Puppy Kiss

Cast: Kyungsoo, Jongin and rest EXO's members

Warning! BL, OOC, Typosssss.

© aprilbambi

.

.

.

.

.

Kyungsoo hanya remaja biasa yang belum genap berumur tujuh belas.

Belum genap tujuh belas tahun, yang artinya; belum bisa memasuki bar secara legal, belum bisa menyicipi barang sepuntung rokokpun secara legal, serta banyak hal lain yang hanya bisa dinikmati orang untuk tujuh belas keatas secara legal dan bebas.

Dan Kyungsoo belum cukup untuk itu semua.

Berbeda kasus dengan Jongin. Kekasih Kyungsoo yang setahun lebih muda darinya. Remaja cuek itu memang sedikit nakal, tidak seperti remaja seusianya.

Kyungsoo bisa dikatakan sering menendang bokong Jongin karena diam-diam Jongin menyimpan banyak video dewasa di laptop dan ponselnya sehingga membuat Kyungsoo kesal. Kyungsoo tahu itu merupakan hal wajar yang banyak dilakukan remaja seusianya. Tapi Kyungsoo tidak. Dan Kyungsoo adalah anak baik. Dia memang tidak sangat baik, tapi paling tidak cukup mengerti kalua hal yang dilakukan Jongin itu tidak boleh sampai keterlaluan.

Memang benar apa kata orang, pacaran dengan yang lebih muda itu sedikit menguras tenaga juga emosi. Kyungsoo sangat setuju dengan pendapat itu.

"Jongin! Cepat hapus!" Kyungsoo menindih tubuh Jongin, mengamuknya brutal. Tangan pendeknya menarik tangan Jongin yang berada di balik punggung sedang menyembunyikan ponselnya, menjauhkan dari jangkauan yang lebih tua.

Keringat mengucur sampai membuat basic t-shirt yang Kyungsoo kenakan basah. Semua upayanya untuk merebut ponsel dari Jongin sudah ia kerahkan. Tapi percuma saja, Kyungsoo kalah telak dari segi tenaga juga ukuran tubuh. Kyungsoo sudah kesal dan hanya bisa menggigit jari Jongin yang bebas di udara.

"Aw! Hyung! Sakit!"

"Hapus atau putus?" ancamnya sekali lagi sambil menuding telunjuknya tepat di wajah Jongin. "Hapus tidak?"

"Tapi memang sudah kuhapus. Ini juga bukan apa-apa." kilah Jongin sambil menepis tangan Kyungsoo. Dengan santainya dia bangkit berdiri lalu berjalan ke arah dapur. Mengambil dua buah apel dari kulkas untuk dimakannya bersama Kyungsoo.

Kyungsoo tahu kalau Jongin sedang berbohong. Sudah terlalu hapal untuk ukuran Kyungsoo yang menjadi kekasih seorang Kim Jongin lebih dari dua tahun.

"Awas kau Kim Jongin." Desis Kyungsoo saat Jongin belum juga kembali dari dapur.

.

.

.

Jika ditanya jujur, Kyungsoo ingin sekali menukarkan Jongin dengan Chanyeol; kekasih Baekhyun yang sering memamerkan senyum lebarnya pada tiap orang yang ditemui. Karena menurut Kyungsoo: Baekhyun dan Chanyeol memiliki hubungan yang terlihat unik. Mereka sering berkelahi tapi tak jarang Chanyeol yang memperlakukan Baekhyun layaknya seorang anak seorang raja –walau caranya norak dan menjijikkan. Tetapi Kyungsoo tidak pernah tidak dibuat mereka iri.

Atau menukar Jongin dengan Sehun: kekasih Luhan. Jongin dan Sehun seumuran; hanya terpaut tiga bulan saja. Tapi menurut Kyungsoo, Sehun begitu dewasa dan berbeda seratus delapan puluh derajat dengan Jongin. Kyungsoo hanya bisa menelan senyum kecutnya tiap kali Sehun dan Luhan mengumbar kemesraan di depannya. Sehun yang mencium pipi Luhan lalu Luhan yang merona.

