Gomeeeen, Author minta maaf banget atas kelambatannya dalam update. Salahkan WB yang tiba-tiba menimpa author *digeplak.

Karena fic who are you adalah salah satu fanfic karangan author yang udah lama banget dibuatnya. Jadi mungkin gaya penulisanku disini agak beda. Sekali lagi Gomen T.T aku juga udah berusaha buat agar tetep nyambung dengan tulisanku yang lama, tapi gatau sih nyambung atau engga.. karena mungkin feel-nya udah agak beda *kok malah curhat.

Makasih ya yang udah mau baca fanfic ini :') maafkan akan keabalannya/? :') dan jangan lupa diriviu/? Kritik dan saran kalian pasti akan sangat membantu :')

Oke. Enjoy.


Who Are You?

Pair : MinaKushi

Disclaimer : Masashi Kishimoto

Rate : T

WARNING : TYPO(s), OOC, ALUR KECEPETAN, JELEK, ABAL-ABAL, dan segala kekurangan lainnya.

Seketika Kushina melihat truk bewarna kuning melaju dengan kencang menuju tunangannya.

"Minato, awas!" Kushina berteriak panik.

"Kushina? Ada ap-"

BRAKK!

Kejadian itu terjadi dengan sangat cepat.

Darah….

Darah di mana-mana.

Chapter 2.

Gadis itu mengerjap-ngerjapkan matanya.

Dimana ini?

Semuanya terlihat samar.

Ia mengerjapkan matanya sekali lagi.

Bukankah ini kamarnya? Kenapa ia bisa berada di sini?

"Kushina.. kau sudah sadar?"

Seorang perempuan berlari dan langsung memeluknya. Itukan.. Mito Uzumaki, bibinya?

"Ba-chan, apa yang terjadi? Kenapa aku bisa berada di sini?" Kushina menatap Mito dengan tatapan bingung.

"Untunglah Mikoto melihatmu pada saat itu. Saat ia menemukanmu, kau sudah tergeletak pingsan. Menurut dokter, sepertinya dirimu terlalu shock dan kaget akan kejadian tersebut sehingga kau menjadi tidak sadarkan diri… Tetapi sekarang kau sudah sadar.. Syukurlah.." Mito memeluk Kushina sambil terisak.

Shock? Kaget? Kejadian itu?

Ah, semuanya menjadi jelas. Ia ingat, waktu itu dia sedang berjalan dengan Minato, dan tiba-tiba…. Tiba-tiba kejadian itu terjadi…. Setelah itu Kushina tidak mengingat apa-apa lagi. Jadi.. Minato.. bagaimana dengan pemuda itu?

"Minato! Dimana ia?"

Kushina menatap Mito tajam, berusaha menuntut jawaban dari bibinya itu.

"Eng… Minato? Aku kurang mengetahuinya keadaannya.. Sepertinya ia juga tidak sadarkan diri.. tapi tenang saja. Dia baik-baik saja, para dokter sudah menanganinya. Mungkin sebentar lagi ia akan siuman." Kata Mito berusaha menenangkan ponakannya

"T-tidak sadarkan diri? Apakah benar ia tidak apa-apa?" Kushina menggigit bibirnya. Oh, kami-sama, semoga tidak terjadi apa-apa dengannya..

"Iya, tenanglah Kushina, Ba-chan yakin, sebentar lagi ia pasti sadar." Mito menatap Kushina dengan lembut.

"A-aku harus melihat keadaannya!" Kushina melompat dari tempat tidurnya.

"Dimana ia dirawat? Aku akan menjenguknya sekarang!" Gadis berambut merah itu menyerbu Mito dengan pertanyaan-pertanyaan, nampak jelas bahwa ia ingin segera bertemu dengan kekasih hatinya itu.

"Tunggu dulu Kushina! Kau baru saja pingsan, bagaimana jika terjadi apa-apa denganmu? Setidaknya biarkanlah dirimu beristirahat dulu hari ini, besok kau boleh menjenguknya." Ujar Mito cemas. Mito sudah menganggap Kushina sebagai anaknya sendiri. Orang tua Kushina meninggal saat usia Kushina masih sangat kecil. Sepeninggalan orang tuanya, Mito lah yang selalu menjaga dan merawat gadis itu.

"Tidak, Aku harus melihatnya sekarang. Biarkan aku melihat Minato, Ba-chan! Dimana ia dirawat?" Kushina tidak mempedulikan larangan Mito. Dengan cepat ia berdiri.

Mito memandang Kushina dengan tajam, Kushina balas menatapnya dengan pandangan tidak mau kalah.

