Hai! ^^ aku baru selesei UTS nih! jadi legaaaa! Belum slesai sih -0- sisa dua.. tapi cuma penjaskes sama TIK... Huwahaha! Apa kalian sudah UTS juga ? :] semoga nilainya memuaskan yaa ^^ Amiin.

Sebenarnya ceritanya tidak begitu berubah. Hanya saja.. alurnya yang berubah ^^ wokeh!

Jadi… umm… ini chappie tiganya ! :D

.

.

Semuanya masih dalam mode—hening. Tak ada satupun anggota guild yang bergerak. Semuanya terlalu syok akan—apa yang didengar oleh indera pendengaran mereka. Terlebih lagi untuk Lucy. Pagi ini Lucy hanya datang ke guild, berkumpul bersama anggota guildnya yang lain. Lalu Levy menceritakan tentang Wolf Slayers.. setelah itu ia berbincang-bincang dengan Levy. Sekarang?

Ia tidak pernah membayangkan akan bertemu dengan tiga orang yang tak—pernah ia kenal. Tiba-tiba datang dan menyuruhnya untuk ikut pergi bersama mereka? Kegilaan apa yang terjadi saat ini?

"J-Jangan bercanda! Ibuku mati bukan karna dragon slayers! Tapi… karna.." Apa yang harus Lucy katakan? Ia bahkan tak tahu apa penyebab kematian ibunya sendiri.

"Huh?" Itou menyeringai. Tersenyum penuh kemenangan. "Putrinya sendiri tak tahu apa yang menyebabkan ibunya pergi meninggalkannya?"

"CUKUP!" Natsu maju beberapa langkah. "Kau.. Apa maumu sebenarnya?!"

"Kalian memang bodoh anak naga.. kami sudah bilang ingin membawa gadis pirang, putri dari Layla Hearfillia itu"

"Jangan.. Jangan berbicara sembarangan!"

"Geez.. Itou… ini menyita waktu kita.." Kata Sho, jenuh mendengar teriakan, perdebatan dan cerita sedih-sedih, serta rengekan seorang gadis. Maksudnya.. serius? Itu membosankan.

"Kau benar" Itou tersenyum kembali kearah Lucy "Tak ada waktu untuk berdebat, gadis pirang" Tangan Itou mengeluarkan cahaya putih yang membutakan mata semua orang di ruangan itu. "A-Apa ini?!"

Itou mengarahkan tangannya—tepat pada Lucy. Matanya terbelalak ketika ia melihat sebuah bola cahaya besar melesat kearahnya! Tubuhnya tak dapat digerakan! Bola cahaya itu akan menerjam tubuhnya!

"LUCYYYY!"

Teriakan Natsu adalah hal terakhir yang ia dengar.

.

Dragon Slayers vs Wolf Slayers

.

Disclaimer of Fairy tail

Hiro Mashima

WARNING : TYPO(S), ROMANCE, FRIENDSHIP, PAIRING(S), DIALOG(S), MYSTERY

.

.

Di suatu tempat…

"Ah!"

"Sihir yang bagus Itou. Masuk kedalam mimpi gadis itu dan mencoba membawanya pergi melalui alam bawahnya . Trik murahan, teman" Sho menyunggingkan bibirnya.

"Sial. Aku tak bisa mendekati gadis itu, jika naga-naga itu berada di sekelilingnya"

"Setidaknya, kita sudah menemukan gadis itu" Sho berdengus "Bersama dengan sekumpulan peri"

"Ya.. memang beruntung gadis itu.. dikelilingi oleh banyak dragon slayers. Para anak naga itu dapat melemahkan sihir kita. Dasar.. kadal" Yuu memandang Kristal yang berada pada tangan Itou. Kristal dengan pantulan seorang pemuda berambut merah muda. "Pemuda ini dekat sekali dengan, 'ehem' calon-mu Itou?"

"Suara pemuda ini yang membuat, sihirku hilang! Ada sesuatu dari dirinya yang membuatnya berbeda dengan kebanyakan dragon slayers" Itou mengkerutkan keningnya "Dan aku harus tahu apa itu!"

"Jika kau ingin mendapatkan gadis itu. kau harus melenyapkan penghalangnya"

Itou tersenyum licik "Tentu" Jawabnya sebelum kembali menatap Kristal ajaib ditangannya "Kau selamat kali ini… gadis pirang…"

.

.

"Cy… L..Lu…LUCYYY!"

