.

QUENDI

EXO © SMent & themselves

The Silmarillion © J. R. R. Tolkien

How To Train Your Dragon © DreamWorks

Cast:

Kim Jongin

Oh Sehun

Genre: adventure, fantasy, drama, romance, dll.

Warning: Shounen-ai, Fantasy/adventure gagal, OOC, misstypo(s), AU, dll.

DON'T LIKE? DON'T READ!

.

.

Silahkan buka dulu mp3 playernya dan play lagu EXO - Peterpan!

.

Jongin merasa tubuhnya berat sekali, sulit untuk digerakkan. Yang terakhir diingatnya adalah, dia ada di sebuah hutan gelap yang tidak dikenalnya. Dia tidak tahu hutan itu adalah gunung yang pernah didakinya atau bukan. Sepertinya bukan, karena seingatnya dia tidak pernah menjelajahi hutan yang seram penuh dengan suara burung gagak seperti itu.

Dia ingat dia bertemu dengan seseorang─ah bukan, tapi sesuatu. Entahlah dia sendiri tidak tahu, dia tidak bisa melihat wujudnya, tapi bisa mendengar suaranya. Suara yang terdengar berbisik menyeramkan di telinganya... menawarkannya kekuatan.

Dia tidak mengerti, tapi tiba-tiba saja pipinya tergores dan darah menetes dari luka sayatan itu. Dan setelahnya, sosok itu menghilang dan berakhirlah dirinya berputar-putar tersesat di hutan yang sepertinya berhantu itu.

Setelahnya juga dia sempat mendengar sebuah suara. Entah hutan itu memang angker atau hanya halusinasinya saja, tapi dia bisa mendengar dengan jelas bahwa seseorang memanggil namanya. Dia merasa kenal dengan suara itu, terdengar familiar di telinganya tapi entah kenapa dia tidak bisa mengingat wajah dari pemilik suara itu.

Suasana gelap dan berkabut membuatnya merinding takut, bagaimana kalau dia tidak bisa pulang? Bagaimana kalau selamanya dia akan tersesat dalam hutan itu?

Jantungnya bahkan sudah berdentum sangat kencang dan bulu kuduknya meremang setiap kali mendengar pekikan burung gagak yang seolah dekat sekali dengannya.

Lalu dia ingat sempat terjatuh karena tubuhnya yang lemas seketika, tidak bisa digerakkan sama sekali. Dia benar-benar kebingungan dan tidak ada seorangpun yang bisa dia tanyai tentang keadaannya.

Lalu semuanya berubah gelap! Itu hal terakhir yang dia ingat, dan sekarang dia bahkan tidak bisa membuka kelopak matanya sendiri. Seolah ada perekat kuat di sana. Sebenarnya apa yang terjadi? Apa dia sudah mati?

Oh, sebelum dirinya ada di hutan yang seram itu, dia sedang mendaki sebuah gunung bersama Moonkyu. Apa dia tersesat? Lalu dimana Moonkyu dan yang lainnya? Kenapa tidak ada yang mencarinya?

Bukan, rasanya ada sesuatu yang hilang! Setelah dirinya mendirikan tenda dan berjaga malam itu, dia ingat pergi ke suatu tempat.

Kepalanya terasa dipukul oleh palu besar ketika berusaha mengingatnya. Dia ingat sesuatu seperti...

Cahaya...

Lorong dimensi...

Jatuh...

SEHUN!

Dia tersentak dan berhasil membuka matanya seketika, menarik napas dalam ketika menyadari dadanya terasa sesak sedari tadi. Cahaya yang memasuki retina matanya tiba-tiba membuatnya silau!

Dia berusaha membiasakan matanya dengan cahaya yang ada, sambil mengatur napasnya yang memburu. Dia bahkan berkeringat entah karena apa.

Lalu seseorang memeluknya, saat pandangannya masih memburam dia hanya bisa melihat kepala bersurai cokelat yang menempel di dadanya. Posisinya yang tiduran membuatnya sulit melihat, dan dia semakin khawatir saat mendapati tubuh diatasnya yang tengah memeluknya itu bergetar kecil.

"Hey..." panggilnya seraya berusaha menggerakkan tangannya yang lemas untuk mengelus kepala surai cokelat yang masih menempel di dadanya itu. Sosok itu mendongak, dan dia bisa melihat paras manis putih susu yang selalu hadir di setiap harinya belakangan ini, senyum lucu yang selalu berhasil membuatnya gemas ingin mengecupnya.

"Kau sadar juga..." dan suara yang selalu berhasil membuatnya berimajinasi liar. Haha...

"Sehun-ah..." panggilnya lirih seraya tangannya yang tadi mengelus rambut Sehun, kini bergerak mengelus pipi Sehun perlahan.

