FF pertama di fandon snk, huhuhuhuhu T_T

kupersembahkan FF ini untuk pecinta RivaMika *masih dikit ya shipper nya?*

tapi ada ErenMikanya juga ko, dan sedikit RivaEre *hehehehe*

ya silahkan yang bosen banget silahkan baca \(^^)/

Enjoy

HUMANITY'S STRONGEST...?

shingeki no kyojin © Ishiyama hajime

"Ackerman?"

"iya, istrinya keturunan ras oriental dari luar dinding. Jika dijual harganya pasti tinggi sekali"

"mereka punya anak?" lelaki itu menyesap kopi yang ada di cangkirnya.

"umm.. ya.. anak perempuan" lelaki berkumis yang berdiri dihadapannya terlihat sedikit ragu mengatakannya

TRAK

"aku tidak ikut" cangkir yang ada ditangannya di taruh kasar di atas meja, kopi didalamnya hampir saja tumpah. Lantas lelaki itu berjalan keluar dari ruangan dan berhenti tepat didepan pintu.

"Tunggu! Rivaille! Hey!" BRAAK

Pintu itu tertutup tepat didepan wajah lelaki berkumis itu, "ah.. sayang sekali" gumamnya

Lelaki yang disebut-sebut sebagai rivaille itu keluar dari bangunan besar yang ada dibelakangnya, ia menghela nafas, matanya melirik ketangannya.

"Tch, lelaki tua jorok" ia menepuk-nepuk kedua tangannya yang terkena debu karena menyentuh pintu yang mungkin tidak pernah dibersihkan oleh pemiliknya tadi.

"Ibu, aku sudah selesai menjemur bajunya"

"ah, terima kasih mikasa. Makan malam segera siap, panggil ayahmu ya" nyonya ackerman sangat sibuk dengan masakannya, mikasa sang anak yang baru berumur 9 tahun itu berlari kecil ke halaman rumahnya yang dijadikan kebun sayuran.

"Ayah! Makan malam!" teriak mikasa kecil.

Lelaki berambut pirang yang sedang menyiram tanaman-tanaman kesayangannya itu menengok kearah mikasa "ah, baiklah ayah segera kesana" iapun menutup keran air dan membuka sarung tangannya.

Mikasa kembali masuk kerumahnya yang dindingnya terbuat dari tumpukan kayu-kayu besar, rumah keluarga akcerman tidak besar tapi cukup untuk mereka tinggali, di rumah yang kecil itu, kehangatan selalu menyelimuti keluarga mereka.

"Besok dokter jaeger akan datang" kata tuan ackerman, ia duduk dimeja makan menunggu piringnya terisi.

"dokter jaeger baik sekali, aku suka dengannya" kata mikasa sambil menyendokkan nasi kepiring ayahnya

"iya, ia dokter yang hebat. Semoga jika mikasa sudah besar bisa jadi sehebat itu ya" ayah mikasa mengelus kepala mikasa

"sudah, ayo makan dulu. Mikasa duduk dikursimu" ibu mikasa membawa semangkuk besar sup yang baru saja ia buat.

"ibu, besok ajarkan lagi cara membordir kain yang waktu itu ya"

Ibu mikasa tersenyum "baiklah, besok ibu akan ajarkan"

Cahaya lilin terlihat samar dari celah-celah rumah keluarga akcerman, suara obrolan dan tawa kecil selalu mengiringi makan malam mereka. Sekelompok lelaki yang tak diduga selalu memperhatikan gerak-gerik keluarga itu dari kejauhan, berencana melakukan sesuatu….

"AKKHHH"

Darah keluar dari mulut laki-laki yang barusan menerima pukulan 'manis' Rivaille

"Sialan!"

Ia mengayunkan pukulannya ke arah pelipis rivaille. Tapi tentu saja rivaille melihat itu dan menghindar, lalu membenturkan kepalanya kearah dagu lawannya yang-lebih tinggi darinya itu.

Lawannya seketika ambruk, rivaille menepuk-nepuk tangannya seperti membersihkan debu. Pemandangan didepannya persis seperti yang ada di komik-komik *emg udah ada?* sekelompok orang jatuh bergelimpangan dengan badan dipenuhi luka-luka.

"semuanya lemah" Rivaille menendang wajah laki-laki yang ia yakin adalah pemimpin nya.

Tak ada sedikitpun luka di wajah Rivaille, hanya sedikit darah lawannya yang mengenai kemeja dan cravat putihnya.

"tch, bajingan.. "

Rivaille merasa jijik dengan bajunya yang kotor, ia melepas cravat putihnya dari leher dan mengantonginya.

Ia berjalan meninggalkan 'mayat-mayat' hasil amukannya, sambil mendongakkan kepalanya melihat langit malam itu. Ia pun sampai di gang sempit samping bar-minuman yang pemiliknya sudah ia kenal.

"Rivaille, astaga kau berkelahi lagi"

"Mmm.."