Kyungsoo frustasi.

Jongin tidak seperti Chanyeol dan Sehun. Jongin hanya akan bersikap manis pada Kyungsoo saat mereka merayakan hari ulang tahun Kyungsoo, tidak dihari lainnya, bahkan hari jadi mereka. Anak itu mana ingat! Jongin masih menganggapnya kekasih saja Kyungsoo sudah berterima kasih. Yang jelas Jongin bukan tipikal yang senang memanjakan Kyungsoo.

Ya, itu saja.

.

.

.

"Aku bosan dengan Jongin. Ingin putus sajaaaaaa." Kyungsoo bertelungkup di kasur Baekhyun saat tugas kelompok mereka baru saja kelar. Kekesalannya ia tumpahkan dengan mengacak-acak tatanan sprei dan selimut bermotif strawberry dengan bringas sampai kusut. Kyungsoo tidak peduli kalau habis ini Baekhyun akan menyumpal mulutnya dengan kaos kaki karena Kyungsoo sudah menghancurkan singgasana yang mulia Baekhyun.

"Ya! Ya!"

Kyungsoo langsung menyelengkat kaki Baekhyun saat Baekhyun naik ke atas kasur sambil mengacungkan kamus tebal ke arahnya.

"Baekhyun! Jangan marah-marah dulu. Aku benar-benar sedang tak mood berkelahi denganmu." Omel Kyungsoo.

Baekhyun mengusap sikunya yang terantuk pinggiran ranjang. Kyungsoo sedikit merasa bersalah. Tapi kalau tidak kejam begitu, pasti dahi yang akan jadi korban setelah berciuman dengan kamus itu.

"Bagaimana menurutmu kalau hubunganku dan Jongin cukup saja? Ini tidak bekerja sama sekali, lagipula aku bosan."

"Memangnya kenapa? Kalian baik-baik saja 'kan Kyung?"

Kyungsoo mengangguk "Kami baik-baik saja… Tapi ini… Benar-benar tidak ada kemajuan sama sekali! Baekhyun, aku harus bagaimana?"

Baekhyun melempar guling ke wajah Kyungsoo. Ganti rugi karena gagal memukul namja itu dengan kamus. "Ya mana kutahu. Memangnya aku yang menjalaninya? Bicaramu saja tidak jelas!"

"Berpegangan tangan saja belum pernah. Setiap kencan hanya di rumahnya. Itupun dia cuma tidur." Jelas Kyungsoo gemas. Dia menjambaki rambutnya dan Baekhyun tak luput dari tendangan kuat darinya.

"Benarkah? Jadi, selama ini, kau cuma dibiarkan karatan? Status sepasang kekasih kalian –uh itu hanya status? Tapi… Beruntung Chanyeol tidak begitu." Baekhyun berakhir dengan haha hehe sendiri. Kyungsoo jadi gemas ingin menarik pipi gembul Baekhyun keras-keras sampai anak itu menangis.

Kyungsoo menghela napas dalam dan berat, diam merenung kira-kira dosa besar apa saja yang sudah dilakukan Kyungsoo di kehidupan masa lalu sehingga membuat masa remaja yang seharusnya menyenangkan seperti teman-temannya malah terjadi seperti ini.

Kekasih seperti Jongin. Sahabat seperti Baekhyun, Luhan, Chanyeol, Sehun. HAH.

"Oh iya, Valentine tahun besok supermarket milik Tuan Kang akan mengadakan lomba ciuman, kalau aku tidak salah dengar sih. Ada hadiahnya juga dan... ya.. ya–maksudku kau iseng-iseng saja mendaftarkan dirimu dan Jongin. Sekalian hehe kau tau maksudku, 'kan?" ucap Baekhyun saat mengantarkan Kyungsoo sampai pintu depan. Hari sudah petang. Dua jam bermain bersama Baekhyun selalu membuat Kyungsoo tidak ingat waktu.