"Ba-chan, tolonglah mengerti perasaanku sekali ini saja. Aku tahu ba-chan mengkhawatirkanku. Tetapi aku benar-benar sudah tidak apa-apa. Biarkan aku melihatnya.. tolonglah.." Kushina menatap Mito dengan tatapan memelas.

Ah, Mito benar-benar tidak tega melihat pandangan itu. Kushina memang selalu mempunyai cara untuk membujuknya.

"Kau benar-benar keras kepala, Kushina.. Kau selalu memperhatikan orang lain lebih daripada dirimu sendiri.." Kata Mito menghela napas panjang.

"Jadi dimana ia dirawat? Sekali ini saja.. Ayolah.." Kushina mendengus.

Hening sesaat.

"Konoha Hospital."

Suara Mito memecah keheningan.

"K-konoha Hospital?"

"Ya.. Konoha Hospital, di situlah Minato dirawat." Mito mengangguk pelan.

"Aku.. aku akan kesana sekarang! Arigatou gozaimasu Ba-chan! Kau sangat baik." Seru Kushina sambil mencium pipi bibinya.

"Tunggu dulu Kushina!" Mito berteriak kearah Kushina yang sedang berlari kearah pintu.

"ng? ada apa lagi Ba-chan?" Kushina menoleh kearah Mito dengan pandangan bingung.

"Setidaknya, kau harus makan dan bersiap-siap dahulu sebelum mengunjunginya, kan?"

"E-eh?" Kushina memperhatikan baju yang dipakainya. Dia masih memakai baju tidur. Astaga, ceroboh sekali ia!

"Bersiap-siaplah dahulu, baru menjenguknya setelah itu!" Mito tertawa pelan. Hh, dasar anak muda. Begitulah sikapnya jika sudah dimabuk cinta..


Seorang gadis berambut merah berlari-lari di tengah lorong Konoha Hospital. Rambut merahnya yang sengaja diurai terlihat berkibar-kibar seiring dengan langkah kakinya.

"Dimana kamar Minato Namikaze?" tanya gadis uzumaki itu kepada seseorang di meja resepsionis dengan napas sedikit ngos-ngosan.

"Maaf mengganggumu, tapi seharusnya ini giliranku."

Kushina langsung membalikkan badannya, mencari siapa gerangan pemilik suara begitu mendengar suara sinis yang terdengar dari belakang.

Terlihat seorang perempuan berambut kebiru-biruan memandangnya dengan tatapan yang tidak begitu senang.

"Aku buru-buru-ttebane!" Jawab Kushina dengan nada yang tak kalah mengenakkan.

"Apa kau tidak tahu kalau bukan hanya kau saja yang mempunyai kepentingan di sini? Aku pun juga memiliki urusan yang tidak dapat ditunda." Ucap perempuan berambut biru itu dengan nada dingin.

"Pokoknya minggir! Urusanku lebih penting!"

"Tidak bisa! Kau harus mengantri! Urusanku juga penting, Nona Berambut Merah."

"Nona berambut merah? Berani sekali kau memanggilku begitu-dattebane! Cepat minggir!"

"Tidak!"

Minggir!"

"Tidak!"

"MINGGIR!"

"TIDAK!"

"Hentikan, Konan… Kushina! Apa-apaan kalian?"

Suara itu membuat kedua perempuan tersebut menghentikan pertikaian mereka untuk sejenak.

"S-sensei..?"

"P-paman?"

Konan dan Kushina terlihat terkejut melihat siapa orang yang menegur mereka itu.


"Jadi, sebenarnya ada apa ini?" tanya Jiraiya sambil menyenderkan badannya di bangku kantin rumah sakit.

"Aku hanya memberi sedikit pelajaran kepada perempuan yang tidak tahu sopan santun di sebelahku ini, Sensei." Konan melirik Kushina sekilas dengan pandangan kesal.

"Tidak tahu sopan santun? Berani sekali kau!" Seru Kushina dengan nada tinggi sambil balik menatap Konan dengan pandangan yang siap menerkam.

"Memang benar, kan? Apalagi sebutan yang tepat untuk orang yang seenaknya saja menyerobot antrean, hanya mengedepankan kepentingannya sendiri, dan tidak menghargai orang lain seperti itu?" Jawab Konan dengan santai.

"Kau-"

"Sudah-sudah cukup! Lama-lama kupingku bisa sakit dengan ulah kalian. Kita duduk disini untuk menyelesaikan masalah, bukan untuk menambah masalah yang sudah ada." Potong Jiraiya kesal.

"Kushina, apa benar kau menyerobot antrean dengan seenaknya?"

