Wanita

Disclaimer ©Masashi Kishimoto

Story©NadyaA

Rated: T mungkin? *ditendang

Genre: Nggak tau -''

Warning: Alur berantakan, Alur (super) kecepetan, Nggak nyambung, OOC, Garing -,- ,Misstypo(s), Dan banyak kesalahan lainnya ! ^^

DLDR! and RnR?

Happy Reading Minna!

Arigatou ~(^,^)~

Wanita itu tidak pernah salah

.

.

.

.

.

''Yang ini lebih bagus-ttebane!,''

''Tidak, yang ini saja,''

''Tidak, tidak, ini lebih manis,''

''Ini saja, lebih simpel,''

''Tidak, ini lebih cocok untuk Naruto,''

''Ini jauh lebih cocok,''

''Tidak, ini yang cocok!''

''Ini!''

''Yang ini!''

''Tidak boleh, yang ini!''

''Ini!''

''Ini!''

''Yang ini sa—''

''KALAU KUBILANG INI, YA INI-dattebane!''

Minato kembali menghela napas untuk yang kesekian kalinya. Sudah 2 jam ia dan Kushina mengitari Department Store -?- Konohagakure ini. Di tengah kesibukannya sebagai seorang hokage, ia menyempatkan diri untuk menemani istrinya memilih-milih pakaian dan perlengkapan lain untuk anaknya nanti –Naruto, yang beberapa bulan lagi akan segera lahir.

Tapi siapa sangka, hanya memilih pakaian saja, akan menghabiskan waktu selama ini. Hanya karena perdebatan tak menentu soal pakaian yang akan dipilih. Antara dirinya dan istrinya—Kushina. Sungguh, hanya karena pakaian. Minato tak habis pikir apa yang membuat istrinya itu begitu mempermasalahkan soal pakaian calon anaknya—mulai dari motif, warna, bahan, bahkan sampai bentuk kancingnya pun diperhatikan olehnya. Cara istrinya memilih pakaian ini begitu berlebihan, menurut Minato. Ia dan Kushina sudah mengitari store Konohagakure ini lebih dari 2 kali. Dari ujung sampai ke ujung. Dari timur ke barat, selatan ke utara. Dari musim duren hingga musim rambutan*mulaingelantur.

Tinggal pilih satu pakaian atau beberapa pakaian apa susahnya sih?, Tinggal ambil, masukkan ke kantung belanja, pergi ke kasir, bayar, di masukkan kantung plastik, lalu pulang. Soal selera? Apa susahnya juga?. Pilih saja pakaian bayi laki-laki pada umumnya—berwarna biru atau yang lain, asal jangan merah muda dan warna cewek lainnya, motif mobil atau pun polos, dan terbuat dari kain –yaiyalah-. Gampang kan?. Pilih yang murah atau diskon juga kalau bisa. Itu yang ada di pikiran Minato tentang bagaimana seorang ibu memilih pakaian untuk seorang calon bayi laki-laki yang sebentar lagi akan lahir.

Tapi lain ibu, Lain lagi dengan Kushina. Wanita berambut merah yang satu ini sangat teliti. Motif yang dipilih pun tidak sembarangan. Bahannya -yang Minato ketahui- juga terbuat dari kain, hanya saja, Kushina bilang, harus cari yang terasa dingin. Yang satu ini Minato juga heran, letakkan saja di kulkas, maka juga akan dingin kan?. Selera istrinya soal pakaian begitu tinggi—Minato mengakuinya. Kushina bahkan memilih baju keluaran terbaru, model terbaru, dan motif terbaru. Sampai saat ini, sudah ada 5 baju yang ada di dalam kantung belanja Kushina. Tapi istri dari Hokage ke empat ini, masih saja sibuk memilih baju-baju lainnya.

Minato sudah mencoba membantu istrinya memilih pakaian untuk anaknya juga. Tapi Kushina bilang, ''Seleramu buruk kalau soal pakaian bayi, Minato,''. Dan itu sukses membuat Minato mencelos seketika.

Minato mulai merasa lelah berputar berjam-jam di store Konoha—bukannya ia tak mau ataupun malas menemani istrinya, hanya saja, ia khawatir dengan kondisi istrinya yang sedang hamil itu. Berjalan mengelilingi department store lebih dari dua kali putaran dan selama kurang lebih 2 jam tentu tak baik untuk kesehatan seorang ibu hamil, bukan?.

