"Seseorang dengan kekuatan untuk menaklukan Pangeran Kegelapan mendekat… lahir dari mereka yang telah lolos darinya tiga kali, lahir ketika bulan ketujuh mati… dan Pangeran Kegelapan akan menandainya sebagai lawannya yang setara, tetapi dia akan memiliki kekuatan yang tak dikenal Pangeran Kegelapan… dan yang seorang harus mati ditangan yang lainnya karena tak satupun bisa hidup sementara yang lain selamat… seseorang dengan kekuatan untuk menaklukan Pangeran Kegelapan akan lahir ketika bulan ketujuh mati…"—Profesor Trelawney, Harry Potter and the Orde of Phoenix.

Di malam 31 Oktober itu, James dan Lily Potter tidak mendapat kunjungan Lord Voldemort, Peter Pettigrew mati, dan Sirius Black tak tersentuh Azkaban. Tapi sebagai ganti, pasangan Longbottom-lah yang harus mengorbankan nyawa mereka untuk The Chosen One, Neville Longbottom. Kitab kehidupan pun menulis cerita yang berbeda, karena tentu saja, Voldemort telah memilih orang yang berbeda.

Harry Potter belongs to JK Rowling

The One and Only © esjerukdingin, 2013

Warning: perubahan plot besar-besaran, out of character

#1

Halloween's Night

Menghabiskan hari di Godric Hollows semakin lama semakin terasa membosankan saja untuk James Potter. Ini adalah Halloween dan dia tidak melakukan apa-apa selain mengawasi Harry diatas sapu terbangnya. Sudah berminggu-minggu dia terkurung dalam rumahnya, walaupun sesekali Peter dan Sirius datang berkunjung, dan Bathilda yang selalu saja mengirimkan camilan untuk Harry. Tapi dia tetap bosan, dia ingin keluar dan bermain quidditch di lapangan yang luas, dia ingin bertranformasi dan menemani Remus di malam purnama. Dan dia juga begitu menginginkan misi dari Dumbledore, misi Orde yang selalu membuat bergairah. Dia benci terkurung seperti ini, dia seperti pria tidak berdaya yang harus dilindungi dengan puluhan mantra disekelilingnya. Tapi dia juga tidak bisa meremehkan keselamatan Lily dan Harry. James bersandar semakin dalam disofanya, memperhatikan Harry yang sibuk terbang mondar-mandir diatas sapu terbang pemberian Sirius, sedangkan Lily sedang memasak makan malam mereka.

"Sudah waktunya Harry untuk mandi, James," teriak Lily dari dapur.

James mengerang pelan. Dia menutup kedua matanya setelah membuang tongkat sihirnya ke sofa disamping—yang tadinya disimpannya disaku belakang celananya.

Keamanan tongkat tingkat dasar ala Mad-Eye; jangan menyimpan tongkat di saku belakang celanamu. Orang tua itu bilang dia mengenal seseorang yang sudah pernah kehilangan bokongnya karena kebodohan itu. Sampai sekarang, Sirius dan James masih berdebat tentang siapa orang. Sirius yakin bahwa Mad-Eye adalah korbannya, dan James masih berpendapat bahwa bisa saja itu Aberforth.

"Nanti saja," balas James pada Lily. "Harry sedang asyik. Dia bisa nangis kalau mainnya diganggu."

Baru beberapa detik menutup matanya, Black Grewpin, kucing kesayangan Lily mengeong dengan keras lalu tiba-tiba terdiam. James membuka matanya dengan malas dan membelalak kaget ketika mendapati tongkat sihirnya telah berada digenggaman Harry, dan anaknya terbang rendah sekali dekat dengan Grewpin.

James meloncat bangun dari tidur ayamnya, menyambar Harry dari atas sapu dan menurunkannya. Harry menatap ayahanya dengan cemberut dan tongkat sihir ditangannya tanpa sengaja mengeluarkan kembang api kecil. Sebisa mungkin James tidak nyengir. Diamengambil sapu terbang milik Harry, menatap pura-pura galak pada anaknya dan mengancung-acungkan sapu mungil itu ke arah Grewpin yang sudah terbujur kaku.

"Mum akan marah kalau tahu Grewpin mati, Harry," bisik James. "Ya walaupun dad senang kau bisa sihir di umur satu tahun, tapi tetap saja, mum tidak akan suka Grewpin mati."

