Disclaimer : SMEnt

Main cast : Kim kibum. Choi Siwon

Gendre : Drama, Romance, Fluff.

Theme : Summer

Leght : Twoshoot

Rating : PG-17 [T semi M]

Warning : Tema berat. Penuh typo. Alur berantakan. Bikin sarap kepala jadi tegang. Dan, DON'T LIKE DON'T READ. NO BASH my character in my fic.

Flame jangan tapi kalau konkrit sangat boleh. ^^

Shin SeounRa| Choco Momo

[Sweet Apple]

Presented

First SiBum Canon Fanfiction

Rainbow

Dedicated to

Happy27thKimKibum^^

Story presented by © Sora Yagami

Basic an Idea © Sora Yagami

Inspired by © Don't Go_EXO

Cast and anything in this story © They self and they parent.

Just All about US

Berjalan melintasi lorong yang terasa begitu panjang dengan langkah-langkah lebar dan kemudian membuka pintu berpelitur mewah dengan entakan keras.

"Apa-apaan ini sebenarnya? Kibu—." suara ditenggorokannya seketika tercekat ketika dilihatnya namja berkulit salju itu tengah berbicara dengan Heechul Hyung dan Donghae. Namun bukan itu yang menjadi fokus perhatiannya, melainkan koper besar berwarna biru berisi pakaian yang berada tidak jauh dari tempat Kibum berdiri.

"Kau mau pergi kemana?" kalimat pertanyaan itu meluncur keluar begitu saja dari mulutnya.

Ketiga orang yang masih menatapnya itu lantas saling berpandangan untuk sesaat dan tidak berapa lama, donghae dan heechul memutuskan untuk keluar dari kamar Siwon-Kibum untuk memberikan keduanya privasi.

"Apa maksudnya ini Kibum-ah? Kau akan vakum dari kegiatan Super Junior?"

Kibum diam tidak menjawab dan hanya mendudukan dirinya disisi tempat tidur.

"Jawab pertanyaanku. Apa maksudnya ini semua?" suara Siwon sontak meninggi.

Kibum menghela napas pelan. "Aku sudah membeli Apartmen Hyung."

"Kenapa?" Siwon meremas kertas yang ada digenggaman tangannya sekuat tenaga hingga tidak berbentuk lagi. "Apa kau sedang berusaha membalasku?"

Kibum hanya menggelengkan kepalanya lemah. "Tidak. Tapi ini akan lebih mudah untuk kita berdua."

"Omong kosong. Kau pergi dari Super Junior hanya untuk menghindariku. Tindakan pengecut macam apa itu."

Kibum yang memang sejak awal telah begitu lelah dengan semua beban yang harus dia tanggung dipundaknya bahkan sama sekali tidak bergeming membuka mulutnya untuk sekedar mengatakan bahwa semua ini tidaklah seperti yang Siwon pikirkan.

Dia memang pergi dari Super Junior karena ingin menangkan dirinya dari segala ketegangan, sama sekali tidak ada niatan sedikitpun untuk menghindari Siwon meski lebih baik bagi dirinya untuk tidak menatap wajah orang yang dicintai tetapi dipenuhi kesadaran bahwa cintanya hadir dengan bertepuk sebelah tangan.

"Mengertilah Hyung."

Siwon bedecak tidak suka mendengar suara Kibum yang terdengar begitu lemah dan lirih. Dia tahu dia lah yang memiliki andil terbesar semua kelelahan yang menimpa Kibum. Dia yang telah menyakiti Kibum sedemikian rupa hingga namja itu begitu terluka perasaannya.

Tetapi dia bisa apa? Hatinya terus menentang untuk dirinya mengakui betapa sungguh dia tidak ingin namja itu pergi meninggalkannya.

Tidak. Bukan seperti ini yang dia harapkan.

"Kalau seperti ini caramu membalasku. Selamat, kau berhasil Kim Kibum." desisnya kasar dengan rahang mengeras.