.

.

.

Ikuti nalurinya, maka kau akan mendapat hal yang baik.

.

.

.

''Sudahlah, Kushina, yang ini juga bagus, kok….,''

''Apa yang kau pikirkan?!, itu model pakaian ketinggalan jaman, -ttebane!''

''Kalau begitu, yang ini sa—''

''Ayolah, Minato-kun, yang ini saja, ya?''

Minato mengernyit bingung. Tak biasanya Kushina memanggilnya dengan suffiks-kun. Tapi, melihat kondisi istrinya yang sedang hamil 5 bulan saat ini, maka Minato memilih untuk mengalah. Mengingat ibu hamil tidak boleh sampai stress, kan?.

Maka dengan begitu, Minato (terpaksa) menuruti keinginan Kushina yang memutuskan untuk mengambil seluruh baju yang sudah dipilihnya. Minato dan Kushina pulang ke rumah, dengan 20 buah baju bayi, 10 pasang sepatu bayi, 1 set perlengkapan bayi, dan 1 pack perawatan kulit dan kesehatan bayi di kantung belanjaan, dan jangan lupa, dompet Minato yang sekarang sudah kritis.

Tapi senyuman manis Kushina berhasil membuat Minato ikut tersenyum lega.

.

.

Dan ia sangat bersyukur Kami-sama menuntunnya untuk mengikuti keinginan Kushina. Sebab, keesokan harinya, dari pembicaraan yang ia dengar, satu hal yang Minato sadari, Ia NYARIS memberi anaknya pakaian dengan model jaman hokage ke dua yang ternyata tidak lagi diminati ibu-ibu sebaya Kushina. Kalau sampai ia memberi anaknya pakaian itu, mau ditaruh mana mukanya nanti?. Masa', anak Hokage termuda dan tertampan Konoha memakai pakaian jadul semacam itu?. Gak mungkin, kan?,

.

.

.

.

.

.

.

Tapi, kalau kau tetap menganggapnya salah…

.

.

.

.

.

.

Minato mengacak rambutnya frustasi. Istrinya yang satu itu semakin aneh saja. Ada-ada saja permintaan yang dilontarkan olehnya. Seperti mangganti dekorasi ruangan, beli furniture baru, buat kamar khusus bayi, minta pindah rumah, dan beberapa permintaan aneh lainnya yang Kushina lontarkan. Katanya, ia ingin mempersiapkan kelahiran anak mereka dengan matang.

Seperti pagi ini,

Ketika Minato sedang asyik menyeruput kopinya, Kushina yang baru saja datang dari dapur tiba-tiba berbicara.

''Minato, apa menurutmu, saat Naruto lahir nanti, ia tak akan kesepian?''

Minato menaikkan sebelah alisnya

''Hm? Ada apa memangnya?''

''Umm, ya, maksudku…, kalau kau sedang sibuk di kantor, ia pasti akan kesepian kalau bermain denganku saja,''

''Kan, masih ada teman-temannya yang lain,''Minato kembali menyeruput kopinya.

''Ya tapi kan, teman-temannya nanti tak akan ada disampingnya terus-menerus. Kupikir, akan lebih baik jika ada seorang yang bisa menemaninya bermain setiap saat,''

Minato mendengarkan perkataan istrinya, lalu kembail menyeruput kopinya.

''Lalu?''

''Ya, aku ingin Naruto punya teman seperti itu, dan yang kutahu, hanya ada satu orang yang bisa begitu. Jadi, kupikir…''

''Hm?''

''Kupikir….''

Kali ini Minato menenggak habis kopi yang masih tersisa di cangkirnya.

''Kupikir…''

.

.

.

''Kupikir, akan lebih baik kalau Naruto punya adik yang bisa terus menemaninya,''

Dan—

UHUK!

BRUSSSSHHHHHHHHHH

Kopi yang ada di dalam mulut Minato tersembur dengan indahnya, keluar dengan gemulai dari mulutnya.

BLUSH BLUSH BLUSHHH

''A—apa?!''

''Y-yya…, aku pingin Naruto punya adik. Perempuan, mungkin?''

''Atau kalau bisa, kembar sekalian, biar tambah ramai!'' Kushina bicara dengan wajah tanpa dosa.

GLEK!

Minato menelan ludahnya dengan susah payah.

Apa yang dikatakan Kushina tadi?