Harry mengerjapkan kedua mata hijaunya yang berair, pertanda tidak mengerti ucapan ayahnya.

James menghela napas. Dia mengayunkan tongkat sihirnya sekali dan Grewpin hilang dari pandangan. Harry melonjak kegirangan dan mulai memeluk-meluk kaki ayahnya.

"Oke oke, waktunya mandi. Dad akan mencari cara supaya mum tidak marah kalau Grewpin sudah mati."

Sedetik kemudian the little Harry telah berpindah pada pelukan ayahnya, dia nyengir dan berusaha merebut kembali tongkat sihir James. "A..a… Tidak sekarang, Harry. Waktunya mandi."

Kamar mandi mereka terletak di lantai bawah, tepat disamping dapur dimana Lily sedang bereksperimen dengan sebuah daging panggang nyaris gosong. James menahan diri untuk tidak memberi komentar, dia memilih untuk tenggelam dalam kesengsaraan makan malam yang mengerikan lagi untuk malam ini.

Lalu, dengan cukup jelas, mereka bertiga mendengar suara tabrakan dari arah depan rumah.

Lily berbalik dan tongkat sihir sudah ada ditangannya. James juga sudah mengeluarkan tongkat sihirnya dan menyerahkan Harry pada Lily. Dia mengingat-ingat dimana Jubah Gaibnya dan sejurus kemudian menyesal, karena beberapa jam yang lalu dia baru memberikannya pada Dumbledore.

"Stay here," bisik James pelan.

Lily menggeleng kuat-kuat. Satu tangannya memeluk erat Harry, sedang satu tangannya lagi menahan lengan kemeja James. "We stay together," bisiknya.

James tidak mengangguk, tapi dia memposisikan dirinya tepat didepan Lily dan Harry, berusaha menyembunyikan keduanya dari apapun yang berusaha menorobos masuk.

Ada keheningan selama beberapa detik, lalu suara-suara.

Opsi penyebab keributan itu adalah Voldemort sudah hilang dari pikiran James. James tahu betul, untuk penyihir sehebat Voldemort, tidak mungkin dirinya membuat kesalahan konyol dengan masuk ke dalam rumah orang dengan suara berisik seperti itu.

Mereka melangkah dengan pelan menuju pintu dapur dan berdiri tepat didepan pintu yang tertutup itu, sambil mendengarkan suara sekuat yang mereka mampu. Saat berikutnya, James melonjak dengan keras dan hampir melancarkan mantra ketika pintu dapur mengayun terbuka dengan keras dan sosok Sirius muncul dibaliknya.

James berdiri dengan tegak ditempatnya, sedangkan Sirius sudah melemparkan dirinya pada pelukan James dan memeluk sahabatnya dengan erat. Sosok-sosok lainnya mulai masuk dan memenuhi dapur kecil Lily.

Ada sekitar tujuh atau delapan orang beserta Sirius. Semuanya dikenal baik oleh James dan Lily karena mereka adalah anggota Orde Phoenix.

"Sudah berakhir, James. Sudah berakhir." Sirius menangis dipelukannya, James bisa merasakan air mata membasahi kemeja abu-abu tipis miliknya.

"Sudah berakhir apa, Sirius?" tanya Lily dari belakang mereka. Lily sudah berpindah disamping profesor McGonagall, dia sedang menggendong si kecil Harry.

"Sebelum itu, turunkan dulu tongkatmu, nak. Sebelum kau menyodok mata seseorang," kata sebuah suara rendah menggeram dari dekat tempat wajan.

James menyadari bahwa dia masih mengenggam tongkatnya dengan erat walaupun Sirius memeluknya.

Dumbledore yang berada di pintu masuk, sekitar satu meter dari tempat James dan Sirius masih berdiri berpelukan, melangkah masuk dan membawa seorang bayi seumuran Harry. Bayi itu tengah tertidur pulas dalam selimut putih tebal. James mengenalinya karena beberapa bulan yang lalu anak itu datang ke pertemuan Orde dan bermain bersama Harry. Tapi ada sebuah luka kecil di dahi bayi itu, luka berbentuk sambaran petir, tapi selain itu dia baik-baik saja.

Jantung James melonjak ke atas tenggorokannya. Dia sudah tahu apa yang terjadi, dan walaupun berharap asumsinya salah, tapi semuanya, sejauh yang dapat dilihatnya seakan sedang mendukung teori James.

