"Haaaaaa~"

Memang, siang ini matahari sedang berada ditempat tertinggi, hal ini tentu menyebabkan udara terasa panas. Terlebih pada daerah yang benar-benar berada dalam jangkauannya dalam garis lurus kebawah. Tapi bukan, bukan waktu yang tepat untuk menghela napas sepertinya. Apalagi, sosok berambut hitam itu tengah berada dalam apartment mewahnya. Aliran udara sejuk dari pendingin ruangan bukan hal yang sulit untuk dirasakannya.

"Aku bosan." Owh, ternyata ia bosan. Itulah alasannya menghela napas. Yah, seharian tanpa kegiatan tentu saja membuatnya bosan. Pria itu menempelkan kepalanya pada meja. Membuat punggungnya lurus dalam posisi yang tak nyaman. Ia meraih ponselnya yang tergeletak tak jauh dimeja yang sama. Ia melihat layarnya dan tak ada apapun yang berbeda disana. Email tak ada, telepon tak ada, pesanpun tak ada. Kemana sih teman-temannya? Atau, kemana sih pacar-pacarnya? Ah, sebaiknya tak perlu membicarakan yang terakhir. Ia sedang tak ingin berurusan dengan para wanita.

Ia membolak-balikkan ponsel putih itu dengan sedikit bantingan menyertainya. Sepertinya, ia sama sekali tak khawatir ponsel itu rusak karenanya. Lagipula memang untuk apa khawatir? Ia bisa membeli yang lebih dari pada ponselnya sekarang. Bahkan lebih dalam hal jumlah juga bukan hal yang sulit untuknya. Mau berapa? Sepuluh? Seratus? Seribu? Aha, menyenangkan jika memiliki seribu. Hanya saja, tangannya hanya dua. Bukan memudahkan hidupnya, tapi malah akan menyulitkannya jika ia memiliki sebanyak itu. Satu sudah cukup sepertinya.

Yah, meski ia seorang putra dari keluarga Kim yang nampaknya kekayaan yang dimilikinya takkan habis meski dipakai setiap harinya dalam seratus tahun, tapi hidupnya yang sejak ia lahir kedunia terus dipermudah tak mengijinkan logikanya untuk membuat dirinya sulit hanya karena seribu buah ponsel. Lagipula, ponsel yang ini juga sudah menjadi separuh jiwanya mengingat banyak file berharga yang tersimpan dalam ponselnya. Karena hal itu, ia berhenti membolak-balikkan ponsel tersebut untuk beralih menguselkan pada pipinya. Ha~ pria aneh.

Okay, selesai mengenai ponsel. Kali ini matanya melirik pada sebuah benda berwarna hitam dengan banyak tombol diatasnya. Sebuah remot untuk mengontrol layar besar tak jauh dihadapannya. Ia menekan tombol untuk menghidupkannya secara ogah-ogahan. Matanya tak melihat layar tersebut melainkan pada tombol berwarna merah yang baru saja ditekannya. Matanya tertuju pada suara tombol lain, tak ada suara yang bisa ia dengar setelah menghidupkan suaranya. Jadi ia berniat meningkatkan volume suara dari televisinya tersebut.

"Ahhhh! Yahhh~ terus, lebih cepat. Cepaaaathhh~"

Eh? O.O

Sudahkah melihat matanya yang bulat semakin membulat. Sial, apa yang sedang tayang dalam televisi miliknya? Masa iya ada stasiun penyiaran yang menayangkan hal seperti ini di tengah hari dengan panas yang menyengat menusuk kulit seperti ini.

Ia akan menuntut perusahan penyiaran itu karena menayangkan hal seperti tanpa memikirkan rating dan waktu. Bagaimana kalau adiknya yang polos tengah menonton chanel yang sama seperti yang tengah menjadi tayangan ditelevisinya.

"Oh, Junnie. Hyung harap kau sedang bermain dengan lumba-lumbamu." Gumamnya seraya menangkupkan kedua tangannya didada. Oh iya, langkah pertama untuk menuntuk perusahan penyiaran itu kan melihat layar televisinya dan melihat kesudut atas kanan atau kiri untuk mengetahui logo apa yang tertera disana. Jadi, ia yang sedari tadi masih menempelkan kepalanya diatas meja segera duduk tegak. Menatap layar televisinya dan mau tak mau, melihat adegan syur itu.

"Oh" bibirnya membulat. Disudut atas, bagian kanan maupun kiri tak ada logo apapun. Ini bukan tayangan dari perusahan penyiaran manapun. Ini terputar karena ada kepingan CD yang nampaknya belum dimatikan oleh penonton sebelum dirinya. Nampaknya ia batal melayangkan tuntutan pada perusahaan penyiaran, ia akan mengalihkan tuntutannya pada—

"Hyun Joong hyung! Mati kau!"

-oOo-

MISSION O-CYOZORA

Yunho Jung x Jaejoong Kim

Suport cast:

Junsu Kim

Hyun Joong Kim

Rated: M

(authors 1st ff with this rate. So gomeeen if the ff gonna be failed too)

Genre:

Romance

Brothership

::BOYS LOVE, NC/LEMON, OOC, OC, AU, MYSS, TYPO::

© Yunho and Jaejoong have each other, the story line and idea pures mine ©

MEMBACA INI DAPAT MENYEBABKAN DOSA ANDA SEMAKIN MENUMPUK, AI WARNING YU!

ENJOY~

-oOo-

Jika tadi ia duduk, kini ia berdiri. Tangannya terlipat didepan dada, ingin memberi kesan angkuh pada terdakwa yang sedang duduk dihadapannya. Tapi itu gagal, kenapa?

