TITTLE : Because Of…

SUMMARY : Kris dan Chanyeol. Keduanya adalah seorang psyco yang hidup bersama di satu rumah sakit jiwa. Kris yang tidak bisa bersahabat dengan siapapun terlihat akrab bersama Chanyeol. Tanpa Kris sadari, Chanyeol mempunyai rahasia yang tidak diketahui oleh siapapun. Itulah penyebab utama ia masuk rumah sakit jiwa ini. Apa rahasia itu?

LENGTH : CHAPTERED

MAIN CAST :

- Wu Yi Fan a.k.a Kris

- Park Chanyeol

- Byun Baekhyun (genderswitch)

OTHER CAST :

- Xi Luhan (genderswitch)

- Kim Minseok a.k.a Xiumin (genderswitch)

- Kim Jongdae a.k.a Chen

- Kim Junmyeon a.k.a Suho

- Oh Sehun

- Zhang Yi Xing a.k.a Lay (genderswitch)

RATED : T

DESCLAIMER : All cast belong to God. But, this story is mine.

WARNING : OOC, TYPO BERTEBARAN, BAHASA ANEH, SEDIKIT MEMBINGUNGKAN.

SAY NO TO BASH

DON'T LIKE DON'T READ!

HAPPY READING :)

"K.. Kau.. pembunuh?" Minseok terkejut mendengar apa yang baru saja Chanyeol katakan. Namun, Baekhyun hanya diam dan menatap lurus ke mata Chanyeol. Baekhyun sepertinya tidak terlalu terkejut. Apakah dugaan Baekhyun benar?

"Iya. Aku pembunuh." Chanyeol berdiri dari tempat duduk yang sempit –karena harus berbagi dengan Baekhyun- itu dan mencoba keluar dari ruangan yang sangat menjijikkan ini. Selesai sudah semuanya. Bagaimana mungkin dia membocorkan rahasia terbesar dalam hidupnya hanya untuk perempuan semacam Baekhyun?

Baekhyun yang melihat Chanyeol berdiri langsung mengikutinya di belakang. Baekhyun tau kemana arah Chanyeol akan pergi. Ke kamarnya. Tidak ada tempat lain disini yang Chanyeol ketahui. Sebenarnya maksud Baekhyun mengikuti Chanyeol hanya untuk membukakan pintu kamarnya karena sudah pasti Chanyeol tidak mempunyai kunci, tapi ternyata Chanyeol membuka percakapan. "Aku memang bodoh sekali. Kau tau tidak? Itu adalah rahasia terbesarku. Mungkin di dunia ini hanya kau dan perempuan itu yang tau. Aku menyesal memberitahumu. Sangat menyesal. Kau tau aku menyukaimu, dan kau memanfatkan itu. Aku tidak suka hal itu." Chanyeol tidak melirik ke arah Baekhyun sedikitpun. Matanya menatap lurus ke depan. Terlihat dari wajahnya yang memerah dan tangannya yang terkepal, dia sedang menahan emosi.

"Maafkan aku, Chanyeol. Memang aku terlalu berlebihan tadi. Namun, sebesar apapun rahasia itu, setidaknya kau harus membaginya dengan seseorang supaya dia mengerti keadaanmu." Baekhyun tetap berjalan di belakang Chanyeol sambil menunduk lemas.

"Aku ingin sekali memarahimu saat ini. Tapi, sudahlah. Lupakan saja. Aku memafkanmu." Chanyeol membalikkan badannya, kemudian tersenyum kepada Baekhyun. Baekhyun yang tidak memiliki persiapan apapun hanya tersenyum tipis membalas senyuman lebar itu.

"Terima kasih." Mereka sudah sampai di depan kamar Chanyeol. Baekhyun mengeluarkan kunci dari sakunya, kemudian membuka lebar pintu. Tanpa mengucapkan apapun, Chanyeol masuk ke kamarnya dan dengan cepat Baekhyun menutup kembali pintu itu.

.

"Kris, jelaskan padaku. Kenapa kau tidak menyapaku ketika kau bangun tidur? Kenapa kau tidak melihat ke arahku ketika aku kembali ke kamar ini? Dan kenapa kau tidak menanyakan apapun kepadaku? Bukankah kau selalu penasaran?" Setelah Chanyeol masuk kembali ke kamarnya, dia langsung menyerbu Kris dengan berbagai pertanyaan.

"Apakah aku harus selalu melakukan itu? Kau bukan siapa-siapaku." Kris membalas seadanya.

