Title: Three of Us

Pair: Shizuo x Izaya

Rating: T (for now)

Disclaimer: I own nothing but the story. Durarara (c) Ryohgo Narita.


Malam yang tenang di kediaman keluarga Tsugaru terusik oleh suara jeritan salah satu pelayan yang menemukan majikannya tewas ditikam di kamarnya oleh dua orang berpakaian hitam-hitam dari kepala hingga kaki. Sang pelayan yang menjerit pun ikut ditikam oleh salah seorang dari mereka yang bersembunyi di atas loteng itu. Mendengar suara jeritan sang pelayan tadi, seluruh penghuni rumah, yang belum terlelap sempurna langsung terjaga dan berhamburan keluar kamar dengan panik. Para penikam, yang merasakan keributan di luar segera keluar dari kamar tersebut melewati pintu geser yang menghubungkan kamar tersebut dengan taman di luar. Dengan cekatan, mereka naik ke atas atap dan berusaha bersembunyi.

'Sial,' batin mereka. Tugas mereka belum selesai dan sudah terjadi keributan. Mereka tidak menyangka bahwa aksinya akan diketahui, padahal mereka sudah memastikan semua penghuni rumah ini tertidur. Tapi itu menguntung mereka. Kalau dipikir-pikir, pasti semua penghuni akan menuju ke kamar tuan besar mereka dan kamar tuan muda mereka tidak akan ada yang mengawasi. Saat yang tepat untuk membunuh tuan muda.

Tsugaru Sayuri saat itu sedang memandangi anak laki-lakinya yang baru saja terlelap tidur. Putra satu-satunya yang baru berumur 8 bulan itu terlihat sangat damai dalam tidurnya. Bahkan tidak terusik sama sekali dengan belaian-belaian yang ibunya berikan di pipinya. Bibir mungilnya terus mengisap pacifier yang tertancap di mulutnya. Suara jeritan membuyarkan lamunan Sayuri tentang putranya. Dengan segera, ia berdiri dan berjalan keluar kamar meninggalkan putranya di box-nya. Di pertengahan hall rumahnya, salah seorang pelayannya berlari terengah-engah dan menghampirinya.

"Hidetoshi! Ada apa di luar?!" tanya Sayuri penuh kepanikan.

Hidetoshi, salah satu pelayan keluarga Tsugaru, dengan terengah-engah menyerahkan sebuah keranjang besar yang biasa digunakan untuk piknik kepada Sayuri sambil berkata, "Sayuri-sama, Anda dan bocchan*tidak apa-apa?! Takashi-sama… Takashi-sama baru saja terbunuh. Saya tidak tahu siapa yang membunuh Takashi-sama dan saat ini mereka mungkin masih berada di sekitar rumah ini. Kemungkinan besar mereka saat ini mencari anda dan bocchan untuk dibunuh juga. Saya mohon, gunakan ini untuk menyembunyikan bocchan dan segera keluar dari rumah ini menuju rumah saya! Saya dan beberapa pelayan yang masih hidup akan berusaha keras melindungi anda dan bocchan."

Mendengar berita suaminya terbunuh, tangis Sayuri langsung pecah. Dengan cepat dia kembali ke kamar putranya dan memasukkan putranya beserta selimut dan beberapa baju ke dalam keranjang piknik yang tadi diterimanya dari Hidetoshi. Dia melepaskan kalung yang dikenakannya dan meletakkannya di dalam baju putranya kemudian menutup kembali keranjang piknik itu. Dibantu oleh pelayannya, sambil memegang erat keranjang piknik di dadanya, Sayuri mengendap-endap keluar rumah melalui pintu belakang yang tersembunyi di antara semak-semak. Tembok di sekeliling rumah kediaman keluarga Tsugaru yang tinggi cukup berguna untuk menyembunyikan mereka. Tapi, aksi kabur mereka ini ternyata diketahui oleh salah satu penikam yang saat itu sedang memperhatikan sekitar rumah. Dengan cepat, mereka mengejar Sayuri dan putranya beserta pelayan-pelayannya yang kabur. Dua orang dari mereka menghabisi para pelayan yang berusaha menghalangi mereka mengejar Sayuri. Dan seseorang lagi mengejar Sayuri yang berlari dan berusaha bersembunyi. Sebuah kunai yang biasa digunakan oleh para ninja, dilemparkan ke arah Sayuri dan berhasil mengenai pundaknya. Hal itu membuatnya beserta keranjang berisi putranya terjatuh. Untung saja anaknya tidak sampai keluar dari keranjang. Tapi terdengar suara tangisan dari dalam keranjang. Sayuri berusaha membawa pergi anaknya lagi ketika seseorang yang mengejar mereka berjalan mendekati Sayuri, siap menghunuskan kunainya ke tubuh Sayuri. Sayuri dengan sigap, mengambil kunai yang masih tertancap di pundaknya dan melemparkannya ke arah orang yang akan menikamnya. Kunai itu tepat tertancap di leher dan seketika orang itu terjatuh. Melihat itu Sayuri langsung mengambil keranjang anaknya dan berlari lagi. Dari jauh terlihat dua orang lainnya mengejar mereka.