Namja itu melangkah melintasi pintu kamar mereka dengan disertai entakan kasar.

Kibum hanya mampu tergugu, menatap sendu punggung Siwon yang menghilang dibalik pintu dan sejurus kemudian menghela napas berat.

Mengapa semua menjadi seperti ini.

Meyakinkan hati, Kibum lantas menyeret kopernya dengan langkah gontai menuruni tangga dan menemukan Siwon—namja yang telah tanpa sengaja menorehkan luka dihatinya—sedang duduk didepan televisi yang dibiarkan menyala meskipun dia tahu namja itu sama sekali tidak menonton.

Setelah dirinya dilarikan kerumah sakit paska jatuh pingsan ketika latihan berlangsung karena kelelahan dan didiagnosa menderita radang otak, Siwon hanya satu kali menampakan diri untuk menjenguknya dan hanya berakhir dengan obrolan kaku diantara keduanya ketika para member meninggalkan mereka berdua didalam ruang perawatannya.

Entah apakah sebenarnya pertengkaran yang telah terjadi diantara mereka akhirnya terdengar oleh member dan itu sama sekali tidak membuat keadaan justru semakin membaik, hubungannya dan Siwon bisa dibilang sudah cukup buruk untuk ukuran orang yang selama beberapa tahun terakhir hidup dan tinggal disatu kamar yang sama dan kenyataan bahwa hal yang mereka sembunyikan akhirnya menyebar dimulut orang lain sama sekali bukan lah hal yang dia harapkan akan terjadi meskipun super Junior telah dia anggap sebagai keluarganya sendiri.

Siwon memalingkan wajah untuk menatapnya ketika sudut mata namja itu menangkap kehadirannya diruang tamu dan kemudian kembali memalingkan wajah, membuat Kibum hanya mampu menundukkan wajahnya kecewa.

Sepertinya tidak akan ada ucapan perpisahan untuknya dari Siwon. Yah, memangnya apa yang dia harapkan sebenarnya?

Kibum melambaikan tangannya kearah para member—tentu saja tanpa Siwon—ketika dirinya akhirnya melangkah masuk kedalam mobil jemputan yang telah disiapkan manager Hyung untuknya dengan wajah kenapa rasanya dia tidak sanggup melihat raut kesedihan diwajah orang-orang yang selama beberapa tahun terakhir telah berbagi tawa dan tangis dengannya, karenanya dia hanya mampu menundukkan wajahnya dalam diam dengan mata yang terasa panas karena menahan air mata.

Dia tidak boleh menangis karena ini adalah keputusan yang telah dia ambil dengan kesadaran penuh, dengan keyakinan bahwa inilah jalan yang terbaik untuk mereka.

Sama sekali tidak menyadari sepasang mata yang bersembunyi dibalik bayangan terus memperhatikannya hingga tubuhnya benar-benar menghilang ditelan jarak.

.

.

.

Sudah tidak terhitung, entah berapa kali dirinya membolak-balikkan tubuh besarnya diatas tempat tidur unruk menemukan posisi tidur yang nyaman namun hingga sekarang matanya tidak kunjung terpejam dan pikirannya masih benar-benar terjaga meski sebenarnya dia susah merasa begitu lelah dan mengantuk karena seharian berkutat dengan aktivitas bersama super junior.

Kegelisahan ini sungguh sangat mengganggunya. Dia merasa begitu resah hingga rasanya dia bisa melompat keluar dari dalam kulitnya sekarang. Dia bukannya tidak mengerti apa yang menggangunya saat ini, hanya saja dia terus berusaha mengabaikan teriakan didalam dirinya untuk tidak melompat seperti singa yang kehausan dipadang gurun untuk segera menyambar gagang telephon yang terdengar seperti sedang memanggilnya untuk memegang benda itu dan menghubungi seseorang yang selama dua bulan terakhir menghilang dari pandangannya.

Banyak pertanyaan berkecamuk didalam benaknya.