Dia ingat dirinya ada di Valinor!

Dan bersama Sehun!

Dilihatnya tangan Sehun kini menangkup punggung tangannya yang masih bertengger di pipi putih halus itu. "Ya, Jongin..."

Entah kenapa rasanya beban berat yang tadi membuat dadanya sesak kini sudah menguap begitu saja, membuatnya menghela napas lega dan tersenyum ke arah Sehun. Bagaimana bisa dia hampir saja melupakan Sehun?

Kali ini dia menarik tengkuk Sehun agar merunduk ke arahnya, tapi bahkan sebelum dia bisa menyentuh bibir itu, Sehun sudah menahannya.

"Jangan...!" lirih Sehun sambil menarik diri.

Dia hanya mengerutkan keningnya mendapati jawaban seperti itu. Apa Sehun masih mempermasalahkan tentang perbedaan mereka?

"Che! Manusia tetap saja mesum bahkan setelah bangun dari pingsan!"

Gerutuan itu membuatnya menengok dan mendapati ayah Sehun berdiri sambil bersidekap, lalu ada Yixing yang sibuk membalutkan kain putih pada Wufan yang tengah duduk menyender di ranjang sebelahnya.

Dan matanya melebar kaget mendapati dirinya ada di sebuah ruangan luas dengan ranjang yang berjejer banyak dan orang-orang yang di rawat di sana. Dia berusaha bangkit untuk duduk di bantu oleh Sehun.

"Eeeeh? Apa yang terjadi? Kenapa semuanya terluka?" tanyanya kaget seraya menatap berkeliling ruangan yang terlihat ramai karena banyaknya lalu lalang tabib dan quendi yang bergelimpangan di ranjang masing-masing.

"Kau tidak ingat?" pertanyaan dari Yixing membuatnya menengok dan memiringkan kepalanya tidak mengerti.

"Tidak... ingat? Oh, aku kan harusnya sudah mati karena dipenggal!" celetuknya mengingat hal sebelumnya.

"Kau masih mau dipenggal?" pernyataan tajam dari ayah Sehun membuatnya menelan ludah dan menggeleng cepat, menolak perkataan itu.

"T-tidak! Kumohon jangan penggal aku! Setidaknya pulangkan saja aku ke duniaku!"

"Duniamu haa?!"

"E-eh, maksudku Arda... itu dunia milik bersama kan? Haha-" ujarnya dengan tawa canggung, berusaha tidak memancing amarah ayah Sehun.

"Kau akan pergi?" pertanyaan Sehun membuatnya menoleh dan kelabakan melihat ekspresi sedih Sehun itu. Aaa~ apa yang harus dia jawab? Serba salah kan sekarang! Inginnya sih pulang dan membawa Sehun juga, sekalian mengenalkan Sehun ke ibunya sebagai calon istrinya!

Tapi rasanya itu mustahil! Gerutunya sambil melirik pada ayah Sehun yang masih terus saja mengawasi gerak-geriknya.

"Dia memang akan pulang!"

Dia tersentak mendengar perkataan ayah Sehun itu, matanya menatap sosok kepala ras dengan intens, berusaha menunggu apakah itu hanya lelucon ataukah bukan. Dan ayah Sehun justru hanya diam bergeming, ekspresinya tetap dingin dan tajam menatapnya. Uh oh, sepertinya itu bukan lelucon. Yaah... sebenarnya dia senang sih, tapi dia jadi penasaran kenapa ayah Sehun sekarang mau memulangkannya daripada membunuhnya. Apa benar-benar terjadi sesuatu?

Dan dia akan benar-benar pulang! Itu artinya dia akan berpisah dengan Sehun! Ah, bagaimana dia bisa hidup setelah ini huh?

"Katakan Jongin, kau bertemu sosok aneh dalam mimpimu?" kali ini Yixing menyela dan bertanya padanya.

Dia menerawang sebentar sebelum menjawab, "Kalau yang kau maksud dengan mimpi itu aku berada di hutan belantara, ya! Aku bertemu sosok aneh di sana!" jawabnya seraya berusaha mengingat-ingat.

"Apa dia melukaimu?" tanya Yixing lagi.

"Aku tidak melihat dia membawa pisau atau pedang, tapi pipiku sempat tergores dan berdarah!"

"Sudah kuduga!"

Jongin tersentak mendengar hal itu. "Kau sudah menduga? Kau itu esper atau apa sih bisa membaca pikiranku ya?!" serunya kaget karena Yixing bersikap seolah tahu segalanya. Dilihatnya Yixing hanya memutar matanya jengah seraya berdiri dan menghampiri ayah Sehun.

"Seperti yang aku perkirakan!" ujar Yixing.