"ARGHHH!" Lucy tersentak kaget ketika ia mendengar seseorang berteriak tepat ditelinganya. Ia terengah-engah. Dari pelipisnya mengalir bulir-bulir keringat. Dilihatnya sekeliling ruangan. Eh? Semua anggota guildnya tengah menatapnya dengan tatapan bingung dan beberapa dari mereka terlihat khawatir? Tu-tunggu dulu?!

Lucy meraba-raba tubuhnya sendiri—ia seperti memeriksa apakah tubuhnya masih utuh? "Luce?" Natsu menyadarkannya dari pikirannya sendiri.

"Dimana mereka?" Tanya Lucy tegas. Pertanyaan Lucy tidak membuatnya menerima jawaban. Tapi malah tatapan bingung dari Natsu yang duduk disampingnya.

Disaat itulah Lucy sadar, jika ia tengah duduk di kursi bar—dengan keadaan yang—baik-baik saja.

"Apa maksudmu dengan, mereka, Lu-chan?" Levy yang berada disamping Lucy lainnya, merasa penasaran.

Lucy menelan ludahnya. Mencoba untuk menjernihkan tenggorokannya yang kering. "Wolf slayers?" Kata Lucy dengan nada ragu-ragu.

Setelah itu yang terdengar adalah cekikikan juga tawa dari anggota guildnya. Bahkan Natsu tertawa geli , sembari memegangi perutnya.

"L-Luce! I-Itu humor yang bagus!" Natsu mengacungkan jempol kearahnya.

"A-Apa?"

"L-Lu-chan… " Levy menghapus beberapa bulir air matanya yang sempat mengalir "Sepertinya.. kau tadi bermimpi"

"Huh? Apa maksudmu?"

"Kau tidak ingat? Baiklah.. ketika Natsu dan Gray kembali melanjutkan kegiatan—sehari-hari mereka.. bal.. bla.. bla.. Gajeel mengemut beberapa besi dipojok guild. Lisanna dan Mira tengah mengelap beberapa gelas seperti biasa. Erza memakan kue kesayangannya dengan tenang. Lalu kau dan aku?" Levy menghentikan kalimatnya sebentar.

"Kita tengah berbincang-bincang bersama.. di sini…" Levy menepuk-nepuk meja bar.

"Jadi… maksudmu.. tadi aku tertidur? Disini? Saat kita berbincang-bincang?" Tanyanya memastikan. "Iyap!"

"Tak ada wolf slayers?"

"Gi hee. Bunny-girl. Cukup dengan lelucon itu"

"Aku tak bercanda Gajeel!" Lucy berteriak kesal. Sembari menghentak-hentakan kakinya ke lantai.

"Ini semua salahmu Levy. Kau menceritakan semua tentang wolf slayers itu pada Lucy-san dan membuatnya mendapatkan mimpi buruk" Lisanna menggelengkan kepalanya.

"Hahaha.. kau benar. Gomenne Lu-chan! Lagi pula jangan khawatir! Wolf slayers itu tak ada! Maksudku.. um… istilah kasarnya punah!"

"Begitukah?" Lucy memiringkan kepalanya "Souka.."

"Karna itu.. tenanglah Lucy" Cana merangkul tubuh mungilnya. "Lebih baik kau minum bersamaku" Cana menyodorkan gelas bir-nya.

"T-Tidak Cana … terima kasih.." Lucy mendorong pelan gelas bir-nya. "Awh.. Lucy? Mungkin kau kelelahan? Apa misi yang tim-Natsu jalani akhir-akhir ini sangat berat?" Mira menepuk punggungnya.

Tanpa mereka sadari Master memperhatikan mereka dari kejauhan. "Hmm.. sepertinya.. anak-anakku.. memang terlalu banyak mengambil misi akhir-akhir ini…" Master menggosok-gosok dagu berjenggotnya. Tiba-tiba ia bangkit dari tempat ia duduk dan menghadap pada anggota guilnya.

"SEMUANYA! DENGARKAN AKU!" Master Makarov bereriak dari lantai dua, mencoba mendapatkan perhatian dari anak-anak asuhnya. Nada tegas Master membuat beberapa anak asuhnya sedikit cemas. Mungkinkah ini mengenai kerusakan 'sesuatu' lagi? yang membuat pria tua itu harus mengganti rugi atas ulah mereka?

"Psst… pasti ini soal tim Natsu.. yang merusak kota lagi.." Bisik Macao pada Wakaba. "Aku tahu.. mereka selalu membuat ulah. Dan membuat kita terkena imbasnya"

Gray yang berada disamping mereka pada saat itu, mendengar perkataan mereka dan segera maju menghadap Master "Master! Jika ini mengenai kerusakan sebuah kota oleh tim Natsu? Salahkan Flame-Head!" Sahut Gray menunjuk kearah Natsu.