Adik?

ADik?

ADIk?

ADIK?

ADIK dia bilang?! KEMBAR pula?!

What the what!

''M-maksudmu, kita akan mengadopsi anak, begitu?'' Minato mencoba berpikiran positif. Barangkali ia salah pengertian dengan perkataan Kushina. Tapi sepertinya, Kami-sama sedang tak berpihak padanya kali ini.

Dengan wajah yang cemberut, Kushina berkata,'' Kau ini bagaimana sih?!. Aku ini masih usia produktif!. Ada apa denganmu, tiba-tiba jadi lambat begitu?!'' Kushina kembali mengerucutkan bibirnya.

''M-maksudmu?!'' Minato bertambah panik.

Dan Kushina, dengan polosnya bilang,'' Ya jelas kan? Buat anak lagi! Aku kan, masih bisa hamil lagi! Kembar pun aku masih kuat!''

Wajah Minato kian memerah. Kushina minta anak lagi?!. Ada apa sebenarnya dengan istrinya ini?!. Ia saja masih belum berani, tetapi justru istrinya yang meminta.

Dan DEMI RAMEN ASIN DI KEDAI PAMAN TEUCHI, Naruto saja belum lahir!. Dan Kushina sudah ingin punya anak lagi?!. Minato mulai berpikiran yang tidak tidak. Otaknya kini mulai melenceng jauuuuuuuuhhhhh sekali.

Dan, setelah susah payah mengendalikan pikirannya, emosinya, dan juga rona wajahnya yang kian merah membara, berdehem sebentar, membersihkan sisa kopi yang menempel di wajah tampannya, mengepel lantai yang basah kena semburannya, membersihkan meja yang lengket, mengganti bajunya, duduk kembali, dan berdehem sekali lagi *lama amat*, Minato mulai bicara, meski dalah hati, ia masih merasa canggung.

''Dengar, Kushina, Naruto belum lahir, dan kau sudah –ehm- ingin punya anak lagi?!''

''Uhum,'' Kushina mengangguk.

''Kau yakin?!''

Mengangguk.

''Kau benar-benar yakin?!''

Sekali lagi mengangguk.

Menghela napas, Minato kembali berkata,

''Kurasa, satu anak saja cukup,''

''Tidak, 2 anak lebih baik,'' #Ha? Promosi KB?!

''Satu,''

''Dua,''

''Satu,''

''Dua!''

''Sa-tu''

''Duaaa, Minato-kun,''

''Tidak, satu saja,''

''Dua!''

''Satu!''

''DUAAA!''

''Satu,''

''DUa!''

''Sa—''

''TUJUH!''

Dan pandangan pasangan suami istri itu beralih ke arah jendela. Disana, berdirilah sesosok orang tua berambut putih panjang seperti landak. Dengan sandal klompen dan tubuh yang tegap. Bisa ditebak kan, siapa dia?. Orang paling ero se-konoha. Siapa lagi kalau buka Jiraiya-sensei?.

''Maaf, hanya numpang lewat, tapi ngomong-ngomong, Minato, tujuh anak itu lebih bagus,'' dan pertapa genit itu pergi begitu saja meninggalkan rumah Hokage keempat itu.

''Hm, kurasa, tujuh anak tidak ada salahnya, lebih ramai, kan?''

Dan Minato hampir terjungkal dari kursinya.

''Kushina, itu tidak baik! Satu anak saja!''

''Tapi aku mau MINIMAL 2!''

''Aku tidak mau, itu tidak baik untuk—''

''Itu baik untuk kesehatan psikologis Naruto!''

''Satu saja, cukup!''

''DUA, MINIMAL DUA! satu anak saja tak baik, itu tak akan melatih pengendalian ego-nya!''

''Sejak kapan istriku ini jadi dokter psikologi?!''

''Naluri Ibu itu kuat!''

''Itu nggak benar, Kushina. Satu anak cukup.''

''Itu benar, Naluri ibu itu kuat! MINIMAL DUA!''

''SATU''

''DUA''

''Satu cukup. Tidak ada prinsip seperti itu!''

''ITu benar!''

''Salah.''

''BENAR!''

''Salah,''

''Benar!''

''Tidak benar,''

''ITU BE—''

''Satu saja cukup,… lagipula…,''

Wajah Minato sedikit memerah.

