Secret

-Pairing-

TaeGi / VGa

-Cast-

Kim Taehyung ( V )

Min Yoongi ( Suga )

-Rated-

T (PG-15)

-Genre-

Romance ; Hurt/Comfort

-Length-

One Shot

-Disclaimer-

Cerita fiksi ini adalah murni hasil pemikiran saya sendiri. Saya hanya meminjam nama tokoh para idola diatas. Kesamaan jalan cerita, nama original karakter, tempat dan waktu yang digunakan adalah murni ketidaksengajaan.

-Summary-

Ketika kau hanya mampu mencintai seseorang dalam rahasia, ketika kau hanya mampu bersama mereka tanpa dunia tahu, ketika perasaan itu semakin tumbuh di waktu dan tempat yang salah, pada akhirnya kau harus memilih. Ketika pilihan itu datang, apa yang akan kau pilih?

Happy reading!

Author POV

Di tengah sibuknya berbagai staff yang tengah mempersiapkan keperluan kostum dan peralatan sang artist, tampak seorang pria tengah terduduk santai sembari tersenyum kecil pada ponselnya.

Pria itu tersenyum lembut menatap ponselnya, sesekali ia tertawa pelan. Hal ini membuat banyak staff lain hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah sang artist. Mereka sudah terbiasa dengan senyum dan tawa yang tanpa sebab dari pemiliknya.

"Kim Taehyung-ssi!" sebuah suara teriakan terdengar dari luar pintu.

Namun, tampaknya pria yang dipanggil tak menyadari panggilan untuknya, dia tetap asik berkutat dengan ponselnya.

"Yah! Taehyung-ah!" akhirnya sang manager pun turun tangan dalam memangil sang artist yang masih asik dengan ponselnya.

"Y-ya?" sahut pria itu, akhirnya tersadar dari keasikkannya. "Ya?"

Para staff dan manajer lagi-lagi hanya bisa menggeleng pelan. Memang sudah biasa melihat sih artist atau Taehyung itu tidak akan memperhatikan sekitar, apalagi kalau sudah ditemani dengan ponselnya. Sedangkan Taehyung sendiri hanya bisa mengeluarkan cengiran khasnya begitu menyadari tatapan kesal para staff dan manajer.

"Maaf, manager hyung. Aku janji tidak akan terlalu terpaku pada ponselku lagi. Sungguh!"

"Kau sudah bilang seperti itu sejak dulu, Taehyung-ah. Dan, kau selalu mengulanginya lagi." jawab manager sambil menghela nafas pelan. Biarpun dia sudah bekerja lama dengan Taehyung, tetap saja ia masih tidak menyangka sih artist ini bisa begitu berbeda di depan dan belakang kamera.

Taehyung hanya bisa terus mengeluarkan cengiran khasnya sambil meminta maaf. "Sudah, hentikan. Kami semua sudah terbiasa. Lagipula, siapa yang kau hubungi sampai kau terlihat sebahagia itu dengan ponselmu?"

Taehyung langsung terdiam seketika. Ia tidak tahu bagaimana ia harus menjawab manajernya, pertanyaan ini terlalu tiba-tiba. Tapi, ia juga sudah menduga pertanyaan ini pasti akan terungkit cepat atau lambat, bagaimanapun juga ia sudah menyembunyikan ini sejak beberapa bulan yang lalu.

"Taehyung-ah?"

"Y-ya?" jawab Taehyung kaget.

Manager menatapnya bingung. Dia tidak menyangka pertanyaan biasa itu bisa membuat Taehyung terlihat begitu panik. Jujur dia hanya ingin menguji Taehyung saja. Bagaimanapun usaha Taehyung menyembunyikan sesuatu darinya, Taehyung bukanlah orang yang handal menyembunyikan rahasia.

Manager terkekeh pelan. "Sudahlah, Taehyung-ah. Aku tidak akan ikut campur urusan pribadimu asal kau berjanji ini atau apapun itu yang kau sembunyikan tidak akan mempengaruhi profesimu. Lagipula kau dan Yoongi itu terlalu obvious, kau tahu."

Taehyung menghela nafas lega. Dia beruntung memiliki seorang manajer yang begitu pengertian. "Ya, hyung. Kau tidak perlu khawatir. Kau sendiri 'kan tahu bagaimana pentingnya karier ini bagiku."

Manager mengangguk pelan. "Baiklah, aku rasa kau sudah dipanggil sejak tadi. Kurasa ini sudah giliranmu untuk rehearsal." jelasnya pelan sambil kembali sibuk dengan urusan jadwal Taehyung.

"Baik." Setelahnya ia langsung menyimpan ponselnya di tasnya dan beranjak mengikuti staff untuk rehearsal-nya.

Taehyung 's apartment

"Istirahatlah. Besok jadwalmu cukup padat. Selain itu kau juga akan melakukan rekaman untuk comeback-mu bulan mendatang. Jangan terlalu fokus pada ponselmu dan istirahatlah." Nasihat manajer begitu ia menurunkan Taehyung di depan apartemennya.

