Naruto©Masashi Kishimoto

Lunatic©Sylenaria

Chapter 2

.

"Dia itu kekasihmu ya?"

Sasuke yang saat itu tengah memandang jalanan yang sudah cukup sepi menggeleng kecil, "Bukan,"

Pemuda bermata shappire itu mendengus kecil dan mempercepat laju mobilnya. Dari sudut matanya dia melirik ke arah Sasuke dan memutar kedua bola matanya melihat sikap santai yang ditunjukan pemuda bermarga Uchiha tersebut, "Lalu kenapa dia terus mengejar kita?!" tanyanya sedikit kesal menyadari sebuah mobil light purple terus mengikuti mereka dengan membunyikan klakson yang memekakan telinga. "Aku serasa tengah membawa kabur istri orang,"

Komentar yang dilontarkan Naruto membuat wajah Sasuke tertarik ke samping dan sebuah tatapan tajam khas Uchiha terlempar ke arah Naruto. Entah bagaimana, perkataan pemuda kuning itu terdengar sedikit melecehkan bagi seorang Uchiha Sasuke. Seumur hidupnya, ini adalah kali pertama dia mendapat komentar menjengkelkan seperti itu. Perumpamaan yang digunakan Naruto sangat tidak tepat.

Baru saja Sasuke berniat untuk membalasnya, Naruto membanting stir ke arah kanan secara tiba-tiba. Hal yang sontak membuat satu-satunya penumpang dalam mobil ferarri hitam itu terdorong ke samping dan kepalanya hampir menabrak jendela. Untunglah penguasaan tubuh Sasuke sudah dapat terbilang ahli hingga kejadian konyol itu tak terjadi. Tapi tetap saja kekesalan terselip dalam batinnya.

"Sialan." Umpat Sasuke yang mampir ke telinga Naruto membuat pemuda berambut kuning itu terkekeh. Dan bisa saja pemuda itu tertawa terbahak-bahak apabila melihat bagaimana kejadian yang menimpa Sasuke beberapa detik yang lalau secara 'live'.

"Pakai sabuk pengamanmu honey," canda Naruto.

Sasuke mendengus kecil mendengar perkataan Naruto. Tangannya menarik sabuk pengaman dan hendak mengaitkannya ketika—

—mobil yang dinaikinya berhenti secara mendadak.

Untuk kedua kalinya Sasuke terdorong, kali ini ke depan dan kepalanya lagi-lagi hampir menabrak sesuatu.

Twich.

Kerutan tak senang tergambar tipis di dahinya dan semakin terlihat jelas tatkala Naruto melajukan lagi mobilnya dan memutar balik dengan gerakan begitu cepat.

Duk.

Kepala Sasuke menabrak jendela samping. Rasanya tidak sakit—hanya sedikit mengagetkan—karena itu hanyalah tabrakan kecil. Namun dampak yang timbulkan cukup besar hingga Sasuke melipat kedua tangannya dan mengeluarkan aura amarah yang membuat Naruto merasa suhu udara dalam mobilnya meningkat begitu drastis. Dan ketika melirik ke samping, dia mengerti apa penyebabnya.

"Cukup. Aku turun di sini,"

Perintah yang dilontarkan Sasuke begitu dingin dan berbahaya. Sayangnya seorang Uzumaki Naruto telah cukup kebal dengan perkataan-perkataan atau perintah-perintah dingin yang ditunjukan padanya. Pengalaman hidupnya yang jarang diketahui orang telah mengajarkannya banyak hal—termasuk menghadapi seseorang dengan sikap datar, dingin, dan tak bersahabat seperti Sasuke.

"Hahaha…" tawa Naruto terdengar begitu menjengkelkan di telinga Sasuke. "Kau terlihat tambah cantik ketika marah." Ujar Naruto asal yang dihadiahi sebuah jitakan yang cukup keras dari Sasuke yang kesal. Cukup dengan perumpamaan 'istri orang' kata 'cantik' yang ditujukan untuknya benar-benar membuatnya berada dalam mood yang sangat buruk.

Meskipun dia lebih sering menjadi seorang bottom dalam permainan ranjang, bukan berarti dia mau-mau saja dikatakan cantik. Tidak. Sasuke masih waras. Dan di sisi lain Naruto mulai kehilangan kewarasaannya. Jika sebuah tatapan tajam atau umpatan yang keluar dari bibir Sasuke, Naruto sudah memikirkannya akan terjadi. Namun, apa yang baru saja dilakukan Sasuke diluar pikirannya.

Jitakan yang hampir tak terasa sakit itu memberi sensasi berbeda yang masih terasa hingga saat ini. Sejak kapan pemuda berambut raven itu menyukai cara kekerasan? Agresif? Dan entah bagaimana jalan pikiran Naruto—dan apa hingga dapat membuat celana jeansnya terasa ketat. "Kau membuatku semakin bernafsu, Sasuke,"

Uchiha Sasuke melancarkan tatapan paling mematikan yang dia miliki ke arah pemuda berambut kuning jabrik itu. Sudah cukup dengan cara mengemudi Naruto yang jelek dan ucapannya yang menyebalkan, Sasuke sudah merasa muak dan ingin kembali ke rumahnya. Lebih baik bertatap muka dengan Uchiha Itachi dibandingkan mendengarkan ucapan-ucapan tak berguna dari Naruto.