"No…no way!" Lily berteriak histeris dibelakangnya. Minerva menangis sesungukan sambil tetap memeluk Harry dan Emmeline merengsek mendekati Lily lalu memeluknya. Ketiga perempuan itu menangis sesungukan dengan Harry ditengah mereka yang terdiam bingung.

"Tidak mungkin.. tidak mungkin Frank… Alice… Bagaimana bisa mereka? Bagaimana… Dia seharusnya memburuKU! Memburu KAMI! MEREKA TIDAK BERSALAH APA-APA!" James kehilangan kendali dan tanpa sadar mendorong Sirius. Dia menatap Dumbledore dengan nyala api dimatanya.

"Tidak ada yang menduga Voldemort akan memburu Frank dan Alice, James. Aku yang salah," kata Dumbledore.

Ketenangan Dumbledore dalam menyikapi kematian dua anggotanya membuat James berang. Dia maju mendekati Dumbledore, berniat melampiaskan amarahnya pada pria tua itu, tapi dilihatnya Neville masih tertidur damai dalam gendongan Dumbledore, dan itu membuat kemarahannya menguap begitu saja.

James kembali menangis. Dia terjatuh dikedua lututnya tepat didepan Dumbledore.

"Mereka tidak bersalah… mereka tidak melakukan kejahatan apapun…" tangis James.

Sirius mendekati sahabatnya dan memeluk bahu James dengan erat. "Mereka sudah tenang di sana, James. Neville baik-baik saja dan itu pasti hal terakhir yang mereka inginkan."

"Apa yang sebenarnya terjadi, Dumbledore?" tanya Lily, dia sudah berusaha mengendalikan emosinya. "Kau… kau bilang itu adalah kami."

"Aku akan menjelaskannya ketika kita sudah ada di tempat yang aman," kata Dumbledore. "Penjaga Rahasia rumah ini telah terbunuh beberapa jam yang lalu, dan aku tidak ingin mengambil resiko dengan membahayakan nyawa kalian setelah apa yang terjadi pada Alice dan Frank."

James membelalak kaget. Dia menatap Dumbledore dengan horor dan air mata kembali keluar dari matanya satu-satu. Tapi Sirius meremas kuat bahunya, rahangnya menegang dan wajahnya memerah menahan amarah.

"Jangan coba-coba…" kata Sirius geram, "jangan coba-coba menangisi keparat itu, James. Mundungus lebih pantas mendapatkannya."

Baik Lily dan James sontak mengalihkan pandangan mereka pada Mundungus yang berdiri canggung didekat Mad-Eye. Dia terluka dibeberapa tempat, tapi selebihnya dia oke, masih kuat berdiri dan cengiran lima jarinya masih ada di wajahnya.

"Apa maksud—"

"Kita harus segera berangkat," kata Dumbledore memotong kalimat James. "Berita itu pastilah sudah tersebar pada pelayan-pelayannya, dan aku tidak berani menyimpulkan bahwa mereka mungkin akan diam saja."

James berdiri dibantu oleh Sirius, dia memegang erat lengan James dan membawanya keluar rumah. Dibelakangnya berturut-turut Lily yang disangga oleh Emmeline, Minerva yang menggendong Harry kecil, Mundungus, Mad-Eye, dan beberapa anggota Orde lainnya. Tiba diluar perlindungan mantra yang dibuat Dumbledore, ada Hagrid yang sudah menunggu disana, dan satu per satu dari mereka mulai membentuk barisan.

"Jangan markas besar," kata Dumbledore. "Langsung tepat didepan rumah Abe, dia sudah menunggu dan akan membawa kita langsung pada Hogwarts. Kurasa kalian sudah mendapat gambaran pasti tentang rumahnya."

"Harry dan Neville belum terlalu kuat untuk berapparate, Albus," kata Minerva.

"Hagrid akan membawa mereka dengan motor Sirius."

"Tidak. Aku yang ikut dengan Sirius," kata James. Dia mengambil Neville dari gendongan Dumbledore dan tersenyum lemah pada Lily. "Aku akan baik-baik saja. Bertemu nanti dirumah Abe."

Sirius menerima Harry yang nyengir dari McGonagall. Dan mau tak mau dia ikut nyengir.

"Bertemu disana dalam waktu duapuluh menit, Sirius, James," kata Dumbledore.