Taehyung mengangguk singkat. "Aku mengerti. Terima kasih." Ia membungkuk pelan lalu bergegas masuk kedalam apartemennya. Dia sangat lelah, ia rasa ia bisa tertidur sambil berdiri.

Taehyung menghela nafas lelah begitu ia sudah masuk ke kamarnya. Jadwalnya yang padat hari ini cukup membuatnya kewalahan. Dia sangat menyukai profesinya sebagai penyanyi, tentu saja. Tapi itu bukan berarti kadang ia tidak merasa lelah dan ingin berhenti. Terkadang, fans kerap kali lupa kalau Taehyung jugalah seorang manusia.

Taehyung POV

Sebelum aku semakin lelah, aku memutuskan untuk mandi terlebih dahulu. Aku mengecek ponselku sejenak.

"Apa dia sedang sibuk?" gumamku.

Mengembalikan ponselku kembali keatas meja, aku pun langsung mengambil handuk serta pakaian tidur dan menuju kamar mandi.

30 minutes later

Merasa sedikit lebih baik, aku kembali mengecek ponselku. Aku menghela nafas pelan begitu melihat belum ada balasan pesan darinya. Apa dia begitu sibuk? Tapi, biasanya dia akan memberitahuku jika dia akan sibuk seharian?

Aku mendudukkan diriku di tempat tidur dengan ponsel yang masih di tanganku. Aku kembali mengecek jam pada ponselku.

10:00 p.m

Kurasa masih wajar jika aku menghubunginya. Aku pun mencari kontak namanya. Ah, ini dia.

Aku menunggu beberapa saat sebelum terdengar bisik-bisik dari seberang telepon. Apa dia baik-baik saja?

"Yoongi? Kau baik-baik saja? Hey?"

Aku menatap ponselku bingung. Apa dia baik-baik saja?

"Hei juga, Taehyung-ah."

Aku tersenyum lembut mendengar suara khasnya. Aku merindukannya.

"Kau baik-baik saja, 'kan? Kenapa begitu ribut disana?"

"Tentu, aku baik-baik saja. Ada J-hope dan Namjoon disini. Ada single baru yang harus kami kerjakan. Maaf aku lupa waktu sampai tidak mengabarimu."

Aku tertawa pelan mendengar nada sesal dari Yoongi. Kenapa ia berlebihan begitu? Ia bukan satu-satunya yang lupa waktu dan lupa mengabari.

"Aish, jangan berlebihan. Aku mengerti, sungguh. Lagipula, aku juga biasanya tidak mengabarimu, 'kan? Anggap saja kita impas. Okay?"

Aku bisa mendengar tawa khas darinya. Mendengarnya membuatku ingin melihat Gummy smile khasnya. Aku ingin menemuinya.

"Kau di studio biasa, 'kan Yoongi?" jika dia disana, mungkin aku bisa menyusulnya 'kan?

"Iya, aku hanya punya satu studio Taehyung. Ada apa?"

"Bisakah aku kesana? Aku janji tidak akan menganggumu ataupun J-hope dan Namjoon. Aku hanya ingin melihatmu. Aku merindukanmu." ujarku lembut.

"A-apa?"

Aku tertawa keras membayangkan bagaimana wajah Yoongi yang pasti tengah memerah saat ini. Bagaimanapun juga selama hubungan kami 3 tahun belakangan ini, aku dan dia bukanlah tipe yang suka bermanja-manjaan seperti ini.

Tapi, sekali-kali tak apa 'kan?

"Aish, berhentilah mengatakan hal memalukan seperti itu. Kita terhubung lewat speaker tadi, kau benar-benar membuatku malu!"

Aku tertawa saat mendengar ejekan dan godaan Namjoon serta J-hope. Yoongi pasti tengah memarahi mereka berdua sekarang. Sungguh, aku tidak bermaksud demikian!

"Maaf, Yoongi-ah. Aku tidak tahu! Tapi, biarlah toh aku memang merindukanmu. Kapan terakhir kali kita bertemu, ha? Sudah terlalu lama."

"Kau benar. Sekitar 1 minggu yang lalu." setujunya.

"Jadi, bisakah aku kesana?" rengekku lagi.

Yah, walaupun aku akan tetap kesana apapun jawaban Yoongi. Tidak ada salahnya bertanya 'kan?

"Baiklah, kemarilah. Kami juga sudah selesai dan tengah bersantai sekarang."

Aku mengangguk semangat! "Tunggulah, aku akan tiba disana dalam setengah jam, 'kay?"

"Berhati-hatilah."

Author POV

Yoongi menghela nafas pelan sebelum menatap ponselnya sembari tersenyum pelan.

"Lihatlah dirimu. Senyum-senyum sendiri seperti itu sehabis mendapat telepon dari Taehyung. Kau benar-benar telah jatuh dalam pesonanya, hyung."