"Benarkah? Bukankah kau menyukaiku?" Chanyeol menarik sebelah ujung bibirnya, menampakkan sebuah senyuman sinis. Kris membalas senyuman itu, dia menatap Chanyeol dengan tatapan yang tak kalah sinis.

"Ya, benar. Aku menyukaimu, tapi aku tak menyangka kau seorang pembunuh." Chanyeol tak percaya kalau ternyata Kris mengetahui ini juga. Bagaimana Kris bisa tau? "Kau memang bodoh, Chanyeol. Kau belum memastikan aku sudah tidur atau belum. Aku mendengar semua apa yang kau katakan kemarin malam. Termasuk kalimat 'Aku seorang pembunuh' yang kau ucapkan dengan gemetar karena kau menahan air mata." Kris melanjutkan kalimatnya.

"Kau benar. Aku bodoh." Chanyeol tersenyum. Kris sudah tau, dan itu bagus. Chanyeol tak menyesal.

"Chanyeol, ceritakan padaku." Kris membalas senyuman Chanyeol. Aneh.

"Entahlah, semua seperti mimpi. Yang aku ingat, waktu itu aku sedang bermabuk-mabukan dengan temanku. Setelah selesai minum, teman-temanku pulang ke rumahnya masing-masing. Mungkin karena aku terlalu banyak minum, aku merasakan pusing. Aku merasa sesuatu menguasai tubuhku. Aku berjalan tak tentu arah, kemudian aku masuk ke rumah seseorang. Aku tak menyadari kalau aku sedang menggenggam pisau. Kemudian, semua gelap, mataku seperti tidak berfungsi." Chanyeol menarik nafas. "Tak lama setelah itu, mataku kembali dapat melihat dan ternyata aku sudah membunuh seseorang. Terlihat dari sebuah pisau yang menancap di tubuhnya, tanganku yang penuh darah, dan banyak bercak darah di lantai. Saat itu juga aku berlari keluar tak tentu arah. Ingatan itu terus menggangguku. Selama bertahun-tahun aku mencoba meyakinkan diriku bahwa aku tak bersalah, namun otakku terus memaksaku untuk mengingat kejadian itu." Chanyeol menatap kosong. Semua kenangan buruk itu terekam di otaknya. Benar-benar kenangan yang membuat hidupnya berantakan.

"Begitukah?" Kris hanya membalas perkataan panjang-lebar Chanyeol dengan satu kata –yang aku yakin- sangat menjengkelkan. Wajah Kris begitu tenang saat mendengarkan cerita Chanyeol.

"Tak bisakah kau mengucapkan lebih banyak kata? Berbicaralah, sebelum pemerintah menetapkan kalau berbicara itu dilarang." Chanyeol memutar bola matanya. Benar-benar tak berguna ia menjelaskan panjang lebar. Chanyeol pikir Kris akan mengomentari banyak hal, ternyata tidak.

"Bibirku akan kering kalau berbicara denganmu." Kris mengalihkan tatapannya menuju jendela. Entah mengapa, kebohongannya ini sungguh melelahkan. Kebohongan. Ya, kebohongan Kris selama ini.

"Terserah." Chanyeol berbaring di kasurnya. Dia sama sekali tidak menyadari sesuatu yang telah ditutupi Kris selama ini. Sesuatu yang bahkan lebih tidak masuk akal dibandingkan masa lalunya. Sebuah tipuan yang bahkan tidak ada seorangpun yang menyadarinya. Kebohongan yang ditutupinya dengan sempurna, seperti tak ada celah untuk bisa diketahui.

.

"Dugaanku benar." Baekhyun kembali ke ruang perawat setelah mengantar Chanyeol ke kamarnya. Dia berbicara dengan Minseok yang masih tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. 'Chanyeol seorang pembunuh' kalimat itu seperti berputar-putar di pikiran Minseok.

"Apa dugaanmu?" Minseok menatap mata Baekhyun

"Aku berpikiran kalau Chanyeol itu seorang pembunuh. Memang semua kekurangan yang Chanyeol miliki mengarah ke dugaan tersebut. Namun, aku baru menyadari sekarang, kalau.." Baekhyun menggantung kalimatnya.

"Lanjutkan kalimatmu." Minseok penasaran dengan apa yang akan Baekhyun katakan.