"Baiklah, panggil semua yang sudah pulih! Rapat dadakan!" teriak ayah Sehun menggelegar ke seluruh ruangan dan berlalu pergi bersama Yixing.

Jongin hampir saja menjambak Yixing agar memberitahunya apa yang sebenarnya terjadi, sebelum pandangannya beralih pada sosok Sehun yang duduk di tepi ranjangnya.

"Apa yang sebenarnya terjadi?" tanyanya pada Sehun dengan penasaran.

"Yixing bilang itu namanya perjanjian darah! Sekarang kau adalah tubuh inang dari roh jahat itu!"

"HAA?!" teriaknya kaget sambil meraba tubuhnya sendiri. "Jadi aku seperti mempunyai alter ego?" tanyanya syok.

"Alter... ego?" tanya Sehun kebingungan memiringkan kepalanya. Duh Jongin jadi gemas ingin peluk.

"Che! Bagaimana bisa orang bodoh seperti ini bisa bertahan dengan kekuatan sebesar itu?!"

Celetukan tajam itu membuatnya menengok cepat ke samping dan menatap tajam pada Wufan. "Diam kau, naga!" sahutnya kesal. Eh, naga ya?

"Dimana Toothless?" tanyanya pada Sehun.

"Toothless? Dia Night Fury-ku tahu!" potong Wufan cepat membuat Jongin kaget mendengarnya.

"Night Fury-mu? Dia nagaku!" elaknya.

"Tsk!" dan Wufan memalingkan wajah ke arah lain sambil berdecih. Jongin hanya menatapnya tidak mengerti, Wufan menyerah secepat itu memperebutkan Toothless?

"Jongin..." panggilan Sehun membuatnya kembali menoleh ke arah quendi manisnya satu itu. "Toothless sepenuhnya milikmu!"

"Eeh? Benarkah?"

"Eum..." Sehun mengangguk senang. "Dia ada di luar, tenang saja!"

Jawaban Sehun sungguh membuatnya ingin keluar dari sini dan menemui Toothless, dia tidak mengerti dan bagaimana bisa terjadi. Dulu dia pikir Toothless akan memilih kembali ke tuannya yang lama.

"Jaga dia baik-baik!"

"Huh? Apa telingaku bermasalah saat ini? Kau bilang apa tadi?" tanyanya merasa tidak yakin pada apa yang Wufan katakan tadi. Dilihatnya quendi itu hanya diam seraya berpaling ke arah lain. Apa itu artinya Wufan menyerahkan Toothless sepenuhnya padanya? Sebenarnya apa yang sudah terjadi sih? Kenapa jadi rumit seperti ini? Membuatnya kesal saja!

"Jonginnie..." panggilan Sehun membuatnya tersentak sekali lagi.

"Sehun bisakah kau tidak usah memanggilku Jonginnie lagi?"

"Eh? Kenapa? Kau yang menyuruhku kan?" tanya Sehun bingung.

"Karena aku tidak yakin bisa menahan diriku lebih lama!" jawabnya seraya menutup mata, tidak sanggup melihat Sehun yang sedang dalam mode moe.

"Jongin..."

"Sehun, aku bilang─"

"Bukankah ini pertemuan terakhir kita?"

Kali ini dia membuka matanya dan menatap Sehun yang juga menatapnya dengan pandangan sendu. Pertemuan terakhir? Benar juga, mungkin saja setelah ini dia akan dipulangkan dan tidak akan bertemu dengan Sehun lagi.

Dengan itu dia bangkit dari ranjangnya dan menarik tangan Sehun.

"Jongin nanti kau─"

"Aku sudah baik-baik saja! Ayo pergi!" ujarnya seraya menarik Sehun keluar dari ruang perawatan itu.

"Kemana?"

"Penerbangan terakhir kita dengan Toothless!"

.

.

.

Terbang di sore hari dengan langit yang berbiaskan warna orange mengingatkannya akan waktu itu, ketika pertama kali dia mengendarai Toothless. Ketika pertama kali dia menikmati terbenamnya matahari bersama Sehun dari atas awan.

Kali ini pun sama, hanya saja rasanya lebih berat. Mengetahui mungkin saja ini waktu berdua mereka yang terakhir membuatnya enggan untuk melepaskan lingkaran tangannya dari pinggang Sehun. hembusan angin yang menerpa dengan kencang tidak dipedulikannya. Dia hanya ingin bersama Sehun!

"Turun, Toothless!" dia menepuk kepala Toothless perlan dan naga itu menurut tanpa protes. Matahari terbenam rasanya sudah tidak terlihat indah lagi baginya. Yang ada di pikirannya justru, bagaimana kehidupannya setelah ini tanpa Sehun?

Toothless mendarat dengan mulus. Tepat di tempat ketika dulu Sehun menyembunyikannya. Tempat ketika pertama kali bertemu Sehun, dan tempat pertama kali bertemu Toothless yang terluka.