Yoongi menatap Namjoon kesal. "Yah! Jangan ganggu aku, urus urusanmu sendiri, kay? Taehyung akan kesini sebentar lagi. Apa kita punya camilan atau sesuatu?" tanyanya pada J-hope.

J-hope menggeleng pelan. "Kurasa terakhir kali camilan yang kulihat adalah yang ada ditanganku ini, hyung." jawabnya sambil menyodorkan sekantong kosong sampah bekas snack kearah Yoongi.

"Haha." tawa Yoongi datar. "Kalau begitu lebih baik aku beli saja dulu camilan. Kalian tunggulah disini."

Sebelum Yoongi sempat bangun dari kursinya, Namjoon sudah menahan tangannya pelan. "Apa yang kau lakukan, hyung? Kau dan Taehyung jarang menghabiskan waktu bersama, 'kan? Biar aku dan J-hope yang membelinya, kau tunggulah disini."

Setelahnya ia langsung menarik J-hope untuk ikut bersamanya. "Yah, tunggu—" protes J-hope.

"Kami segera kembali, hyung!" teriak Namjoon pelan seraya melambai dan tersenyum lembut kearah Yoongi.

Yoongi menatap Namjoon dan J-hope sebelum tertawa pelan. "Dasar bocah."

Meanwhile

"Aish, apa-apaan kau Namjoon? Aku 'kan ingin bersantai saja di studio, kenapa malah mengajakku kesini!" protes J-hope.

"Jangan berlebihan, J-hope. Ini 'kan hanya ke supermarket saja. Setelahnya kau bahkan bisa tidur sana di studio, tidak perlu kembali ke apartemen."

"Yah, beraninya kau mengusirku!"

Namjoon tertawa lebar mendengar ocehan J-hope. Menjadi teman satu apartemen J-hope selama bertahun-tahun membuatnya sudah hafal betul akan sikap kekanak-kanakkan milik J-hope. Dia sudah tidak kaget lagi.

Namjoon dan J-hope pun berjalan pelan menuju supermarket sambil bersenda gurau.

"Namjoon-hyung! J-hope hyung!"

Namjoon dan J-hope menoleh kaget mendapati Taehyung di belakang mereka.

"Apa yang kau lakukan disini?" kaget Namjoon.

Taehyung tertawa lebar melihat reaksi Namjoon dan J-hope. "Ingin membelikan makan malam untuk Yoongi. Aku yakin dia pasti belum makan. Camilan tidak dihitung."

J-hope menatap Taehyung kagum.

"Wah, kau benar-benar romantis sekali ya, Taehyung. Baiklah, bergabunglah bersama kami."

Namjoon menggelengkan kepala tidak setuju. "Ada baiknya kau langsung ke studio saja, Taehyung-ah. Biar aku dan J-hope saja yang membelikan kalian makan, kau bisa titip pada kami."

J-hope terdiam. "Eh? Tapi, 'kan Taehyung pasti lebih tahu soal makanan Yoongi-hyung?"

Namjoon menatap J-hope tajam. "Apaan-apaan kau, aku juga tahu soal makanan Yoongi-hyung!" protesnya.

J-hope dan Taehyung tertawa menatap wajah Namjoon. "Jangan berlebihan begitu, Namjoon. Aku 'kan hanya mengusulkan saja. Taehyung-ah, tak apa kau bisa menemani Yoongi-hyung saja. 'kay?"

Taehyung mengangguk. "Baiklah, baiklah. Aku yakin Namjoon tahu apa yang disukai Yoongi. Sampai bertemu di studio."

Setelah melambai pelan, Taehyung berjalan pelan menuju kearah studio sambil mengetikkan sesuatu di ponselnya.

Namjoon masih menatap punggung Taehyung yang telah menjauh.

"Yah! Namjoon-ah, apa yang kau lakukan masih disana? Ayo!" seru J-hope.

Namjoon berlari pelan kearah J-hope sambil menggaruk kepalanya pelan. "Maaf. Hehe."

Studio

"Yoongi!" sapa Taehyung tanpa mengetuk pintu studio dan langsung masuk begitu saja.

"Ah, Taehyung! Kau sudah sampai? Cepat juga." sambut Yoongi sambil tersenyum pelan.

"Tentu, aku 'kan mengebut kesini." ceplos Taehyung.

"Mwo!? Yah! Kim Taehyung! Aku 'kan sudah bilang keselamatanmu lebih penting. Kenapa kau selalu mengebut seperti ini? Keterlaluan!" gerutu Yoongi kesal.

Taehyung tertawa pelan sambil mengacak rambut Yoongi. "Kau menggemaskan kalau sedang marah-marah seperti ini, Yoongi." gumam Taehyung pelan.

Yoongi menatap Taehyung jengkel dengan pipi yang memerah. "Hentikan! Aku ini sedang serius, Taehyung. Apanya yang menggemaskan!" protesnya masih dengan pipi yang memerah.