Satu per satu mulai berapparate dengan meninggalkan bunyi pop pelan. Hanya tersisa Lily dan Dumbledore untuk mengucapkan selamat tinggal. Lily mendekati James dan mencium pipi suaminya. "Hanya pastikan kau menjaga dirimu sendiri, dan Harry juga Neville." Dia tersenyum lemah pada Sirius lalu berputar tiga kali ditempatnya dan menghilang.

Dumbledore mengangguk pelan pada mereka sebelum mengikuti jejak Lily.

Selama perjalanan dua puluh menit menuju Hogsmeade, James dan Sirius tidak bercakap-cakap. James sibuk mengamati Neville yang masih tertidur nyaman dipelukannya, dia sudah merapalkan mantra Muffliato disekeliling mereka agar Neville tidak terbangun karena desiran angin. Sirius memacu motor besarnya dengan kecepatan maksimum, di lengan kirinya Harry terus saja tertawa-tawa. Rambut coklatnya berkibar dan ketika dia membuka mulut, bibir-bibirnya terbuka lebar membuat Sirius terkadang ikut tertawa.

Tidak sampai dua puluh menit seperti yang diperintahkan Dumbledore, mereka sudah terbang rendah diatas Hogsmeade. Lalu dengan decitan keras, ban-ban besar motor Sirius mendarat tepat didepan sebuah bar kumuh. Bau kambing sangat menyengat ditempat itu. Harry membuat ekspresi aneh diwajahnya karena tiba-tiba mencium bau busuk.

James setengah berharap dia bisa melihat Lily menyambutnya disana. Alih-alih, dia menemukan Hagrid yang sedang berbicara dengan Aberforth. James dan Sirius turun dari motor dan mendekati keduanya.

"Suruh antar kalian langsung ke Hogwarts," kata Hagrid. "Lily ngotot mau tunggu kau, James. Tapi Minerva memaksa dia untuk pergi duluan ke Hogwarts. Lily shock berat dan dia butuh tempat hangat."

James mengangguk. Dia dan Sirius kemudian berjalan mengikuti jalan setapak menuju Hogwarts. Hagrid mengawal dibelakang mereka dan Aberforth tinggal. Dia hanya mengucapkan sampai jumpa pada mereka dan menatap Neville dengan pandangan kasihan.

Angin Oktober mulai berhembus keras. Harry sudah menyandarkan kepalanya dibahu Sirius dan mulai tertidur.

"Apa yang sebenarnya terjadi, Sirius?" tanya James, itu adalah setengah perjalanan menuju Hogwarts.

"Kau akan tahu nanti, Sobat. Hanya satu saranku; jangan pernah—jangan lagi sekalipun untuk mengeluarkan airmatamu untuk tikus keparat itu."

"Peter? Kenapa kau begitu marah pada Peter?"

Sirius mendengus keras-keras. Hagrid juga ikut mendengus sebelum dia mengeluarkan sumpah serapah dalam bisikan. James tahu Sirius tidak akan menjawab pertanyaannya, jadi James hanya menghela napas dan memperhatikan Neville dengan sayang.

"Aku akan merawatnya."

"Itu bagus," kata Sirius, nada suaranya sudah berubah ramah. "Harry pasti senang kalau punya teman dirumahnya."

"Well, sebenarnya aku dan Lily berniat menceritakan ini pada kalian jika semua berakhir, maksudku berakhir dengan bahagia. Tapi kurasa aku ingin mengatakannya sekarang."

Sirius menatapnya dengan tanya dikedua matanya. James tersenyum samar, walaupun sorot matanya masih menyimpan kesedihan akan nasib buruk Frank dan Alice.

"Lily sedang hamil anak kedua kami. Baru berusia satu bulan… tapi, ya, dia hamil."

Hagrid mengeluarkan teriakan keras sehingga membangunkan Harry dari tidur singkatnya. Bocah satu tahun itu menatap Hagrid dengan kesal seraya menggembungkan pipinya. Hagrid tertawa-tawa dan mengambil Harry dari pelukan Sirius. Dia melemparkan Harry ke udara dan kemudian ditangkapnya, melemparkannya lagi ke atas, lalu menangkapnya lagi. Harry masih terlihat kesal karena dibangunkan tiba-tiba, tapi dia tertawa karena perlakuan Hagrid.

"Itu keren, Sobat. Kuharap kali ini seorang perempuan," kata Sirius. Dia merangkul James dibahu dan menepuk-nepuknya.