Semua orang mengetahui, yang tidak mengetahuinya berarti tak punya mata dan telinga. Kurang update tingkat semesta. Kok kurang update tingkat semesta? Memang mengetahui apa?

Tentu saja kurang update tingkat semesta. Karena semua orang tahu, bahkan rumput yang bergoyang pun mengetahui jika nama orang yang disumpahinya agar pergi kealam baka itu adalah sepupunya. Tentu saja sikap yang ditunjukkannya sekarang tak berpengaruh, sama sekali untuk Hyun Joong. Pria tampan itu sudah sangat mengetahui bagaimana sifat Jaejoong. Kim Jaejoong, memang manja. Rempong, percaya diri, tak mau kalah, keras kepala dan penuh kasih sayang adalah sifat-sifat mendasar lainnya.

Jadi ia hanya mengorek telinganya dengan kelingking tangan kirinya, santai menghadapi Kim Jaejoong walau pria tampan itu memasang ekspresi galaknya di level tertinggi.

"Ada apa? Kau berteriak seolah kau ingin menghancurkan telingaku." Tanyanya. Ia masih dengan wajah acuh yang sejak awal dipasangnya.

"Kau mau mati ya?" Jaejong menunjuk Hyun Joong. "Kau menginap ditempatku hanya untuk menonton hal seperti ini." Jaejoong, masih dengan gerakan tangannya mendekati layar televisi dan menunjukkan layar tersebut.

"Iya, aku tak mungkin menontonnya dirumahku. Kalau umma mengetahuinya. Aku akan mati." Jawab Hyun Joong.

"Menontonnya disinipun kau akan mati tahu!" Jaejoong beranjak untuk duduk di atas meja tepat dihadapan Hyun Joong. Bak polisi yang tengah mengintrogasi tersangka, ia melirik tajam Hyun Joong.

"Kau tega membunuhku?" bukan rasa takut yang Hyungjoong rasakan setelah mendengar ancaman dari sepupunya itu. Ia tetap santai dan malah menidurkan diri disofa yang sedang ia duduki. Jaejoong terdiam sebentar setelah mendengar pertanyaan dari sepupunya yang paling menyebalkan itu.

"Tidak sih." Jawabnya kemudian. Nah, dengan ini terjawab mengapa Hyun Joong tak gentar kan?

"Lalu, kenapa kau bersikap seperti umma? Apa kau tak pernah menonton hal seperti itu?"

"Tidak, aku tak pernah menontonnya." Oh ya, blak-blakan juga sifat mendasar bagi Jaejoong. Jadi, ia membalas pertanyaan Hyun Joong dengan perantara sifatnya yang satu itu.

"Ah, sepupuku masih polos ya. Kedua sepupuku seperti anak kecil saja." Cibir pria berambut coklat itu. "Kau juga belum pernah melakukannya ya?" lanjutnya jahil, ia sengaja bertanya seperti itu untuk mendapat respon yang baginya sangat menyenangkan jika Jaejoong menunjukannya. Sikap malu-malu, menutup bibir dan hidung dengan telapak tangannya, pipinya yang bersemu. Awh! Andai saja ia tak memiliki pertalian darah dengan pria ini, pasti ia sudah habis melahapnya.

Bersyukurlah kau Kim Jaejoong, karena tali persaudaraanmu dengan Hyun Joong membuatmu aman dan tercoret dari daftar mangsanya.

"A-aku pernah. Aku sering melakukannya kau tahu. Bahkan sejak aku masuk kuliah. Sudah dua tahun sejak itu, dan aku selalu melakukannya dengan pacar-pacarku." Bangganya, tentu bukan rahasia lagi jika sosok pemilik tubuh yang jauh diatas standart, terkenal dan kaya merupakan sosok yang menjadi incaran semua orang. Takdir itu tak luput membayangi Jaejoong, tak terdengar aneh jika ia mengatakan 'pacar-pacarku' bukan 'pacarku' karena pengulangan kata tersebut memang memberi pengertian jika ia memiliki banyak pacar.

"Aku melakukannya sejak smp." Ujar Hyun Joong. Membuat dinding kebanggaan Jaejoong runtuh seketika. "Oh ya, bagiku kau kurang berpengalaman." Tambahnya.

"Aku tau hyung lebih berpengalaman. Kau tak sadar umurmu sudah tua?" bukankah tadi sudah disebutkan jika Jaejoong tak mau kalah? Harga dirinya terlalu tinggi untuk membuatnya mengalah tanpa perlawanan. Hyun Joong hampir saja pundung dipojokan jika otaknya tak memproses balasan untuk Jaejoong dengan super kilat.

"Umurku baru dua puluh sembilan tahun tau. Aku masih sangat muda dan kau masih bocah. Maksud belum berpengalaman yang kukatakan bukan tentang lamanya waktu yang telah berlalu sejak kau melakukannya pertama kali atau berapa banyak kau melakukannya, tapi tentang dengan siapa kau melakukannya." Yep, Kim Jaejoong harus waspada mulai sekarang ini. Keturunan Kim tak pernah jauh berbeda. Keras kepala dan tak mau kalah sudah menjadi sifat keluarga. Tentu saja Hyun Joong tak mau kalah oleh putra dari adik ummanya itu. Otaknya yang brilian sudah memberi satu trik untuk membuat Jaejoong kalah dalam hal sedang mereka perdebatkan.

"Maksudmu?" No! Jaejoong, no! Menanyakan hal itu hanya akan membuatmu masuk lubang singa.

"Kemari." Hyun Joong bangkit untuk kembali duduk. Ia pun menepuk tempat kosong disebelahnya.