"Oh." responnya singkat, berpamitan pada Baekhyun lalu melangkah untuk mencapai halte di depan komplek.

Sambil berjalan gontai, alas sepatunya menggesek aspal. Kyngsoo sedang memikirkan ucapan barusan. Menimbang kembali usul Baekhyun tadi.

Bukan soal hadiah yang mendorongnya memikirkan lomba aneh itu. Tapi apa yang akan Kyungsoo lakukan bersama Jongin saat mengikuti lomba tersebut.

Ciuman.

Lips on lips.

Ya ampun!

Kyungsoo bingung untuk memutuskan menerima usul Baekhyun atau tidak. Tapi kenapa terdengar menyenangkan sekali? Kalau Kyungsoo mendaftarkan dirinya dan Jongin, Kyungsoo juga tidak perlu mengirim sinyal terus-terusan kepada Jongin untuk diapa-apakan, kan? Kyungsoo tidak mesum, sungguh, tapi Kyungsoo ingin hubungan normal seperti teman-temannya.

'Atau daftar saja, ya?'

'Ya! Tentu saja, akan dicoba. Baiklah Baekhyun, kami harus ikut!'

Bahkan Kyungsoo sampai tak sadar menginjak kaki anak kecil saat menaiki bus yang sudah ditunggunya dari sepuluh menit lalu.

"Akan kucoba dengan sentuhan ringan terlebih dahulu padanya."

Seringai Kyungsoo lebar mengiri laju bus. Beberapa penumpang yang ada di sekitar Kyungsoo sampai ketakutan dengan aura menyeramkan yang dihadirkan Kyungsoo. Tapi Kyungsoo masa bodoh malah semakin menakuti beberapa anak kecil di bus itu sampai menangis.

"Hahaha. Akhirnya."

.

.

.

Ketika Kyungsoo sedang menulis daftar 'Sentuhan Untuk Kim Jongin' pada buku filenya, Jongin sudah muncul di ruang tamu rumahnya.

Kyungsoo melompat dari kasurnya. Merayap menuju meja belajar lalu melihat kalender duduk di sana.

Hari minggu.

Pantas saja.

Jongin hanya akan mengajak Kyungsoo jalan-jalan di taman saat hari Minggu. Itupun kalau Jongin tidak ada les ballet tambahan.

Artinya hari ini mereka akan kencan seharian penuh. Kyungsoo janji tidak ada kencan membosankan yang seperti kemarin karena dia sudah bertekad akan memulai semuanya dari awal pada hari ini.

Kyungsoo buru-buru mengambil jaket baseballnya. Menyampirkan ke bahu lalu menyeret Jongin yang sedang berbincang dengan Minho –hyungnya Kyungsoo.

"Kau jadi makin liar sekali." Jongin meringis memegangi lengannya. Rasanya seperti Kyungsoo menancapkan kukunya di sana. Walau Jongin tahu kekasihnya itu tidak pernah memelihara kuku sampai panjang karena Kyungsoo adalah tipe orang yang aktif dalam beraktifitas.

Kyungsoo ikut meringis. Tangannya membelai pipi Jongin sambil menampilkan ekspresi bersalah yang dibuat-buat.

"Yang sakit itu tanganku, bukan pipiku, Kyungsoo-ya. Aduuh."

Kyungsoo menahan diri untuk tidak meledak. Kebahagian itu butuh pengorbanan. Begitu juga cinta. Jadi Kyungsoo tetap berusaha sabar saat Jongin merogoh sakunya, mengambil ponsel. Dan nampaklah benda yang dibenci Kyungsoo setengah mati itu.

Kyungsoo medengus sebal. Baiklah, tidak apa-apa kalau memang bukan hari ini.

.

.

.

"Aku mendaftarkan kita berdua untuk ikut lomba rciuman di acara valentine tahun depan!"

Jongin tersedak udara. Tangannya menggapai gelas di atas meja berisi air mineral dingin lalu menenggaknya rakus. Kyungsoo membantu Jongin memegangi gelas sambil menepuk-nepuk punggung Jongin. Kyungsoo tidak tahu kalau ucapannya barusan bisa sampai membuat Jongin tersedak.