Taehyung tertawa semakin lebar begitu melihat wajah Yoongi yang memerah.

"Bagaimana aku bisa menanggapimu dengan serius kalau kau marah-marah dengan pipi yang mengembung seperti itu? Lihat! Kau malah jadi terlihat seperti anak anjing yang tengah merajuk!"

Yoongi semakin memerah mendengar godaan Taehyung.

"Jangan sembarangan bicara, bocah! Pipiku memang sudah seperti ini sejak awal. Jangan mulai ya Kim Taehyung. Oh ya, kau kenapa malah kesini? Lebih baik kau istirahat." khawatir Yoongi.

Taehyung menatap Yoongi bingung. "Bukankah tadi kau sudah setuju kalau aku kesini?"

"Memang. Tapi, setelah dipikir-pikir bukankah lebih baik kalau kau istirahat saja? Aku sering melihatmu di televisi, jadwalmu semakin padat. Kau harusnya menjaga kesehatanmu." nasihat Yoongi.

"Ah, kau mengikutiku di televisi?" goda Taehyung lagi.

Yoongi menatap Taehyung jengkel. "Jangan berlebihan, aku ini 'kan produser tentu saja aku tetap harus mengikuti perkembangan musik-musik sekarang."

"Iya-iya, aku tahu. Tenanglah, Yoongi. Aku sehat-sehat saja kok. Lagipula sudah lama 'kan kita tidak bertemu. Aku merindukanmu."

Taehyung menatap Yoongi dalam sebelum mendekatkan wajahnya pada namja dihadapannya yang langsung menutup matanya rapat dengan pipi yang memanas.

..

.

Yoongi membuka sebelah matanya ketika ia tidak merasakan apa-apa.

"Kenapa kau menutup matamu seperti itu, ha? Memang apa yang akan kita lakukan?"

Plak!

"Aw!"

"Rasakan! Berhentilah menggodaku!" jengkel Yoongi.

"Ah~ Lihatlah pasangan berbahagia disini. Apa kita seharusnya lebih lama di supermarket?"

J-hope tertawa keras melihat wajah Taehyung dan Yoongi yang langsung memerah mendengar godaan J-hope.

"Apa-apaan kau, J-hope? Mana makanannya? Aku lapar." ujar Yoongi tengah mengalihkan pembicaraan.

Sedangkan Taehyung kembali mengacak rambut Yoongi gemas, yang disambut oleh tawa dari Namjoon dan J-hope.

"Sudah, sudah. Berhenti melakukan itu di depan kami. Menjijikan." protes Namjoon.

Namjoon dan J-hope pun meletakkan belanjaan makanan mereka sambil mengeluarkan semangkuk kecil ramen ke hadapan Yoongi dan Taehyung.

"Jika sudah malam, Yoongi-hyung biasanya suka makan ramen disini. Aku tidak salah 'kan hyung?" tanya Namjoon meyakinkan.

Yoongi tersenyum pelan. "Iya, terima kasih Namjoon-ah."

J-hope tersenyum lebar. "Baguslah kalau begitu! Ayo, kita makan sekarang!"

30 minutes later..

"Kami pulang dulu ya, hyung. Ini sudah tengah malam, ada baiknya kalian tidak berlama-lama disini. Juga jangan melakukan hal yang aneh-aneh!" cegah sekaligus goda J-hope.

Taehyung hanya tertawa lebar menanggapi J-hope, berbanding terbalik dengan Yoongi yang memerah di tempatnya.

"Berhentilah menggoda mereka, J-hope. Tidak kau lihat Yoongi-hyung sudah seperti udang rebus sekarang. Kasihan." goda Namjoon.

"Yah! Kau sama saja." rajuk Yoongi sambil memanyunkan bibirnya kesal.

"Yah, jangan lakukan itu!" cegah Taehyung.

"Mwo? Kenapa?" bingung Yoongi.

"Kau hanya boleh melakukan itu kepadaku! Hanya padaku!" jawab Taehyung sambil merangkul Yoongi posesif.

Sedangkan yang lain hanya bisa memutar bola mata mereka mendengar gombalan Taehyung.

"Baiklah. Kami pulang dulu hyung! Sampai nanti!"

"Dah~" jawab Taehyung dan Yoongi bersamaan.

Begitu Namjoon dan J-hope keluar dari studio, Taehyung langsung memeluk Yoongi erat.

"Aku merindukanmu, hyung." gumam Taehyung sambil mencium pucuk kepala Yoongi pelan.

Yoongi tersenyum pelan dalam pelukan Taehyung.

"Aku juga." jawabnya pelan.

Baru saja Taehyung hendak menurunkan ciumannya ke bibir mungil Yoongi begitu suara ponsel menggema di studio Yoongi.

"Arrgh!" geram Taehyung.

Yoongi hanya tertawa pelan melihat wajah kesal Taehyung.

"Angkatlah, Taehyung. Kutebak pasti manager-mu lagi."