Rivaille hanya menjawab dengan gumaman tanpa melihat mata seorang bibi yang baru saja keluar dari bar dan mendapati rivaille yang kemejanya penuh dengan darah. Rivaille memanjat tangga yang menempel di dinding luar bar itu dan sampailah ia diatap bar.

"Sampai kapan kau mau tidur disana!"

Hening, tak ada jawaban.

"Anak gila" ia pun kembali masuk ke bar tapi..

"Oi, bibi tua"

'bibi tua' yang dipanggil rivaille itu berhenti "BOCAH GILA! BEGITU SIKAPMU PADA ORANG YANG LEBIH TUA!"

Rivaille membuka kemejanya dan melemparkan kebawah

"cucikan untukku ya"

"KAUKIRA AKU PEMBANTUMU" teriak bibi itu tapi tak ada jawaban, bibi itu menghela nafas. Ia melihat bercak-bercak darah di kemeja rivaille, memorinya seakan memutar balik kejadian saat itu.

"Oi bibi serahkan kotak itu"

"tidak, kumohon ini hasil jerih payahku mengurus bar ini.. jangan.." airmata berlinang tumpah dari kedua matanya

"ahahahaahaha, siapa peduli? Kami ini perampok"

Dua perampok yang memaksa masuk ke bar itu memukul bibi tersebut, mereka menarik-narik kotak kayu yang digenggam erat oleh pemilik bar itu

"lepaskan.. tolong jangan ambil ini.. "

"KAU GILA BIBI?! BERIKAN KOTAK ITU ATAU NYAWAMU" teriak perampok yang satu lagi sambil mengangkat kapaknya tinggi-tinggi.

BRAK

Pintu bar terbuka, dan laki-laki pendek berambut hitam masuk, ia melirik kearah pemilik bar yang tersudut di bar oleh dua perampok. Hening..

"Oi, bibi tua. Bar ini menjual kopi?"

Ha? Anak itu sudah gila? Pikir kedua perampok itu

"TOLONG AKU! TOLONG" teriak bibi itu

"DIAM!"

"Dasar bocah gila, kau kira siapa bisa menganggu acara perampokan kami huh?"

Rivaille hanya berdiri dengan tampang datar, "lepaskan bibi itu, ia mau membuat kopi untukku" katanya datar

"HUH? APA KATAMU BOCAH?!"

Perampok yang satu lagi sudah mengayunkan kapaknya di belakang Rivaille "MATI KAU BOCAH"-

Cepat.. segalanya berjalan terlalu cepat.. hanya hitungan detik dan kedua perampok itu sudah terkapar di lantai. Rivaille pun melirik pemilik bar

"Oi bibi, besok pastikan ada menu kopi disini"

Bibi itu tambah berlinang airmata, airmata ketakutan dan lega bahwa ia selamat.

"terima kasih nak"

Rivaille yang penuh dengan darah sudah keluar dari bar sebelum prajurit Garrison segera memenuhi tempat itu.

Rivaille berbaring diatas kursi yang ada diatap bar, tempat itu sudah jadi tempat tidurnya sejak bibi itu membolehkannya tidur di bar tapi rivaille menolak dan ia lmemilih tidur di atap.

"sampai kapan aku harus hidup menyedihkan seperti ini"

ia dapat melihat jelas dinding yang berdiri dari kejauhan, Wall Sina yang kokoh. Disinilah rivaille dijuluki sebagai orang terkuat di dunia penjahat.

Jahat?

Apa ia jahat? Memukuli sekelompok bajingan itu jahat? menolong bibi tua itu jahat?

Bukan

Rivaille berasal dari parit terdalam dari dunia penjahat, tempat dimana sekelompok orang yang menculik gadis-gadis lalu menjualnya ke orang-orang mesum yang kaya raya di Wall Sina ini. Ia anak buah terpercaya dari otak penjual-beli gadis penghibur di ibukota itu.

Menjijikan

Memang pekerjaan yang sangat hina untuk menculik gadis-gadis lalu menjualnya, tapi hey.. itulah cara rivaille bertahan hidup.

Walaupun dirinya diklaim sebagai 'preman' paling kuat ia tidak merasa bangga sedikitpun karena kenyataannya, ia hanya burung dalam sangkar. Terjebak di ibukota di dinding terdalam, sulit untuknya berkelana kesana-kemari karena terbelenggu dengan pekerjaannya kecuali target yang harus diculiknya ada di sisi dinding yang lain.

Walaupun begitu rivaillle punya satu prinsip.

Ia tidak mau menculik gadis yang sudah memiliki anak, mengapa?

Karena ia tahu rasanya menjadi yatim piatu, menjadi sebatang kara, sendiri.

"Ackerman huh?" gumamnya


Yaak, segitu dulu huehuehuehue

belum nongol ya maksud ceritanya? hohohoho~~

makasih buat yang udah baca :'D

mohon reviewnya *bow