"Kau kenapa, sih?"

Bola mata Jongin bergerak-gerak liar. Tenggorokannya kering dan otaknya seperti berhenti berfungsi mendadak. Bukan karena Jongin gugup atas ucapan Kyungsoo.

Ciuman? Bahkan Jongin tak perlu merasa sepolos itu untuk menanyakan seperti apa ciuman itu? Atau kalimat seperti "Ciuman? Maksudmu aku harus menempelkan bibirku di atas bibir tebalmu sepanjang lomba berlangsung? Begitu, Kyungsoo?"

Tidak.

Memangnya Jongin selama ini tinggal di bawah batu?

"Coba ulangi?"

"Hah. Kau itu tuli atau apa?"

Jongin menggeleng. Frustasi. Kyungsoo tidak akan sejelas ini biasanya. Ini bukan Kyungsoo yang biasanya –bukan yang selama ini Jongin kenal.

Dan Kyungsoo memandangi Jongin sebal, amarahnya mulai menumpuk. Kyungsoo merasa Jongin tidak menangkap maksudnya—yang hanya ingin bisa seperti Baekhyun atau Luhan yang diberikan sentuhan lembut dari pasangan mereka. Kyungsoo ingin merasakannya dan cukup kecewa dengan sikap tidak peduli dari Jongin.

"Kau menyebalkan!" Kyungsoo berlari begitu saja. Meninggalkan Jongin yang masih terbengong.

Ini memang bukan pertama kalinya mereka bertengkar, tapi ini pertama kalinya Kyungsoo kecewa pada Jongin sejak berpacaran. Biasanya Kyungsoo yang akan mengalah dari Jongin, menuruti semua apa yang dimau kekasihnya itu. Tapi kali ini Kyungsoo hanya ingin membuat Jongin sadar, kalau rasa cuek itu memang harus dibuang jauh demi hubungan mereka. Kyungsoo harus mendewasakan pikiran kekasihnya itu dan satu-satunya cara untuk membuat Jongin sadar hanya seperti ini. Mendiamkan Jongin sampai anak itu datang pada Kyungsoo sambil meminta maaf.

.

.

.

"Kalian bertengkar ya?" Luhan kembali menanyakan hal yang serupa sepanjang koridor. Sudah seminggu Kyungsoo pulang sekolah sendiri dan itu membuat Luhan curiga. Biasanya Jongin akan menjemput Kyungsoo di depan kelas mereka bersama Sehun. Tapi akhir-akhir ini sudah tidak lagi.

Sebuah kerikil kecil ditendang Kyungsoo asal sebagai pelampiasan kesal. Satu minggu bahkan belum bisa membawa Jongin datang meminta maaf padanya. Anak tengik itu malah dengan santainya berkeliaran di lapangan basket bersama teman seangkatan.

Kyungsoo mengambil sebuah kerikil yang awalnya ingin ditendangnya lagi. Melempar kerikil tersebut ke arah sudut lapangan dimana Jongin sedang beristirahat kelelahan.

Jongin yang tidak sengaja mengedarkan pandangannya menemukan Kyungsoo bersama Luhan tak jauh dari tempatnya duduk.

"Kyungsoo!"

Begitu Jongin mengejarnya, Kyungsoo sudah terbirit terlebih dahulu. Bahkan Kyungsoo sampai menabrak tempat sampah yang ada di depannya karena ingin cepat-cepat menghilang dari sana. Luhan yang memperhatikan mereka hanya mengulum senyum. Mereka terlihat lucu dan kekanakan.

"Anak-anak! Sampai kejar-kejaran seperti itu. Dasar cinta remaja." gumam Luhan sok dewasa.

"Jongin, Kyungsoo hanya butuh dimengerti." Luhan menepuk pundak Jongin beberapa kali kemudian pergi menyusul Kyungsoo yang sudah hilang kemana.