"Kris. Entah mengapa aku tidak yakin dengannya. Aku juga merasa ada yang salah denganku. Aku merasa seperti.. entahlah. Aku tidak tau harus menjelaskan bagaimana perasaanku. Ini benar-benar aneh." Baekhyun menceritakan hal yang membuat Minseok terheran-heran. Apa maksudnya?

"Bagaimana kau bisa merasakan itu?" Minseok ingin mengetahui lebih dalam tentang ini.

"Ah, aku benar-benar tak tau. Sebenarnya perasaan ini sudah sangat lama aku simpan. Bahkan aku lupa kapan pertama kali aku memikirkan hal ini. Hatiku berbicara, kalau perasaan ini ada hubungannya dengan masa lalu. Namun, aku tak bisa mengingat apapun. Ini aneh."

"Kenapa ini menjadi semakin rumit? Sudahlah. Kita harus memikirkan Chanyeol terlebih dahulu. Selama ini, kita tidak pernah mendapat informasi yang salah. Menurutmu, apa yang membuat kita tidak mengetahui hal ini?" Minseok mengalihkan pembicaraan.

"Ketika Chanyeol datang pertama kali, aku merasakan sesuatu yang aneh di dalam mobil. Sebuah tali panjang, keadaan mobil yang kotor, dan ada banyak pria disana." Baekhyun menjelaskan apa yang dia lihat sebelumnya.

"Kemudian apa?"

"Sepertinya Chanyeol mendapat kekerasan disana. Aku bingung, kenapa Chanyeol harus diikat? Bahkan pasien lain yang lebih memberontak tidak harus diikat. Dan aku mencurigai satu hal." Baekhyun sedikit tidak yakin dengan ini, tapi setidaknya dia harus memberitahukannya pada kepala perawat.

"Apa itu?"

"Ada perawat yang mengetahui bahwa Chanyeol seorang pembunuh, karena itu mereka menyuruh pria-pria yang ada didalam mobil untuk berhati-hati dengan Chanyeol." Minseok terdiam beberapa saat, mencoba mencerna perkatan Baekhyun di otaknya.

"Lay?" Minseok menebak salah-satu nama perawat yang sangat tertutup itu.

"Iya. Aku juga berpikiran begitu." Baekhyun menganggukan kepalanya.

.

"Lay, kita perlu bicara." Tak lama setelah mengakhiri percakapannya dengan Minseok, Baekhyun langsung menghampiri Lay.

"Bicara apa?" Lay menatap Baekhyun bingung. Dia tidak tau apa yang akan dibicarakannya dengan Baekhyun.

"Apakah kau masih ingat saat ada pasien baru masuk ke rumah sakit jiwa ini?" Baekhyun mencoba memulai kalimatnya dengan perlahan.

"Chanyeol?" entah mengapa, seketika mimik wajah Lay berubah.

"Iya. Apakah kau menyimpan sesuatu?" Mungkin kalimat Baekhyun yang satu ini akan sulit dimengerti oleh Lay.

"Apa maksudmu? Hm.. aku memang ada perasaan aneh ketika sehari sebelum kedatangan Chanyeol." Lay mengingat kembali saat itu.

"Perasaan aneh bagaimana?" Baekhyun mulai merasa jawaban sedikit demi sedikit mulai menghampirinya.

"Sehari sebelum Chanyeol masuk, aku merasa ada sesuatu yang menguasaiku. Saat itu aku tidak sepenuhnya sadar. Aku melakukan hal yang sebenarnya tidak perlu aku lakukan. Aku menelepon petugas yang akan mengantar Chanyeol. Entah apa yang aku katakan kepada mereka saat itu, hal yang aku ingat hanyalah 'Tolong perketat keamanan, karena dia seorang pembunuh'. Mungkin itu adalah inti dari percakapannya. Aku benar-benar tidak berpikir-panjang tentang hal ini. Aku tak membicarakannya pada yang lain. Sehingga, aku mencoba untuk meyakinkan diriku bahwa semua ini tidak benar dan hanya khayalanku saja." Lay menatap Baekhyun penuh dengan rasa tak mengerti. Sebenarnya, Baekhyun juga tidak mengerti.

"Sepertinya ini bukan khayalanmu, Lay. Ini sungguhan. Apakah kau merasa seperti dihipnotis?"

"Ya. Sepertinya begitu. Tapi, siapa yang menghipnotisku?" Pertanyaan baru. Baekhyun harus memutar otak lagi.

.