Sayuri terengah-terengah di persembunyiannya. Dia kini berada di dekat jalan raya. Tapi di jam dini hari seperti ini, pasti jarang ada mobil yang lewat. Sebuah mobil pick up berwarna putih terlihat berhenti di depan mesin penjual otomatis di dekat persembunyiannya. Sebuah ide terlintas di benaknya. Sambil membelai anaknya yang sudah tenang kembali di dalam keranjang, ia mencium dahi anaknya dan berkata, "Semoga orang itu mau menolong kita, nak."

Sebelum mendekati orang itu, Sayuri meletakkan keranjang berisi anaknya di atas mobil pick up itu. Sang pemilik mobil saat itu sedang menyalakan rokok yang dibelinya dari mesin penjual otomatis. Sayuri dengan gemetar mendekati pria gendut itu. "A-ano, sumimasen, bisakan anda menolong ka—"

"HUWAAA! HANTUUUUU!" belum selesai Sayuri berbicara, pria tersebut berteriak dan menendang Sayuri hingga terjerembat ke belakang. Dengan buru-buru dia masuk ke mobilnya dan buru-buru menyalakan mesinnya. Terlihat dia sangat ketakutan. Bagaimana tidak? Disapa oleh seorang wanita berpakaian kimono kotor, rambut yang terlihat berantakan, dan tangannya berdarah yang muncul tiba-tiba. Tentunya orang akan mengira itu hantu. Tanpa memperdulikan wanita yang baru saja ditendangnya, dia menginjak pedal gasnya dan meninggalkan tempat itu.

Tapi karena penasaran wanita tadi hantu atau bukan, pria tersebut meliriknya melewati kaca spionnya. Terlihat wanita itu menggapai tangannya meminta tolong. Kemudian terlihat dua orang, berpakaian hitam datang di belakang wanita itu dan menjambaknya. Meskipun tak jelas, terlihat salah satu dari mereka menghungkan sebuah pisau ke perutnya. Semakin ketakutan, pria tersebut menginjak gasnya lebih kencang lagi.

Memasuki kota Tokyo, mobil pick up putih yang membawa keranjang piknik itu berjalan dengan kecepatan sedana. Di tengah perjalanan, mobil berhenti di sebuah konbini karena sang supir ingin ke toilet. Peristiwa tadi sungguh membuatnya ketakutan. Tidk lagi-lagi dia membeli di tempat itu malam-malam. Selesai menuntaskan hajatnya dan saat hendak naik kembali ke mobilnya, pria itu melihat ada keranjang di mobilnya. Karena penasaran, sang supir mendekati keranjang itu dan membukanya.

"AAAAAAAAH!" sebuah teriakan spontan keluar lagi dari mulut pria itu. Untungnya saat itu sudah lewat tengah malam. Jadi tidak ada orang yang curiga dengan teriakannya karena di sekitarnya saat itu sepi. Untungnya juga bayi yang dilihatnya di dalam keranjang piknik itu tidak terbangun karena teriakannya.

'Sialan, siapa perempuan brengsek yang berani-beraninya membuang anaknya di atas mobilku,' pikirnya sambil mencari-cari wanita yang sekiranya masih berada di sekitarnya. Melihat tidak ada tanda-tanda makhluk hidup di sekitarnya, ia berpikir 'Apakah wanita tadi yang ingin minta tolong yang meletakkan anaknya disini. Jangan-jangan, ini anak hantu! Huwaaa!'

