi positif lainnya, Naruto tidak lagi menjawabnya dengan 'Hn' atau 'Hm'. Sekali lagi membuat ibu rumah tangga itu tersenyum.

"Ayo cepat makannya. Nanti kalian terlambat" Kushina menghampiri Hinata, lalu berbisik "Arigatou,Hinata. Kau akan merubahnya sebentar lagi"

"A-ah..ah Tidak juga,baa-san" Hinata tersenyum malu.

"Kami berangkat dulu, kaa-san" Pamit Naruto dengan nada datar. Ia melangkah ke luar rumah, sedangkan Hinata masih berpamitan dengan Kushina dan Minato.

Naruto P.O.V

"Maaf menunggu lama,Naruto-kun" Hinata tersenyum seraya membuka pintu mobil lamborghini ku. Sudah berapa kali kukatakan, . .Baka

"Hn" Aku memalingkan wajahku ke arah kaca mobil.

"Ada apa,Naruto-kun? Mengapa wajahmu merah? Apa kau sakit?" Gadis polos ini semakin mendekatkan wajahnya kepadaku, lalu meletakkan punggung tangannya ke dahiku. Sengatan aneh lagi-lagi merasuki tubuhku. Jantungku juga berdetak lebih kencang dari biasanya. Apa gadis ini bodoh? Atau terlalu polos?

"Badanmu tidak terlalu panas,Naruto-kun" Ujarnya lagi.

"Aku tidak apa-apa" Ujarku kesal. Tck, bagaimana bisa gadis ini membuat moodku hancur begini.

"Aaaah sudahlah" Aku segera melaju lamborghini dengan kecepatan diatas rata-rata. Setidaknya ia bisa membahas yang lain selain pipi merahku ini.

Aku tidak tahu, tapi sepertinya... Aku menyukainya.


Back to NORMAL P.O.V

"Arigatou,Naruto-kun. Aku duluan ya" Hinata lagi-lagi tersenyum manis. Membuat Naruto memalingkan wajahnya -lagi-

Naruto keluar dari mobil merahnya. Membawa tasnya di bahu kanan dan memasukkan tangan kirinya ke saku celana. Saat ia memasuki gedung KHS, ia langsung disambut dengan teriakan -maut- fangirlsnya yang sungguh memekakkan telinga.

"Tck, berisik" Umpatnya kesal. Lalu cepat-cepat ia melangkahkan kakinya ke kelas XII A. Saat dilihatnya Sasuke sudah ada di tempatnya, ia segera menghampirinya. "Ke tempat biasa,Sasuke"

Sementara Hinata sudah sedari tadi menarik Sakura ke taman belakang sekolah

"Ada apa,Hinata?" Sakura mengalihkan pandangannya dari ponsel ke majikan sekaligus sahabat di depannya ini.

"An-ano.. eng.. itu,Sakura.. eng" Hinata memainkan kedua jari telunjuknya gugup. Sementara Sakura tersenyum geli.

"Kau tidak perlu segugup itu,Hinata. Lagi pula kau mau menceritakan apa sih? Aku jadi penasaran!" Sakura kembali tersenyum riang.

"Aku- Aku seper-sepertinya menyukai Nar-Naruto-kun,Sakura" Hinata menunduk malu, wajahnya sudah hampir seperti kepiting rebus sekarang.

"Bftt.. Haha, itu hal yang wajar,Hinata. Tak perlu malu begitu, kau kan perempuan dan Naruto-sama laki-laki jadi itu normal kan? Kecuali kau menyukaiku" Sakura tertawa ringan lalu kembali melihat wajah merah Hinata.

"Sakura, kau benar juga" Hinata mendongak, lalu ikut tertawa kecil.


"Tck, ada apa sih, Dobe-sama?" Tanya Sasuke dengan nada jengkel.

"Kau itu ikhlas atau tidak menemaniku kesini?" Gerutu Naruto tak kalah jengkel.

"Ya ya ya. Kau mau berbicara apa? Cepatlah, aku mau bertemu Sa-" Ups, kau keceplosan,Sasuke. Cepat-cepat ia menutup mulut embernya itu dengan telapak tangan.

-kura" Sambung Naruto jahil.

"Tch, bukan. Bukan dia" Bantah Sasuke masih dengan rona merah tipis di pipinya. Sementara Naruto menatapnya penuh menggoda. "Haah baiklah memang dia" Aku Sasuke akhirnya. Itu lebih baik dibanding melihat tatapan menjijikkan itu. Ya, itu menurut Sasuke.

