Title : Love Confession

Author : BaekYeoleuuu

Main casts :

Byun Baek Hyun

Park Chan Yeol

Oh Sehun

Xi Luhan

Genre : Yaoi, Comedy (maybe) Romance, fluff

Rated : T

Length : Chapter

A/N : Author baru dimari, mohon ripiunya readerdeul. Kalo ripiunya dikit, gak lanjut deh :p #dibakar

WARNING : THIS IS YAOI, PLEASE, DON'T LIKE DON'T READ

JUST LEAVE WITHOUT ANY COMMENT

.

.

.

.

.

Chapter 1

.

.

.

.

.

"Hyung..hiks…Luhan hyung...hiks..tega sekali..huwaaaa T.T"

Baekhyun memandang Sehun malas. Tangannya menyodorkan tisu—entah tisu keberapa—sementara ekspresi wajahnya menunjukkan bahwa dia sebenarnya sudah tidak ingin mendengar rengekan Sehun yang tidak henti-henti.

"Kau ini seorang seme Oh Sehun, diamlah."

Sehun mengencangkan volume tangisnya mendengar ucapan Baekhyun yang sama sekali tidak membantu.

SROOOOOOOOOTTTTTT

Sehun membuang tisu di tangannya setelah memenuhi kertas tipis itu dengan cairan lendir berwarna kehijauan dari hidungnya.

Oh, apa ada yang penasaran kenapa seorang namja berekspresi datar, berkulit pucat, serta suka menggonta-ganti warna rambut ini menangis meraung-raung?

Sehun baru saja diputuskan oleh namjachingunya Xi Luhan. Xi Luhan sendiri adalah seorang mahasiswa tingkat dua berwajah cantik, dewasa, ramah, murah senyum, dan penyayang—ini semua menurut Sehun.

Usia Sehun dan Luhan berbeda 4 tahun. Dan tadi sepulang sekolah Luhan memutuskan Sehun dengan alasan umur mereka yang terlalu jauh, dan sekarang Sehun berakhir dengan menangis teredu-sedu seperti anak perempuan yang ditolak oleh laki-laki pujaannya.

"Hun, kurasa Luhan memutuskanmu karena dia tidak mau terlihat seperti pedofil kalau dia sedang berjalan denganmu. Kau kan masih anak-anak, hehe.."

"HYUNG!" Ekspresi Sehun berubah tajam. "AKU BAHKAN LEBIH TINGGI DARIPADA LUHAN HYUNG, BAGAIMANA HYUNG MENYEBUTKU ANAK KECIL EOH?"

"Lalu kau pikir ada orang dewasa yang membandingkan kedewasaan dengan faktor tinggi badan? Dari situ saja sudah terlihat kalau kau ini masih anak-anak."

"Huwaaaaaaaa" Sehun malah menangis lebih keras. "Lalu aku harus bagaimana hyung? Aku tidak mau putus dengan Luhan hyung."

Baekhyun menghela nafas berat. Kenapa sih tetangganya yang super childish ini harus menanyakan masalah seperti ini pada Baekhyun? Baekhyun mana tau harus memberi saran apa, dia saja belum pernah berpacaran sekalipun.

"Hyung jangan diam saja! Beri aku saran!" rengek Sehun lagi kali ini sambil mengguncang-guncang lengan Baekhyun. Yang diguncang hanya pasrah, mau bagaimana pun pasti Baekhyun juga tidak akan bisa memberi saran.

"Mana hyung tau Hun. Hyung kan tidak pernah pacaran." Bisiknya malu. Wajahnya ditundukkan. Malu ternyata. Hahahahhaha XD *ini sopo yg ketawa?

"Hyung, bagaimana kalau hyung membantuku saja?"

"Bantu apa?"

"Bantu cari tau kenapa Luhan hyung memutuskanku. Aku yakin alasannya bukan hanya karena umur hyung."

Baekhyun menghela nafas lalu menggeleng, "Tidak mau. Kau pikir aku tidak ada kerjaan hah? Sudah, minggir kau." Baekhyun bangkit berdiri lalu meninggalkan Sehun di sofa. Ia terus berjalan ke kamar dan mengunci dirinya di dalam. Di luar ia mendengar rengekan Sehun yang tak henti-hentinya mencemari indera pendengaran Baekhyun. Tapi Baekhyun tidak peduli sama sekali. Ia menyumbat telinganya dengan headphone sambil memutar musik keras-keras.

.

.

.

.