"Jongin..." panggil Sehun yang duduk di sampingnya sambil menyandar di batang pohon besar, menatap ke arah kolam yang sebelumnya dia jadikan tempat berburu ikan.

"Kau ingat saat pertama kali kau menemukanku? Kau bernafsu sekali ingin membunuhku saat itu!" mulainya sambil menerawang mengingat kembali saat-saat pertemuan mereka.

"Jangan diingat! Itu memalukan!" ujar Sehun seraya menyandarkan kepala di bahunya dengan nyaman, dia hanya pinggang Sehun semakin merapat ke arahnya.

"Kau suka sekali menyandar padaku. Setelah aku pergi, kau akan menyandar pada siapa? Wufan?" tanyanya mengingat ketika Sehun dulu selalu menatap bahunya seolah gatal ingin selalu bersandar padanya.

"Tidak akan! Hanya kau yang selalu bisa membuatku nyaman!" jawab Sehun dengan suara kecil. "Ne, Jongin... setelah pulang ke Arda apa kau akan mencari pendamping hidup?"

Jongin mengerutkan dahinya mendengar pertanyaan itu. Ternyata, benar apa kata Yixing. Yang membuatnya tidak bisa bersama Sehun itu bukan karena perbedaan antara quendi dan manusia, tapi perbedaan tempat yang membuatnya tidak akan bisa bersama Sehun.

"Kau akan melupakanku dan mencari manusia lain untuk dijadikan pendamping hidup?"

Tangannya yang tadi memeluk pinggang Sehun kini bergerak naik dengan perlahan, mendekap bahu Sehun. "Tidak. Aku tidak akan pernah bisa melupakanmu!"

"Kau akan sendirian sampai tua nanti?" tanya Sehun lagi dengan nada lirih.

Jongin tidak tahu harus menjawabnya dengan 'Ya' atau 'Tidak'. "Sehun-ah... orang-orang bilang kalau jodoh itu tidak akan kemana-mana. Kalau kita berjodoh, kurasa kita akan bertemu lagi suatu saat!" ujarnya seraya mengecup dahi Sehun lama.

"Kapan kita akan bertemu lagi?"

"Entahlah..." jawabnya lirih, bahkan dirinya sendiri tidak yakin apakah mereka akan bertemu lagi. Pemikiran-pemikiran itu membuat kepalanya seolah berputar.

"Bagaimana jika kita kembali bertemu saat kau sudah berkeriput tua?" pertanyaan Sehun kali ini membuatnya terhenyak.

"Tidak masalah. Dengan begitu kita terlihat seperti pasangan kakek-nenek yang bahagia!" jawabnya membayangkan bagaimana jika itu benar-benar terjadi. Pergi ke taman dengan kursi roda, ah itu pasti romantis sekali.

"Bukankah itu jadi akan terlihat seperti pasangan kakek dan anaknya?"

"Haa?" tanya Jongin tidak paham akan perkataan Sehun.

"Umur Jongin berapa?" tanya Sehun lagi.

"22!" jawab Jongin kalem.

"Aku 200 tahun!"

"HAA?!" teriaknya kaget seraya mengangkat wajah Sehun agar menghadap kearahnya. Dia menatap wajah Sehun lama, seolah menunggu Sehun mengatakan 'Aku bercanda!' padanya. Tapi Sehun hanya diam dan menatapnya balik. Sehun justru mengerutkan dahinya terlihat khawatir.

"Apa aku terlihat sangat tua?"

"Bukan. Bagaimana bisa kau setua itu tapi wajahmu seperti remaja umur 19 tahun?" tanya Jongin penasaran.

"Yixing bilang 10 tahun umur manusia sama dengan 100 tahun umur quendi! Kudengar Yixing bahkan berumur 300 tahun lebih!" jawab Sehun membuatnya percaya dan mungkin Sehun akan berumur 20 tahunan jika dia manusia. "A-apa aku mulai berkeriput? Kau tidak suka lagi padaku?" tanya Sehun khawatir seraya meraba wajahnya sendiri.

Jongin hanya tertawa mendengarnya dan menggenggam kedua tangan Sehun. "Kau terlihat sama seperti saat aku pertama kali bertemu denganmu, Sehun!" ujarnya menenangkan. Sehun menatapnya tanpa berkedip sebelum tersenyum manis.

Tuh kan masih manis?

"Sehun..." panggilnya lagi. "Justru aku yang harus bertanya, jika kita bertemu lagi saat aku sudah bertambah tua dan kau tetap terlihat muda apa kau akan tetap mau bersamaku?" tanyanya dengan serius, seraya menarik tengkuk Sehun mendekat ke arahnya.