"Cepatlah! Apa yang mau kau bicarakan? Aku tak punya banyak waktu!" Gerutu Sasuke, ini sungguh membuang-buang waktu spesialnya.

"Ehm.. Menurutmu kalau jantung laki-laki berdegup kencang saat bertemu perempuan itu artinya apa?" Tanya Naruto ragu-ragu.

"Jatuh cinta mungkin?" Sasuke menyandarkan kepalanya ke tembok seraya menutup mata, menyembunyikan onyx di dalam kelopak matanya.

"Err- Kalau wajah memerah saat dekat perempuan?" Tanya Naruto lagi.

"Sama"

"Kalau rindu saat dia tak ada di sisi?"

"Sama"

"Kalau selalu ikut tersenyum saat dia tersenyum?"

"SAMA" Kali ini dengan sedikit menaikkan nadanya, mulai kesal.

"Kalau merasa wajahnya sangat manis?"

"Kau ini apa-apaan sih,Dobe-sama? Semua pertanyaan yang kau ajukan itu sama jawabannya! Jatuh Cinta" Sasuke geram juga akhirnya. Eh,tunggu.. Itu artinya..

"Kau menyukai seseorang, Dobe-sama?" Bingo!

"Err- Mungkin sih" Jawaban tak pasti.

"Iya atau Tidak?" Tuntut Sasuke. Namun, Naruto tetap diam. "Oh ayolah,Dobe-sama. Aku bukan Ino yang akan menyebarkan siapa perempuan yang kau sukai"

"Ya, aku menyukai seseorang. Hinata lebih tepatnya" Naruto menghelas napas.

"Wajar"

"Eh? Maksudmu?"

"Tch. Kalau laki-laki menyukai perempuan itu wajar."

- Entah ini kebetulan atau apa, Mereka berdua sama-sama memiliki kalimat yang berarti sama -


Kriing

Bel istirahat Konoha High School berdering keras. Lumayan memekakkan telinga sebenarnya, tapi karena itu adalah bel istirahat tak ada seorang murid pun yang protes karena suaranya terlalu besar atau sejenisnya.

Murid-murid kelas XII A berhamburan keluar kelas, tersisa Sakura,Hinata,Kiba, dan Sasuke. Sementara Naruto sudah melenggang ke kantin untuk bertemu sahabatnya, Shikamaru, Ino, dan Chouji.

"Ehm.. Hinata bisa bicara sebentar?" Tanya Kiba, berharap Hinata punya waktu untuk berbicara empat mata dengannya.

Hinata menoleh kepada Sakura, meminta persetujuan Sakura yang tadinya mengajaknya ke Perpustakaan sekolah. Sakura mengangguk, "Tidak apa-apa,Hinata. Aku pergi dengan Sasuke"

"Kau memintaku menemanimu ke perpustak-" Ucapan Sasuke terhenti setelah melihat tangan Sakura ada di depannya. "Maaf, maksudku ayo ke Perpustakaan"

Hinata tersenyum kecil melihat sahabatnya itu sedang tertawa bersama Sasuke, ehm Sakura tertawa dan Sasuke hanya tersenyum kecil. "Baiklah, Kiba"

Kiba dan Hinata melangkah pergi walau Kiba agak kaget karena Hinata menghilangkan suffiks 'kun' pada namanya.

.

"Ada apa, Kiba? Ada yang mau kau bicarakan?" Hinata tersenyum tulus, sempat membuat Kiba terpaku. Namun ia menggeleng kuat.

"Itu.. Aku- aku s-"

'Mungkin lebih baik aku bicarakan di taman saja'

"Maksudku, kau ada waktu sore nanti?" Kiba harap-harap cemas. 'Bagaimana kalau dia sudah ada janji dengan Naruto? Optimis, Kiba! Optimis!' Ia menyemangati dirinya sendiri.

"Mmm.. Sepertinya tidak"

Kedua sudut bibir Kiba terangkat, "Bisa kau ke taman dekat rumah Naruto sore ini?"

"Sepertinya bisa" Hinata tersenyum tipis. "Memangnya ada perlu apa?"

Kiba berdiri, "Nanti aku bicarakan di taman"


"Mau kemana,Hinata? Rapi sekali" Kushina memalingkan wajahnya dari layar televisi ke -calon- menantunya.