Sehun dan Baekhyun berangkat bersama ke sekolah seperti biasa. Ya, semuanya seperti biasa kecuali Sehun yang terus-menerus bermurung ria. Apa semua orang yang baru putus cinta akan berakhir seperti Sehun sekarang?

"Kau kenapa lagi hun? Apa belum cukup bermurung-murung sejak semalam? Sudahlah, lupakan saja Luhan, kan masih banyak namja cantik di luar sana. Ah, atau kau jadi uke nya si gosong itu saja. Sifatmu kan kekanak-kanakan hun, pasti cocok kalau kau jad uke si gosong itu."

Sehun menghentikan langkahnya lalu menatap tajam Baekhyun. "Kau mau mati hyung? Aku ini seme forever. Aku tidak mau jadi uke, apalagi jadi uke nya si kkamjong, hiiih.."

Baekhyun memutar bola mata malas lalu kembali berjalan. 'Seme forever' eoh? Terserah. Pikir Baekhyun.

Mereka sampai di halte bus, tidak perlu menunggu terlalu lama, sebuah bus berwarna hijau datang. Baekhyun dan Sehun harus bergegas, berdesak-desakan dengan orang-orang yang berhamburan ingin saling mendahului.

Dibanding Baekhyun, Sehun itu jauh lebih cepat, karena kakinya lebih panjang dibanding Baekhyun. Setelah berjuang dengan usahanya sendiri, Sehun mendapatkan kursi untuk diduduki, tapi si mini Baekhyun tidak. Wajahnya cemberut melihat semua kursi di bus sudah penuh.

"Hun…kursiku.." rengeknya.

Sehun menoleh ke belakang, memandangi semua sudut, namun ia tidak menemukan kursi kosong. Ia kembali menoleh ke arah Baekhyun yang masih memasang wajah cemberut menggemaskan.

Hening sejenak.

"Ya sudah hyung, duduk di sini saja." Sehun menepuk pahanya, memberi isyarat pada Baekhyun bahwa ia bisa duduk di sana. Baekhyun diam, otaknya terlalu lama memproses, sampai tiba-tiba bus mulai berjalan dan tubuh Baekhyun yang tidak berpegangan pada apa pun itu hampir tumbang.

Dan ia benar-benar berakhir dengan duduk di pangkuan Sehun.

"Begini kan lebih baik hyung. Kalau kau berdiri, ajussi-ajussi mesum akan menggrepe-grepemu." Bisik Sehun di telinga Baekhyun.

"AWWW HYUNG!" sudah pasti Baekhyun akan melakukan sesuatu mendengar ucapan Sehun barusan. Mencubit paha Sehun, lalu berubah menjadi pusat perhatin di bus yang padat.

"Jweisonghamnida… jweisonghamnida…" Sehun membungkuk kepalanya sedikit, meminta maaf pada beberapa orang yang masih memandangi mereka sekaligus masih menahan perih di pahanya. Cubitan Baekhyun itu sangat menyakitkan.

.

.

.

.

Seorang namja berambut pirang berdiri kesal di depan rumahnya. Entah berapa kali ia terus mengecek arlojinya lalu berdecak sebal. "Ya, Park Chanyeol! Cepat sedikit, aku hampir terlambat bodoh!" teriaknya heboh.

"Ck, dasar tidak sabar. Kalau memang terburu-buru kenapa tidak naik bus saja?" seorang namja tinggi menjulang yang baru saja keluar dari dalam rumahnya langsung dihadiahi jitakan keras dari sang kakak. Namja yang dipanggil Park Chanyeol tadi hanya meringis mengelusi puncak kepalanya yang terasa berdenyut-denyut.

Chanyeol naik ke motor besarnya diikuti sang kakak di belakangnya. Setelah memakai helm, Chanyeol segera menghidupkan mesin lalu membawa motornya melaju kencang. Luhan—sang kakak—mengeratkan pegangannya pada pinggul Chanyeol, pasalnya kecepatan motor itu sekarang bisa saja menerbangkannya kalau ia tidak berpegangan dengan benar.

Chanyeol terus melajukan motornya, mendahului semua kendaraan yang ada di depannya, bahkan ia beberapa kali mendapat makian dari ajussi yang hampir diserempet Chanyeol. Pantas Chanyeol tidak pernah terlambat ke sekolah, kecepatannya sangat...

….menyebalkan.

Luhan melayangkan satu jitakan lagi di kepala Chanyeol sesaat setelah ia turun dari motor sang adik. "Kau mau membunuhku ya?!" teriaknya marah sementara Chanyeol hanya mencibir tanpa suara.