"Apa?" tanya Jaejoong setelah ia berada dekat dengan sepupunya. Matanya yang bulat dan bening menatap Hyun Joong dalam. Membuat Hyun Joong harus ekstra menahan diri. Ia sudah memiliki kekasih yang takkan membiarkannya menyentuh kulit, hati atau apapun kecuali dirinya dalam hal intim. Jika itu terjadi, ia pasti akan menyesal setengah mati.

"Ehm." Berlaga seperti pria yang paling sejati, ia berdehem dengan sedikit memberatkan suaranya. "Kau melakukannya hanya dengan wanita saja kan?"

Jaejoong mengangguk.

"Kau kalah. Karena kau tahu aku biseks kan?"

Jaejoong mengangguk.

"Aku melakukannya dengan wanita maupun pria. Dari hal itu kau merasa kau pun merasa kau sudah kalah kan?"

Jaejoong mengangguk.

Kalau dipikir, itu memang benar sih. Dengan perhitungan yang bagaimanapun dengan rumus apapun tentu saja ia kalah.

"Kau ingin menang dariku?"

Jaejoong mengangguk.

"Kuberitahu kau satu cara agar menang telak dariku hanya dengan melakukannya satu kali. Kau ingin tahu?"

Jaejoong mengangguk. Yosh! Ini bagus, ia akan membungkam dan mengubur harga diri sepupunya yang menyebalkan ini dengan memenangkan tantangan yang akan diberikan Hyun Joong. Ia akan menang, ia akan menang. Hahaha···

"Sungguh kau akan mengakuiku lebih pria dari pada kau jika aku menang darimu?" tanyanya.

"Tentu. Bahkan aku bisa memberikan tanda tanganku diatas materai serta memberinya stempel di kertas yang mengakui jika kau lebih pria dariku. Kau pun bisa meminta satu hal dariku, apa saja. Jika kau menang." Hyun Joong memasang wajah meremehkan untuk memancing keluar emosi Jaejoong. Dan yes! Itu berhasil, karena Jaejoong—

"Aku setuju." Ha-ha, kepercayaan dirimu akan menjatuhkanmu Kim. "Katakan caranya!" ujarnya tak sabaran. Hyun Joong tersenyum. Ia mengeluarkan flashdisk dari saku jaket yang dikenakannya dan menyodorkan pada Jaejoong.

"Gampang," Hyun Joong memberi jeda, membuat Jaejoong menatapnya semakin dalam dengan mata berbinar bak anak kucing. "Lakukan saja pemerkosaan." Hyun Joong menyeringai setelah mengucapkannya.

"Kau gila! Itu tindakan kriminal." Teriak Jaejoong. Ini berbahaya, ia tak mau jadi seorang kriminal. Tak mau!

"Aku tahu jalan pikiranmu Jae. Kita takkan menculik seorang wanita dan kau melakukan itu dengan paksa okay?" Hyun Joong mengibaskan tangannya. Ia juga bagian dari keluarga Kim yang terhormat, mana mungkin ia melakukan hal seperti itu. Sudah satu aib yang ia simpan dari khalayak ramai, itu sudah cukup.

"Lalu?" sepertinya tebakan Hyun Joong mengenai jalan pikiran Jaejoong benar. Buktinya satu kata yang keluar dari mulut Jaejoong tersebut. Hyun Joong mendekatkan bibirnya ke telinga Jaejoong,

"Kuperkenalkan kepadamu beberapa pria, kalian akan melakukannya layaknya suka sama suka. Hanya saja, kau yang harus mendominasinya dan merasukinya. Itu yang kusebut memperkosa. Kau tau." Ujarnya dalam sebuah bisikan. Jaejoong mengedipkan matanya beberapa kali,

"Tunggu-tunggu, pria? Lalu kenapa kau sebut beberapa? Kau bilang cukup sekali melakukannya. Kalau masalah merasuki, aku selalu merasuki tahu. Jangan meremehkanku."

"Kenapa pria? Kau kan sudah melakukannya dengan wanita. Apa spesialnya jika kau melakukannya dengan wanita lagi. Kau bisa memilih satu diantaranya. Karena ini pertama kali untukmu mungkin kau takkan merasa nyaman jika kuberi satu saja. Kau bisa memilih yang paling pas dengan seleramu untuk mengurangi rasa tak nyaman itu. Aku sepupu yang baik kan?" Hyung mengedipkan sebelah matanya. Baik dalam hal apa dalam menjerumuskan orang macam itu? Baik karena Jaejoong mungkin akan bertemu jodohnya? Ya, mungkin sih. Boleh lah.

"Lalu ini untuk apa?" Jaejoong mengangkat flashdisk yang diberikan Hyun Joong tadi.

"Kau harus mendominasi. Kau bisa mempelajarinya dari sana. Kusimpan banyak disana. Dan lagi, kau harus menyimpan satu untukku disana."

"Kau sudah punya banyak, kenapa memintaku menambahkannya satu lagi? Kau rakus sekali." Jaejoong menggerutu.

"Aku butuh bukti jika kau benar-benar mendominasi." Ujar Hyun Joong santai. Ia berdiri dan meregangkan tubuhnya.

"Apa maksudmu, aku harus merekamnya?"

"Yap. Aku yang akan menyiapkan tentang hal itu saat waktunya tiba nanti. Auh, aku harus mandi. Pekerjaanku menunggu." Ujarnya, dan beranjak pergi setelahnya. Meninggalkan Jaejoong dengan mulut terbuka. Ah, misinya kali ini nampak berat.