Bagaimana kabar namja itu sekarang?

Apakah dia sudah kembali sehat?

Lalu dimana dia sekarang berada? Dan bersama siapa?

Kabar terakhir yang Siwon dengar dari manager pribadinya, Kibum sedang melakukan beberapa pemotretan majalah dan shooting drama yang mengharuskannya melakukan perjalan ke China dan hingga sekarang namja itu masih belum kembali ketanah kelahirannya.

Tetapi Siwon terpaksa menelan kembali semua pertanyaan yang menggunung dibenaknya, seberapa keraspun dia memikirkannya semua itu tidak akan menjadi lebih dari sekedar suara-suara yang berdengung dikepalanya dalam kesunyian.

Kamar besarnya yang didominasi oleh warna putih dan hitam di Manshion utama keluarga Choi ini terasa lengang, hanya terdengar suara hembusan napasnya menggema keseluruh penjuru ruangan.

Membuatnya merasa terjebak dan sendirian.

Sekali lagi matanya melirik kearah telephon yang diletakkan diatas nakas disamping tempat tidurnya dan lalu setelah selama sesaat harus berperang dengan harga diri dan rasa rindu dibenaknya, namja itu lantas menjulurkan tangannya dan kemudian memencet serangkaian tombol yang sudah dia hapal diluar suara nada tunggu untuk sesaat dan membuat debaran dijantung Siwon semakin melaju ketika akhirnya telepon diseberang sana benar-benar diangkat oleh seseorang.

"Yeoboseo?"

Sungguh, betapa dia sangat merindukan suara itu.

Siwon menarik napas sejenak sebelum buka suara. "Kibum-ah, ini aku."

Senyap, untuk sesaat tidak terdengar siapapun berada diseberang sana sebelum kemudian Kibum membuka mulutnya setelah berhasil mengatasi keterkejutannya. "Ya, ada apa Siwon-ah? Tidak biasanya kau menelpon?"

Siwon menggigit bibirnya gelisah, ini adalah pertama kalinya mereka bicara setelah dua bulan lamanya. Jujur saja dia merasa begitu canggung dan sedikit bersalah.

"Tidak, aku hanya... Aku..." namja itu refleks menarik napas untuk mengendalikan debaran didadanya. Dia bahkan merasa lebih gugup daripada ketika dirinya harus menghadapi presentasi pertamanya diperusahaan ketika berusia enam belas tahun. "Aku merindukanmu." tuturnya kemudian, begitu pelan hingga dia berharap Kibum tidak mendengar suaranya yang begitu putus asa karena merindu.

Kenapa Kibum hanya diam saja? Kenapa namja itu tidak menjawab pernyataannya?

Lama Siwon terdiam keheningan ketika kesadaran seolah menamparnya, memaksanya mengingat kembali semua yang teelah trjadi beberapa bulan silam, memangnya apa yang diharapkan setelah menyakiti namja itu shingga sdemikian rupa.

Bagaimana bisa dia berharap namja itu juga akan membalas dan berkata, "aku juga merindukanmu."

Kedua mata Siwon sontak membulat sempurna, apakah tadi dia baru saja mendengar kalau namja itu mengatakan bahwa dia juga merindukannya.

Apa mungkin dia perlu memeriksakan telinganya ke dokter? "Katakan lagi. Kau juga sungguh merindukanku?" tanyanya memastikan.

Suara kekehen merdu yang begitu dia rindukan terdengar dari seberang sana. "Ya, aku juga merindukanmu Siwon-ah."

Siwon sudah tidak mampu menahan senyuman agar tidak mengembang diwajahnya. "Bagaimana kabarmu sekarang?"

"Aku baik-baik saja. Kau?"

"Aku baik."

Dan lalu kemudian keduanya hanya mampu terdiam dalam keheningan, entah mengapa mereka merasa begitu canggung satu sama lain.