Ini bukan kali pertama manager Taehyung mengganggu kebersamaan mereka berdua. Tapi, itu wajar saja karena Taehyung selalu pergi tanpa mengabari manager-nya.

"Halo, hyung."

"Yah! Kim Taehyung. Dimana kau? Bisa-bisanya kau menemui Min Yoongi. Kau itu punya jadwal padat besok!"

"Hyung, tahu dari mana aku bersama Yoongi?"

"Jangan sok polos, Taehyung-ah. Kau itu selalu disana. Selalu. Bisa kau pulang ke apartemenmu sekarang? Kau harus istirahat. Pikirkan kesehatanmu."

"Baiklah baiklah. Aku akan mengantar Yoongi pulang lalu segera kembali ke apartemenku, hyung."

"Bagus. Hati-hati, sampaikan juga salamku pada Yoongi."

"Ne."

Taehyung menatap ponselnya sejenak sebelum menyimpannya kembali ke saku celananya.

Yoongi menatapnya khawatir. "Manager tidak memarahimu 'kan?"

Taehyung menatap Yoongi lembut. Dasar, bisa-bisanya dia merasa bersalah hanya karena hal simple sepert ini,

"Yah, jangan memasang wajah seperti itu. Kau terlihat menggemaskan! Dia tidak marah kok, dia malah menitipkan salam padamu."

"Beraninya kau!"

Taehyung hanya tertawa semakin lebar melihat reaksi Yoongi.

"Ah, manager memintaku untuk pulang sekarang. Jadwalku padat besok. Tak apa 'kan? Aku akan mengantarmu pulang terlebih dahulu.

"Tentu saja. Aku bisa pulang sendiri—"

"Aku tahu. Tapi, aku akan merasa lebih tenang kalau aku mengantarmu."

Yoongi menghela nafas pasrah. "Baiklah, terserah kau saja."

Yoongi 's House.

"Terima kasih sudah mengantarku."

Yoongi tersenyum lembut sebelum ia menjinjitkan tubuhnya dan mengecup bibir namja dihadapannya lembut.

Sebelum Taehyung sempat bereaksi, Yoongi sudah masuk ke rumahnya sambil tertawa pelan.

"Menyebalkan, Kim Yoongi!" goda Taehyung.

"Pulanglah, sudah larut. Sampai nanti." balas Yoongi dari balik pintu.

"Ne, saranghae."

Tomorrow, Taehyung's Apartment.

"Kim Taehyung. Buka pintunya! Kim Taehyung!"

Taehyung menggeliat malas di kasurnya.

"Apa-apaan manager? Ini baru jam 8 pagi." erang Taehyung yang masih terdiam di kasurnya.

"Kim Taehyung!"

"Ya!" sahut Taehyung kesal. Ia pun memaksa tubuhnya untuk bergerak dan membukakan pintu untuk manager-nya.

Taehyung membukakan pintu dengan wajah yang berantakan. "Ada apa, hyung?"

"Biarkan aku masuk. Ada masalah yang harus kita urus." jawab manager-nya dengan wajah serius.

Melihat wajah serius dari manager-nya membuat Taehyung sadar dari kantuknya. Dengan terburu-buru ia membukakan pintu apartemennya dan membiarkan hyung-nya masuk dengan map di tangannya.

"Duduklah, Taehyung."

"Hyung, ada apa sebenarnya? Kenapa kau terlihat serius seperti itu?"

Taehyung memiliki hubungan yang baik dengan manager-nya, ia sudah seperti kakak laki-lakinya sendiri. Ia tidak biasa melihat hyung-nya ini berwajah panik seperti ini.

"Kau lihat ini. Apa maksudnya? Bagaimana bisa kau membiarkan ini terjadi? Aku 'kan sudah memintamu untuk berhati-hati, Taehyung-ah. Sekarang, semua media sudah menghubungi meminta penjelasan darimu."

Taehyung menatap foto di tangannya terkejut.

"B-bagaimana bisa?" gumamnya pelan.

Di tangannya terdapat fotonya dan Yoongi semalam. Mungkin publik memang sudah tahu mengenai pertemanan Yoongi dan Taehyung. Mereka sudah sering tertangkap kamera ketika jalan bersama. Dan public hanya mengira jika mereka adalah teman. Teman dekat.

Tapi, foto di tangannya ini tak akan bisa dikatakan hanya teman. Ini foto mereka semalam.

Foto ketika Yoongi berjinjit untuk mencium bibirnya. Ritual yang biasa mereka lakukan di dalam apartemen Yoongi.

"Jangan tanyakan padaku bagaimana ini bisa terjadi. Bukankah aku sudah memintamu untuk berhati-hati?"

Taehyung menatap manager-nya dengan tatapan menyesal.

"A-aku benar-benar minta maaf, hyung. Biasanya kami tidak melakukannya di depan pintu apartemen Yoongi seperti kemarin. Tapi, kemarin aku terburu-buru sehingga kami lupa bagaimana fans ku bisa saja ada disana hyung."