"Eum..." Sehun mengangguk kecil, membuatnya mengaduh kecil karena dahinya beradu dengan dahi Sehun.

"Sehun..." lirihnya sebelum menekan tengkuk Sehun dan mengecup bibir quendi manisnya itu lama. Dia bisa merasakan kedua tangan Sehun yang perlahan merangkul di bahunya, membuatnya lebih berani dan memberikan ciuman dan cumbuan lembut di bibir tipis itu.

Tangannya menekan punggung Sehun agar semakin menempel dengannya ketika bibirnya seolah kecanduan untuk terus menyesap manis bibir Sehun. Dia tersenyum kecil ketika menyadari Sehun yang membalas ciumannya dengan gerakan kaku dan malu-malu.

Merasa posisinya dan Sehun yang miring, membuatnya mengangkat Sehun ke pangkuannya. Dia tidak mengerti bagaimana bisa mengangkat tubuh Sehun dengan mudah ke pangkuannya, tapi dia tidak memusingkan hal itu.

Kepalanya sedikit mendongak dan Sehun yang akan menunduk membuatnya lebih leluasa memberikan cumbuan-cumbuan manis pada Sehun.

"Eumh..." lenguh Sehun sebelum membuka celah, membiarkan lidahnya menelusup masuk. Bisa dia rasakan tubuh dalam pelukannya bergetar kecil ketika lidahnya bersinggungan dengan lidah Sehun. Tangannya mengelus punggung Sehun berusaha menenangkan tubuh yang terus bergetar kecil itu ketika lidahnya terus membelit lidah Sehun dan menyapu langit-langit mulut Sehun.

Jongin membuka matanya yang tanpa sadar tadi terpejam ketika merasakan sesuatu menetes di pipinya. Dia melepaskan ciumannya dan menghapus jejak saliva yang mengalir ke dagu Sehun.

"Kenapa menangis, eum?"

Sehun hanya diam, menatapnya dengan mata berkaca-kaca siap menumpahkan air mata. Sebenarnya tanpa bertanya pun dia mengerti kenapa Sehun sedih seperti ini.

Apa ini akan menjadi ciuman perpisahan mereka? Setelah ini mereka akan terpisahkan, bukan hanya jarak, tapi terpisahkan oleh ruang dan waktu! Jika terpisah oleh jarak, mungkin mereka bisa saling menelpon, tapi ini dimensi... sesuatu yang mustahil untuk berhubungan satu sama lain tanpa bertemu langsung.

"Sshh... tenanglah...!" bisiknya dengan nada rendah di telinga Sehun berusaha menenangkan, memberikan kecupan-kecupan lembut di sepanjang telinga itu sampai ke leher dan bahu yang kini tersingkap.

"Jonginn..." lirih Sehun.

Bisa dia rasakan jemari Sehun yang meremat rambutnya pelan ketika bibirnya memberikan cumbuan lembut di leher putih itu.

"Nhh Jongin..." lirih Sehun lagi ketika dia menggigit bahu putih mulus itu pelan. Dia hanya ingin Sehun menjadi miliknya seutuhnya! Mungkin mereka tidak akan bertemu, tapi dia hanya ingin memastikan Sehun akan selalu menjadi miliknya.

Langit sore bahkan kini sudah berubah warna menjadi gelap, menampilkan bintang-bintang cantik berkerlap-kerlip yang selalu Sehun sukai.

Toothless kali ini hanya diam, seolah mengerti situasi dimana dia tidak harus menendang atau menggigit kaki tuannya untuk menghentikannya. Naga itu hanya terpekur diam seraya membentangkan sebelah sayapnya yang lebar untuk menghalau desiran angin malam yang dingin pada dua makhluk berbeda dunia yang masih berusaha menikmati waktu berdua mereka yang terakhir.

.

.

.

"Kalian kemana saja?" pagi-pagi kembali ke desa dan sudah dihadiahi tatapan bete dari Yixing.

"Ahaha... kami ketiduran di hutan!" jawab Jongin seraya menggaruk belakang kepalanya. Sehun hanya berdiri diam di sampingnya.

"Aku sudah siapkan portal untukmu semalam tapi tidak menemukanmu! Ikut aku!" ujar Yixing seraya memandunya, Sehun, dan Toothless ke suatu tempat. Dia tidak bertanya apapun, tapi dia tahu kemana mereka akan pergi. Kuil itu! Karena hanya ada satu jalan yang menghubungkan ke sana.

Sesampainya disana sudah ada Yunho dan ayah Sehun. Wufan juga ada di sana masih dengan luka perban di bahunya entah terluka karena apa, berdiri di samping pemimpin ras Noldornya.