Di dalam kamar, Chanyeol terlihat sedang mondar-mandir sambil menunduk. Seperti orang bodoh. "Chanyeol, sedang apa lagi kau? Apakah kau tidak bisa berhenti melakukan hal yang tak berguna?" Kris akhirnya mengucapkan kalimat itu setelah tak tahan melihat kelakuan Chanyeol. Chanyeol yang mendengar perkataan Kris itu hanya diam sambil melanjutkan aktivitasnya.

"lebih baik melakukan hal yang tidak berguna daripada aku selalu penasaran." Chanyeol melihat ke arah Kris sebentar, kemudian menunduk lagi.

"Apa yang kau lakukan? Menghitung keramik? Bodoh." Kris tertawa renyah. Benar-benar tidak percaya. Bagaimana mungkin manusia yang dianugerahi otak penasaran dengan keramik? Apakah otak Chanyeol berfungsi?

"Yah, begitulah. Kan sudah aku bilang, aku bodoh. Aku sudah mengakui hal itu. Tak usah kau ingatkan lagi tentang itu." Chanyeol tersenyum kemudian melanjutkan menghitung keramik. Kini dia mencoba untuk menghitung keramik yang berada disekitar kasur Kris. "Hey, aku melihat sesuatu.." Kris hanya terdiam mendengar perkataan Chanyeol itu. Dia sama sekali tidak tertarik, sampai akhirnya dia mendadak khawatir ketika Chanyeol mengangkat benda itu. Sesuatu yang sangat rahasia baginya.

"Apa ini? Bentuknya seperti laptop, tapi mengapa tak ada layarnya? Yang ada hanya kabel-kabel." Chanyeol sama sekali tidak mengerti benda apa itu. Dia membolak-balikkan benda itu, seperti mencari tombol 'on-off'. Benda yang baru pertama kali ia lihat. Kris dengan cepat merampas benda itu dan menyembunyikannya. Chanyeol tidak bisa melakukan apapun, karena memang ia kalah cepat. "Apa itu?" Chanyeol menatap Kris dengan bertanya-tanya.

"Benda rongsokan. Tidak bisa dipakai lagi." Kris mencoba mengalihkan perhatian Chanyeol dari benda itu. Chanyeol bodoh, jadi Kris yakin Chanyeol akan percaya dengan mudah.

"Hei. Aku memang bodoh, tapi kali ini kau tidak bisa membodohiku. Benda itu masih terlihat baik-baik saja. Walaupun aku tak tahu apa guna benda itu, namun masih ada suara 'klik klik klik' yang terdengar sangat halus." Chanyeol menatap sinis ke arah Kris. Yah, setidaknya otak Chanyeol lumayan bekerja saat ini.

"Kau bercanda." Kris benar-benar tidak ingin membicarakan hal ini kepada Chanyeol. Benar-benar tidak ingin.

"Baiklah kalau kau tidak mau memberitahuku. Tapi, jelaskan padaku satu hal." Karena Chanyeol tau Kris tidak mungkin membalas perkataannya, Chanyeol melanjutkan kalimatnya "Aku melihat ada benda kecil yang berujung tajam yang tertempel di ujungnya. Apakah itu pisau?" Pertanyaan yang benar-benar tepat pada sasaran. Kris hanya terdiam mendengar apa yang Chanyeol katakan. Terserah saja. Semua memang akan berakhir. Kris yakin suatu saat akhirnya rahasia ini akan terbongkar. Rahasia yang disimpannya dengan sangat sempurna selama tiga tahun.

"Iya. Itu pisau. Tolong jangan tanyakan padaku untuk apa benda itu." Mungkin kalimat Kris terdengar tenang, namun hatinya berdegub sangat kencang saat ini.

"Aku tau fungsi benda itu. Yang aku tanyakan, untuk apa kau memiliki benda itu? Dan kenapa kau merahasiakan benda berbentuk laptop itu?"Chanyeol benar-benar memaksa Kris untuk mengakuinya.

"Chanyeol, aku akan memberitahukan sesuatu padamu. Tapi, bisakah kau tidak berteriak kaget, berlari menjauhiku, ataupun memanggil perawat? Ini benar-benar akan mengagetkanmu." Kris menatap mata Chanyeol. Entah mengapa, membocorkan rahasia ini sungguh berat.

"Tolong jangan membuatku penasaran." Hati Chanyeol ikut berdegup dengan kencang. Benar-benar membuat penasaran. Kris menarik nafas, siap mengucapkan kalimatnya.