Ia mengambil keranjang itu dan dengan mengendap-endap ia berjalan menuju Taman Minami Ikebukuro yang kebetulan dekat dengan konbini tempatnya belanja. Sebelum meletakkan keranjang itu di sebuah bangku yang ada di taman itu, ia memperhatikan sekelilingnya.

'Bagus. Sepi. Dengan begini aku bisa membuang anak hantu ini disini. Enak saja diletakkan di mobil kesayanganku. Mau mngutukiku apa. Nah anak hantu, selamat tinggal.' Dengan itu ia meletakkan keranjang itu dan kemudian dengan buru-buru berlari kembali menuju ke mobilnya.

###

"Ahahahaha~ manusia itu benar-benar menarik~ menarik dan mudah untuk dibodohi hahahaha muka kaget wanita tadi sungguh terlihat bodoh, aku tak tahan untuk tertawa lagi hahahahaha" Orihara Izaya, sang informan dari Shinjuku malam itu berjalan sambil tertawa sendirian. Orang yang tidak mengenal mungkin akan berpikiran dia gila atau kelainan jiwa. Tapi bagi beberapa orang yang mengenalnya sudah menganggap hal itu adalah sesuatu yang biasa Orihara Izaya lakukan tiap kali membuat masalah. Dan mereka biasanya tidak mengacuhkan Orihara Izaya yang seperti itu karena tidak mau membuat masalah dengannya. Hanya ada satu orang yang kesal dan marah jika melihat Orihara Izaya seperti itu. Siapa lagi kalau bukan laki-laki terkuat di Ikebukuro, Heiwajima Shizuo.

Tapi malam itu untungnya jalanan sudah sepi dan tidak ada Shizuo. Izaya berjalan sambil bersenandung menuju ke mansionnya yang berada di Shinjuku. Saat melewati taman Minami Ikebukuro, sebuah suara tangisan bayi menarik perhatiannya. Didekatinya tempat sumber suara yang dia tebak berasal dari sebuah keranjang piknik agak besar diletakkan di atas bangku. Ia membuka keranjang itu dan menemukan seorang bayi laki-laki menangis.

"Ara~ dibuang ibumu ya? Ckckck, kasihan sekali~" kata Izaya sambil mengambil pacifier yang jatuh di dekat leher bayi itu dan memasukkan kembali ke mulutnya. Bayi itu langsung menghisap pacifier itu dan kembali tenang meskipun masih sedikit terisak. Izaya mengambil keranjang itu kemudian mengayun-ayunkannya sambil memutar tubuhnya dan mengajak bayi itu berbicara.

"Nee~ sebenarnya aku kasihan padamu. Dan aku bisa saja mempertemukanmu kembali dengan ibumu sih~ Tapi tunggu sebentar…" Izaya berhenti menganyun-ayunkan keranjang itu dan menatap lekat-lekat kepada bayi laki-laki yang ada di dalamnya. Seringaian kecil terbentuk di mukanya yang tampan.

"Aku bisa menggunakanmu untuk mengerjai Shizu-chan ahahahahaha~"

Sambil tertawa-tawa, Izaya pun membawa bayi itu pergi dari taman Minami Ikebukuro dan menuju ke apartemen milik Shizuo.


*bocchan: tuan muda. Biasanya digunakan pelayan dari keluarga terpandang untuk menyebut anak majikannya.
** Tsugaru disini aku pakai sebagai nama keluarga. Ceritanya disini Tsugaru itu adalah salah satu nama keluarga yang cukup terpandang. Untuk detailnya, aku jelasin nanti di chapter selanjutnya XD

A/N: Doumo~ Chisa desu. Eeto, sebenernya ini fanfic pertamaku di fandom durarara! (dan fandom anime). Tapi bukan berarti aku writer newbie sih XD. Sebelumnya kalau tahu the GazettE, dulu aku sering nulis di fandom itu. Trus sekarang pindah fandom karena ternyata fandom anime lebih menyenangkan dan less drama XD #curhat #uhuk

Sebenernya juga udah lama nggak ngetik fanfic lagi (hampir setahun lol). Ditambah bikinnya tengah malam sebelum sahur. Jadi maaf kalau agak aneh, ada kalimat ambigu, atau ada ejaan yang nggak sesuai EYD. Makasih yang udah baca, mohon kritikan, saran dan reviewnya~ More Shizuo and Izaya act will come in the next chapter~ (^_^)