"Apa?! Underwear Prince! Kau kan juga ikut menghancurkan kota!" Protes Natsu menepas tangan Gray.

"Master! Maafkan aku, jika aku tak bisa menjaga mereka…." Erza menundukan badannya dari lantai bawah menghadap Master Makarov.

"Tapi kali—" Master Makarov baru saja ingin membuka mulut. Gray dan Natsu sudah saling mengejek satu sama lain.

"DASAR KAU MATA SAYU!"

"APA?! MATA SIPIT!"

"UNDERWEAR PRINCE!"

"FLAME-BRAIN!"

"PRIA DENGAN BOXER!"

"PRIA DENGAN RAMBUT PINK!"

"APA?! KAU …..!"

Natsu dan Gray sudah memulai pertarungannya. "KALIAN! HENTIKAN !" Erza berteriak.

"Ara… Ara.. Tim Natsu membuat ulah lagi… " Mira tersenyum tipis dari balik bar.

"Yah… itulah Tim Natsu…" Levy menambahkan.

"Ck, kekanak-kanakan…." Gajeel menyilangkan kedua tangannya.

"Luce! Kau membelaku kan?!" Natsu berteriak dan menghadap Lucy. Lucy hanya bersweatdrop melihat tingkah Natsu itu.

"Apa? Kenapa ia harus membelamu?" Gray bersiap mengeluarkan sihirnya.

"Itu karna—!"

"Hey, Lucy!" Panggil Mira padanya, membuat Natsu menghentikan kalimatnya. "Yeah?" Gadis celestial mage itu merespon panggilannya dengan menolehkan kepala kearahnya.

"Aku sedikit heran.. sebenarnya kau menganggap Natsu sebagai , apa?" Tanya Mira tiba-tiba, membuat sebagian anggota guild Fairy tail membuka lebar-lebar telinga mereka. Mira memang selalu—mengejutkan semua orang dengan berbagai pertanyaan yang ia lontarkan.

Bahkan Master Makarov pun kini mengunci mulutnya dan mengalihkan perhatiannya pada kedua anak asuhnya yang menjadi pusat perhatian.

Lucy menaikan satu alisnya.

"Apa kau menganggapnya sebagai keluarga?"

"Tentu" Jawab Lucy singkat dan yakin.

"Apa .. ia.. lebih dari keluarga?"

"Ya"

Mira mendengar beberapa anggota guildnya menahan nafas mereka. Kebanyakan dari mereka adalah para gadis. Mira semakin yakin dengan bakat matchmakernya jika Lucy menyukai Natsu.

"Apakah kau pernah berpikir untuk menjadikan Natsu.. pacarmu?" Tanya Mira dengan suara keras. Agar semua orang dapat mendengarnya.

Seketika keheningan melanda ruangan guild Fairy tail, kebanyakan dari mereka menatap Lucy dengan tatapan penasaran. Sangat—mengejutkan—juga tak biasa. Lucy bahkan terlihat sangat tenang tanpa adanya rona merah di wajahnya ataupun sikap gugup.

Lucy mengedipkan matanya sekali dan menjawab pertanyaan Mira "Tidak kah kalian tahu? Aku dan Natsu sudah jadian sejak kemarin"

.

.

.

"APA?!"

Lucy tersenyum tipis, lalu berganti cengiran sebelum akhirnya ia tertawa lepas. Air mata kebahagiaan mengalir di pipinya sembari memegangi perutnya yang terasa menggelitik. Ia tak pernah menyangka reaksi para anggota guildnya akan sebegini hebohnya.

"Kenapa kau tak memberitahu kami?! Yang lebih penting adalah… aku?!" Levy menunjuk dirinya sendiri.

"Huh? Kami baru jadian kemarin. Kau tak melewatkan apapun Levy-chan"

"Tapi kami pasti ketinggalan first kiss kalian! dan aku tak memotretnya!" Mira mengguncang-guncangkan badan Lucy.

"Tapi.. Tapi… Lucy? Ini Flame-head! Ia bagaimana bisa… ia..kau.. jadian.. dengan si bodoh itu?"

"Hey! Jangan berbicara seakan aku tak ada?!" Natsu menghentak-hentakan kakinya kelantai, kesal karna merasa tak ada satupun dari mereka yang menganggap ia ada. "Jadi? Masih ingin berkata aku bodoh?" Kata Natsu sembari mengayunkan lengannya pada bahu Lucy.