Dan di tengah-tengah ruangan, ada sejenis portal cahaya yang dulu sempat dilihatnya di gunung. Dia tidak mengerti bagaimana Yixing bisa membuat hal seperti ini, tapi Sehun bilang Yixing itu pintar dan hafal mantera-mantera kuno.

"Hey, apa dulu cahaya yang menarikku ke dunia ini juga buatanmu?" tanyanya penasaran.

"Bukan. Kurasa itu hanya kebetulan karena ketidak seimbangan ruang dan waktu antar dunia!"

Jongin tidak mengerti sama sekali jawaban seperti itu. Apapun itu, terima kasih karena sudah membawanya kemari dan membuatnya bertemu Sehun. Terima kasih karena mengijinkannya untuk mengenal dunia ini meski sangat singkat.

Dia berbalik badan dulu sebelum masuk ke dalam portal.

"Tuan kepala ras yang terhormat..." panggilnya pada ayah Sehun. "Aku mengerti tujuanmu untuk meyatukan dua ras terkuat quendi, tapi dengan menggunakan Sehun kurasa bukanlah pilihan yang baik. Kau ayahnya kan? Kurasa kau mengerti apa yang paling diinginkan Sehun untuk kebahagiaan Sehun sendiri."

"Jangan mengguruiku!"

Jongin menggaruk pipinya dan tersenyum. "Bukan menggurui, aku hanya merasa kasihan pada Sehun jika kau memaksanya dan mengekang kebahagiaannya!" jawabnya sebelum melirik ke arah Yunho dan membungkukkan badannya memberi hormat. "Terima kasih karena sudah mengajariku, meski hanya dua hari!"

Yunho hanya memberi balasan berupa anggukan singkat. Dan pandangannya beralih ke arah naga hitamnya.

"Toothless, aku tidak yakin kau akan mengerti atau tidak, tapi... terima kasih sudah mempercayaiku! Kau peliharaan terbaik yang pernah kumiliki, kawan!" ujarnya seraya mengelus kepala Toothless saat naga itu mendekat kearahnya. "Dan kau!" tunjuknya pada Wufan. "Meski kau bilang aku harus menjaganya, kurasa aku tidak bisa. Jadi... aku serahkan Toothless padamu! Jangan perlakukan dia seperti hewan lagi, dia ini sudah seperti temanku! Paham?!"

Wufan hanya berdecih terlihat kesal sambil membuang muka.

Kali ini pandangannya beralih pada sosok yang selama dia ada di Valinor ini selalu saja membantunya. "Dan Sehun... terima kasih untuk semuanya!" mulainya dengan nada bergetar. "Aku merasa sangat beruntung bertemu denganmu! Aku mencintaimu... Setelah ini kurasa aku akan terus melihat bintang ketika merindukanmu! Jangan pernah lupakan─"

Dan Sehun sudah menubruknya keras, membuatnya hampir oleng tapi berhasil menjaga keseimbangannya. Sehun mengangkat wajah dari dadanya dan menatapnya dalam, "Kau yang tidak boleh melupakanku!"

Dia kembali mengelus kepala bersurai cokelat itu lembut. "Aku janji tidak akan melupakan─"

"Cukup dan sudahlah cepat pergi sana!" Yixing menyela menarik Sehun menjauh dan mendorong Jongin masuk ke dalam portal.

Yang terakhir di dengar adalah teriakan Jongin, "SIALAN KAU YIXING!" sebelum menghilang tertelan cahaya putih itu.

.

.

.

Jongin menghela napas sekali mengingat kejadian seminggu yang lalu itu sambil memainkan pensil di tangannya. Ah, dia ingin mendaki gunung atau menjelajah hutan lagi, barangkali menemukan portal nyasar yang bisa membawanya kembali ke Sehun.

"Hey, lihat ini!" Moonkyu memanggil di sebelahnya. Dia hanya melirik malas pada temannya─yang katanya sempat heboh karena dia menghilang semalaman itu. Yah dia heran bagaimana dia hanya menghilang semalaman padahal rasanya sudah berhari-hari.

Dilihatnya Moonkyu menerbangkan pesawat kertas yang baru dibuat ke arah depan, ke mahasiswi yang duduk paling depan tapi ternyata pesawat itu menukik dan mengenaik kepala dosen berkapala botak di sana.

"Oops!"

"Siapa yang melakukan ini haa?!" teriakan dosen itu menggelegar marah.

"Dia pak!"

Dan Jongin syok setengah mati ketika Moonkyu menunjuk dirinya. "Eh, tidak! Tapi─"

"Keluar dari kelasku, Kim Jongin!"

Jongin mendengus kesal sebelum bangkit berdiri, membereskan buku-bukunya dan berlalu keluar kelas. Tidak peduli pada tatapan meminta maaf yang Moonkyu layangkan.