"Aku tidak psycho, aku tidak mengalami gangguan jiwa, aku sehat-sehat saja, dan aku manusia normal." Cukup sudah. Mata Chanyeol kini membelalak, ini sungguh mengagetkan. Jadi, apa guna Kris masuk rumah sakit jiwa ini?

"Lalu.." belum sempat Chanyeol menyelesaikan kalimatnya, Kris menyela

"Kau masuk rumah sakit ini karena aku." Chanyeol benar- benar terkejut mendengar kalimat ini. Bagaimana mungkin? Apa hubungan Kris dengan perbuatan 'membunuh' Chanyeol?

"Kris, jelaskan." Chanyeol siap mendengar apa yang akan Kris ucapkan.

"Hm.. Kau seorang pembunuh, karena aku." Kris kembali mempersulit kalimatnya.

"JELASKAN!" Chanyeol berteriak kali ini. Kesabarannya sudah habis. Benar-benar di ambang batas. Mengapa Kris suka mengulur waktu?

"Aku yakin kau tidak terlalu sadar ketika kau membunuh Sehun. Kau sedang berada pada pengaruhku. Mungkin bisa disebut hipnotis, tapi mungkin ini sedikit lebih rendah." Kris menutup matanya. Mencoba menatah emosinya.

"Sehun.. siapa dia? Apakah seseorang yang aku bunuh itu.. Sehun?" Chanyeol bergetar. Kris-lah yang membuat tangannya menjadi kotor dengan darah manusia. Perbuatan yang benar-benar membuat hidupnya berantakan.

"Bisa dibilang aku membunuh adikku menggunakan tanganmu. Saat itu, aku melihatmu sedang mabuk di dekat bar. Aku menyempatkan saat itu untuk mencoba memengaruhimu dengan benda ini." Kris menunjuk benda yang berbentuk laptop tadi. "Aku mengontrol otakmu, membawamu ke rumahku, dan saat kau hampir mendekati kamar Sehun, aku memberikanmu pisau." Kalimat Kris bergetar. Sejahat apapun dia, dia benar-benar menyesal membunuh Sehun.

"Bukankah.. kau sangat menyayangi adikmu? Bahkan kau ingin membunuh orang yang membunuh Sehun. Semua ini.. Kebohongan yang kau buat?" Chanyeol benar-benar tak menyangka semua ini dilakukan oleh Kris.

"Biarkan aku menyelesaikan semua rahasiaku ini. Begitu banyak rahasia yang aku sembunyikan. Aku membunuh Sehun bukan karena aku membencinya, namun karena aku menyayanginya. Aku membenci seseorang yang menyakitinya. Saat itu, Sehun berkata kepadaku bahwa dia menyukai seorang wanita. Dia bahkan melupakanku karena wanita itu. Bukan karena aku cemburu, namun aku sangat marah ketika mengetahui bahwa wanita itu tidak membalas perasaan Sehun. Aku yang sangat geram pada wanita itu memikirkan berbagai cara untuk membalas dendam." Kris menarik nafas, kemudian melanjutkan kalimatnya. "Aku mencari berbagai info, kemudian aku dapatkan benda yang bisa mengatur pergerakan orang lain ini. Benda ini bahkan tidak bisa ditemui disini. Aku memikirkan, jika aku ingin membunuh wanita itu, bukankah Sehun akan sakit hati dan membenciku? Karena pemikiranku itu, aku mencoba untuk menyingkirkan Sehun terlebih dahulu. Aku tidak memiliki cukup keberanian untuk menancapkan pisau ditubuhnya, sehingga aku harus memakai tanganmu." Mungkin kalau bisa dibilang, manusia paling brengsek di dunia ini adalah Kris.

"Kau brengsek, kemudian bagaimana dengan wanita itu? Dan kenapa kau masuk rumah sakit ini?" pertanyaan Chanyeol kembali muncul.

"Aku mengejar wanita ini selama 3 tahun, dan dia bekerja disini sekarang. Baekhyun." Chanyeol terdiam. Jadi.. alasan utama masalah ini muncul adalah Baekhyun? "Aku mencoba untuk membunuhnya beberapa kali, namun entah mengapa, aku selalu memiliki pikiran 'lebih baik siksa hidupnya sebelum dia mati' Jadi aku berusaha untuk menyiksanya. Dan masalah muncul ketika kau masuk ke kamarku. Sebenarnya ini salahku juga." Kris kembali membuka rahasia ke-sekian kalinya.