"Sudah kulakukan.. Kyungsoo belum cukup dewasa menyadarinya..." ucap Jongin kemudian kembali ke sisi lapangan. Menenggak air mineralnya dengan pikiran yang dipenuhi Kyungsoo.

Kalau saja Kyungsoo tahu, Jongin selalu berusaha menjadi kekasih yang baik untuknya.

.

.

.

Kyungsoo langsung berlari begitu bus yang ditumpanginya berhenti menurunkannya. Kyungsoo baru saja dikirimi pesan oleh Jongin yang meminta untuk ke rumahnya. Setelah menimang pesan yang menggiurkan itu, akhirnya Kyungsoo memilih tidak menuruti egonya. Kalau selalu dimakan gengsi, mungkin satu abadpun tidak masalah bagi Jongin didiamkan oleh Kyungsoo. Tapi baru sebelas hari saja Kyungsoo sudah dilanda rindu setengah gila!

"Ada perlu apa?" tanya Kyungsoo langsung. Merebahkan tubuhnya di atas sofa dengan napas tersengal.

"Kalau kau meminta ciuman, bilang saja. Tak perlu marah sampai mendiamiku hampir dua minggu begini. Ayo sini berlatih untuk lomba mumpung aku lagi senggang."

Alis Kyungsoo bertaut, mungkin ada yang salah di otak Jongin. Jangan-jangan anak ini sedang kerasukan roh bintang porno yang pernah Jongin tonton?

Tetapi Kyungsoo hanya menuruti saat Jongin menepuk sisi di sebelahnya. Lalu tangannya sudah mengalung di leher Jongin. Dan seperti mimpi saja, mereka berciuman sore itu di ruang tamu rumah Jongin.

Kyungsoo menciumnya intim tapi sadar bahwa ciuman itu dilakukan sepihak. Setelah Kyungsoo melepaskannya, dia mendapati Jongin yang menutup matanya diiringi deru napas teratur.

Kyungsoo menarik kelopak mata Jongin sebal...

"Kim Jongin! Kau… Bisa-bisanya tertidur!"

.

.

.

Siang itu Kyungsoo masih tertidur di atas kasurnya. Seharusnya dia sudah berada di kelas. Tapi kepalanya terlalu pusing dan badannya terasa nyeri. Semalaman tubuhnya demam tinggi dan Ibu melarangnya untuk pergi sekolah. Padahal hari ini adalah ulang tahunnya. Kyungsoo ingin sekali merayakan bersama teman-temannya dan juga Jongin. Bukan malah berbaring di atas ranjang.

Kyungsoo meraba bawah bantalnya, mencari ponsel. Ada banyak pesan masuk dari Luhan dan Baekhyun yang bertanya kenapa dirinya tidak masuk hari ini. Kyungsoo hanya menghapus pesan tersebut tanpa ada niat mengirim balasan.

Tak ada pesan dari Jongin satupun di antara puluhan pesan tersebut. Kyungsoo melempar ponselnya kesal, entah apalagi yang akan dilakukan Kyungsoo setelah ini.

Dirinya memilih melanjutkan tidur saat pusing kembali menyerang kepalanya. Memikirkan Jongin bukanlah hal yang bagus disaat demam seperti ini.

.

.

.

"Kyungsoo! Bangun!"

Kyungsoo mendengung. Menggeliat beberapa kali dan kembali menarik selimutnya sampai dagu. Tapi selimut itu kembali tertarik sebatas pinggang saja.

"Ya! Jamkkureogi!" –Sleepyhead.

Kyungsoo mengabaikan ucapan berkali-kali tersebut sampai merasakan pipinya seperti di tusuk-tusuk dengan sebuah sendok. Mau tidak mau dia membuka matanya perlahan sambil membiasakan cahaya silau yang memenuhi kamarnya.

"Saengil chukkahamnida, saengil chukkahamnida, saranghaneun uri Kyungsoo, saengil chukka hamnida!"