Para anggota guild hanya dapat melirik satu sama lain sebelum mereka..

"Yeey!"

"Kalian pasangan yang serasi!"

"Lu-chan! Selamat ya!"

"Kau pria sejati Natsu!"

"Hoooo~ Salamander sudah menembak Bunny-Girl~"

"Huh? Mengapa Lucy-nee tak mati?" Asuka memiringkan kepalanya.

"Kau terlalu muda untuk mengerti hal semacam ini, Asuka" Bisca mengelus kepala putri kecilnya itu.

"Yah.. biarpun ini masih mengaggetkan, tapi akhirnya kau punya otak juga Flame-Head!"

Setelah Gray memberi selamat terakhir. Master Makarov kembali membuka mulutnya "Natsu… Lucy… Selamat untuk kalian…." Master tersenyum lebar. Lucy hanya tertunduk malu dan Natsu mengacungkan jempolnya"Arigatou Ji-chan!"

"Baiklah… kembali dengan apa yang inginku bicarakan… kalian sudah mengerjakan misi dengan baik akhir-akhir ini… dan tidak semua dari kalian yang menghancurkan kota…" Master melirik kearah tim Natsu dan membuat mereka menyengir kuda"… Aku hanya ingin… mengadakan liburan…"

"LIBURAN?!" Semua berteriak.

Master tersenyum, mengangguk kecil "Ya… anggap saja… itu hadiah untuk kalian…"Semuanya bersorak atas kebaikan Master Makarov. Bisca mengacungkan tangan "Ano… Master…. Wendy, Romeo dan Charle belum kembali dari misi.."

Sesaat Bisca berbicara, Pintu guild terbuka menampakan sosok anak lelaki berambut hitam dan anak perempuan berambut biru. Dengan kucing putih yang berjalan di sebelahnya.

"TADAIIIMA!"

"WENDY!"

"ROMEO!"

"CHARLE~" Happy melesat terbang kearah Charle.

"Bagus kalian sudah kembali…" Master Makarov menyambut mereka dengan senyuman ramah.

"Hai! Master… aku sudah mendengar kita akan berlibur … beruntung aku seorang dragon slayer…" Wendy tersenyum.

"Ngomong-ngomong … kita akan berlibur kemana Ji-chan?" Romeo bertanya. Pertayaan Romeo membuat anggota guild yang tadi sudah ribut kembali mengarahkan perhatiannya pada Master Makarov.

"Kita akan pergi… ke sebuah pulau… pulau okami "

(..)

"Hmm… aku penasaran.. tentang pulau okami itu?" Lucy berjalan menuju apartementnya ditemani oleh—pacar resminya. Sebenarnya Natsu yang memaksanya untuk ikut. Ia takut ada seseorang yang melukai Lucy atau ada pemuda lain yang membawanya pergi, karna itu kewajibannyanya sebagai pacar, untuk menjaganya. -_-"

"Entahlah Luce~ sebaiknya kita bersiap! Ji-chan menyuruh kita datang ke pelabuhan besok pagi~ Ugh~ Kapal laut~" Memikirkannya saja Natsu sudah mual. Wajahnya kembali hijau sembari mengelus perutnya. Lucy hanya tertawa kecil.

Mereka kini sudah berada di depan apartemennya. Lucy membuka pintu dan masuk kedalam—dengan santai Natsu mengikutnya dari belakang. Lucy menjitak kepala Natsu. "Ouuuuch Luce! Ada apa lagi!" Protes Natsu yang merasa tidak melakukan kesalahan tapi dijitak oleh Lucy.

"Rumahmu bukan di sini kan ,Natsu?"

"Huh? Bukannya aku pacarmu? Berarti aku juga bisa tinggal disini"

Lucy menjitak kepala Natsu lagi dan mencubit pipi chubby-nya "Pulanglah Natsu… besok kita akan bertemu lagi…. Pu-lang ya.. pa-car-ku sa-ya-ng…"

Lucy tersenyum lembut "Baiklah… bila kau berikan aku ciuman…" Natsu tersenyum jahil dan mencolek pipi Lucy.

"Ugh~ pulanglah Natsu. Aku sedang tak mood, untuk bercanda" Lucy membuang wajahnya.

"Luce~ aku tahu kau menginginkannya~"

"Tidak"

"ingin"

"Tidak"

"Ingin"

"Tidak"

"Tidak?"