"Apakah kau mengontrol otak salah satu perawat dan menyuruhnya untuk memasukkanku di kamar ini? Oh, Tuhan. Lakukanlah sesukamu. Dunia milikmu." Chanyeol muak dengan semua ini.

"Kau benar." Kris tersenyum sinis, kemudian tangannya mengambil pisau. "Karena kau sudah mengetahui semua rahasiaku, dan juga sepertinya Baekhyun menyukaimu, maka kau harus disingkirkan dari duniaku. Baekhyun akan sangat terpukul, seperti yang aku rasakan." Kris mengayunkan pisau itu ke tubuh Chanyeol. Detik berikutnya, semua sunyi.

.

"Astaga. Chanyeol!" Baekhyun berteriak. Di depannya terlihat Chanyeol yang sudah terbaring lemas dengan perut yang bersimbah darah. Di tangannya terdapat sebuah recorder kecil, yang mungkin bisa menjelaskan semua ini. Tanpa pikir panjang, Baekhyun mengambil recorder itu dan memutarnya.

Aku Kris. Akulah yang menusukkan pisau itu. Dia akan baik-baik saja. Aku tidak menusuk tepat dibagian sensitif. Segera bawa dia ke rumah sakit, atau dia akan mati kehabisan darah.

Ada yang ingin aku katakan. Sebelumnya, aku tak menyangka bahwa Chanyeol-lah yang aku gunakan tangannya untuk membunuh Sehun. Aku sudah mencoba mengingat, tapi tetap saja aku tak mengetahui hal itu, sampai akhirnya Chanyeol menceritakan masa lalunya padaku. Dan aku akhirnya mengingat kejadian itu.

Ketika Chanyeol mau datang ke rumah sakit ini, aku mengetahuinya. Kau tak perlu tanya kenapa aku bisa tau tentang hal itu. Aku tertarik dengannya, kemudian mengontrol otak Lay untuk memasukkan Chanyeol ke kamarku. Satu lagi, tolong katakan padanya, kalimat 'aku menyukaimu' masih terus kupegang. Aku berharap dia bisa sembuh.

Oh ya, apakah kau Baekhyun? Kau tidak ingat denganku, kan? Berarti operasi plastik yang aku lakukan sangat berguna. Aku Wu Yi Fan. Kenapa kau tidak menyadari? Sehun adikku adalah temanmu yang kau tolak cintanya itu. Aku membencimu, dan tunggu saja, kapan aku akan membalaskan dendamku. Kau akan menyesal.

Aku-Tidak-Gila

Recorder berhenti berputar. Setiap kata yang diucapkan oleh recorder itu sungguh mengejutkan. Semua sudah terjawab. Kalimat terakhir, sangat membuan Baekhyun terdiam tak bergerak. 'Yi Fan..? Dia tidak gila? Sehun.. Jadi, Chanyeol membunuh Sehun karena Kris? Semua ini.. salahku?' Baekhyun berpikir dalam hati. Dia baru menyadari, kamar ini sudah sangat kacau balau. Jendela pecah, mungkin Kris kabur melewati jendela itu. Ah, terserah. Dia tidak terlalu memikirkan Yi Fan sekarang. Dengan cepat Baekhyun keluar kamar dan mendapati Luhan.

"Luhan, bantu aku. Tolong panggilkan ambulans."

-END-

MAAFKAN AUTHOR LABIL INI -,-

Endingnya berantakan bangeeeettt. Reader pasti pada kecewa semua. Oh ya, author juga mau minta maaf kalo pairnya nggak menonjol. Ini ff juga genre nya nggak nyambung. Author minta maaf. Author minta maaf.

Yang udah fav ni cerita makasih ya :3 yang follow juga makasih :3 yang fav/follow author juga makasih :3 yang review, Makasih. Tanpa kalian ni ff kagak selesai/?

Udah ah. Author gak mau ribet. Author mau meratapi nasib karna ini ep ep. Author kacau abis XD

MANY THANKS FOR :

Auliya Azti, Rossandra Elvara, Shabrina Felia, Tazia Dewi, Anisya Tri :3 Eni Indah, ryuta-chan, ByunnieKou, Guest, Kim Jong DaeBak, Park Wu Chan, Fifahdina01, love, Kaisoo'sneck, channie, bini kamjong, Daevict024, minprayudi, Kim Mika, cloudya, askasufa, Ruiki Kaera, Xiao Lu Zhee, Guest, , Nareudael, Salka, niaayy57, CName ZelKai, , Shippo P, 454, Krisyeol anonymous stalker.