''Lagipula…''

''Lagipula, a-aku…, aku sudah lama tidak—''

''Tidak apa?'' Kushina menyahut.

''Kau tahu sendiri apa, dan melihat kondisimu yang seperti ini, kurasa, aku akan melakukannya dalam jangka waktu yang cukup lama…, Jadi, satu saja CUKUP.''

''Dua!''

''Tidak!''

''Iya!''

''Tiiiiiiiiiii—daakkkk!''

''Iiiyyyaaaaaa!''

''Tidak tidak tidak,''

''Iya iya iya'''

'''TIDAAAAK!''

''IYAAAA!''

''KUBILANG TIDAK!''

''KUBILANG IYA!''

''IYA!''

''TIDAK!''

''KALAU AKU BILANG IYA, BERARTI IYA!'''

''TIDAK, BERARTI TIDAK!''

''IYA!''

''Tidak, Kushina. Satu anak cukup. Aku tak mau kau kelelahan hanya karena mengurus 2 anak, ditambah keluarga,''

''Aku tak akan kelela—''

''Lagi pula, soal prinsip 2 anak lebih baikmu itu, itu tidak benar. 1 anak cukup, dan kita akan memberinya seluruh kasih sayang yang kita miliki, tidak perkembangan Naruto bisa maksimal nantinya''

''Tapi—''

''Aa, itu tidak benar, Kushina…,''

''Itu benar,Minato!''

''Prinsip seperti itu TIDAK BENAR, Kushina-ku yang unyuuu…,'' sahut Minato gemas.

''Ta-tapi…,''

''Tidak. Aku tidak bisa melakukannya padamu. Dan untuk melakukan itu, aku tidak akan melakukannya padamu untuk sementara dan beberapa jangka waktu kedepannya. Mungkin, untuk beberapa tahun lagi, hm?. Dan itu TIDAK UNTUK MEMBUAT ADIK untuk Naruto,''

Dan Kushina berdiri dari kursinya, melangkahkan kakinya, seraya berkata,

''KALAU BEGITU, TAK KAN ADA JATAH LAGI UNTUKMU, MINATO NAMIKAZE!.''

GLEK!

Minato mulai menyesali perkataannya.

Sejurus kemudian, hokage keempat itu hanya menyeringai santai.

Paling-paling juga, hanya berlaku beberapa minggu,

.

.

Sejurus kemudian, Kushina kembali mendekati Minato, seraya berbisik,

''Dan perkataanku tadi, berlaku untuk SELAMANYA, Suamiku..,'' Kushina berkata dengan nada yang manis.

Setelah itu, wanita cantik itu meninggalkan suaminya yang masih terpaku di tempat.

Dan kali ini, Minato Namikaze benar-benar menyesali dirinya yang telah menyalahkan prinsip Kushina.

.

.

.Apa Kushina bilang?!

TIDAK ADA ?!

U—Untuk

SS—Se

Se—

SELAMANYA?!

What the—

''Dan perkataanku tadi, berlaku untuk SELAMANYA, Suamiku..,''

Dan kisah pagi itu, diakhiri dengan—

T—TTIDDAAAAAAAAAAAAKKKKKKK!

-Teriakan pilu milik sang Yondaime Hokage

.

.

.

Kau akan mendapatkan masalah..

.

.

.

.

.

Wanita itu tidak pernah salah

Ikuti nalurinya, maka kau akan mendapat hal yang baik.

Tapi, kalau kau tetap menganggapnya salah…

Kau akan mendapatkan masalah..

OWARI

Halo halo Minna! (^,^)/ *ditimpuk

Dannn akhirnya, fic ini berakhir dengan gejenya -_-

Fic ini terinspirasi dari salah satu perkataan salah satu motivator di TV, dengan perubahan di sana sini, sehingga berubah jadi fic sesat seperti ini -,-

Dan maaf banget kalau fic ini nggak bagus, saya masih belajar nulis fic.

Fic satu ini nggak pake plot juga, jadi maaf kalau berantakan.

Maaf, sekali lagi maaaafffff bangeeet kalau fic ini nggak memuaskan.

Dan untuk yang terakhir,

Review Please?! Flame dipersilahkan juga, kok!.

Arigatou! ^^ Matur Nuwun! Terimakasih! Thank you! Kamsahabnida!i Graci—*dilempar kaleng

Okeh okeh, maaf.

Bye bye! (^^)/

9 Sepetember 2013

NadyaA