Luhan menghela nafas. "Nanti jemput aku jam tiga sore, mengerti?"

"Ah, tidak bisa hyung. Hari ini aku ada kelas sampai malam."

Satu jitakan lagi melayang dan Chanyeol kembali meringis. "Kau mau membohongiku hah? Ini hari sabtu bodoh!" Chanyeol kembali meringis, dalam hati ia merutuki hyung-nya yang bahkan hapal jadwal sekolahnya.

"Baiklah." Ucapnya lemas sementara Luhan tersenyum penuh kemenangan.

"Bagus. Kalau begitu hyung pergi ya Yeol, dadah!" Luhan melambaikan tangannya sambil tersenyum lebar lalu pergi.

Sepeninggal Luhan, Chanyeol terus saja mencibir kesal. Sejak putus dengan namjachingunya, hyungnya yang memang menyebalkan ini pindah dari apartemennya ke apartemen Chanyeol dan menjadikan Chanyeol sebagai supir pribadi yang mengantar-jemputnya kemana-mana. Bukannya Chanyeol tidak ikhlas atau apa, masalahnya Luhan tidak pandang waktu kalau menyuruhnya. Terkadang, Chanyeol sedang pulas tidur, Luhan malah minta jemput secepatnya. Kadang Chanyeol sedang ada di sekolah, Luhan menyuruhnya menjemput barang yang ketinggalan di rumah, kadang saat Chanyeol sedang berkumpul dengan teman-temannya, Luhan malah minta diantar ke tempat kerjanya, bukankah itu menyebalkan?

Chanyeol menghentikan laju motornya di parkiran sekolah. Karena kemampuannya untuk membawa motor dengan kecepatan super, Chanyeol tidak terlambat ke sekolah sekalipun dia harus mengantar Luhan terlebih dahulu ke kampusnya.

Ia bersiul-siul malas sambil melangkahkan kaki di sepanjang koridor menuju kelas. Hei, jangan kira jika dia berjalan, maka siswi-siswi akan menjerit heboh melihatnya seperti yang ada di drama-drama. Heh, memangnya Chanyeol siapa? Tidak ada yang peduli sekalipun ia berjalan di koridor kecuali mungkin jika ia berjalan tanpa menggunakan celananya. Kalau sampai itu terjadi, bukan hanya menjerit heboh, para siswi juga akan berteriak memaki-makinya sambil menutup wajah dan lari tunggang-langgang dan Chanyeol masih punya malu yang sangat besar untuk melakukan itu.

Chanyeol tiba-tiba menghentikan langkahnya kala melihat dua orang anak manusia berjalan sambil saling berangkulan dan tertawa-tawa heboh. Yang satu adalah Oh Sehun, siswa kelas satu berwajah tampan tapi berkelakuan bodoh dan yang satu lagi…

…oh, Chanyeol merasakan jantungnya berdebar-debar melihat tawa namja yang sedang dirangkul Oh Sehun itu.

Byun Baekhyun. Murid kelas III B yang selama ini membuat Chanyeol—si super malas—betah berlama-lama di sekolah. Karena hanya di tempat ini ia bisa bertemu dengan Baekhyun.

Tapi yang membuatnya jengkel dan karena itu juga ia belum berani mendekati Baekhyun adalah Oh Sehun, yang seperti perangko terus menempel pada Baekhyun kemana-mana. Mereka selalu datang ke sekolah bersama-sama, saat istirahat selalu bersama, kalau kelas tiga ada kelas sampai malam, Oh Sehun—yang entah itu bodoh atau memang baik hati—selalu menunggu Baekhyun sampai kelasnya selesai lalu mereka pulang bersama. Huh, menyebalkan, kenapa sih anak kelas satu ini mendominasi Baekhyun untuk dirinya sendiri.

"Kuantar sampai kelasmu hyung." Chanyeol memutar bola mata malas mendengar ucapan Sehun. SELALU. Huh, mereka ini pacaran atau bagaimana sih?

Baekhyun dan Sehun masuk ke sebuah ruang kelas yang letaknya tepat di sebelah kelas Chanyeol. III B sedangkan Chanyeol III A. Ia melirik sebentar ke dalam kelas III B untuk sekedar melihat apa yang dilakukan mereka di dalam sana. Ia mencibir—entah untuk kelai keberapa hari ini—lalu masuk ke kelasnya sendiri.

.

.

.

.