Manager-nya terdiam dan menghela nafas dalam.

"Aku tahu, aku tidak menyalahkanmu. Bagaimanapun juga aku tahu ini bukan keinginanmu. Kau bahkan sudah menyembunyikan hubungan kalian selama 3 tahun. Aku yakin ini pasti di luar kendalimu."

Taehyung mengangguk.

"Jadi, bagaimana?"

Sebelum Taehyung sempat menjawab, ponselnya berbunyi.

"Yoongi." gumam Taehyung pelan.

"Angkatlah. Aku yakin media juga mencoba untuk menghubunginya. Tenangkan dia."

Taehyung mengangguk. Ia berjalan menjauh dengan ponselnya.

"Hey, babe."

"Yah! Apa yang terjadi, aku terbangun pagi ini dengan begitu banyak telepon dari berbagai media soal foto kita yang tersebar. Apa maksudnya Taehyung?" tanya Yoongi panik.

Taehyung menghela nafas mencoba menenangkan diri.

"Tenanglah, Yoongi. Tenangkan dirimu."

Yoongi menarik nafas dalam mencoba menenangkan diri.

"Baiklah, apa kau di apartemenmu sekarang? Bisakah aku kesana? Aku tidak ingin membahas hal ini lewat panggilan telepon seperti ini."

Taehyung menatap manager mereka. Tanpa perlu diberitahu, manager-nya sudah mengangguk pelan.

"Datanglah, kami akan membahasnya setelah kau tiba disini."

"Ok. Taehyung?"

"Ye?"

"Saranghae."

Taehyung tersenyum lembut. "Nado saranghae."

Taehyung memutuskan panggilannya pelan.

"Tenanglah, Taehyung. Kau bisa bersiap dulu. Biar aku yang menunggu Yoongi disini."

Taehyung tersenyum lega. "Maaf merepotkanmu, hyung."

Manager-nya hanya mengangguk pelan.

20 minutes later

"Taehyung!"

Yoongi langsung berlari pelan dan memeluk Taehyung yang baru saja keluar dari kamar mandi.

"Kau baik-baik saja?" gumam Yoongi sambil memeluk Taehyung erat.

Taehyung tersenyum lembut. Ia membenamkan kepalanya, menghirup aroma Yoongi yang bisa selalu menenangkan dirinya.

"Tidak perlu khawatir. Aku yang seharusnya bertanya padamu. Apa kau baik-baik saja?" tanya Taehyung sambil mensejajarkan dirinya dengan Yoongi.

Yoongi tersenyum lembut. "Aku tak apa, Taehyung. Bisa kau jelaskan padaku? Ada apa sebenarnya?"

Taehyung terdiam.

"Kalian duduklah. Biar aku bantu menjelaskan kepada Yoongi." tegur manager sembari memanggil Taehyung dan Yoongi untuk duduk di ruang tengah bersamanya.

Setelah mendudukkan diri mereka di depan manager, Taehyung mengambil ponsel Yoongi dan mematikannya.

"Kau tidak perlu meladeni semua media itu. Biar aku saja." jelas Taehyung ketika Yoongi menatapnya bingung.

Yoongi pun mengangguk mengerti.

"Sekarang, kau dengarkan aku Yoongi. Apa kemarin kau dan Taehyung, sempat—kau tahu melakukan kegiatan yang terlalu intimate di depan apartemen mu?" tanya manager Taehyung.

Yoongi menatap manager kaget dengan wajah yang mulai memerah.

"I-itu.. Ah! Ya begitulah." gumam Yoongi.

Taehyung tersenyum lembut seraya menggenggam tangan Yoongi pelan.

"Lihatlah. Ini. Foto-foto ini disebarkan oleh seorang anonymous kepada para media. Dari sisi manapun, bisa dilihat kalau ini adalah Taehyung dan kau. Aku tidak pernah melarang kalian untuk bertemu atau menghabiskan waktu bersama ketika kalian sedang lenggang, tetapi bukankah aku juga sudah sering mengingatkan kalian untuk berhati-hati?"

Taehyung dan Yoongi menunduk menyesal. Mereka tahu hal ini bukan salah siapa-siapa kecuali diri mereka sendiri.

"Ini semua salahku, manager. Maafkan aku."

"Ini juga salahku manager, aku mohon jangan salahkan Taehyung. Akulah yang memulainya. Seperti yang ada di foto, jangan salahkan dia." mohon Yoongi.

Manager menghela nafas pelan. "Aku tidak menyalahkan kalian. Kalian adalah public figure. Sudah biasa jika semua kegiatan kalian diikuti para fans. Kalian bukan satu-satunya yang terkena scandal semacam ini. Aku hanya bingung bagaimana kita menanggapi ini. Bukti foto ini terlalu kentara dirimu dan Yoongi. Tidak akan mungkin kita mengelak."

Taehyung mengangguk mengerti.

"Bisakah kita adakan press conference? Aku rasa scandal ini bisa menjadi hal yang tepat untukku come out."