"Ingin"

Lucy menutup mulutnya. "Aha! Kamu menginginkannya!" Natsu menunjuk dengan penuh semangat! Lucy menghla nafas "Baiklah…di mana kau ingin?" Natsu menaruh telunjuknya dibibirnya.

"Tidak! "

"Oh~ ayolah Luce~"

"Di pipi! Jika tidak mau ya sudah!"

Natsu memanyunkan bibirya "Baiklah… Luce…" Lucy mendekatkan bibirnya ke pipi Natsu, tapi tiba-tiba ia menoleh dan …. Bibirnya menyentuh bibir Natsu.

"Terima kasih Luce! Bye!" Natsu berlari pulang sambil cekikikan.

"Na-Natuuuuu!" Lucy menutup keras pintunya.

'Apa-apaan sih! Si Natsu itu!' pikir Lucy mengacak rambut pirangnya. 'dasar keras kepala….'

"Hmm… kami akan pergi ke pulau Okami? Bukannya itu berarti pulan s-serigala?" Lucy mengalihkan pandangannya keluar jendela. Hari sudah berganti malam. Matahari sudah berganti bulan. Lucy menaikan satu alisnya. Malam ini… bulannya terlihat sangat aneh. Kenapa bulannya.. berwarna kemerahan?

Deg. Lucy tiba-tiba mendengar sebuah lolongan. Anjing? Tidak! Se-serigala?

"K-Kenapa firasatku.. jadi buruk begini.." Lucy mengelus belakang lehernya, dimana bulu kuduknya berdiri. "A-Apa Levy-chan benar? Jika wolf slayers itu sudah tak ada?" Lucy bertanya pada dirinya sendiri. Lalu ia menepuk-nepuk pelan pipinya sendiri. "Tidak ada! Sudah pasti Levy-chan benar! Haha!" Lucy berusaha menyangkal—apapun mengenai wolf slayers.

Ia pun bergegas mengganti pakaian sehari-harinya dengan piyamanya. "Lebih baik aku cepat tidur, sepertinya aku terlalu lelah…."

(…)

"Huh? Kalian dengar itu? mereka akan pergi ke pulau okami"

"Haha! Beginilah maksudku! Kita tak perlu bersusah payah. Dengan keberuntungan.. bukan lagi kita yang mengejar. Biarkan mangsamu menghampirimu.."

"Apa Master mereka suda gila? Berlibur di pulau okami?"

"Yang mereka tak tahu adalah… pulau okami itu…"

….

Karakter yang ada setelah ini:

Natsu, Lucy, Gray, Erza, Happy, Charle, Makarov, Lisanna, Mira, Elfman, Freed, Bixlow, Evergreen, Laxus, Gajeel, Cana, Juvia, Levy ,Wendy, Charle, Romeo , Bisca, Alzack, Asuka.

….

"KYAAAAAA! AKU TELAT!" Lucy berteriak histeris. Lengkingan suaranya bahkan tanpa ia sadari membangunkan beberapa tetangganya. Matahari masih malu-malu untuk menampakan dirinya. Burung-burung pun belum banyak yang berkicau. Lalu? Apa yang ia lewati?

"Erza akan membunuhku!" Lucy melompat dari tempat tidurnya dan segera mengemas perlengkapannya—panik.

Erza?

Yup. Benar. Erza menyuruh semua penyihir Fairy tail untuk berkumpul di pelabuhan subuh tadi. Dan .. jam berapa sekarang? Waktu sudah menunjukan pukul setengah 7. Erza benar akan menguliti Lucy sekarang.

Lucy grasak-grusuk. Kamarnya yang semula rapi dan bersih… kini terlihat layaknya kapal pecah. Ia hanya terfokus pada—barang bawaannya, hingga tak menyadari jika ada seseorang yang masuk melalui jendelannya. Orang itu mengendap – ngendap pelan, berniat untuk mengagetkannya dari belakang. Senyum jahilnya terus tertempel diwajahnya. Ia sangat yakin Lucy akan sangat terkejut akan kehadirannya.

1…2…3….

"Natsu. Jangan coba-coba untuk mengagetkanku…."

Natsu terdiam ditempat "Eh? Luce! Bagaimana kau bisa tahu ini aku?!" Natsu menempelkan pantatnya pada kasur Lucy. Sembari menyilangkan kedua tangannya didepan dadanya.