Terlalu malas untuk duduk di perpustakaan menunggu kelas berikutnya, akhirnya dia memilih membolos sehari. Langkah kakinya membawanya keluar area kampus dengan langkah malas, berjalan pulang ke rumahnya.

Entah kenapa rasanya setelah kejadian itu hari-harinya jadi terasa hampa. Sungguh dia bahkan sampai membakar majalah-majalah dewasa yang dia sembunyikan selama ini. Tidak ada lagi yang membuatnya tertarik sekarang.

Yang paling sering dia lakukan justru ketika malam hari, duduk di balkon dan menatap ke arah langit, lebih tepatnya ke arah bintang yang paling hanya terlihat satu atau dua di langit malam kota Seoul.

Apa yang sedang Sehun lakukan ya saat ini? Apa Sehun juga merindukannya? Dia benar-benar merindukan sosok quendi itu sampai rasanya benar-benar menyesakkan.

TIIIIIIIN!

Sebuah klakson membuatnya tersentak dan mendapati sebuah mobil sedan yang melaju cepat ke arahnya.

"HWAAAAAA~" teriaknya dan tiba-tiba tubuhnya terasa berat dan udara di sekitarnya seolah menipis dan─

Slaahp!

Bruukh!

"Eh?" Jongin kebingungan ketika membuka matanya lagi dia sudah ada di seberang jalan dan jatuh terduduk. Lho? Bukannya tadi dia menyeberang jalan ya? Dilihatnya ke tengah jalan dan seseorang yang tadi hampir menabraknya kini tengah kebingungan.

"Bukankah tadi aku hampir menabrak seseorang?"

Jongin merasa tiba-tiba saja jantungnya berdetak semakin cepat ketika menyadari bukan hanya dia yang ada di tubuh ini. Apa baru saja dia berpindah tempat? Dia ingat apa yang Sehun dan Yixing katakan.

Dia dengan cepat segera bangkit berdiri dan berlari pulang ke rumahnya, tidak mau membuat keributan. Sampai di rumah dia tidak mempedulikan teriakan memanggil ibunya dan langsung ke kamar dan menguncinya.

Dia membaringkan tubuhnya berusaha menenangkan diri dan berpikir. Apa benar-benar dia sekarang bisa berpindah tempat? Kekuatan apa lagi yang ada dalam dirinya? Tunggu, apa dia bisa menjadi superhero? Ah tidak tidak! Itu terlalu merepotkan, bahkan dia tidak mengerti bagaimana cara menggunakan kekuatan Melkor ini.

Tapi jika dia tidak tahu cara menggunakannya, bagaimana kalau dia tidak bisa mengendalikan kekuatannya dan mengamuk disini? Apa yang akan terjadi? Aargh, ini memusingkan! Lagipula kenapa para quendi itu hanya memulangkannya tanpa mengeluarkan makhluk jahat ini dari tubuhnya dulu sih? Jangan bilang mereka memang berniat membiarkannya makhluk ini mengamuk di sini dan menghancurkan Bumi?

Oh kenapa rasanya dia jadi ada di film Power Ranger ya? Lupakan! Lupakan! Ini benar-benar membuatnya pusing setengah mati!

.

.

.

Jongin mengerjapkan matanya, mendapati kamarnya sudah gelap. Melirik ke jendela menandakan hari sudah malam, dan melirik ke jam dindingnya dia tahu sekarang sudah jam 6. Ah, dia ketiduran selama itu!

Dia bangkit dan menyalakan lampu di kamarnya. Uhh, rasanya sekarang dia sedang malas untuk mandi. Biarlah, sudah malam ini. Melepaskan kaosnya dan melemparnya ke keranjang baju kotor, dia membuka lemarinya dan mencari kaos yang lain. Tolong jangan katakan pada yang lain kalau dia memang tipe yang malas mandi.

Tapi entah kenapa rasanya kamarnya semakin terang saja ya? Apa ayahnya mengganti lampu kamarnya jadi yang baru?

Malas memikirkan lebih lanjut, dia menarik sebuah kaos putih tipis dan menutup lemari. Tapi dia langsung syok ketika mendapati cahaya putih terang yang mengambang di tengah ruangan.

"HWAAAAH!" teriaknya kaget sebelum memekik kegirangan dan mendekati portal cahaya itu. Apa ini keberuntungan yang kedua kalianya? Dia bisa bertemu Sehun lagi! Dia bisa bertemu Sehun la─

"AAAAAAAAAKK!"

BRUGH!

Seseorang keluar dari portal itu dan menubruknya seketika! Dan matanya melebar melihat siapa yang datang. "SEHUN!" teriaknya heboh ketika mendapat tubrukan keras membuatnya jatuh terjengkang ke belakang dan sosok Sehun yang kini menduduki perutnya.