-oOo-

Misi untuk mendapatkan pengakuan bahwa ia lebih pria dari Hyun Joong dimulai sekarang. Jaejoong yakin dirinya sudah siap. Mental dan fisiknya dalam keadaan 100 persen ready. Dia sudah menonton film-film yang membuatnya mual ketika pertama kali menontonnya. Namun pada film-film selanjutnya, ia lebih pada nyaman bahkan merasa ikut memanas setiap menontonnya.

Ia tengah berada disebuah club malam sekarang. Melangkahkan kaki mencari sepupu yang memberinya tantangan ini. Mata bulatnya menatap liar kesana kemari untuk menemukan pemilik surai berwarna coklat tersebut.

"Jae!" bukan dia yang menemukan Hyun Joong, malah ia yang ditemukan Hyun Joong. Sepupunya itu tengah bercanda ria, mengobrol asik ditemani beberapa gelas di meja. Sepertinya itu minuman keras, Jaejoong tak asing dengan hal seperti itu. "Nah, dia sepupuku. Namanya Kim Jaejoong." Hyun Joong menggerakkan matanya untuk menunjukkan empat orang pria itu. Layaknya berbicara dengan kode, Hyun Joong dan Jaejoong saling mengerti walau hanya melalu tatapan mata.

Para pria yang disebut teman-teman oleh Hyun Joong itu memperkenalkan diri selepas ia melambaikan sebelah tangannya sebagai pengganti 'halo'. Ia memperhatikan para pria itu secara menyeluruh satu persatu. Tak ada yang menarik untuknya. Pria itu nampaknya satu aliran dengan Hyun Joong. Buktinya mereka sibuk mencari perhatiannya, apa ia terlihat menarik bagi para pria gay? Hiiii~ Bagi matanya, apapun yang dilakukan para pria itu terlihat genit. Menyebalkan.

Mungkin karena ia selalu berpacaran, berdekatan dan bahkan melakukan suatu kegiatan intim dengan wanita, hal itu membuatnya sangan risih dengan tatapan yang diberikan tiga pria diantaranya. Satu pria malah lebih parah lagi, membuat bulu kuduknya meremang.

Ia mengendikkan bahu ketika Hyun Joong menatapnya lagi. Hyun Joong membalasnya dengan mengangkat alis. Menanyakan ada apa kepada Jaejoong dengan ekspresi diwajahnya.

"Aku mau bicara." Ujarnya. Hyun Joong berdiri dari duduknya. Ia melangkah setelah menyuruh Jaejoong mengikutinya.

Mereka tiba pada sebuah lorong dengan penerangan redup. Jaejoong tahu lorong itu akan membawanya kemana jika ia terus menyusurinya. Ia pernah menggunakan seseuatu diujung lorong itu untuknya dan salah satu kekasihnya sih.

"Bagaimana?"

"Aku tak mau. Tak ada yang bisa kupilih dari mereka." Ujar Jaejoong. Hyun Joong tersenyum mengejek.

"Kau takut?" tanyanya.

"Tidak, tapi sebaiknya kau mencari yang lebih baik lagi dari mereka. Mereka terlihat menyebalkan. Dan mereka semua jelek." Jawabnya dengan wajah yang didatarkan. Sepupunya menyeringai lebih lebar lagi,

"Kau berharap aku membawakan pria cantik untukmu? Hahaha~ takkan terlihat cocok denganmu tahu." Entah itu apa maksudnya, mengejek Jaejoong ya?

"Terserah, lakukan saja. Aku pulang, kepalaku pusing kalau terlalu lama disini." Jaejoong menepuk pundak Hyun Joong sebelum mulai melangkahkan kakinya.

"Tapi kamarnya, hei. Aku me—hei!" entahlah, Jaejoong mencoba menulikan pendengarannya dari apapun yang dikatakan sepupunya itu. Ia terus melangkah, ia ingin pulang. Matanya yang tadi mengarah pada lantai kini mulai meliar.

Bersamaan dengan langkahnya, ia bisa melihat sebuah sosok yang tengah berjalan berlawanan arah dengannya. Senyumannya mengembang dengan tiba-tiba. Dari jauh, ia bisa melihat siluet dari tubuh pria itu. Dimatanya, terkesan emm~ ah, ini baru pria. Tidak seperti orang-orang yang dibawa Hyun Joong tadi. Mungut dari mana sih sepupunya itu sampai dapat empat orang macam itu? Tubuh pria itu terlihat mengagumkan, terlihat berisi dan nampaknya tingginya bahkan melebihi dirinya yang cukup tinggi itu. Bahu lebar yang terlihat kokoh dan sangat tampan dengan kemejanya. Tangannya memegang jasnya asal, tak perduli jika pakaian mahal itu terseret dan menyapu lantai.

Ia makin dekat, ah~ Jaejoong tak bisa melepaskan tatapan matanya pada pria itu. jantungnya berdegup kencang ketika pria itu menatapnya yang berakibat pada pertemuan mata bagi keduanya. Matanya kecil namun terlihat tajam dengan tatapannya. Tatapannya itu, seolah bisa melelehkannya jika ia menatapnya lebih lama lagi. Karenanya ia segera kembali mengarah pada lantai di bawahnya.

Hueh, jaejoong sangat menyukai tipe pria macam itu. Eh, sebentar. Mengapa ia terdengar seperti seorang gay? Ia pria menyukai pria? Tidak-tidak, yang Jaejoong maksud itu—ah, bagaimana cara menjelaskannya ya? Hmm~ ia, yah. Anggaplah kali ini ia gay. Beranggapan seperti itu pasti akan membuatnya lebih baik dalam melakukan pemerkosaan nanti kan? Ah, ini sugesti yang bagus. Baiklah, spertinya tak apa jika ia menyuka—mengagumi pria yang baru saja melewatinya itu. untuk malam ini, anggap saja ia gay, oke? Besok ia akan kembali menjadi pria normal, ia akan memastikan hal itu.