Baekhyun duduk di pinggir ranjang membawa kue ulang tahun dengan lilin berbentuk angka tujuh belas di atasnya. Luhan, Chanyeol, Sehun dan Jongin juga ternyata ada di sana. Mereka duduk di ranjang menggelilingi Kyungsoo sambil bernyanyi.

Kyungsoo tersenyum kecil dan menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang. Dalam hati dia masih kesal dengan Jongin, maka dia mengabaikan Jongin sepanjang dia mengobrol dan menggoda dengan teman yang lain. Dia akan tertawa saat Chanyeol mengeluarkan daddy jokes—nya. Sebenarnya Chanyeol payah sekali dalam hal itu. Tapi kali ini Kyungsoo ingin tertawa keras, apalagi melihat reaksi Jongin yang berdecih karena tahu sedang diabaikan oleh Kyungsoo.

"Aduh, sudah sore. Kyungsoo, aku tidak bisa tinggal lebih lama. Aku harus pulang sebelum Ibuku marah." Baekhyun beranjak turun dari ranjang dan menarik Chanyeol. "Cepat sembuh, oke? Bye~"

"E-eh. Kyungsoo, aku juga harus pulang sebelum sore. YA! BAEKHYUN TUNGGU AKU, KITA PULANG BERSAMA!"

"Luhan! Kenapa aku ditinggal! Aish."

Kalau ada sedikit tenaga mungkin Kyungsoo akan menendang bokong mereka semua karena seenak jidat berteriak di kamarnya. Dari kamarnya dia bisa mendengar suara mereka berempat yang berpamitan pada ibunya.

"Kyungsoo." Jongin naik ke atas ranjang dan duduk di sebelah Kyungsoo. Kyungsoo hanya diam pura-pura memejamkan matanya. Tapi Jongin tau Kyungsoo lagi-lagi marah padanya karena Jongin belum mengucapkan apapun untuk Kyungsoo.

"Selamat ulang tahun yang ke tujuh belas. Akhirnya kau sudah legal secara hukum untuk pergi ke bar haha." Apa-apaan itu?!

"Telat."

"Tapi ini masih hari ulangtahunmu."Jongin meringis sambil menggaruk kepalanya yang tiba-tiba terasa gatal. Kyungsoo masih dalam mode ngambek. Jongin berdehem sebelum kembali berbicara. "Maaf aku memang tidak membawa hadiah atau apapun tapi aku janji akan memberinya saat kau sembuh..."

"Tidak apa-apa." Kyungsoo mengangguk. Dengan umurnya yang sekarang sudah genap tujuh belas tahun, dia mungkin memang harus menjadi yang lebih dewasa daripada Jongin.

"Tapi aku punya sesuatu untukmu."

"Eh? Apa itu Jongin?"

CUP

Ciuman kedua mereka.

"BODOH! AKU SEDANG SAKIT TAU!"

"Berhubung sudah tujuh belas tahun sekarang aku sudah bisa menciummu secara legal. Jadi meskipun aku besok sakit juga tidak apa-apa, ah setelah sekian lama akhirnya hari ini tiba juga~" Jongin menyeringai sambil mengusap bibirnya. Kyungsoo bergidik melihat Jongin yang seperti itu lalu menyembunyikan tubuhnya di balik selimut.

Jongin baru saja terlihat begitu menyeramkan dan Kyungsoo menyesal karena sudah mendaftarkan diri untuk mengikuti perlombaan sialan itu. Sialnya perlombaan itu diselenggarakan beberapa bulan lagi dan hal tersial dari segala yang tersial adalah Jongin memang sangat pervert. Mungkin Kyungsoo besok harus membakar ponsel dan laptop Jongin yang sudah mengkontaminasi Jongin seperti ini. Jangan lupa ingatkan Kyungsoo untuk mendatangi panitia lomba tempo hari agar mencoret nama mereka dari daftar peserta.

.

.

.

.

FIN

.

.

.

.

.

Nothing changed but the words. I am still bad at using the right word tho :-( sobs.