"Kibum aku.." kata-kata seolah tercekat dikerongkongannya, mengapa rasanya begitu sulit untuk sekedar mengucapkan kata maaf. Tapi mungkinkah namja berkulit salju itu masih bersedia memaafkannya setelah semua yang telah dia lakukan?

"Ya, apa?" Kibum menunggu.

"Kapan? Kapan kau akan kembali kekorea?"

Seulas senyuman terukir begitu saja dibibir Kibum meskipun dia tahu siwon tidak akan pernah bisa melihatnya. "Aku sudah berada dikorea sejak dua hari yang lalu Siwon-ah."

.

.

.

Siwon tidak dapat menahan senyuman sumringah yang terus melengkung dibibirnya ketika dirinya dengan sabar menunggu didepan pintu sebuah apartmen agar seseorang yang berada didalam sana segera membukakan pintu ini untuknya dan dia dapat bertemu dengan orang yang selama dua bulan terakhir terus menyita pikirannya.

Senyuman menghilang dari wajah Siwon ketika justru Shim Changmin—dongsaeng yang sebenarnya adalah seniornya di Dunia entertaiment—yang justru membukakan pintu apartmen Kibum untuknya.

Namja itu juga terkejut melihat kedatangannya yang sama sekali tidak terduga tetapi kemudian melebarkan daun pintu untuk mempersilakan Siwon masuk kedalam.

"Apa yang kau lakukan disini?" tanyanya tajam ketika telah berdiri diruang tamu Kibum yang ditata dengan sangat apik dan rapi. "Dimana Kibum?"

Changmin tidak menjawab dan justru malah berjalan kearah satu-satunya kamar yang terdapat diapartmen sederhana ini, membuka pintu dan menunjukkan kehadiran seseorang yang tengah berbaring diatas tempat tidur.

Siwon menghampiri Kibum dan kemudian mendudukan dirinya disamping tempat tidur, membelai lembut kening Kibum yang basah oleh keringat dan mendatangkan lenguhan pelan dari namja itu.

"Kibum sakit?"

Changmin yang sedari tadi memperhatikan keduanya sembari menyandarkan tubuhnya didinding dekat pintu hanya mengangguk mengiyakan. "Tadi malam dia memintaku datang untuk menemaninya. Kondisi tubuhnya sedang tidak terlalu baik."

Kata-kata Changmin sontak membuat kedua bola mata Siwon membulat, namja itu menatap tajam Changmin yang masih memasang wajah santai, samasekali tidak memperdulikan tatapan penuh aura pembunuh yang menguar dari tubuh namja berotot itu.

"Tenang saja, aku tidak tidur satu ranjang dengan Kibum semalam. Aku tidur disofa." ucapnya seolah bisa membaca pikiran Siwon, membuat namja itu menghela napas lega meskipun dia masih sedikit tidak percaya dengan apa yang namja tinggi itu katakan.

"Kibum sahabatku. Dan karena hyung sudah datang, aku harus memeriksa Jaejoong hyung dan Yunho hyung." tuturnya sebelum kemudian membalikan tubuhnya melangkah keluar dari dalam kamar Kibum, meninggalkan Siwon seorang diri dengan Kibum yang masih berbaring tidak sadarkan diri diatas tempat tidur.

Kibum mengerjap beberapa kali untuk menyesuaikan kedua matanya yang masih terasa berat dan mendapati kehadiran seseorang yang selama dua bulan ini dia rindukan sedang duduk disamping tempat tidurnya.

"Siwon?"

Bahkan suaranya terdengar begitu serak.

"Kau sakit."

Itu sama sekali bukan pertanyaan. Kibum hanya menggeleng. "Tidak, dokter bilang aku harus beristirahat selama beberapa hari kalau aku tidak ingin diseret ke rumah sakit."