"Kau, Hyun Joong?" eh? Jadi pria yang seakan menyedot karisma yang ia miliki untuk kemudian pria itu kuasai mengenal sepupunya? Wow! Berita bagus. Ia takkan keberatan jika menjadikan pria itu sebagai korbannya malam ini.

"Iya, kau masih mengingatku?" ia bisa mendengar sepupunya berbincang dengan pria itu.

"Tentu saja." Oh cool. Pria ini nampaknya tak banyak tingkah. Tak seperti para pria yang dikenalkan Hyun Joong tadi. Nada bicaranya sangan gentleman, tak berbelit-belit. Jaejoong merasa semakin menyukainya. Jangan salah paham, menyukai pria itu untuk dijadikan korbannya. Itu yang ia maksud, ara!

"Kau sedang apa disini? Ku pikir kau masih di Jepang." Kembali ia mendengar Hyun Joong bertanya.

"Tadi pagi aku menandatangani kontrak kerja sama, dan aku berakhir disini." Gyah, semakin banyak Jaejoong mendengar pria itu berbicara, semakin ia jatuh hati kepadanya. Sekali lagi, jangan salah paham! Jatuh hati disini mengarah pada cara bicara pria itu, bukan pada pria itu okay? Jaejoong masih normal. Ia akan tidur dengan pria hanya demi tantangan Hyun Joong padanya. Dan hanya malam ini saja.

"Ah ya, aku bersama sepupuku disini." Pabo, Hyun Joong pabo! Jangan mengatakan hal itu padanyanya. Bisa mati jika Jaejoong kembali melihat mata yang melelehkannya tadi. "He—"

"Begitu? Oh ya, aku pergi dulu. Tak nyaman diluar sana." Belum selesai Hyun Joong berbicara, pria tampan itu menyelanya. Jadi begitu? Pria itu akan pergi. Sayang sekali.

"Kau mau kemana?" tanya Hyun Joong.

"Menanyakan adakah kamar yang kosong. Aku ingin beristirahat sebelum kembali ke Jepang besok pagi."

"Ah, ini." Hyun Joong merogoh kantongnya. Setelah mengeluarkan tangannya, ia memberikan sebuah sebuah kartu yang akan menjadi kunci untuk membuka pintu kamarnya, "Sepertinya kamar ini tak jadi digunakan, kau bisa memakainya." Lanjutnya.

"Oooh, aku akan menggunakannya. Terima kasih." Pria itu melangkah setelah menerima kartu yang akan menjadi kunci untuk membuka kamar tersebut. Hyun Joong tersenyum ketika kenalannya itu beranjak pergi.

"Jae, kau masih disini?" niat untuk segera kembali harus ia tunda ketika melihat sepupunya terdiam mematung setelah beberapa kali ia melangkahkan kakinya.

"I-iya hyung, yang tadi itu—?"

"Oh, teman dan patner bisnisku. Kenapa?" ia menatap Jaejoong dengan intens, entah mengapa ekspresi dan gerak-gerik Jaejoong terlihat janggal dimatanya. Ia memutar otak, mencari kemungkinan-kemungkinan hal apa saja yang membuatnya seperti itu.

Ah~ otaknya memang brilian. Pria tampan itu menyeringai setelah mendapatkan hal yang menjadi kemungkinan yang paling cocok untuk Jaejoong.

"Hei, bagaimana jika pria tadi saja?" Ia menyenggol bahu Jaejoong.

"E-eh? Pria ya-yang tadi?" sepertinya Hyun Joong benar dengan pemikirannya, lihat saja tingkah Jaejoong itu.

"Ne." Hyun Joong tersenyum seraya mengangkat alisnya. "Kamar itu sudah dipersiapkan, ah. Kau sudah memegang kuncinya dan seorang pria yang nampaknya menarik perhatianmu ada disana. Kebetulan yang indah bukan?" lanjutnya.

"Ta-tap—" bagaimana ini? Ia akan memperkosa pria yang membuat dirinya mematung? Ini tantangan berat. Bisa tidak ya ia melakukannya? Status 100 persen readynya kini menyusut tiba-tiba. Apa sebaiknya ia mundur saja?

"Kau sudah menonton film-film yang kusarankan padamu kan? Aku tahu kau bisa menggunakannya dengan baik. Semangat." Hyun Joong membungkam protesnya. Ia berbisik memberikan dukungan untuk sepupunya itu. Tangannya mendorong pelan tubuh Jaejoong.

Aih, Hyun Joong benar. Semangatlah Jaejoong! Apa susahnya memperkosa pria itu? Kumpulkan kepercayaan dirimu. Kau pasti bisa melakukannya, fighting!

...

Jaejoong menatap pintu kamar dihadapannya. Kartu yang sama persis dengan kartu yang diberikan Hyun Joong pada pria tadi telah digenggamnya erat. Sudah sejauh ini, sebaiknya ia melakukannya saja. Mendominasi itu takkan sulit. Ia sudah melihat film-film dalam flashdisk Hyun Joong sebagai tutorialnya. Toh yang didominasi hanya akan mendesah setelah yang mendominasi menyerangnya.

Jaejoong membuka pintu itu setelah ia membuka kuncinya dengan kartu yang kembali ia masukkan dalam saku celananya. Ia bisa melihat ranjang besar dimana pria itu tengah berbaring santai dengan tangan kanan menutupi wajahnya.

Klak!

Bunyi pintu yang ia kunci membuat pria itu menyingkirkan tangannya. Ia menatap Jaejoong dengan ekspresi datar. Hanya alis yang menukik itu yang membuat Jaejoong berkesimpulan jika pria itu bingung akan kehadirannya.