"Hyung, kau kan sudah janji akan menemaniku ke kampus Luhan hyung." Sehun cemberut lagi saat Baekhyun tiba-tiba mengubah pikirannya saat mereka sudah kegiatan di sekolah mereka sudah selesai.

"Tapi hun, hyung sibuk hari ini. hyung harus belanja untuk kebutuhan seminggu, hyung masih harus mengerjakan tugas, kau pergi sendiri saja ok?"

"Aku tidak mau hyung. Hyung harus ikut. Pokoknya hyung harus ikut. Nanti aku bantu hyung belanja." Sehun masih merengek sambil membuat Baekhyun menghela nafas.

"Baiklah, tapi janji ya nanti kau bantu hyung belanja?"

"Ok!" senyum lebar terkembang di wajahnya. Kemudian, dengan semangat ia menarik Baekhyun pergi meninggalkan daerah sekolah. Sehun sangat tidak sabar, sampai-sampai ia menarik Baekhyun masuk ke sebuah taksi. Oh, Sehun memboroskan uangnya hanya untuk melihat Luhan.

Masih dengan tidak sabaran, Sehun menarik Baekhyun lagi setelah taksi yang mereka tumpangi berhenti di depan sebuah gedung universitas tempat Luhan kuliah. Mereka bisa melihat sosok Luhan sedang berdiri sendirian di tempat parkiran. Sehun hampir saja berlari mendekati Luhan kalau saja sebuah motor besar tidak berhenti di depan Luhan.

Senyum di wajah Sehun pudar tergantikan dengan dahi yang mengerut. Ia bisa melihat dengan jelas Luhan tersenyum lebar pada seseorang di atas motor itu. Sehun menggigit bibirnya geram. "Siapa dia?" tanyanya dengan nada marah.

Baekhyun menoleh ke arah wajah Sehun lalu beralih pada seseorang yang sedang membonceng Luhan di motornya. "Oh, itu kan seragam sekolah kita hun!" Seru Baekhyun sambil menunjuk namja yang mereka bicarakan.

"PARK CHANYEOL!" Teriak keduanya bersamaan dengan mata yang sama-sama melebar. Sehun segera menarik Baekhyun saat melihat motor yang dibawa Chanyeol melaju ke arah mereka.

"Kenapa dia ada bersama Park Chanyeol?" tanya Sehun. Mereka masih ada di area kampus Luhan padahal Luhan sendiri sudah pergi bersama Chanyeol.

"Aku juga tidak tau." Jawab Baekhyun. Ia juga sebenarnya penasaran. Kenapa Chanyeol menjemput Luhan. "Atau..jangan-jangan…" Baekhyun memandang Sehun dengan mata melebar. "…dia alasan Luhan memutuskanmu?!"

"APA?! TIDAK MUNGKIN HYUNG… HUWAAAAAAAAAAA—mmpphh!"

Baekhyun langsung saja menyumpal mulut Sehun dengan telapak tangannya. "Jangan berisik Hun. Ini tempat umum." Baekhyun meyeret Sehun menjauh dari area kampus, menyetop taksi yang kebetulan lewat lalu memasukkan dirinya dan Sehun ke kursi belakang.

"Hyung, bagaimana ini hyung? Luhan-ku selingkuh dengan orang lain..hiks."

"Selingkuh apanya? Kalian kan sudah putus hun."

"Kami baru putus kemarin hyung. KEMARIN! Bagaimana mungkin dia sudah menemukan penggantiku? Dia pasti memang sudah punya hubungan dengan Chanyeol sebelum kami putus. Sudah kuduga, pasti alasannya bukan hanya karena umur! Ternyata gara-gara raksasa jelek itu, dasar Park Chanyeol, aku akan membunuhmu! Beraninya kau merebut Luhan hyung dariku!" Sehun menjerit histeris sampai-sampai supir taksi yang mereka tumpangi melirik mereka dari kaca spion lalu Baekhyun membuat tanda silang di dahinya sehinnga membuat supir taksi itu terkikik pelan.

"Tapi hun, belum tentu juga kan mereka pacaran. Bisa saja mereka baru masuk tahap pendekatan atau.." Baekhyun menghentikan ucapannya melihat tatapann Sehun. "…ada apa?"

"Itu dia hyung! Kita harus memastikan apakah Chanyeol brengsek itu punya hubungan atau tidak dengan Luhan hyung!"

"Caranya?"