"Lily dan Bathilda memang mengharapkan perempuan, tapi aku sering membayangkan jika nanti ada dua Lily dirumah, dan entah kenapa itu membuatku frustasi," kata James, tapi cengiran diwajahnya bisa memastikan bahwa itu hanyalah candaan. James mencintai Lily, jika satu Lily saja bisa sangat membuatnya bahagia, mungkin dengan dua Lily, James bisa mati karena terlalu bahagia.

Tidak ada satupun dari mereka yang menyadari bahwa Neville telah terbangun dari tidurnya. Dia tidak menangis, dia hanya menatap James yang tersenyum bahagia bersama Sirius.

Tidak berselang lama mereka sudah berada didepan gerbang Hogwarts, ada Profesor Flitwick yang sudah menunggu mereka. Dia membuka gerbang tinggi Hogwarts dan mempersilahkan mereka masuk. Baru beberapa langkah menaiki undakan kastil, terdengar derapan langkah kaki dari dalam dan ada cahaya kecil dari ujung tongkat seseorang.

Severus Snape muncul.

"Tidak bisa menghilangkan kebiasaan, Potter," ujarnya dengan intonasi lambat-lambat. "Selalu saja terlambat dan membuat orang lain kesusahan.'

Baik James dan Sirius menatapnya dengan kebencian luar biasa. Hagrid maju menengahi setelah dilihatnya Sirius sudah bersiap mengeluarkan tongkat dan James yang terlihat ingin memulai konfrotasi.

"Severus baru saja diangkat menjadi pengajar Ramuan ditahun ini, James, Sirius."

Snape mengeluarkan seringainya yang menjengkelkan. Dia menatap Harry yang berada digendongan Hagrid, lalu pada Neville. "Gentleman, silahkan ikuti aku."

"Kami tahu dimana ruangan kepala sekolah, Profesor," sindir Sirius.

"Aku tahu kalian tahu dimana itu," balasnya tanpa menghilangkan seringai diwajahnya, "tapi aku tidak yakin kalian tahu kata kunci yang digunakan Dumbledore."

"Dan kau tahu itu, Rambut Minyak?"

"Tentu saja. Jika kalian berkeras ingin tinggal disini, dan membuat…" dia menatap Harry dengan pandangan benci, "anak-anak ini kedinginan, silahkan saja."

Snape berbalik dengan angkuh, ekor jubah hitamnya melambai seakan-akan mengejek James dan Sirius. Dibelokan koridor, lambaian jubah itu menghilang, meninggalkan James dan Sirius yang diliputi kemarahan luar biasa.

"Ayo," kata Hagrid.

James dan Sirius melangkah ogah-ogahan mengikuti jalan Snape. Mereka kembali bertemu didepan sebuah gargoyle batu yang menjaga pintu masuk ruangan kepala sekolah Hogwarts. Snape berdiri masih dengan senyuman angkuhnya. Dia mengucapkan kata kunci dan membiarkan tangga menjulur keluar dan membentuk jalan.

"Kepala Sekolah memerintahkanku untuk menempatkan dua anak itu di rumah sakit St. Mungo," katanya.

"Kenapa tidak bilang tadi? Kami bisa singgah kesana dulu untuk mengantar Harry dan Neville," kata Sirius.

"Kepala Sekolah memerintahku, Black. Dia menyuruh kalian untuk segera naik dan menyerahkan dua anak itu padaku dan dibawa ke St. Mungo."

"Dua anak itu punya nama, Rambut Minyak."

"Terserah."

Snape mendekati James dengan canggung dan mengambil Neville dari pelukannya. "Hagrid akan membawa anak, oh baiklah," lanjutnya buru-buru ketika melihat ekspresi Sirius, "Potter akan dibawa oleh Hagrid."

"Pastikan kau menjaga tanganmu, Profesor," ancam James. "Jangan berani melukai anakku."

"Aku tidak menghabiskan waktuku untuk hal tidak penting seperti itu, Potter."

Setelah melempar pandangan mencemooh, dia dan Hagrid berbalik menuju arah St. Mungo. Sepeninggal Snape, Sirius mengeluarkan sumpah serapah sehingga membuat gargoyle didepan mereka mendecih sebal.

"Masuk atau tidak?"

Didalam ruangan kepala sekolah, sudah lebih banyak lagi orang yang berkumpul. James mengenali mereka—lagi-lagi, anggota Orde Phoenix. Kepala Sekolah Hogwarts yang lama, kakek buyut Sirius, Phineas Nigellus Black, bahkan sudah menjulurkan kepalanya untuk mendengar pembicaraan.