Jaejoong meneguk ludahnya, ia pasti bisa. Cukup dengan tidak menatap matanya yang membuatmu mematung itu. dan lagi sudah banyak wanita yang ia tiduri dan mungkin ia bisa menggunakan salah satu trik agar pria itu tak bingung lagi.

"Kau kah yang akan melayaniku?" oke, Jaejoong memang aktor yang hebat. Ia penuh dengan kegugupan beberapa menit yang lalu, kini ia terlihat sangat meyakinkan dengan pertanyaannya.

"Oh, kau membayar seseorang untuk melayanimu?" pria itu menormalkan posisi alisnya, ia tersenyum maklum. Ia tak lagi bingung dengan kedatangan Jaejoong, sepertinya ia berpikir jika Jaejoong salah kamar. Jaejoong juga memperkirakan jika pria itu akan berpikir jika ia salah kamar. Jadi, ia harus memikirkan cara agar ia pria itu tak sempat mengatakan apa yang ada dipikirannya.

Jaejoong melangkahkan kakinya dengan cepat ke arah ranjang dengan pria itu berada diatasnya. Ia mengambil tempat disebelah pria itu. Pria itu menegakkan tubuhnya. Mulutnya terbuka, ah! Tak boleh, jika ia membuka mulutnya, rencana Jaejoong akan berakhir. Dan Hyun Joong pasti akan terbahak seraya mengejeknya.

Jaejoong membungkam bibir yang akan mengucapkan entah berapa patah kata itu menggunakan bibirnya. Yep, ia mencium pria itu.

Sang pria kembali mengatupkan mulutnya, ia hanya menatap pria yang tengah menutup mata dihadapannya itu. Ia tak mengerti, namun ia tak mau bersusah payah untuk mengerti. Matanya yang tajam menyusuri wajah yang halus dan tak nampak ada satupun cela didalamnya. Sepertinya takkan ada ruginya jika malam ini, ia bermain dengan pria yang salah memasuki kamar ini.

Jaejoong meresapi pertemuan bibirnya dan bibir pria yang belum ia ketahui namanya itu. Tak ada yang aneh, rasanya seperti ia mencium wanita lainnya. Tidak-tidak, ada yang berbeda disini. Entah mengapa ia merasa bibir pria ini berbeda. Manis, bibir pria ini manis. Apa pria ini memakan sesuatu yang manis tadi siang ya?

Ia mengulum bibir bawah pria itu. Bibir tebal yang sangat lembut. Rasa manis kembali bisa ia rasakan. Membuatnya seperti sedang mengulum permen. Namun tak lama, sari-sari manis yang ia rasakan mulai menghilang. Lagi, Jaejoong ingin lagi.

Jadi, Jaejoong menjulurkan lidahnya. Jika di mulut bagian luar manisnya telah hilang, mungkin ia akan merasakan manis itu lagi didalam. Lidahnya terus bergerak untuk mengekplorasi rongga disana. Ia suka rasa manis yang ia dapat. Selepas ini, ia harus menanyakan apa yang dimakan pria ini hingga mulutnya terasa seperti ini. Ia terus menggerakkan lidahnya ketika bayangan mengenai tatapan pria itu tadi di lorong melintas dipikirannya. Wajahnya terasa panas tiba-tiba dan ia menghentikan gerakan lidahnya.

Jaejoong melepaskan bibirnya dari bibir pria itu. Takut-takut ia menatap pria itu tanpa berhenti meraup udara untuk paru-parunya yang kehilangan pasokan. Tak ada perlawanan, sungguh? Yes! Kalau begitu rencananya akan lancar.

Jaejoong memeluk tubuh yang sangat pas bertemu dengan tubuhnya itu tanpa menyadari jika tubuhnya yang lebih kecil membuat tubuhnya dan tubuh pria itu bagai pasangan puzzle. Mulutnya bergerak kearah leher pria itu. Dari film-film yang ia lihat, ia bisa menarik kesimpulan jika titik sensitif pria dan wanita tak jauh berbeda. Leher, nipple, telinga dan tentu saja yang dibawah sana. Jadi ia memutuskan untuk menjelajahi daerah sana saja.

Perlahan, ia mengecupi perpotongan leher dan ujung rahang pria itu. Bergerak perlahan menuju telinga. Ia menjilat dan mengecupnya secara seduktif. Beberapa kali menggigitnya perlahan. Ia tak menyadari jika pria yang tengah ia dominasi—menurut pemikiran sepihaknya, meniupkan hawa panas yang tepat menyentuh sisi lehernya. Juga tak sadar akan getaran yang terjadi pada tubuhnya akibat perlakuan Yunho.

Jaejoong kembali menyatukan bibir mereka. Tangannya bergerilya membuka kemeja yang digunakan pria itu, setelah membuka semua kancingnya, Jaejoong melepas kemeja dari sang pemakai. Ia lemparkan begitu saja, tak peduli kemeja malang itu mendarat dimana. Terlihat terburu-buru, namun nampaknya ia tak menyadari hal itu.

Ia melepas ciumannya. Matanya beralih untuk mengincar adams apple milik korbannya itu. Mata besarnya membulat, membuat pria yang terus memperhatikannya itu merasa gemas.

Jaejoong menghela napas kesal, dirinya terlihat kalah dan pasrah. Kenapa Tuhan? Kenapa pria itu memiliki kulit kecoklatan yang terlihat sangat seksi? Kenapa perut kotak-kotak itu membuatnya semakin seksi? Kenapa pinggangnya terlihat sangat kokoh? Jika ia membayangkan tubuhnya yang sering ia kagumi lewat cermin besar dikamarnya, ia jadi ingin menyembunyikan diri.