Yoongi menatap Taehyung kaget. "Come out!? Apa-apaan kau!? Kau itu seorang public figure, Taehyung. Karirmu bisa hancur!"

Taehyung menatap Yoongi dalam. "Aku sudah menjadi public figure selama 5 tahun, Yoongi. Sudah bersembunyi dalam kebohongan selama 3 tahun, menyembunyikan orang yang kucintai selama 3 tahun, membohongi para fans-ku selama 3 tahun, tertekan selama 3 tahun. Aku rasa aku perlu memberi tubuhku waktu. A-aku.. Lelah."

Yoongi menatap Taehyung sedih. Ia terdiam.

"Aku tidak akan melakukannya kalau kau belum siap ku selama 3 tahun, tertekan selama 3 tahun. Aku rasa aku perlu memberi tubuhku waktu. A-aku.. Lelah."

Yoongi menatap Taehyung sedih. Ia terdiam.

"Aku tidak akan melakukannya kalau kau belum siap Yoongi. Maaf aku tidak memikirkanmu." Taehyung tersenyum pahit.

Yoongi menggelengkan kepalanya.

"Bukan begitu maksudku! A-aku hanya tidak pernah mengira kalau kau pada akhirnya akan—kau tahu come out. Aku—aku pikir hanya aku yang menginginkannya."

Taehyung tertawa lembut seraya menggenggam tangan Yoongi semakin erat.

"Tidak, Yoongi. Aku selalu ingin membanggakan pria di hadapanku ini sebagai seseorang yang paling kucintai di dunia ini."

Ia mendekatkan wajahnya ke hadapan wajah Yoongi. Ia menyandarkan dahinya pada dahi Yoongi seraya rersenyum lembut. Ia menatap Yoongi lembut.

Yoongi memejamkan matanya menikmati kehangatan yang disalurkan Taehyung.

"Terima kasih, Taehyung-ah." gumam Yoongi.

Manager hanya bisa menatap mereka dalam diam sebelum ia turut tersenyum lembut.

"Aku akan menghubungi para media untuk mengumumkan press conference ini, pukul 3 sore ini?"

Taehyung dan Yoongi mengangguk setuju. "Kami akan bersiap."

Manager pun mengangguk setuju sebelum ia sibuk dengan ponselnya dan mulai bersiap untuk kembali ke agency.

Press Conference, Seoul, 3 P.M

Yoongi mengusap pundak Taehyung berusaha untuk menenangkan pria di hadapannya kini.

"Tenanglah. Apapun yang akan terjadi, aku yakin fans-mu yang setia akan terus mendukungmu apapun yang terjadi. Jangan lupakan juga manager dan para staff yang lain. Mereka juga akan tetap mendukungmu, apapun yang terjadi."

Yoongi menarik tangan Taehyung pelan. "Dan—ada aku 'kan? Aku ada disini juga. Aku akan selalu mendukungmu. Apapun yang terjadi."

Taehyung tersenyum lebar mendengar Yoongi. Ia menundukkan kepalanya dan mengecup pucuk kepala Yoongi pelan.

"Terima kasih, up pucuk kepala Yoongi pelan.

"Terima kasih, Yoongi. Saranghae."

"Nado."

"Taehyung, kau sudah siap?" manager memanggil Taehyung pelan.

Taehyung tersenyum sambil mengangguk. "Ya."

Ia mengambil nafas panjang sebelum melepasnya perlahan, ia berbalik menatap Yoongi lembut. Ia menarik tangan Yoongi pelan.

"Bisakah kau berdiri di samping panggung ini? A-aku ingin bisa melihatmu." pinta Taehyung ragu.

Yoongi tersenyum meyakinkan Taehyung. "Tentu saja."

Setelah yakin Yoongi berada pada jangkauan matanya, ia berjalan keatas panggung dan mempersiapkan dirinya menghadap berbagai media di hadapannya.

"Selamat sore. Kita sekarang berada disini dengan Kim Taehyung. Aktor berusia 21 tahun yang akan memberikan keterangan atas scandal mengenai fotonya yang kini bertebaran di internet. Foto ini memperlihatkan Kim Taehyung dan Min Yoongi, seorang produser ternama yang tengah berciuman di depan apartemen Min Yoongi pada pukul 11 malam kemarin. Kepada para media, kami persilahkan untuk memberikan pertanyaannya."

Taehyung menelan ludahnya kasar menatap para media yang tampak langsung semangat mulai mengeluarkan catatan kecil mereka.

Ia berbalik menatap Yoongi.

Yoongi tersenyum menyemangati Taehyung.

Melihat senyum Yoongi, Taehyun tersenyum tenang. Yang terpenting saat ini adalah Yoongi. Ia sudah tidak perduli dengan yang lain kecuali Yoongi.

"Kim Taehyung-ssi. Apakah anda mengkonfirmasi bahwa foto disini memang benar adanya foto anda dan Min Yoongi-ssi? Bukan hanya editan atau manipulasi dari pihak yang telah menyebarkannya?"