"Sayangnya aku sudah tak berminat,"

CKRIIZZZTTT!

Duk.

"Akh!"

"Kau bilang apa?!"

Sasuke memegangi dahinya yang terantuk kaca mobil. Kali ini cukup keras karena Naruto menghentikan mobilnya dengan gerakan-yang-entah-bagaimana-sangat-mengagetkan—da n membuat refleksnya buruk. "Shit. Kau lulus ujian mengemudi tidak Dobe?!" Sasuke menoleh dan memandang sinis Naruto.

Naruto memutar kedua bola matanya. Dia menggeser sedikit posisi tubuhnya hingga dapat melihat wajah Sasuke dengan lebih leluasa. "Tidak ada hubungannya dengan ujian mengemudi." Naruto melingkarkan tangan ke leher Sasuke dan menariknya mendekat, "Katakan lagi ucapanmu tadi,"

Urat kekesalan terlihat samar di pelipis Sasuke, "Selain bodoh kau juga tuli, aku yakin kau tidak lulus ujian mengemudi," ujar Sasuke sadis untuk memancing kemarahan Naruto. Saat ini dia ingin beradu argumen atau betengkar hingga bertarung juga tak apa asalkan dia bisa meluapkan kekesalannya saat ini juga.

Sial. Pemuda menggoda yang bisa di katakan cukup sexy saat berada di klub malam ini—yang menggodanya dan mengajaknya bersenang-senang malam ini ternyata hanyalah seorang pemuda berisik, bodoh, tak peka, dan tak lulus ujian mengemudi. Dia seperti rubah kecil dalam kostum serigala. Betapa menyeramkannya dia mengamuk, di dalamnya dia tak lebih dari seekor rubah kecil yang tak bisa apa-apa.

"Hah! Apa aku harus mengemudi pelan saat kita dikejar-kejar pacarmu?"

"Dia bukan pacarku, Dobe."

"Oke, aku tak peduli," Naruto memajukan dirinya serta menarik Sasuke semakin mendekat ke arahnya. Dari jarak sedekat ini, Naruto bisa melihat betapa menyebalkannya kedua pasang onyx yang senantiasa melemparkan pandangan melecehkan padanya, "Apa maksudmu dengan 'tidak bernafsu lagi,' Sasuke? Apa kau benar-benar kehilangan minat terhadapku hanya karena caraku mengemudi? Ayolah itu sangat tidak lucu,"

Sasuke menimbang-nimbang untuk memberikan jawaban yang menyebalkan atau seringaian merendahkan. Namun pilihannya jatuh pada dua huruf kesayangannya yang selalu membuat orang-orang kesal—dia sadar akan kenyataan itu. Dan ini adalah pilihan terbaik dalam situasi sekarang.

"Hn,"

"Kau benar-benar menjengkelkan, Teme," Naruto menyeringai kecil. Kedua mata shappire-nya bertatapan dengan onyx Sasuke dalam waktu yang cukup lama. Berbeda dengan Sasuke yang menatapnya dengan penuh tatapan menantang, Naruto menatap jauh ke dalam mata Sasuke untuk alasan yang hanya dia ketahui sendiri. "Apa kau akan tetap berkata 'tidak benafsu lagi' saat melihatku tanpa busana?"

Kerutan samar tergambar di dahi Sasuke, "Tentu." jawabnya tanpa berpikir. Lagipula dia tak ingin memikirkan pemuda di hadapannya ini telanjang. Tidak sekarang.

Di sisi lain Naruto yang seolah tak puas dengan jawaban Sasuke makin mendekatkan wajahnya, "Bahkan ketika aku menari striptease di hadapanmu?" tanyanya diikuti dengan senyuman sexy yang membuat Sasuke ingin segera pergi dari hadapan Naruto saat itu juga. Demi Jashin, senyuman itu benar-benar menggoda dan dapat melumpuhkan siapa saja yang melihatnya—tak terkecuali Sasuke.

"Ya," Sasuke menjawabnya dengan gamblang. Dia menyingkirkan tangan Naruto yang melingkar di lehernya dan memundurkan wajahnya. Terlalu lama berada dalam posisi yang sangat dekat dengan Naruto membuatnya risih. "Lagipula kau tak akan melakukannya," kata Sasuke datar.

Naruto terkekeh kecil, "Apa itu sebuah tantangan?" tanyanya dengan nada yang sensual. "Baiklah baiklah, aku akan membuktikan padamu jika apa kau katakan hanyalah omong kosong." Naruto kembali memosisikan duduknya untuk mengemudi, "Ayo kita buktikan seberapa kuat kau bisa bertahan," ujarnya pelan kemudian melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh menuju sebuah tempat yang menjadi tujuan awal mereka.