Eh tapi, Jaejoong tak boleh lupa pada misinya untuk memperkosa pria ini. Ini bahkan sudah setengah jalan, jadi ia harus meneruskan.

Ia mulai mengecup sisi-sisi bagian luar dari nipple coklat itu. Pria ini takkan jauh berbeda dengan para wanita yang ditidurinya, tak banyak melawan. Semua ini seolah berjalan sesuai rencana. Haha, memikirkan jika ia akan membuat Hyun Joong bungkam, membuatnya bersorak girang dalam hati. Sayangnya, kau tak menyadari sesuatu Jaejoong-ah. Pria yang terus memperhatikan setiap perbuatanmu padanya itu tak mengeluarkan suara. Tak membuatmu mendengar desahan yang biasanya para wanita itu perdengarkan padamu.

"Ada apa denganmu?" suaranyaaaaaaa, suara yang membuat Jaejoong meleleh, sama seperti tatapan matanya itu terdengar. Pria itu jelas jengah karena Jaejoong tersenyum-senyum setelah melepas kulumannya pada nipplenya. Sepertinya Jaejoong masih membayangankan tentang kemenenangannya.

"Ah, itu." Jaejoong tersentak. Ia bingung harus menjawab apa.

"Apa kau tak pernah dipuaskan?" Eh? Apa maksudnya pertanyaan itu?

"Aku—"

"Sepertinya ini pertama kalinya kau melakukan seks." Peng-hi-na-an! Author bahkan beberapa kali menuliskan jika Jaejoong sering tidur dengan wanita-wanitanya. Tapi mengapa pria ini—? "Terlihat dari caramu." Itu karena Jaejoong jarang memuaskan. Ia hanya menggerakkan tubuhnya. Ia jarang melakukan foreplay. Jangan menyalahkannya jika ia bingung untuk memulai foreplay seperti ini. Ah, mendominasi itu tak menyenangkan ternyata.

"Kau jangan menghinaku—" Jaejoong memberi jeda, ia masih memikirkan kata pedas apa yang terasa sopan namun akan menyakitkan hati pria dihadapannya ini.

"Jung Yunho." Untuk apa menyebutkan nama? Jaejoong tak bertanya tuh. Eh? Namanya Jung Yunho. Hehehe~ biar saja. Jaejoong akan membalas penghinaan yang tuan Jung ini lontarkan.

"Oh, siapa yang menanyakan siapa namamu?" ya, ini akan sedikit menyinggung pria itu kan? "Tapi, kau jangan menghinaku. Aku mungkin sudah ratusan kali melakukannya. Kau tahu."

"Begitu?" pria itu menggangguk acuh, "Baiklah. Silahkan kau lanjutkan." Yunho menidurkan dirinya lagi. Ia seolah siap untuk menjadi makanan Jaejoong.

Jaejoong menyeringai, tak boleh ada yang meremehkannya. Jung Yunho akan mengetahui betapa perkasanya ia sebagai pria. Telinga, leher, nipple dan barang kebanggaan para pria. Jaejoong akan terus menyerang empat bagian itu.

Pertama telinga, jaejoong meniup telinga Yunho. Tiupan biasa, angin yang keluar pun rasanya hanya hangat saja. Ia melanjutkan dengan menjilat, menggigit dan mengulumnya berulang kali. Ia asyik dengan hal itu membuatnya kecolongan,

"Nggh~" Yunho menjilat sisi lehernya. Aha, kesalahan fatal. Namun, karena Jaejoong menikmatinya, ia tak lagi peduli akan suara yang lolos dari mulutnya, hanya saja, ia harus mendominasi dan nampaknya desahan tak cocok bersanding dengan misinya. Jaejoong menurunkan gerak bibirnya menuju leher Yunho. Ia tak mau Yunho mencuri jilatan lagi didaerah sana. Lagi-lagi itu merupakan kesalahan fatal Kim. Tak sadarkah jika bagian yang pertama kau serang pada Yunho kini siap saji untuk Yunho?

"Ahhh~" kan? Jaejoong terlambat menyadari jika Yunho bisa menikmati telinganya dengan posisinya seperti ini. Sial, sial. Jaejoong merasakan suhu tubuhnya meningkat sekarang. Hhhh~ rasanya tak nyaman berpakaian dengan udara sepanas ini. Ia membuka atasan yang dikenakannya sekarang. Tak apa, lagipula ia sudah membuat Yunho juga telanjang.

Ia mengubah posisinya lagi untuk menghindari pencurian gerakan oleh Yunho. Ia kembali pada nipple kecoklatan milik Yunho. Ia menjilatnya, mengulum dan menggigit bagian kanan dan membiarkan jari tangannya memainkan yang kiri. Satu tangannya yang bebas membuka kancing celana dan resleting miliknya. Ia merasa tak nyaman dengan bagian bawahnya jika celana itu tetap melekat pada tubuhnya.

Tidakkah ini salah? Ia menelanjangi dirinya sendiri lebih dulu? Padahal mangsanya bahkan tak terlihat berbeda kecuali adanya kabut dalam matanya. Dan kabut itu datang ketika melihatnya yang sedang berdiri melepas celana dihadapannya. O-ow! Jaejoong salah langkah?

Jaejoong kembali merangkak mendekati Yunho. Ia mengalihkan incarannya pada perut kotak-kotak yang terlindung oleh pinggang kokoh itu. Pinggang kokoh ya? Pinggang kokoh? Shit! Jaejoong melihat tubuhnya sendiri dan mendapatkan kenyataan bahwa dirinya sudah full naked. Siaaaaal! Pinggang rampingnya terlihat, ia kalah dari pria itu.