"Ada janji dengan teman, kaa-san" Hinata tersenyum seraya mengambil tas ungunya.

"Jangan pulang terlalu malam ya,Hinata. Selamat bersenang-senang" Kushina tersenyum senang.

"Terima kasih, kaa-san. Aku tidak akan pulang malam" Hinata segera melangkah pergi menuju taman yang dimaksud oleh Kiba.

.

"Ah, maaf menunggu terlalu lama, Kiba. Kau sudah lama menunggu,ya?" Tanya Hinata saat mendapati rambut cokelat di bangku taman yang terbuat dari kayu tersebut.

"Ah tidak juga kok,hehe" Kiba menggaruk rambut cokelatnya. "Ayo duduk,Hinata. Tidak enak berbicara sambil berdiri,kan?"

"Terima kasih" Hinata tersenyum lembut lalu duduk di samping Kiba. "Oh ya, kau mau bicara apa,Kiba?"

"Apa kau punya orang yang disukai?" Kiba menutup matanya dan membiarkan angin sepoi-sepoi menerpa wajahnya.

Hinata teringat Naruto, lalu ia merasakan rona-rona merah menghiasi pipi putih nan mulusnya. Kiba hanya mendengus geli.

"Ehmm Hinata?" Kiba melambai-lambaikan tangan kanannya ke depan wajah Hinata. Membuat Hinata sedikit terkejut.

"Eh Maaf. Bukan maksudku membuatmu terkejut" Kiba menggaruk pipinya.

"Ah tidak apa-apa. Aku sendiri yang melamun"

"Nah, jadi ada orang yang kau sukai,Hinata?" Ulang Kiba.

"Ad-Ada"

"Sebenarnya, Aku masih suka padamu,Hinata. Kau mau jadi pacarku?"


Deg

Hinata terpaku untuk beberapa saat.

"Maaf, tap-tapi ak-aku tidak bisa,Kiba" Hinata menunduk.

"Mengapa? Karena kau dijodohkan?" Kiba agak kesal.

Hinata menggeleng, "Bukan, Buk-bukan karena itu"

Tiba-tiba angin yang tadinya sepoi, menjadi lebih kencang.

"Aaah"

"Biar kutiup"

.

Naruto P.O.V

Kemana gadis Lavender itu? Ck, menyebalkan.

"Kemana Hinata? Tolong cari Hinata,Naruto! Kaa-san takut dia kenapa-kenapa. Walaupun ini belum terlalu malam, ia tidak pergi terlalu jauh kok" Kaa-san mondar-mandir cemas.

"Mana to-"

"Tidak ada bantahan, tidak ada protes, Namikaze Naruto!" Sebelum masalah bertambah runyam, lebih baik aku mencari gadis Lavender itu.

Aku segera mengambil jaket hitam yang kugantung di belakang pintu kamar lalu bergegas keluar.

Kuedarkan pandanganku ke rumah-rumah di kompleks rumahku. Belum juga kutemukan, akhirnya aku melangkah menuju taman dekat rumahku yang juga lumayan dekat dengan jalan raya. Bing-

It-itu itu Hinata dan Ki-Kiba?

.

Normal P.O.V

Kiba agak menarik bahu Hinata dan meniup matanya pelan. Lebih terlihat seperti err.. Kiba mencium Hinata? Setidaknya itulah yang ada di otak pria berkulit tan yang mengamati Kiba dan Hinata dari jarak 15 Meter.

"Ehem" Ujarnya dengan nada dibuat-buat. Hinata yang baru menyadari ada Naruto disana, segera menjauhkan dirinya dari Kiba dan melepaskan pegangan Kiba dari bahunya.

"Ups, ternyata aku mengganggu momen sepasang kekasih ini. Kalau begitu maaf dan selamat tinggal" Ujar Naruto dengan penekanan pada kata terakhirnya. Lalu berjalan cepat menjauhi taman.

"Nar-Naruto-kun!" Hinata berlari, namun sebuah tangan kekar menahannya. Hinata melepaskan tangan tersebut secara paksa, "Maaf,Kiba"

Naruto terus berlari menuju seberang jalan raya. Hinata juga terus mengikutinya sambil menangis "Naruto-kuun!"

"Naru- KYAAAAAAAAAAAAAAA"

TBC

Duh updatenya jadi nyampe 2 bulan begini -_-" Dasar Author sok sibuk, males lagi.. Semoga suka ya. Dan maaf juga atas keterlambatannya

The last of all, Review Please!~