"Eng… ya itu memang benar.. t-tapikan aku benar-benar panik saat itu.. karena aku ingin segera bertemu dengan Minato.." Kushina menjawab dengan terbata-bata. Ah, kenapa perbuatannya tadi bisa terlihat oleh Jiraiya? Gadis itu sudah tak tahu lagi apa anggapan calon menantunya terhadap dirinya.

"Aku dapat memahami perasaanmu itu. Tapi bagaimana pun keadaannya, seharusnya kau tetap tidak berhak menyerobot antrean dengan seenaknya seperti itu, Kushina. Bukan hanya kau yang memiliki urusan disini, Konan juga. Sepupunya baru saja terkena penyakit demam berdarah akhir-akhir ini. Kau harus meminta maaf kepada Konan."

"Ha'i. Paman. Gomen, Konan-san" Ucap Kushina sambil menunduk. Dengan terpaksa meminta maaf kepada gadis berambut biru itu.

"Ya.. tak apa. Lain kali tolong jangan diulangi." Balas Konan masih dengan nada yang sedikit dingin. Dari sudut matanya Kushina dapat melihat wajah Konan yang dihiasi dengan senyum penuh kemenangan.

Jiraiya tersenyum puas melihat keduanya yang sudah berbaikan kembali.

"Nah, Jadi bagaimana dengan sepupumu itu, Yahiko? Apa sudah membaik?" Tanya Jiraiya, ia mengalihkan pandangannya kearah Konan.

"Keadaannya sudah membaik sejak terakhir kali saya menjenguknya, Sensei. Terima kasih karena sudah bertanya." Jawab Konan sambil tersenyum kearah Jiraiya.

"Syukurlah kalau begitu. Aku ikut senang mendengarnya Konan." Kata Jiraiya sambil balas tersenyum.

"Ha'i Sensei. Ah iya, aku jadi melupakan tujuan utamaku datang kesini." Konan menepuk dahinya sambil memandang kearah jam yang berada di tembok kantin.

"Maaf saya tidak dapat mengobrol lama dengan anda, Sensei. Saya harus segera pergi sekarang, jam besuknya sudah hampir habis." Konan berdiri perlahan.

"Ya tak apa, Konan. Cepat pergilah, selagi jam besuknya masih ada." Jiraiya menghirup sedikit black coffee miliknya.

"A-arigatou Sensei.."

Mendapat persetujuan dari Jiraiya, Konan langsung pergi meninggalkan tempat tersebut.

"Kushina.." panggil Jiraiya pelan setelah Konan pergi cukup jauh.

"Y-ya?" tanya Kushina sedikit tersentak.

"Kau juga ingin menjenguk Minato kan?" tanya Jiraiya sambil menyeringai kecil kearah Kushina

"H-he? I-iya itu benar… Bagaimana keadaannya paman? Apa ia baik-baik saja?" Kushina tidak bisa menahan dirinya sendiri untuk bertanya kepada Jiraiya. Rasa khawatir sudah terlanjur menguasainya.

Muka Jiraiya terlihat sedikit berubah mendengar pertanyaan itu, walau tidak lama. Meskipun begitu, Kushina dapat menyadari perubahan tersebut. Ada apa? Apa kondisinya buruk?

"Minato? Yah… sejauh ini dia baik-baik saja.. meskipun masih tidak sadarkan diri. Tetapi karena aku tidak terlalu mengerti tentang medis, bagaimana jika kau melihat keadaannya sendiri? Di kamar nomor 128. Tsunade juga ada disana, jadi jika ada hal-hal yang kurang jelas kau bisa langsung menanyakannya."

"A-ah? Baiklah. Paman, Arigatou!"


125…

126…

127…

Kushina menghela napasnya, kamar disebelahnya adalah kamar bernomorkan 128, kamar dimana Minato berada.

Akhirnya dengan mantap ia membuka pintu kamar itu.

Tidak disangka, ternyata pintu itu dapat terbuka dengan mudahnya.

Apa Bibi Tsunade lupa mengunci pintu?

Pikir Kushina bingung.

"Permisi.." Gadis uzumaki itu mulai memasuki kamar. Betapa terkejutnya ia melihat tidak ada seorang pun disana kecuali Minato sendiri, yang masih terbaring tidak sadarkan diri.

Dengan perlahan Kushina mulai mendekati Minato.

Hatinya terasa semakin dicabik-cabik melihat tunangannya yang terbaring tidak berdaya itu.

Ah wajah itu….

Wajah yang biasanya selalu tersenyum ramah kepadanya…

Walaupun Kushina menyukai Minato bukan sebatas hanya karena fisiknya saja, tetapi dapat ia akui. Penampilan fisik tunangannya ini sangatlah menawan, tidak heran banyak gadis yang mengejar-ngejarnya saat dulu.