Jaejoong ingin pundung dipojokan jika saja tak melihat gundukan diantara paha Yunho. Ah, satu yang paling penting dari pria adalah benda kebanggan yang berada disana. Jaejoong harus yakin jika miliknya akan lebih besar dari milik Yunho. Dengan keyakinan itu, ia membuka celana pria itu perlahan. Ah, tak ada salahnya jika ia megecup perlahan dan berulang gundukan itu dari luar kain yang melindungi benda itu dari gesekan dengan celana luar Yunho, mempraktekan salah satu gerakan yang dilihatnya dalam film koleksi Hyun joong. Jaejoong melihat satu-satunya helai kain yang menutupi benda kebanggaan para pria itu. Kedua tangannya mulai bergerak untuk membuka celana putih itu, hatinya tak sabar untuk melihat benda itu.

Yunho melenguh begitu merasakan miliknya yang sudah mulai bangun itu terbebas. Matanya melirik Jaejoong kemudian. Mata bulat yang terbelalak itu membuatnya menyeringai. Sepertinya, Jaejoong kalah lagi.

Jaejoong mengerutkan bibir semerah cerinya. Menyebalkan mendapati kekalahan beruntun dari pria ini. Mengapa Tuhan menciptakan Yunho seperti ini sih? Hei, sebaiknya jangan mengeluh Kim, tak ada yang tahu jika mungkin dimasa depan kau akan merasa beruntung atas rencana Tuhan sebelum menciptakan pria ini seperti yang terlihat didepan matamu.

Baiklah, cukup. Kini sudah sangat dekat dengan misinya. Ia cukup merasuki Yunho dan kemenangan berada dalam genggaman Jaejoong. Hahaha~

Jaejoong kembali memberikan perhatian penuh pada Yunho. Miliknya sudah cukup tegang dan ia sedang berada diatas Yunho. Ini mudaaaaah~ Jaejoong tersenyum senang membuat Yunho yang sedang menyentuh miliknya sendiri luput dari perhatiannya.

Jaejoong selesai dengan senyumannya dan memposisikan diri agar ia lebih mudah merasuki Yunho. Ia menuntun miliknya dan mengarahkannya pada pintu masuk Yunho. Ia menusukkan miliknya berulang kali, namun ia gagal menyatukan tubuhnya dengan Yunho. Sial, ada yang salah disini.

Bagaimana kau akan masuk jika pintunya tertutup Jaejoong? Dan tentang ini pun Jaejoong terlambat menyadarinya. Ia terdiam, mencoba mengingat apa yang dilakukan pria pendominasi dalam film-film yang dilihatnya untuk membuka jalan untuknya masuk.

Ia tetap berpikir meski menyadari ada yang janggal dibagian bawah tubuhnya. Ia terus mengingat-ingat meski merasakan tak nyaman ditempat yang sama. Ia tetap terdiam sampai akhirnya—

"Arghhh!" sial! Kubur Jaejoong sekarang.

Mengapa? Mengapa begini. Oh, iya. Ia lupa jika Tuhan maha adil. Niat jahatnya mendapat karma. Bukannya memperkosa, ia malah diperkosa. Kekalahan lagi untuk Jaejoong. Hueh~ T.T apa yang akan ia katakan pada umma, appa dan adiknya? Jangan-jangan headline koran besok adalah...

ANAK SULUNG KELUARGA KIM DIPERKOSA

Sungguh memalukan, biarkan ia pundung dipojokan sekarang.

Apa? Tak bisa? Oh iya, Yunho tengah menyatukan dirinya dengan Jaejoong. Jaejoong tentu tak bisa lepas sampai semua selesai. Jadi, nikmati saja Kim.

-...-

Kekeke~ kemarin hari mature :p jadi pengen bikin mature ff deh *digetok tsume* idenya udah lamaaaaaa banget aku simpan. Dan kemaren aku beraniin bacain ff rate m yang aku skip pas baca dulu buat referensi. Aku nggak tau deh, beberapa part diatas masuk lemon atau nggak. Yah, entah ini lemon atau nggak, adegan itu diperlukan di ff ini. Tapi, kalau buat yang lebih hot lagi aku nggak bisa TwT jadi, maklumi sajalah.

Dan FF Mommy, lagi gx ada mood. Yang nunggu sabar yah, itu juga kalo ada yang nunggu :3 aku juga pengen cepet-cepet selesein ff itu. Supaya niat berenti nulis ff nggak cuma sekedar niat. Abisnya, karena masih ada utang chapter di Mommy, aku berani publish ini. Argh! Nyebelin. Tapi, lega juga ding. Idenya udah bebas sekarang.

Betewe, maaf buat Hyun Joong fans ya. Aku nggak maksud bikin cowok cakep ini jadi mesum loh, anggap aja dia biseks baru. Jadi dia juga butuh referensi buat ehem-ehem sama kopelnya. Kan dia nggak boleh sembarang gerak kalo sama pacar yang dia sayangi. Kalo nyakitin gimana hayo?! Makanya dia nyimpen banyak film begituan.

Oh ne, awalnya aku mikir The Missions bakalan jadi one short. Tapi, pas aku ngedit typos tadi pagi, aku baca juga. Ternyata emang masih gantung. Ada beberapa part yang aku lupa masukin. Yah, beberapa reviewer nampaknya gx masalah dengan ending disini. Tapi, ada juga yang nanya ini TBC dan minta lanjutan. Okay deh, setelah kupikir, aku bakal ikutin suara terbanyak deh nanti.

Nah, udahan deh curcolan aku. Reviews minna? Eh, yeorobun~?

Sangkyuu~

O-Cyozora