Lucy menghadapnya penuh dan berjalan mendekatinya. Ditunjuknya wajah Natsu "Aku tahu, kau satu-satunya orang yang tidak tahu kalau setiap rumah mempunyai pintu…"

"Ah! Kau tak seru!" Natsu merengek, manja, sembari membuang wajahnya "Hey Luce…" panggilnya kembali menghadap Lucy. "Semuanya sudah menunggumu di pelabuhan… Erza sangat marah kau tahu…"

SIAL!

"Apa?!" Lucy mengacak-ngacak rambut pirangnya "Natsu! Tolong kau masukan barang –barang ini ke ranselku,Ok? Aku akan mandi dulu" perintahnya sembari mengambil perlengkapan mandinya. Tapi, baru selangkah Lucy masuk kedalam kamar mandi, Natsu memanggilnya dan sukses membuatnya sedikit kesal.

"Apa lagi Natsu?" Tanya Lucy, malas.

"Apa aku harus memasukan ini juga?" Natsu mengangkat… 'ehem' pakaian dalam Lucy. Memegang barang seperti itu saja, sudah membuatnya gemetaran dan dag-dig-dug tak karuan.

"Ah!" Lucy menepuk keningnya "Tidak! Ugh~ yang seperti ini biar aku" Lucy menyambar pakaian dalamnya dari tangan Natsu. Ia berdengus sembari berkata "mesum" sebelum masuk kedalam kamar mandi.

Natsu menaikan satu alisnya. Tawa kecil keluar dari bibirnya. "Weirdo.."

Tak perlu waktu lama, bagi Natsu untuk menunggu Lucy selesai membersihkan tubuhnya. Yup! Tak lama! Hanya—dapat membuat Natsu terlelap dan mendengkur di kasurnya. "Geez… naga pemalas…" Gerutu Lucy yang melirikan matanya pada pemuda berambut merah muda, yang tengah merebahkan tubuhnya pada kasurnya yang empuk.

Lucy hanya dapat menghela nafas. Senyum tipis diwajahnya perlahan berubah menjadi cengiran jahil. Dengan langkah pelan—tanpa suara, ia mendekatkan bibir mungilnya pada telingan dragon slayer itu. Ia menarik nafas dalam-dalam sebelum…

"NAAAATSUUUUU! AYOOO PERGIII!"

"WAAAAAA!" Natsu terlonjak kaget dan jatuh tersungkur ke lantai. Wajahnya sukses—mendarat duluan pada lantai datar—juga keras apartemen Lucy "Lu-Luce… itu tidak baik!"

"Hihihi… okeh maafkan aku, ayo pergi…" Lucy tersenyum lembut kearahnya sembari mengangkat ransel merah mudanya.

Natsu bangkit dari tempatnya jatuh sembari menjentikan jarinya. Sepertinya sebuah ide terlintas dipikirannya "Okeh… tapi kita pergi dengan caraku" Katanya tersenyum jahil.

"Hum?"

Natsu mengangkat Lucy ala bridal style dan menjingjing ransel merah muda Lucy, dan melompat keluar, melalui jendela. Lucy hanya dapat berteriak beberapa kali untuk diturunkan, tapi Natsu tak menggubris teriakannya yang melengking itu. Mereka pergi menuju pelabuhan, di sepanjang jalan banyak orang yang melontarkan komentar mengenai mereka dan itu hanya membuat wajah Lucy semakin memerah. Kenapa mereka harus.. 'ehem' setenar itu? hingga semua orang tahu siapa mereka?

"Waaaaah! Cute couple!"

"Terima kasih~"

"Anak muda zaman sekarang memang hebat!"

"Hehehe…"

"Bukan kah itu Salamander? Wah! Dia sudah mempunyai istri!"

"Aku baru pacaran saja!"

"Gadis yang cantik! Kenapa kau mau dengan salamander berambut merah muda itu?"

"Hey! Jangan panggil aku begitu! Tidak sopan!"

"Semoga kalian selalu bersama…"

"Ah… Arigatou…!"

Natsu menjawab semua komentar yang diberikan kepadanya dan Lucy—dengan santai juga senang. Lalu Lucy? Ia hanya dapat memajukan bibirnya, tak peduli.

Kini mereka sudah sampai di kawasan pelabuhan. Lucy melihat ada satu kapal dengan banner lambang Fairy tail 'Itu pasti kapal kami…' pikirnya. Dilihatnya seorang gadis berambut merah yang tengah berdiri didepan kapal itu. wajahnya jelas menunjukan perasaannya saat ini. jenuh.

Glek!

Lucy menelan ludah. Ajalanya sudah dekat.