"They're here, Albus," kata McGonagall.

Ruangan yang tadinya bising seketika hening. Mereka jelas-jelas menatap James dengan pandangan kasihan, walaupun James tidak tahu apa arti pandangan itu. Alih-alih, dia merasa lebih pantas mendapat pandangan menghina, menyalahkan, atau apapun yang bisa menghukumnya karena dia merasa kematian Frank dan Alice adalah kesalahannya.

"Harry dan Neville?" tanya Dumbledore.

"Hagrid sudah membawa mereka ke St. Mungo," jawab James.

Dumbledore mengangguk sebelum kembali duduk di kursinya. Orang-orang disekitarnya ikut terdiam, Mundungus diam-diam mengagumi peralatan perak milik Dumbledore dan walaupun Mad-Eye menjaga ketat disampingnya dia tetap menatap dengan pandangan kagum.

"…"

"Jadi, kita akan diam terus seperti ini sampai Neville dan Harry dewasa?" sindir James.

Lily yang sudah berada disampingnya mencubit lengannya, "Sopanlah, James."

"Kalian masih mengharapkanku untuk sopan?"

"Setidaknya tahan emosimu, young man," kata Mad-Eye. "Jangan biarkan emosimu mengendalikanmu karena kami semua lelah disini, Albus telah—"

Tapi sebelum dia menyadarinya, James telah berteriak.

"JADI KALIAN LELAH, MASALAH BESAR! KALIAN MASIH ADA DISINI, BUKAN? MEREKA MATI! MEREKA MATI DAN MENINGGALKAN NEVILLE YANG BAHKAN BELUM BISA MEMANGGIL IBUNYA! MEREKA MATI TANPA PERLINDUNGAN APAPUN DARI KALIAN!"

Semua yang terjadi beberapa minggu yang lalu berkelebat diingatannya. Setiap pikiran getir dan rasa marah mengalir keluar dari pikirannya, rasa frustasi tercampur aduk dengan rasa bersalah. Lebih dari semua itu, James mendapati dirinya sempat bersyukur bahwa Frank dan Alice-lah yang menjadi korban, bukan dia dan Lily, dan Harry masih bisa menatap ayah dan ibunya, yang tidak seperti Neville. Itu semakin membuatnya frustasi.

"MEREKA SENDIRIAN SAAT MENGHADAPINYA! KALIAN BAHKAN TIDAK MENYADARI BAHWA ITU BISA SAJA NEVILLE!"

Sirius dan yang lainnya sedang berdiri terpaku, beberapa dari mereka dengan mulut terbuka lebar, jelas terpana dan tidak tahu harus berbuat apa, sementara Lily sudah mulai menangis disampingnya.

"Kau berharap Voldemort memilih keluargamu?" tanya Dumbledore dari kursinya, matanya terlihat lelah dan bengkak. "Dibanding keselamatan Lily dan Harry, kau memilih agar Neville masih bisa bersama ayah dan ibunya?"

"AKU TIDAK BERHARAP SEPERTI ITU! AKU AKAN MELINDUNGI MEREKA DENGAN SEMUA YANG AKU PUNYA! TAPI AKU TIDAK INGIN MENGORBANKAN TEMANKU UNTUK KESELAMATANKU SENDIRI!"

"Itulah yang seharusnya dikatakan oleh tikus sialan itu," kata Sirius geram dari sampingnya.

"Tidak, Sirius," kata Dumbledore. "Itulah yang Frank dan Alice lakukan. Mereka telah melakukan hal yang pasti akan dilakukan James dan Lily jika Voldemort memilih Harry."

"Dan sebagai tambahan informasi, James," kata Mad-Eye, "Dumbledore telah mengupayakan perlindungan pada Frank dan Alice, tapi beberapa fakta bahwa Voldemort akan lebih memilih Harry lebih banyak, jadi perlindungan lebih diutamakan pada keluargamu."

James mendengus keras. "Fakta!"

Dumbledore bangkit dari kursinya, dia mendekati James dan Lily dengan langkah pelan-pelan. Tepat dihadapan keduanya, Dumbledore mulai membuka tabir gelap yang selama ini disimpannya rapat-rapat.