Sehun diam, terlihat berpikir. "Ah!" Sehun menjentikkan jarinya di depan Baekhyun. "Aku tau hyung." Sehun menampakkan seringai nakal di wajahnya yang agak sembab.

"Apa?"

"Hyung, berpura-pura saja menyatakan cinta pada si Chanyeol brengsek tidak tau diri itu. Kalau memang dia sudah pacaran dengan Luhan hyung pasti dia akan menolak kan? Ya, ya.. kau cerdas Oh Sehun…itu ide yang sangat bagus.." Sehun tersenyum bangga setelah mengeluarkan ide dari dalam kepalanya sementara Baekhyun memasang wajah datar lalu melayangkan satu pukulan ke belakang kepalanya. " Bagus pantatmu! Bagus memperalatku iya!" marah Baekhyun heboh.

"Ah, ayolah hyung… hanya untuk memastikan saja!"

"Tidak mau. Kenapa aku harus menyatakan cinta pada orang yang bahkan hanya kuketahui namanya saja? Kalau dia menolak dan mempermalukanku bagaimana? Kau mau tanggung jawab?"

"Iya hyung, aku akan tanggung jawab, aku janji. Kalau si brengsek Park Chanyeol tidak tau diri itu melakukan sesuatu pada hyung, aku akan pastikan dia tergantung di tiang bendera esok harinya. Oh ayolah hyung, bantu aku…" mata Sehun berkaca-kaca sambil menggenggam kedua tangan Baekhyun erat.

Kelemahan Baekhyun.

Oh Sehun brengsek.

Kau memanfaatkan kelemahannya.

"Huh, baiklah." Ucapnya lemas sementara Sehun melompat girang di atas kursi taksi.

"Kau baik sekali hyung, aku sayang padamu!" Sehun memeluk Baekhyun erat sampai namja berukuran tubuh sekedarnya (?) itu sesak kekurangan oksigen.

.

.

.

.

Chanyeol menggigit bibirnya pelan. Sekarang adalah jam makan siang sebelum anak kelas tiga akan mengikuti kelas tambahan sampai malam. Tadi, si bodoh Oh Sehun membawa kabar yang membuat konsentrasi belajar Chanyeol hilang tanpa bekas. Mulai dari jam pelajaran pertama sampai terakhir dia terus bertanya-tanya dalam hati mau apa Baekhyun menemuinya?

Gugup, tentu saja. Selama hampir tiga tahun mereka ada di sekolah yang sama tanpa pernah berbicara satu sama lain sekalipun, tiba-tiba saja Baekhyun mengajaknya bertemu di taman belakang sekolah.

Debaran jantungnya makin keras saat melihat siluet yang ia tunggu-tunggu terlihat berjalan ke arahnya. Chanyeol menegakkan tubuhnya namun jadi kikuk sendiri. Ia hanya berdiri memandang Baekhyun seperti orang bodoh, dan kenapa langkah Baekhyun sangat lamban?

Pipinya memerah hanya karena Baekhyun sudah sampai tepat di depannya. Oh Park Chanyeol, bagaimana kalau kau ganti status jadi uke saja? Kenapa wajahmu semerah itu?

Baekhyun menggaruk kepalanya salah tingkah. "Uh, itu..mm…maaf aku menyita waktumu sebentar.. aku hanya ingin menyampaikan sesuatu.."

Apa yang akan disampaikan Baekhyun?

Chanyeol semakin gugup menunggu apa yang akan dikatakan Baekhyun selanjutnya. Apa dia akan bilang aku ingin kenalan, atau aku tertarik padamu, atau, aku menyukaimu, atau, apa kau sudah punya kekasih?

Astaga Park Chanyeol, khayalanmu teralalu tinggi.

"Sebenarnya selama ini aku menyukaimu. Maukah..kau jadi kekasihku?"

DEG

DEG

DEG

DEG

DEG

Si idiot Park Chanyeol hanya melongo, mungkin terlalu shock. Ia mengerjap-erjapkan matanya beberapa kali. Apa dia tidak salah dengar tadi?

"Kalau kau memang sudah punya kekasih tidak apa kok, hehe.." Baekhyun tertawa kikuk. Ya tuhan, semoga setelah ini ia tidak dipermalukan.

"Tentu saja, aku akan jadi kekasihmu. Dengan senang hati."

TBC

Huahahahahahahha XD bagaimana? Mau dilanjut atau END sampai sini? Kalau jumlah review memenuhi target, nih author babo bakal mempertimbangkan untuk lanjut, so….

REVIEW PLEASE ^^