"Hey Erza!" Natsu menurunkan Lucy dari gendongannya tepat di depan—malaikat pencabut nyawa "Aku taruh ransel Luce di dalam dulu ya!"

'Natsu! Si bodoh! Kenapa ia menurunkanku didepan E-Erza?!' Batin Lucy berteriak. Lucy mengangkat kepalanya yang tertunduk menghadap Erza yang sudah mengeluarkan aura gelap! Mata tajamnya tak pernah lepas menatap Lucy.

"Lucy…" Panggil Erza dengan nada tegasnya"Master menyuruh semua penyihir datang subuh tadi… sekarang jam berapa?" Tanya Erza mencondongkan tubuhnya ke Lucy.

"A-Aye.. Er-Erza… Ja-Jam delapan? A-Apa Aku be-benar?" Lucy menjawab dengan gugup.

"Kau tahu apa artinya itu…."

"A-Aku te-telat kan?"

"Kalau begitu kau harus dihukum….."

(Natsu Pov)

Aku menaruh ransel Lucy di salah satu kursi kapal. Tidak biasanya? Bawaannya kali ini sepertinya sangat ringan? Biasanya ia membawa banyak perlengkapan saat kami menjalankan misi?

Aku mengangkat bahuku. Oh.. baiklah. Kau tak akan langsung memahami isi kepala seorang Lucy Heartfillia. Aku menolehkan kepalaku kekanan dan kekiri.

Hum… aku heran kenapa Luce lama sekali.

"Natsu? Mana Lu-chan?" Levy bertanya padaku, dengan nada khawatir. Jelas ia sangat tak percaya padaku, jika aku dapat menjaga Lucy! Aku akan mengingat ucapanmu Levy!

"Di bawah bersama Erza" Aku menjawab tersenyum tipis kearahnya.

….

Tapi senyumku pelahan pudar ketika aku baru sadar Lucy dalam bahaya! GAAAH! Pacar macam apa aku?! Kenapa aku menurunkannya di depan Erza! Erza pasti menghukumnya! Kenapa aku lupa serikat kami memiliki malaikat pencabut nyawa?!

Aku berlari menuju tangga masuk kapal. Berharap bagian tubuh Lucy masih utuh dari atas hingga bawah! Tapi langkahku terhenti ketika melihat gadis pirang masuk meringis kesakitan dan menggosok kepalanya yang bengkak? lalu di belakangnya … Glek! Gadis berambut merah beraura gelap itu… Erza….

(Normal Pov)

"Erza! Apa yang kau lakukan pada , Luce!" Natsu menghampiri mereka.

"Sedikit memberinya pelajaran…." Erza menjawab dengan santai.

"Kau kan tidak perlu seperti itu Erza! Kasih—" Natsu memotong pidatonya karna kapal tiba-tiba bergerak. Wajahnya mulai menghijau, ia pun seketika jatuh tersungkur sembari memegangi perutnya yang terasa tak enak. Kini, kapanpun ia dapat mengeluarkan isi perutnya.

"Haaah..Natsu ,Kau ini… ingin membelaku tapi kau sendiri begini…" Lucy menyeret Natsu menuju tempat sahabat-sahabatnya berkumpul. Erza hanya mengangkat bahu dan pergi untuk mengambil persedian kuenya.

"Ara.. Ara… Natsu… kau sama sekali tidak pernah berubah ya…" Mira tertawa kecil melihat pipi Natsu yang mengembung dan berwarna hijau. Matanya pun kini putih.

"Kalau berubah bukan Natsu namanya Mira-nee…" Lisanna tertawa kecil bersama dengan kakak perempuannya.

Lucy mendudukan Natsu tepat disebelahnya "Jika begini, bagaimana kau bisa menjaga, Lucy, Natsu?" Tanya Cana berdengus.

"T-Tenang s-saja! A-Aku akan tetap menjaganya… ugh…" Natsu memaksakan untuk membuka mulutnya.

"Ck, Flame Head berbicara saja…" Gray memasukan tangan kesaku celananya "Lebih baik urusi dulu, dirimu yang terlihat menyedihkan itu. kau tak ada bedanya dengan…" Gray melirik pada Gajeel yang juga terkapar di pojokan "Makhluk itu"

"Hah.. kenapa kita bisa lupa? Jika ia juga seorang dragon slayers?" Levy menggelengkan kepalanya.

"Tapi.. Juvia sedikit bingung. Bagaimana bisa? Gajeel-kun dan Natsu-san terkena mabuk ketika menaiki sebuah alat transportasi. Sedangkan Laxus-san dan Wendy tidak?" Tanya Juvia.