"Ada seseorang yang telah meramalkan kejatuhan Voldemort, James," kata Dumbledore. "Seseorang yang bahkan tidak tahu bahwa dia sudah membuat dua keluarga ketakutan akan keselamatan anak mereka. Dia meramalkan akan ada seseorang yang terlahir dari mereka yang selamat tiga kali darinya, akan lahir tepat disaat bulan ketujuh mati. Neville dan Harry, mereka memiliki persamaan ini. Kau, Lily, Frank, dan Alice telah lolos sebanyak tiga kali dari Voldemort. Harry dan Neville terlahir tepat diakhir bulan Juli. Aku sudah memikirkannya. Aku berupaya keras untuk keselamatan Harry dan Neville."

"Tapi kenapa hanya keluargaku yang dipriotaskan? Kenapa tidak mereka?"

"Persoalan sepele, James. Status darah."

Lily berjengit disampingnya dan James sadar bahwa istrinya sudah mengerti kemana arah pembicaraan ini. Tapi James tidak, dia ingin penjelasan yang benar-benar masuk akal, dari kenapa Orde terkesan membiarkan Frank dan Alice sampai dimana Voldemort berada.

"Neville berdarah murni, James," lanjutnya. "Voldemort selalu berpikir bahwa darah murni adalah yang terbaik, yang bisa melakukan apa saja, termasuk menghancurkannya. Dia mungkin berpikir bahwa Harry hanya darah campuran yang terlahir dari seorang Muggle yang mencuri sihir seseorang, dan dia tidak melihat itu sebagai suatu ancaman."

James terlihat bingung dengan penjelasan itu. "Dan kau sudah memikirkan ini? Lalu kenapa Neville—"

"Tidak, James. Tidak." Dumbledore berbalik dan mulai berjalan mondar-mandir dengan gelisah. "Aku tidak memikirkannya, karena kupikir… kupikir Voldemort akan memilih seseorang yang sama dengannya."

"Meaning?" tanya McGonagall.

"Voldemort adalah seorang darah campuran."

Gumaman-gumaman kaget terdengar dari segala penjuru, Sirius bahkan kembali mengeluarkan sumpah serapah dan berkata sesuatu tentang hidung. James terdiam ditempatnya berdiri, membeku dengan mulut sedikit terbuka lebar, dan dia tidak tahu harus berkata apa.

"Voldemort…" kata Sirius. "Dimana dia?"

"Mati! Hahaha…" kata Mundungus, tapi langsung terdiam ketika mendengar sodokan keras dari Mad-Eye.

"Aku mengkhawatirkan suatu saat nanti dia akan kembali," kata Dumbledore.

Hening lagi.

"Peter!" seru Lily. "Bagaimana dengan Peter?"

"Mati," kata Sirius. "Mundungus membunuhnya. Kau pantas mendapatkan Orde of Merlin, Kelas Pertama, Sobat."

Mundungus nyengir. Tapi James terlihat tidak senang. Dia merengut pada Sirius.

"Kau senang sahabatmu mati?"

"Tidak, tentu saja. Tapi kalau dia berani mengkhianatimu, dia memang pantas mendapatkannya."

"Pettigrew telah memberikan kepercayaannya pada orang yang salah, James," kata Dumbledore.

"Kayaknya kau juga deh, Dumbledore," sindir Sirius, ketika Snape muncul dibalik pintu dan masuk dengan dagunya yang terangkat angkuh.

"Longbottom telah kembali tidur, Dumbledore. Dan…" ditatapnya Lily sejenak sebelum kembali pada Dumbledore, "Potter terus mencari ibunya."

"Aku akan menemuinya," kata Lily. Dia mengelus lengan suaminya dengan lembut dan berbalik keluar dari ruangan kepala sekolah. Snape mengangguk singkat pada Dumbledore sebelum mengikuti langkah Lily untuk keluar.

Sirius menatapnya dengan kejam. "Belum menyerah, eh, Rambut Minyak?"

"Aku akan merawat Neville," kata James tiba-tiba. "Aku merasa bersalah atas apa yang terjadi pada Frank dan Alice, dan aku ingin menebusnya dengan merawat Neville. Harry pasti senang kalau dia tahu punya teman dirumah."

Dumbledore tersenyum samar dari balik jenggot tebalnya, kacamata separo bulannya menurun sedikit ketika dia menatap James dengan serius.

"Aku senang kau berpikiran seperti itu, James. Tapi Neville harus tinggal dirumah keluarganya—"

"Dia tidak punya keluarga—"

"—dalam hal ini adalah neneknya. Minerva sudah menghubungi nenek Neville dan mengabarkan tentang kabar ini. Neville akan tinggal bersamanya mulai besok, tapi kalau kau ingin tetap menemui Neville, kurasa Augusta akan mengijinkannya."

