Thanks God
By
Malfoy1409
Naruto Belong to Masashi K
Standar Warning
Happy Reading
-o0o0o-
.
.
Pagi itu awal musim dingin saat Hinata kembali mengeratkan pelukannya pada sosok yang ada disampingnya. Hawa dingin menerpa dari jendela yang sedikit terbuka.
Suara ketukan pintu terdengar saat sosok disamping Hinata juga mengeratkan pelukannya.
"Kaa-chan..Tou-chan" Sepertinya itu suara Sai.
Hinata membuka matanya, saat pendengarannya menangkap suara Sai. Dia keluar dari pelukan Sasuke yang terlihat tidak rela. Hinata menuju pintu dan membukanya.
"Kaa-chan" Hinata tersenyum membawa Sai kedalam gendongannya. Dibawanya ke ranjang yang berukuran besar. Tak lupa, iya juga menutup jendela yang sedikit terbuka.
"Kau kenapa jagoan?" Sasuke bertanya dengan wajah yang terlihat masih mengantuk.
"Saljunya mulai tulun" Ujar Sai yang lusa nanti genap berusia tiga tahun.
Sebelum ke kamar orang tuanya, Sai sempat melihat dari jendela kamarnya yang sengaja ia buka. Butiran-butiran putih sudah mulai turun.
"Kau sudah melihatnya, Sai-kun?" Hinata tersenyum sembari mengelus puncak kepala Sai.
Sai mengangguk antusias menjawab pertanyaan Hinata. Jam masih menunjukan pukul enam dan keluarga kecil ini memutuskan untuk keluar dari selimut menuju taman belakang Uchiha demi memenuhi keinginan Sai.
Sai terlihat senang melihat Salju. Hinata membuatkan teh hijau untuk dirinya dan Sasuke. Sementara Sai meminum susu coklatnya.
-o-
.
.
.
"Aku sudah mengosongkan misi untuk lusa" Sasuke berujar sesaat setelah waktu sarapan selesai. Hinata tersenyum dengan masih berada dalam pelukan Sasuke. Semenjak menikah, Hinata tidak pernah menjalani misi lagi. Ia sepenuhnya menjadi ibu rumah tangga yang baik.
"Hinata" Sasuke membuat Hinata mengadahkan kepalanya untuk menatap Sasuke.
"Ya, Anata?" Hinata tersenyum dengan rona merah tipis yang menghiasi pipinya. Sasuke menyukai hal ini. Sangat suka.
"Apa kau benar-benar mencintaiku?" sejujurnya, Hinata sudah bosan dengan pertanyaan seperti ini. Sasuke sering sekali mengulangi pertanyaan seperti ini.
"Kenapa kau selalu menanyakannya?" Hinata mengerucutkan bibirnya. Sasuke jadi gemas.
"Karena aku selalu ingin mendengar jawabannya" Sasuke tersenyum tipis. Hinata memukul bahu Sasuke pelan.
"Aku mencintaimu, sangat mencintaimu, Anata" Hinata kembali memeluk Sasuke. Sasuke pun melakukan hal yang sama.
"Aku juga mencintaimu. Lebih dari cintamu padaku" Sasuke tersenyum
Hinata merasa beruntung dicintai oleh pria seperti Sasuke. Meskipun Sasuke terlihat dingin di luar, tetapi jika sedang bersama Sai dan Hinata, Sasuke bisa menjadi super hangat.
Tak banyak yang tahu hal itu dan Hinata menjadi satu yang beruntung dari sekian banyak orang yang ada di dunia ini.
Pertama kali mereka berinteraksi dengan benar adalah sesaat setelah perang ninja.
Hinata yang kehilagan Neji
Sasuke yang kehilangan Itachi
Semua tampak lebih rapuh dari biasanya.
Hinata menangis
Sasuke terdiam
Danau dekat hutan menjadi saksi bisu interasi mereka. Hinata yang menangis membuat Sasuke tergerak untuk menenangkannya. Sasuke memang tak pandai berkata-kata, ia hanya meminjamkan bahunya untuk Hinata gunakan.
Sasuke yang telah lama memendam rasa dalam diam akhirnya bisa melihat adanya secercah harapan saat Naruto dan Sakura resmi berhubugan. Hinata yang kembali menangis dan Sasuke yang kembali meminjamkan bahunya.
Setelahnya, semua berjalan dengan semestinya dan sesuai dengan harapan Sasuke. Hinata perlahan membuka hati untuk jiwa yang kesepian seperti Sasuke.
Sasuke terlihat lebih hidup dan Hinata yang kembali ceria.
"Kau akan merayakannya?" Sasuke bertanya. Hinata menganggukan kepalanya. Ia sudah mengundang teman lama beserta keluarganya untuk datang ke acara ulang tahun Sai yang akan diadakan di mansion Uchiha.
-o-
.
.
.
Hinata memutuskan untuk pergi berbelanja. Sasuke bersikeras ikut meskipun sempat di tolak oleh Hinata.