Dari dulu Kushina selalu betah memandang wajah Minato, bagian yang paling ia sukai dari wajah pemuda itu adalah mata blue sapphire-nya. Mata itu entah kenapa selalu dapat menyita lebih perhatiannya daripada yang lain. Seakan-akan mata itu memiliki pesona sendiri yang membuat setiap orang ingin memandangnya lama-lama.

Sayang, mata itu tidak dapat dilihatnya sekarang.

Ah.. Betapa Kushina merindukan mata bewarna blue sapphire itu.

"Minato… cepat bangun.. aku merindukanmu.." bisik gadis itu pelan disebelah telinga Minato.

Semua ini salahnya….

Coba saja kalau ia tidak telat memperingatkan Minato tentang truk yang melaju itu..

Mungkin Minato tidak harus mengalami kejadian ini…

Mungkin Minato tidak akan berada disini..

Ya.. Seharusnya itu semua bisa terjadi jika Kushina memperingatkan tentang kedatangan truk itu lebih awal.

"Kushina..?"

Kushina menolehkan wajahnya kearah pintu, terlihat Tsunade sedang memandanginya dengan tampang khawatir.

"Kau baik-baik saja kan?" Tanya Tsunade sambil berjalan mendekati gadis itu.

"Y-ya bi.. aku baik-baik saja.. Tak perlu mengkhawatirkan aku." Kushina mengangguk sambil tersenyum.

"Mungkin kau butuh tissue?" Tsunade menyodorkan sekotak tissue kepada Kushina.

"Tissue?" Kushina terlihat bingung.

"Untuk menyeka air matamu." Balas Tsunade sambil menunjuk wajah Kushina yang sudah basah oleh air mata.

Astaga… Kenapa ia tidak sadar kalau tadi ia menangis? Oke ini memalukan.

"E-eh? A-arigatou.. bi.."

"Ya.. sama-sama.." Tsunade tersenyum kecil kearah Kushina, pastilah hal ini sangat berat bagi gadis berambut merah itu. Orang yang akan menikah dengannya seminggu lagi malah tergeletak tak berdaya.

"Jangan memasang tampang sedih seperti itu, Kushina… Minato pasti akan sadar.. Kau hanya perlu menunggu sebentar.. bersabarlah." Ucap Tsunade sambil menepuk bahu Kushina. Sebenarnya ia juga sedih melihat keponakan tercintanya tergeletak tidak sadarkan diri di rumah sakit. Sama seperti Kushina, orang tua Minato juga sudah meninggal sejak lama. Kala itu umur Minato masih 5 tahun. Maka Tsunade dan Jiraiya sudah menganggap Minato sebagai anak mereka sendiri.

Tetapi ia harus berusaha tegar di depan Kushina. Gadis itu terlihat benar-benar hancur. Siapa lagi sandaran Kushina jika bukan dirinya saat ini? Karena itu Tsunade bertekad harus menjadi kuat.

"Salahku…"

"Kushina?"

"Salahku… Salahku Minato terbaring di rumah sakit seperti ini. Andai saja… Andai saja aku melihat truk itu sedikit lebih cepat.. Andai saja… Andai saja…"

"Kushina… Jangan menyalahkan diri sendiri. Ini bukan salahmu.. ini kecelakaan. Tidak ada yang menginginkan hal ini terjadi." Kata Tsunade tegas.

"Tidak.. Ini salahku… ini salahku…"

Tangis Kushina meledak saat itu juga. Memandang orang yang ia sayangi tergeletak tak berdaya seperti itu membuat benteng pertahanan yang sudah ia buat menjadi runtuh kembali.

"Kushina.." Tsunade hanya bisa diam memandangi gadis uzumaki itu meratapi tunangannya.

"Minato… c-cepat kembali… a-aku merindukanmu… aku rindu suara tawamu.. "

Kushina meremas tangan pemuda itu perlahan. Ia terus memandangi Minato, mengharapkan keajaiban yang mungkin mustahil untuk datang.

"Sudah hentikan Kushina.."

"Aku tahu.. kau pasti bangun… Jadi Minato, A-ayo bangun…"

Kushina tetap tidak menghiraukan perkataan Tsunade.

Tidak ada reaksi apapun dari pemuda itu.

"Minato.. Ayolah.."

"Kushina! Hentikan. Tak akan ada gunanya kau bertingkah seperti itu!" hardik Tsunade.