Kibum mencoba bangkit dengan bantuan Siwon dan kemudian mengerang ketika rasa sakit kembali menyerang kepalanya, membuat Siwon seolah dipaksa mengingat kembali gambaran saat dimana dia harus menyaksikan tubuh ringkih itu dibaringkan diatas ranjang yang keras dan harus ditopang dengan alat bantu agar masih bisa bertahan.

"Mungkin sebaiknya kita kerumah sakit saja." saran Siwon.

Kibum menggeleng keras kepala. "Tidak mau, aku hanya perlu tidur hingga suhu tubuhku kembali normal."

Siwon meletakkan telapak tangannya dipermukaan kening Kibum yang basah oleh keringat, wajah namja itu sudah tidak sepucat saat dia pertama datang dan ruam-ruam merah diwajahnya juga sudah mulai berkurang.

"Kau yakin?"

Kibum hanya mengguman pelan sebagai jawaban.

Siwon menemani Kibum sedikit lebih lama sebelum kemudian memutuskan untuk beranjak kedapur dan mulai memeriksa persedian makanan yang dimiliki namja itu, bermaksud membuatkan sarapan karena berdasarkan keterangan Changmin, namja itu menolak makan sejak tadi malam dan dia harus memastikan paling tidak Kibum mendapatkan asupan nutrisi yang baik terutama saat keadaannya seperti sekarang ini.

Namja itu menyadarkan tubuhnya yang sebenarnya masih terasa sedikit lemas pada pintu sembari kedua matanya tidak pernah lepas memperhatikan punggung seorang namja yang sibuk membuka lemari dibagian atas dapur.

Menyadari adanya sepasang mata yang terus memperhatikannya, Siwon membalikan tubuhnya dan melihat Kibum telah berdiri disamping pintu dengan senyuman terkembang diwajahnya. "Apa yang sedang coba kau lakukan?"

"Membuatkanmu sarapan. Apa kau sama sekali tidak memiliki bahan makanan lain selain ramen disini?"

Kibum terkekeh. "Aku baru saja kembali dari China dan tidak memiliki waktu untuk belanja bahan makanan."

"Baiklah, aku menyerah. Kau ingin makan apa?"

Kibum tidak menjawab dan hanya menyeret kedua langkah kakinya yang terasa gontai kesatu-satunya meja makan kecil untuk dua orang yang disediakan didapurnya dan kemudian mulai menyembunyikan wajahnya dibalik lipatan kedua tangannya.

Tubuhnya lelah sekali dan dengan kehadiran Siwon disini berhasil membuatnya menjadi merasa sedikit lebih manusiawi, dia bahkan bisa merasakan hembusan napas dan aura maskulin yang dikuarkan namja itu diseluruh penjuru ruangan.

"Aku ingin pergi kepantai."

.

.

.

Siwon membiarkan jejak langkah Kibum tersapu oleh deburan ombak yang datang silih berganti dan hanya diam mengiringi langkah namja itu dalam keheningan, meresapi suara angin yang berdesir pelan seolah berbisik ditelinganya.

"Maafkan aku." ucap Siwon begitu pelan.

Kibum berhenti lalu kemudian membalikkan tubuhnya menatap sepasang manik mata yang balas menatapnya dengan banyak emosi melintas disana. Angin menerbangkan anak rambut yang menutupi wajahnya. "Aku selalu memaafkanmu."

"Tapi itu tidak bisa mengembalikan kita seperti dulu ya?" entah pada siapa pertanyaan itu ditujukan.

"Apa yang kau harapkan? Aku sudah merusak semuanya."

Siwon menggeleng, menolak semua asumsi yang merengsek masuk kedalam kepalanya. "Aku lah yang seharusnya disalahkan disini. Aku sudah menyakitimu."

Kibum tersenyum miris. "Ya, kau melakukannya dengan sangat baik. Rasanya bahkan masih sakit."

"Maafkan aku. Sungguh."

"Aku tahu kau menyesal. Tapi aku dan kau, tidak akan pernah bisa mendapatkan kembali apa yang telah hilang."

"Karena itu kah kau pergi?"