Taehyung tersenyum seraya menggeleng pelan.

"Tidak. Itu memang benar adanya foto saya dan Yoongi."

Wartawan itu pun mengangguk sambil mencatat dan merekam jawaban Taehyung.

"Kim Taehyung-ssi. Jika ini memang benar adanya foto anda dan Min Yoongi apakah itu berarti anda adalah seorang Gay?"

Kim Taehyung menggeleng pelan.

"Aku bukanlah gay. Aku memang tengah menjalani hubungan dengan Min Yoongi. Dia memang seorang pria. Tapi aku bukanlah Gay."

"Kim Taehyung-ssi. Jika anda bukan seorang Gay, lalu anda apa?"

Taehyung tertawa mendengar pertanyaan bodoh dari sang wartawan. Tapi, dia juga mengerti bahwa masyarakat di Korea memang masih tertutup perihal orientasi seksual.

"Aku adalah pansexual. Aku tidak merasa perlu memperhatikan gender dari pasanganku. Selama aku merasa nyaman dengannya, aku akan bersamanya. It's not all about sex."

Para wartawan menatap Taehyung bingung sekaligus kagum.

"Kim Taehyung-ssi. Apa benar mengenai kabar miring yang beredar bahwa Min Yoongi-ssi yang telah menggoda anda dan menyebabkan anda menjadi tidak normal?"

Taehyung menatap wartawan itu tajam. Ia menarik nafas dalam menenangkan diri.

"Menjadi seorang pansexual itu tidak membuatku tidak normal. Dan lagi, aku dan Yoongi sudah mengenal satu sama lain bahkan sebelum aku terkenal, tidak ada yang namanya 'menggoda'." jawabnya dingin.

"Kim Taehyung-ssi. Apa benar Min Yoongi-ssi mengunakan anda untuk meningkatkan popularitasnya sebagai seorang produser?"

Taehyung bisa mendengar suara Yoongi yang terkejut pelan.

"Apa!?" teriak Yoongi pelan.

Taehyung memejamkan matanya menahan emosi.

"Ini semua adalah tentangku. Bisakah kalian berhenti memojokkan Yoongi?

Ini adalah statement ku yang terakhir. Aku bersama dia karena aku mencintainya, dan ini sudah berlangsung selama 3 tahun. Aku bersamanya karena dia satu-satunya orang yang membuatku nyaman. Membuatku merasa seperti manusia normal, ketika semua public memperlakukanku layaknya boneka. Membuatku bisa kembali tertawa ketika semua tekanan public ada di pundakku.

Dia, satu-satunya orang yang membuatku merasa seperti Kim Taehyung. Kim Taehyung, bocah dari Daegu dengan senyum yang terlalu lebar. Bocah dari Daegu yang tidak bisa serius. Bocah dari Daegu yang hanya ingin mengejar mimpinya.

Aku mencintainya karena dia satu-satunya yang percaya kepadaku, ketika tidak ada yang percaya padaku. Aku mencintainya karena dia satu-satunya yang ada disana di masa sulitku.

Yang terpenting, aku mencintainya karena dia mencintaiku, Kim Taehyung. Sisi Kim Taehyung yang tidak diketahui public. Kim Taehyung yang dikenal Min Yoongi, bahkan sebelum semua orang tahu siapa Kim Taehyung."

Para wartawan terdiam mendengar pernyataan panjang lebar dari Kim Taehyung.

Tanpa menunggu respon dari para wartawan, Taehyung menarik nafas dalam. "Cukup sekian Press Conference dari pihakku. Kuharapkan kepada para wartawan untuk tidak lagi mengusik hubunganku dan Yoongi. Untuk para fans-ku, aku meminta maaf telah menyembunyikan hal ini dari kalian. Aku harap kalian bisa mengerti.

Dan, terakhir—"

Taehyung menoleh menatap Yoongi dalam. Ia tersenyum lembut yang dibalas senyuman lebar dari Yoongi.

Ia tersenyum lebar menatap para media di hadapannya dengan senyum kotak khas Kim Taehyung.

"This. Kim Taehyung loves Min Yoongi to death. Min Yoongi, you lucky little shit. I love you."

The End

Author 's Note

Hallo!

Ah, akhirnya setelah sekian lama saya bisa update One-shot Collection ini. Saya minta maaf karena tidak menggunakan pasangan yang diminta oleh para reviewers, karena pada umumnya pasangan yang diberikan tidak memberikan feels yang cukup untuk dibuat. Karena itu saya memutuskan menggunakan OTP saya sendiri. Semoga tetap bisa memuaskan!

Jujur fanfiksi ini cukup memakan waktu lama. Tapi, pada akhirnya saya bisa menyelesaikan dan saya juga cukup puas dengan ending-nya.

Sekali lagi, terima kasih bagi yang sudah menyempatkan diri untuk membaca~

Terakhir, mind to review?