Tsunade memang mengerti perasaan Kushina dan wajar jika ia bersedih. Namun segala sesuatu pasti ada batasnya. Dan menurutnya, perlakuan Kushina kali ini sudah berada di luar batas.

"Dasar baka.. ayo bangun.. Buka matamu, baka!"

Kushina memandangi Minato dengan tatapan nanar.

Ini sia-sia.

"Minato…."

Cukup, usahanya memang tidak ada gunanya. Minato tidak akan bangun.

"M-minato.. ayo bangun.." Kushina terisak kecil. Ia mengguncang-guncangkan tangan Minato dengan pelan.

"U-ukh…"

Terdengar suara erangan pelan.

"M-minato? Itu kau? Kau sudah sadar?"

Pemuda berambut pirang itu mengerjap-ngerjapkan matanya.

"Bibi! Minato sudah sadar!" Teriak Kushina kearah Tsunade.

Oh Kami-sama, sungguh Kushina sangat bersyukur. Terima kasih Kami-sama, Terima kasih…

Ternyata keajaiban selalu datang tepat pada waktunya.

"Minato? Akhirnya kau sadar juga…" bisik Tsunade sambil memeluk Minato perlahan.

Minato memandangi Kushina dan Tsunade dengan tatapan bingung.

"Ada apa, Minato?"

"Siapa kalian?"


Pemuda itu menekan sederetan nomor di handphone-nya.

"Sial. Angkat teleponnya." Gerutunya kesal saat panggilannya kembali tak dijawab.

Dengan kasar ia menekan tombol-tombol itu kembali.

"Menelponku berkali-kali seperti itu. Apa tidak cukup sekali saja?"

Akhirnya terdengar omelan dari ujung telepon.

"Kau yang tidak menjawab teleponku dari tadi, bodoh!"

"Sebenarnya ada apa? Lihat saja jika ternyata hal ini tidak penting, Akan kubunuh kau karena telah mengganggu tidur siangku!"

"Fufufu… tenang… Aku membawa berita yang sangat penting untukmu."

Pemuda itu terkekeh kembali.

"Dan apa itu? Cepat! Aku tidak suka cara bicaramu yang bertele-tele seperti itu."

"Minato Namikaze masih hidup."

"A-apa? Sialan. Panjang juga umurnya."

"Jangan panik dulu. Tenang, Aku sudah menabraknya dengan kencang. Walaupun ia masih hidup, luka yang ditimbulkan akibat luka itu sudah pasti cukup parah, terutama di bagian kepala. Benturan akibat tabrakan itu pasti akan menimbulkan dampak. Dapat kupastikan ia akan kehilangan ingatannya."

"Benarkah? Jangan asal bicara kau."

"Tidak percaya? Lihat saja nanti."

Sambil tersenyum pemuda itu menutup handphone-nya.

Selesai sudah.

.

.

.

TBC

POJOK BALES REVIEW/?

Nohara Rin :

Iya, nanti Reika akan berusaha perbaikin penggunaan partikel Reika. Makasih banyak yaa sarannya ;D

Btw sebenernya aku suka baca fanficmu loh.. aku suka banget.. apalagi yang Bisikkan Aku. Konsep fanfic itu bagus.. Keren banget deh pokoknyaaa /dor.

Icha-Icha Aisyah :

Hahaha, tenang ajaa… Pelakunya siapa bakalan terjawab kok seiring dengan berjalannya waktu. Muehe/? *dilempar sendal*

Sip deh… gomen, author susah kalo update cepet T.T tapi ini udah update kan?;;)

Namikaze Akane :

Sipp, ini udah lanjut kan?;;)

Btw makasih udah baca fanfic Reika. Jangan kapok2 kasih review ya;D

Chen :

Sip sip…. Kali ini wordnya udah lebih panjang dari yang kemarin kok;) update kilat? Um… diusahakan yakk

human :

Eh masa? Aduh.. jadi malu nih (/.\)

Sip. Udah lanjut kan ini?

FelisHaruka1412 :

Klimaksnya gaterlalu kerasa karna mungkin kemarinkan baru chap 1. Tapi makasih ya sarannya:D author akan berusaha membangun klimaks yang lebih baik. Thanks for review!

Untuk semua yang udah membaca dan mereview,

THANKS YAAA :')

Dan oh iya, genre untuk fanfic ini Reika ubah dari Romance and Hurt/ Comfort jadi Romance and Mystery soalnya Reika ngerasa fanfic ini lama2 lebih kearah Mystery daripada Hurt.

Jadi….. bolehkan kalian memberikan review untuk Reika? Semakin kalian kasih review, Reika akan lebih cepet update.. karena review kalian adalah sumber semangat Reika :')