"Kenapa Neville tidak bersama James saja?" tanya Sirius. "Kenapa harus neneknya? James pasti akan menyayanginya sama seperti Harry."

'Aku tidak meragukan hal itu, Sirius. Tapi, Neville masih punya keluarga, dia berhak bersama keluarganya."

James mengangguk setuju. "Well, kalau memang harus begitu. Aku mau menyusul Lily."

'Yeah, Sobat," kata Sirius, "sebelum si keparat rambut minyak itu berbuat macam-macam. Dia ngapain sih jadi profesor disini, eh Dumbledore?"

To Be Continued

esjerukdingin's zone:

Haloooo thereee '-')/

Akhirnya bisa nulis ide ini juga. Udah lama nyangkut di otak ide ini, sejak baca Harry Potter and Orde of Phoenix dijaman es dulu, sejak tahu kalau ternyata Lord Voldemort itu punya dua pilihan; Harry atau Neville. Terus ada temen nanya juga, kalau misal LV milih Neville gimana ya? Apa Trio Gryffindor Potter-Granger-Weasley bakal tetep eksis? Apa Lily dan James masih tetep hidup? Apa Neville sanggup bunuh LV? Dan setelah perenungan bertahun-tahun, didapatilah dua jawaban ekslusif!

Jalan ceritanya pasti akan berbeda, mungkin plot yang gue pikirin ini bisa mewakili. Makanya, langgangan yaa XD

Gak bakal ada novel Harry Potter, yang ada Neville Longbottom :P

Buat yang nanya-nanya, ini nanti pairingnya apa? Dramione? Hubungannya sama Neville si The Chosen One apa? Terus nanti Harry perannya gede atau biasa aja? Itu jawabannya ada di chapter-chapter mendatang. Gak bisa dijelasin disini karena bisa-bisa spoiler, terus nanti gak seru lagi dong *emang udah gak seru kali ya* #krik But, yes, it is Dramione. Buat yang mau romance picisan, gue gak bisa janjiin. Karena buat gue fanfic friendship/hurt/comfort itu lebih keren. Ya pada dasarnya gue juga gak terlalu bisa buat yang romantis sih. Heee.

Sekarang kita bahas ceritanya #lagaknyaa

Openingnya ya begini. Ngebosenin ya? Maaf deeh. Tujuan pengenalan situasi awal supaya readers bisa bayangin plot cerita kedepan nantinya akan berkembang seperti apa. Yap, Neville pasti bakal temenan sama Harry. Yap, Harry gak kehilangan Lily. Yap, Sirius gak di Azkaban. Dan the Weasleys, um, mungkin iya akan temenan sama Harry, tapi tentu, sikonnya kan udah beda. Hermione belum muncul di chapter ini, alasannya; pertama, gue mau satu chapter penuh yang ngejelasin sikon Hermione, supaya nanti readers bisa ngira-ngira hubungan nanti dia sama Neville dan our only Prince Slytherin itu kayak gimana, gue mau benar-benar full satu chapter supaya dia bisa ke-eskplor dengan jelas. Alasan yang kedua, karena chapter ini sendiri sudah kepanjangan dan gue gak pengen readers jadi bosan bacanya (apalagi baca author's note ini - -")

Itu Emmeline yang ngerangkul Lily adalah Emmeline Vance, anggota awal Orde Phoenix (sumber: google dan wiki). Selanjutnya akan muncul beberapa nama lama, tapi gak terlalu sering karena timeline 1981 juga gak akan lama, kita akan langsung loncat ke tahun dimana Harry dkk masuk Hogwarts #spoilerTOaO. Severus udah jadi profesor Ramuan dan kepala asrama Slytherin di tahun 1981, dia agen ganda untuk Dumbledore, remember? Karena Lily selamat, yeah, she is save, and Severus just like 'Gosh, make 'em saves. Oh, not 'em, just Lily. Just Lily.' LOL. Ada yang berharap kisah cinta mereka 'dilanjutkan' di fanfict ini? Tell me ;;)

Nah ya, segitu dulu #apaan. Kalau punya kritik, advice yang membangun, (atau pujian juga boleeeh) silahkan di kotak review atau PM yaa.

[Words count: 3959 (with Author's note)]