AFFAIR

HunKaiKris Drabble

Out of character to the max!

If you dont like it, dont read it

.

.

.

.

Jongin menatap wajah pucat itu dengan khawatir, sesuatu tak kasat mata seakan membisikan bahwa apa yang terjadi pada sosok itu adalah karena ulahnya. Ya, dia yang terlalu egois dan tak memikirkan perasaan pemuda itu.

Sosok lain di ruangan itu tersenyum pada Jongin. Sekali lihatpun ia sudah paham jika pemuda itu sangat khawatir pada sosok lain yang kini terbaring tak sadarkan diri. Tak mungkin tak ada sesuatu di antara mereka, pikirnya. "Kau mau kembali ke kelas atau menunggui Sehun di sini, Kai?" tanyanya.

Untuk sedetik Jongin meragukan keputusannya untuk kembali ke kelas sejak awal, karena itu memang yang seharusnya ia lakukan. Apa yang akan dipikirkan Kris, nanti? Tapi nyatanya ia enggan. Ia tak setega itu meninggalkan Sehun. "Jika boleh, aku ingin menunggui Sehun di sini," ujarnya pelan sambil menunduk. Tangannya sudah mengenggam tangan Sehun yang terkulai di sisi tubuhnya yang terbaring di ranjang.

Jongin mendongak begitu merasakan elusan di rambutnya, "Dia akan baik-baik saja, Kai..."

Jongin kembali menunduk dan mengangguk pelan sambil menggigit bibirnya hingga sakit.

Hening ruangan setelah ditinggal sang dokter sekolah terasa begitu memojokkan Jongin, bayangannya dipaksa kembali mengingat kejadian beberapa waktu lalu. Melihat sosok Sehun yang dengan begitu saja tumbang di depannya, tepat di pelukannya setelah ia memutuskan sepihak hubungan mereka.

Semua ini salahnya... Sehun seperti ini karena dirinya...

Jongin menunduk, menyembunyikan wajahnya di lipatan tangannya yang ia buat. Kenapa sesak sekali? Bukanya seharusnya ia lega karena telah menentukan pilihan. Semalam ia bahkan begitu yakin dengan keputusannya ini, tapi kini... entahlah. Perasaannya kembali mengambang saat melihat cinta tulus yang ditawarkan Sehun melalu setiap tatapannya. Terlebih ciuman itu... mengingat ciuman putus asa itu semakin membuat hatinya berdenyut menyakitkan.

"Jongin... kenapa kau begitu jahat?" gumamnya teredam. Merutuki dirinya sendiri.

Harusnya ia tak memulainya. Harusnya sejak awal ia tak usah menerima tawaran Sehun. Harusnya... Apa yang harus Jongin lakukan saat?

Jongin perlahan mendongak. Sebulir air mata menghiasi pipinya. Ia benci dirinya sendiri saat menjadi cengeng seperti ini. Dipandanginya sosok pucat yang kini terbaring itu dengan sendu. Sehun... pemuda itu telah membuat Jongin jatuh cinta dengan semua yang telah ia lakukan.

Jongin perlahan bangkit berdiri, tangannya teragkat untuk mengusap pipi tirus itu, panas. Mengamati wajah itu dari dekat. "Sehunnie..." lirihnya sambil menempelkan dahinya dengan milik Sehun, "Aku ini jahat 'kan, Sehunnie?" tanyanya lagi.

Jongin memajukan wajahnya dan mengeliminasi jarak mereka. Menempelkan bibirnya diatas bibir Sehun cukup lama. Air matanya kembali menetes.

"Aku ini jahat... kenapa kau tidak membenciku saja, Sehunnie? Bukankah aku sudah menyakitimu?" lirih Jongin sambil menjauh tapi―

"Aku tahu kau masih mencintaiku, Kai..." sepasang tangan mencegahnya. Perlahan Sehun membuka matanya. Ia tersenyum tulus. Senyuman yang malah membuat Jongin semakin terbebani dengan perasaan bersalah.

Kenapa ia masih bisa tersenyum begitu padaku setelah apa yang aku lakukan padanya?

Sehun mengangkat sebelah tangannya dan mengusap air mata di pipi Jongin. "Ciumanmu mengatakan semuanya, Kai. Kau mencintaiku..."

Jongin menggeleng kuat-kuat sambil menutup matanya rapat, meski butiran kristal itu kembali jatuh membahasi wajahnya. Tak sanggup melihat sebesar apa cinta yang ditawarkan Sehun dari pancaran matanya.

"Kau tidak bisa membohongi dirimu, Kai... Itu menyakitiku..." Sehun tersenyum sedih. Ia menarik wajah Jongin dan mendaratkan kecupan di dahinya.

Dan Jongin sudah tak bisa menahan dirinya untuk tak memeluk Sehun saat itu.

"Aku mencintaimu, Sehunnie... Aku mencintaimu..."

Sehun membalas pelukan itu dengan senyum merekah. Ia tahu... cintanya memang terbalas.

Kebahagian menguar, memenuhi sekitar mereka untuk sedetik sebelum kembali musnah saat sosok lain datang dengan tiba-tiba dalam ruangan itu.

"Kai...," lirihnya. Tangannya terkepal kuat. Melihat sang kekasih berada dalam pelukan orang lain.

Jongin bangkit dan matanya memandang Kris dengan terkejut. "Kris-ge..." gumamnya dengan perasaan kosong. Ia merasa sesuatu mencubit hatinya begitu mendapati raut kecewa dari wajah kekasihnya itu. Kris berjalan menghampirinya dan menarik lengannya, menatapnya dengan tatapan memohon, mengelus pipinya dengan lembut dan memberikan sebuah ciuman manis di bibirnya.

Perasaan sesak itu kembali datang, membuat air matanya kembali jatuh tanpa bisa di tahan. "Aku mencintaimu ge..." lirih Jongin. Memukul telak ulu hati Sehun yang terasa kebas.

"Kau hanya milikku, Kai..."

Sehun menggeram tertahan. Mengepalkan tangannya begitu kuat.

Jongin baru saja akan melangkah mendekatinya saat tangan Sehun kembali mencegahnya.

"Jangan pergi, Kai..." mohonnya.

Kris menatapnya dengan tatapan kecewa, meski begitu ia menawarkan senyum yang memberikan kesempatan, bahkan mengharapkan Jongin kembali. Ia menggenggam lembut tangan Jongin yang lainnya.

Dan Kai kembali dibuat sesak oleh situasi. Ia menggigit bibirnya hingga rasanya sakit.

Karena dia sadar... dialah peran antagonisnya di sini. Apapun jalan yang ia ambil. Siapapun yang ia pilih―akan selalu ada yang menderita.

FIN~

Ini aneh banget sumpah. Drama sekali dan itu bukan gayaku XD Jujur aja, malah bayangin Kainya jadi cewek di sini ._. kayaknya lebih sreg. Pesan aku sih ya... jauhi deh hubungan kayak gini~ nyesek sendiri ntarnya ._. *curhat *ups