Sementara Naruto sudah mempersiapkan berbagai hal yang akan dia lakukan untuk menghancurkan keangkuhan dan membuat pemuda bermarga Uchiha itu tunduk di hadapannya malam ini, Sasuke melirik Naruto yang tengah mengemudi dengan tatapan aneh sejenak sebelum mengosongkan pikirannya dan membiarkan pemandangan jalanan yang sepi memenuhi otaknya.

.

.

"Kau pernah dengar ini," Naruto mengunci pintu kamar hotelnya dan berbalik untuk memandang Sasuke yang sudah duduk santai di tepi ranjang, "Ayam yang masuk perangkap singa, pernah dengar?" tanyanya sembari berjalan ke arah Sasuke dengan langkah pelan.

Sasuke menurunkan sebelah alisnya, "Aku bukan ayam,"

Naruto menghentikan langkahnya dan terkekeh kecil, "Rambutmu mirip ayam," ujarnya yang membuat kedutan tak senang di dahi Sasuke. Tanpa basa-basi, Sasuke melemparkan sebuah bantal pada Naruto yang tepat mengenai wajah pemuda berambut kuning tersebut. Namun Sasuke yakin jika Naruto memang sengaja untuk tidak menghindari serangannya, "Tapi aku suka. Modelnya unik,"

Pujian yang dilontarkan Naruto tak terdengar menyenangkan bagi Sasuke. Naruto adalah orang kedua setelah Itachi yang mengomentari rambutnya. Dan—hei!—ini alami, dia tak menambahkan gel atau apapun hingga membuat rambutnya sukses melawan hukum gravitasi. Semuanya alami, dia dapatkan sejak lahir. Dan dia sama sekali tak senang jika ada seseorang yang mempermasalahkan masalah rambutnya ini.

Di saat Sasuke mulai mengeluarkan kembali aura amarahnya, Naruto menyeringai kecil dan melepaskan sepatu yang dikenakannya. Setelah itu dia melepaskan kaos bloody red yang pakainya hingga terpampang sebuah pemandangan yang membuat Sasuke membeku selama satu detik.

Lihatlah, bagaimana bentuk otot yang sempurna milik Naruto, perutnya yang ramping tanpa timbunan lemak dan dadanya yang bidang. Warna kulitnya yang eksotik membuatnya terlihat semakin menggairahkan. Dan jangan lupakan tatto aneh berbentuk spiral dan simbol yang melingkar di sekitar pusarnya serta dua buah perincing menyerupai cincin kecil warna silver yang terpasang di kedua nipple Naruto.

Nakal dan sexy.

Sasuke menelan ludahnya sendiri. "Kau tertarik?" tanya Naruto sambil melemparkan kaosnya ke sembarang arah.

"Tidak."

Naruto memutar kedua bola matanya, "Benarkah?" dia menarik perincing di nipple kanannya dan menjilat bibirnya sendiri saat menurunkan zipper celana jeanssnya dan menurunkannya hingga menunjukan boxer dark green yang sedikit menggembung karena sesuatu yang keras. "Bagaimana dengan ini?" tangan yang tadinya menarik-narik anting kini menyentuh kejantanannya yang mulai menegang.

Bohong jika Sasuke tak tertarik. Dia memang tertarik—tertarik untuk melihat 'lebih', "Belum." Ujarnya datar.

"Kau ingin bermain-main rupanya," guman Naruto pelan, "Baiklah, untuk pertama kalinya aku akan menggoda sesosok manusia angkuh habis-habisan," bisik Naruto pada dirinya sendiri. Dia menurunkan boxer dark green-nya dan membiarkan bentuk kejantannya terekspos lebih jelas. Hal itu membuat nafas Sasuke mulai tak tertatur, melihat bentuk tubuh hampir telanjang—Naruto hanya mengenakan celana dalam warna bloddy red—membuatnya sedikit bernafsu untuk melakukan sesuatu.

"Tunggu di sini sebentar," perintah Naruto. Sasuke hanya mengangguk kecil dan membiarkan Naruto berjalan ke arah lemari besar. "Kau akan menyukai ini, Sasuke," guman Naruto yang terdengar ambigu di benas Sasuke.

.

TBC

.

Huwaaaa... maaf ceritanya jadi ngelantur begini #sujud sujud

Mana Suigetsu? Ah ya, dia ada di chapter depan beserta adegan kejar-kejarannya –Loh?.

Sebenarnya author cuman pingin buat PWP, tapi entah gimana pas lagi buat adegan lemon pasti sebelah jiwa-?-author selalu bilang 'belum saatnya, belum saatnya,' terus. Alhasil fanfic yang tadinya cuman pingin dijadiin PWP berakhir dengan sebuah multichap begini #tutup muka# Terakhir, apabila masih banyak kesalahan berupa miss-typo, OOC, dan kegajean alur, harap dimaklumi…. Akhir kata, review please #peluk readers #dihajar