"Jongin! Jongiiiin~" seru Sehun seraya merunduk dan memeluknya senang.

"S-Sehun... lepaskan aku sebelum..." ujarnya merinding ketika Sehun mengusap-usapkan wajah ke lehernya. "Sehun aku belum memakai bajuku!"

Dan Sehun mengangkat wajahnya dan duduk tegak, wajahnya terlihat memerah. Sepertinya malu sudah memeluknya yang dalam keadaan topless.

"Menyingkir dariku dulu... dan kenapa kau kemari?" tanyanya setelah Sehun mau bangkit dari mendudukinya, dia ikut bangun dan memakai kaosnya cepat. Tapi setelahnya, Sehun justru kembali memeluknya dan menyender di bahunya menyamankan diri sepeti kebiasaannya.

"Aku merindukanmu!"

Dia hanya terkekeh mendengar ucapan itu. "Jawab dulu pertanyaanku!" katanya seraya mengelus punggung Sehun pelan.

"Bukankah di tubuhmu masih ada kekuatan Melkor? Ayah takut kau akan mengamuk lagi seperti waktu itu!"

"Waktu itu?"

"Iya, ketika kau akan dipenggal kau mengamuk, kau mungkin tidak ingat. Jadi aku dikirim ke sini untuk menjagamu!" jawab Sehun masih enggan melepaskan diri darinya. "Yixing juga akan kemari sebentar lagi?"

"Eeeh? Kukira hanya kau saja!"

"Tidak. Dia sedang mempersiapkan semuanya. Aku terlalu merindukanmu makanya aku duluan kemari!" ujar Sehun semakin menempel dan menyender di bahunya. "Kurasa dia juga akan membawa Toothless!"

"APAAAA?!"

Dok Dok Dok!

"Jongin apa terjadi sesuatu? Aku mendengar suara jatuh tadi!" terdengar suara ibunya yang memanggil dari luar kamar.

"Tidak apa-apa, Eomma! Aku hanya terpeleset!" jawabnya cepat dan langsung melepaskan Sehun yang menyender di bahunya. "Kau serius akan membawa Toothless kemari? Kau tidak memikirkan bagaimana reaksi orang-orang nantinya? Mereka mungkin akan membawa Toothless ke kebun binatang!"

"Kebun binatang?" tanya Sehun bingung seraya memiringkan kepalanya, sebelum matanya melirik ke arah jendela.

"Kenapa Sehun?" tanya Jongin bingung ketika Sehun berjalan ke arah jendela kamarnya.

"Woaaah~ Lihat! Lihat! Bintangnya banyak sekali! Dan dekat dengan kita!" ujar Sehun senang sambil menempelkan telapak tangan di kaca jendela dengan tatapan kagum melihat pemandangan diluar sana.

"Itu bukan bintang Sehun, tapi lampu! Lihat di kamarku juga ada!" katanya sambil menunjuk ke arah lampu kamarnya.

Sehun menatap ke atas dan langsung melayang mendekati lampu kamarnya itu dengan mata berbinar kagum. "Bagaimana bisa?"

"Sehun, turun! Kau bisa dilihat dari luar!" sahutnya seraya menarik kaki Sehun untuk turun. Dia mendesah kecil dan tersenyum, ternyata yang Sehun sukai itu bukan bintang, tapi benda bercahaya. Haha... sepertinya kecemasannya dulu apakah Sehun akan menyukai Arda atau tidak menjadi sia-sia saja. Dan terpenting lagi, orang tuanya akan mengenal siapa calon menantu mereka kelak? Kekeke~

.

.

Hai... namaku Kim Jongin, beberapa teman dekat sering memanggilku Kai. Terserah kalian ingin memanggilku siapa. Keinginanku untuk menjelajahi tempat yang istimewa dimana belum seorangpun melihatnya sudah terkabul.

Kurang lebihnya, seperti itulah kisahku! Sebuah petualangan menakjubkan yang mungkin belum pernah terbayangkan sekalipun! Dan itu sebuah pengalaman berharga yang tidak akan pernah aku lupakan!

Sekarang... kurasa dimulainya kisah tentang petualangan Sehun si Quendi yang menjelajahi dunia manusia modern!

.

.

ENDing song – Peterpan by EXO

.

.

TAMAAAATT!

.

Sebelumnya saya ucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya yang mau ngikutin fanfic alay ini dari awal sampe akhir! Makasih yang mau rajin baca n review sepanjang 11 chapter ini! gue terharu fanfic ini bisa tamat juga! Hiks... soalnya fantasy ini genre film favorit gue! Akhirnya bisa buat yg beginian juga meski harus pake bantuan The Silmarillions sama How to train your dragon!

Terima kasih semuanyaaaa~! ^^