Kali ini Kibum menggeleng. "Aku hanya membutuhkan waktu untuk menata kembali hatiku."

Siwon terhenyak dalam kebungkaman, melemparkan tatapannya jauh ketengah lautan yang dikuasai oleh kegelapan. Gelombang bergulung-gulung menghantam karang dan membiarkan ombak memercikan angin dingin keudara. "Itu juga alasanmu menghubungi Changmin alih-alih seseorang yang lebih kau butuhkan?"

"Aku membutuhkannya Siwon."

"Kau membutuhkan Changmin? Apa maksudnya itu?"

Kibum tergelak untuk sesaat, menyaksikan bagaimana ketika mata itu dipenuhi kilatan ketidaksukaan ketika mulutnya menyuarakan nama Changmin tanpa perlu bersusah payah untuk disembunyikan. "Bukan seperti apa yang kau pikirkan."

Siwon mengamit pergelangan tangan Kibum ketika namja itu akan kembali meneruskan langkahnya mengukir jejek diatas permukaan pasir pantai yang terasa hangat meskipun angin dingin berhembus dengan cukup kencang diudara. "Katakanlah aku mabuk saat itu hingga tidak memikirkan akibatnya bagi kita berdua." tuturnya sembari mencengkram helain indah rambutnya dengan wajah frustasi.

Kibum hanya diam, sama sekali tidak berusaha ingin menyela. "Aku tidak mengerti apa yang kurasakan. Aku telah menganggapmu seperti adikku sendiri, dan kau membuatku bingung dengan hatiku."

Seulas senyuman sendu tersungging dibibirnya, Kibum menggerakan jemarinya untuk membelai perlahan permukaan kulit pipi Siwon yang terasa dingin, berusaha meresapi kehadiran namja itu disini bersamanya. Angin dingin menerbangkan wangi tubuh namja itu hingga membuat seluruh pikirannya hanya diselubungi olehnya.

"Tapi aku tidak mengerti dengan diriku dua bulan terakhir ini. Aku.. Aku sangat merindukanmu dan kupikir mungkin sudah waktunya untuk berhenti mendustai diriku sendiri."

Kibum hanya mampu menundukkan wajahnya yang telah memerah sempurna, tidak mampu menatap sepasang mata hitam yang masih setia menatapnya.

"Jadi, mau kah kau mengulang semua kembali dari awal denganku?"

"Kau yakin dengan apa yang kau ucapkan? Kau mungkin akan menyesalinya nanti."

Siwon menarik tubuh Kibum, membawa namja itu kedalam dekapannya, begitu dekat dengan hatinya. Memeluknya begitu erat. "Justru aku tidak pernah merasa seyakin ini sebelumnya."

Tidak ada kata-kata, Kibum hanya melingkarkan kedua lengannya disekeliling pinggang Siwon dan kemudian menyandarkan tubuhnya didada namja itu, membiarkan dirinya meluruh sepenuhnya didama kuasa namja yang begitu dia cintai.

Untuk pertama kalinya dalam dua bual Siwon merasa bagian hatinya yang telah hilang kembali utuh dan semua kesakitan seolah sembuh begitu saja seakan memang tidak pernah ada luka menganga yang ditorekan disana.

Siwon mengamit perlahan dagu Kibum dan mendaratkan sebuah ciuman yang panjang dalam.

Yang menjadi awal dari hubungan mereka.

FIN

Banjarmasin, 15:30, jum 03-01-2014

A.N: Terimakasih untuk semua yang selama ini telah mendungkungku dengan membaca fic ini baik yang meninggalkan jejak ataupun tidak, memfavoritkan juga menjadikan aku sebagai author kesukaan. sungguh aku tidak tahu harus berkata seperti apa kecuali mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya. dan maafkan atas segala keterlambatan karena aku juga hanya manusia juga perlu hidup didunia nyata juga karena aku tidak bisa memblas review dari kalian satu persatu.^^