Mereka pun melirik pada Laxus yang tengah memandang laut. Merasa diperhatikan ia menolehkan kepalanya "Cih. Karna aku bukan anak naga" Jawabnya singkat dan kembali mengalihkan pandangannya pada bentangan laut luas.

"Itu belum menjawab pertanyaan kami" Kata Lucy bersweatdrop. "Lalu.. bagaimana denganmu, Wendy?" Lucy mengalihkan pandangannya kearahnya.

"Huh?" Wendy memiringkan kepalanya "Jujur.. aku pun tak tahu Lucy-san" Wendy tersenyum tipis.

Lucy menghela nafas, masih banyak yang harus ia pelajari tentang berbagai macam penyihir.

Masing-masing dari mereka pun mencoba untuk mencari kegiatan selama di perjalanan. Beberapa dari mereka hanya berbincang-bincang, kebanyakan para gadis. Ada juga yang memakan beberapa cemilan. Master dan Laxus yang tidur dipojokan—kakek dan cucu memang sama. Natsu dan Gajeel yang tekapar. Seorang pemuda yang mulai telanjang—dengan seorang gadis yang sudah melakukan kegiatan sehari-harinya—stalker.

Lucy menggerakan bola matanya ke sebuah pulau yang tak jauh dari kapal mereka "Itu…"

"Baiklah! Kalian!" Makarov berteriak "Kita sudah sampai!" Ia tersenyum lebar menunjuk kearah sebuah pulau besar, pantai dengan pasir putih dan pohon kelapa yang menjulang ke atas menjadi pemandangan pertama yang mereka lihat. Pulau yang indah.

"Waaah! Pulau yang cantik~" Bisca menatap pulau yang mengangumkan itu sambil menggendong Asuka.

"Asuka … menyukai pantai bukan?" Alzack bertanya menepuk kepala putrinya pelan.

"Hum! Asuka sangat suka!" Asuka tersenyum lebar.

"Be-berjalan berdua dengan Gr-Gray-sama~" Juvia mulai berada di lala-land-nya.

"Charle~ mau berjalan dipantai bersamaku?" Happy bertanya dengan nada menggoda.

"Terserah kau lah… kucing jantan…" Charle memalingkan muka. Wendy hanya tersenyum kearah dua kucing itu.

"Ne, wendy kau mau pergi bersamaku kan?" Romeo tersenyum lebar. "Te-tentu saja.." Wendy menjawab malu-malu.

"Tak kusangka… ia mampu menemukan pulau seindah ini~" Cana meneguk kembali minumanya "Pria tua itu, kadang memang sangat hebat"

"YOSH! Ini seperti momen lelaki!" Elfman mengepal kedua tangannya.

"Apa maksudmu dengan itu?" Eve memukulnya dengan kipasnya.

"Kau tidak mengajak Lisanna jalan lagi Bixlow?" Freed menyikut lengan Bixlow, berniat untuk menggodanya.

"Hmm… bagaiman dengan kau? Tidak mengajak Mira, huh?" Bixlow membalas sikutannya. Setelah itu mereka saling menyikut satu sama lain.

"Kalian dengarkanlah…. Kita akan menginap di sebuah resort, karna ini sebuah tempat wisata dan mungkin akan ramai.. jaga sikap kalian!" Master Makarov memberi penekanan pada kalimat terakhir "Jadi Fairy tail…. Kalian siap berlibur!"

"Ayeee!" semua mengangkat tangan ke udara.

Di suatu tempat…

"Huh? Akhirnya datang. Lama sekali mereka" Lelaki berambut hitam pekat dengan mata biru memandang kapal Fairy tail yang berlabuh dari tempat tinggi.

"Mereka hanya sekumpulan peri kecil dan lemah. Tidak seperti kita yang dengan mudah menyebrangi lautan dengan sihir kita. Sedangkan mereka? Harus dengan kapal. Penyihir yang menyedihkan" Ledek lelaki berambut biru dan bermata cokelat.

"Sudahlah kalian" Lelaki berambut putih dan bermata emas tajam itu, memandang kapal serikat Fairy tail itu dengan wajah sumeringah"Yang penting kita harus menyambut kedatangan mereka, bukan?"

"Kau benar!"

"Yah… para peri… selamat datang di sarang para serigala.."

.

.

Yosh! :] sebenarnya ceritanya tidak begitu berubah. Hanya saja.. alurnya yang berubah ^^ wokeh! R n R?