Sekarang, Sasuke menggenggam tangan Hinata dengan Sai yang ada di gendongan tangan lainnya. Mantel musim dingin telah membalut meeka bertiga. Sepanjang perjalanan menuju pasar, Hinata tak bisa menyembunyikan senyum di wajahnya.
"Jangan banyak tersenyum" Sasuke berbisik. Hinata menoleh "E-Eh?"
"Kalau ada yang jatuh cinta padamu, jangan salahkan aku jika ada pertumpahan darah" Hinata mencubit perut Sasuke. Sasuke sedikit mengaduh.
"Kau kenapa Sai-kun?" Hinata memandang Sai yang terlihat cemberut.
"Kata Tou-chan tidak boleh banyak tersenyum" Ah.. kau lihatkan Sasuke hasil perbuatanmu?
-o-
.
.
.
Setelah berbelanja berbagai sayur dan lauk pauk, keluarga kecil ini memutuskan untuk pulang. Di tengah perjalanan mereka berhenti sebentar di kedai makanan, karena Sai memintanya.
Sai duduk di samping Hinata sementara Sasuke duduk dihadapan mereka. Ia tampak menyukai ramen yang disuapkan kepadanya. Sasuke yang memesan sup tampak menyukainya. Sasuke makan dengan arah pandang yang tak pernah lepas dari Sai dan Hinata.
Hinata terlihat sangat manis saat meniupkan ramen lalu menyuapkannya ke Sai. Sasuke merasakan rasa hangat di dadanya. Betapa ia bersyukur pada Kami-sama yang telah memberikannya keluarga kecil yang bahagia seperti ini.
Mungkin Sasuke berniat menambah anggota keluarga. Sasuke menyeringai memikirkannya.
"Kenapa, Anata?" Sasuke tersentak dan kemudian bergumam, "Hn"
Hinata hanya menggelengkan kepalanya, Sasuke memang terkadang aneh.
-o-
.
.
.
Malam tiba, besok adalah ulang tahun Sai. Hinata dan Sasuke akan sibuk besok. Sebenarnya, hanya Hinata dan para maid yang akan sibuk tetapi Sasuke pasti akan memaksa untuk membantu di dapur walaupun justru terkadang terlihat lebih merepotkan, namun, Hinata senang Sasuke peduli padanya.
Saat ini, Sasuke sedang ada di kamarnya. Hinata juga sama.
Hinata menyisir rambut panjangnya di cermin yang tak jauh dari ranjang mereka. Tiba-tiba ia merasakan sepasang lengan yang memeluk bahunya dari belakang. Ah, ternyata Sasuke.
"Hinata" Kenapa suara Sasuke memberat?
"Y-Ya?" Sepertinya Hinata tahu sebabnya.
"Kau sudah menyiapkan kado untuk Sai?" Kenapa bertanya? Bukankah mereka menyiapkannya bersama?
"Su-Sudah. Bukannya—" ucapan Hinata terpotong saat Sasuke kembali bersuara.
"Aku punya ide yang lebih baik untu kado ulang tahun Sai" Sasuke menenggelamkan kealanya keperpotongan bahu dan leher Hinata. Wangi favorite Sasuke mnguar dari sana.
"A-Apa?" Kini tubuh Hinata sudah menghadap Sasuke. Kepalanya ia tundukan.
"Kurasa, adik bukanlah sesuatu yang buruk" Dan kemudian Hinata merasakan benda basah menyentuh bibirnya. Sepertinya malam ini akan menjadi milik mereka berdua.
-o-
.
.
.
Kediaman Uchiha telah ramai dengan teman-teman Sasuke dan Hinata, tak lupa juga anak-anak mereka.
Sasuke masih dengan tampang dinginnya, sedangkan Hinata dengan senyum manis menyapa para tamu. Sore ini akan benar-benar menyenangkan untuk mereka berdua.
Sai memang memiliki ciri fisik yang sangat mirip seperti Sasuke dapat dengan mudah dikenali sebagai seorang Uchiha. Ia tampan dan sedikit pendiam namun sudah terlihat pintar.
Saat ingin meniup lilinnya, Sai berujar dengan nada yang tak bisa dibilang pelan, "Aku ingin adik"
Sontak semua tamu tertawa dan tersenyum menggoda menatap pasangan Uchiha. Hinata hanya memerah dan mencoba melepaskan lingkaran tangan Sasuke dibahunya. Sasuke menyeringai. Ia tak akan pernah menyesal memiliki Sai dalam kehidupannya.
"Kau dengar kan?" Sasuke berbisik
Hinata menundukan kepalanya dan mencubit perut Sasuke.
-o-
.
.
Kau tak akan tau apa yang terjadi saat dua manusia kesepian saling bertemu dan menguatan.
END
.
.
.
Fict sumbangan untuk SHDL
Di dalam sini nanti akan jadi kumpulan fict SHDL yang saya buat. Tak apa kan?
Ini cerita pertamanya.
RnR ya Minna-san
Thanks for reading
.
.
Last.
.
.
See you
.
.
Malfoy1409