"Harus berapa kali kuperingatkan padamu, jauhi Siwon!"

Pria manis didepan Jaejoong hanya terkekeh kecil, seolah menganggap ucapan Jaejoong barusan adalah lelucon basi. Tapi hal ini justru membuat kekesalan Jaejoong semakin meningkat. Jika bukan karena Kyuhyun dan Siwon, Jaejoong benar-benar tidak sudi menemui Sungmin sekarang.

"Apa yang kau tertawakan?!" geramnya.

Sungmin sedikit menggeleng. Ia mengambil cangkir kopi miliknya, dan membiarkan cairan hitam itu mengaliri kerongkongannya, meninggalkan rasa pahit yang kentara dilidahnya. "Kalau aku tidak mau?" Terlihat seringaian dibibir shape M Sungmin ketika melihat pupil mata Jaejoong melebar.

"Kau!" Jaejoong benar-benar geram menghadapi pria didepannya. Tangannya saja sampai mengepal erat saking sulitnya dia menahan emosi.

"Ah~ Kenapa kau mengurusi Siwon, Jaejoong-sshi? Aku yakin, Siwon tidak benar-benar mencintai laki-laki yang sedang hamil itu. Kau sendiri tahu sudah berapa lama aku menghabiskan waktu disisinya..."

"Dan dalam sekejap, kau pergi menghilang, Lee Sungmin! Tanpa kabar, kau meninggalkan Siwon yang sudah sangat terikat padamu!"

"Ya, dan sekarang aku kembali. Untuknya, Jaejoong-sshi..."

"Siwon sudah melepas kenanganmu. Dia pun ingin bahagia seperti yang lain, apa kau tidak bisa melakukan hal yang sama?"

"Sayang sekali... Tidak! Lalu, Jaejoong-sshi, kenapa kau repot-repot mengurusi masalah sepele ini, heum? Kudengar kau sudah menikah dengan Tuan Jung itu dan memiliki seorang putra. Ah, atau dia bosan padamu? Lain kali mungkin akan kucoba untuk menggodanya..."

Splash!

Kini kesabaran Jaejoong benar-benar tidak berfungsi. Jus jeruk pesanannya sukses dia siram kewajah Sungmin dengan penuh amarah. Rasa kesalnya sudah di ubun-ubun mendengar omongan sampah dari pria bermarga Lee didepannya.

"Kasihan sekali, Tuan Lee yang terhormat itu memiliki putra seorang pelacur!" desis Jaejoong, sarkastik.

Setelahnya, Jaejoong putuskan untuk segera pergi. Bisa benar-benar gila jika dia terus menerus menghadapi Sungmin.

Sedangkan pria itu tengah mengelap wajahnya yang terasa lengket. Matanya tiba-tiba terlihat lebih tajam, seperti mata seekor rubah yang mengawasi buruannya. "Siwon milikku, Jaejoong-sshi. Sampai kapanpun dia bonekaku yang manis. Dan akan kupastikan, siapapun yang merebut mainanku, akan kubuat menderita hingga ingin mati!"

...

...

...

"Jja! Taepoong-ah, tangkap ini!" Yunho melempar piringan terbang kearah Yunjoong, dan dengan segera ditangkap oleh putranya, membuat anjing besar langsung menubruk tubuh kecil Yunjoong dan menjilati wajahnya.

"Hahaa... Taepoong-ah, geliii~ Ya! Hentikan!"

Kyuhyun ikut tersenyum sembari mengelus perutnya yang sudah lebih besar saat melihat seorang bocah laki-laki berguling-guling diatas rumput halus dengan seekor anjing yang terus menjilati wajahnya.

"Mereka asik sekali..."

Kyuhyun menoleh kesamping dan melihat Jaejoong meletakkan minuman beserta cemilan diatas meja di samping Kyuhyun duduk.

"Harusnya kau belikan hewan peliharaan untuk Yunjoong dari dulu, Hyung..."

Jaejoong hanya mengulas senyum untuk membalas ucapan Kyuhyun barusan. Tapi sedetik kemudian, matanya tertuju pada perut besar laki-laki manis disampingnya. "Bagaimana keadaan Uri aegya hari ini?" Tanyanya lembut sembari mengelus halus perut Kyuhyun.

Pemuda itu ikut tersenyum merasakan usapan Jaejoong.

"Ommo! Dia bergerak!" pria pemilik bibir penuh itu terkejut mendapat balasan dari bayi yang masih dalam kandungan. Sesaat tadi dia merasa tangannya ditendang dengan pelan. "Aigoo~ apa kau sudah tidak sabar, heum?"

Jaejoong tersadar saat mendengar bunyi microwave yang dia gunakan untuk membuat kue. "Ah, kuenya matang."

Bola mata Kyuhyun mengikuti gerakan Jaejoong sampai pria itu tidak terlihat, lalu pandangannya focus pada perutnya. Tangan putih susunya mengelus lembut calon malaikat kecilnya. Sudah tujuh bulan. Rasanya Kyuhyun sudah tidak sabar melihat bayi kecilnya lahir.

Tangannya merasakan pergerakan halus dari dalam, membuat senyumnya bertambah lebar, "Kau ingin bermain dengan Yunjoong, baby? Nanti, jika sudah besar, Mommy akan meminta Yunjoong Oppa untuk menemanimu, ne…"

Disaat seperti ini, entah kenapa tiba-tiba dia merindukan Siwon, suaminya yang kini sedang melakukan sebuah proyek pembangunan supermarket dikawasan Myeongdong.

Rasanya Siwon menyesal telah menerima tawaran untuk hadir dalam rapat kali ini karena seseorang yang duduk tak jauh darinya, menatapnya dengan tatapan yang menyebalkan.

Mengerling sambil menggigit bibir bawah. Apakah itu sikap yang sopan diperlihatkan ketika rapat? Dia tahu, pengaruh Lee Group cukup besar untuk proyek ini, tapi tidak bisakah pria itu menjaga sikapnya?

Pria Choi itu hanya bisa menghembuskan nafas sembari berharap rapat ini cepat selesai dan dia bias pulang dengan segera kerumah dan menemui istri manisnya.

.

"Siwon-ah~"

Pria tampan itu malah mempercepat langkahnya dan masuk ke lift, namun sayang sekali, pria manis bergigi kelinci itu menerobos masuk sebelum pintu tertutup sempurna.

"Kenapa kau mengacuhkanku? Apa kau tak rindu padaku, heum?" Sungmin mengerucutkan bibirnya dan Siwon hanya membuang pandangan kesisi lain.

Sungmin yang kesal menarik dagu pria tampan didepannya, agar sejajar dengan wajahnya. Ia tersenyum, "Aku tahu kau merindukanku~"

"Hentikan itu, Sungmin. Harus berapa kali kukatakan, Kyuhyun adalah istriku. Dan sebentar lagi kami akan memiliki anak."

"Wonnie, aku hanya ingin membicarakan tentang kita, bukan tentang kalian. Kajja, aku ingin mentraktirmu espresso." Sungmin tersenyum lebih lebar.

Ting!

Dan pria itu langsung menarik tangan kiri Siwon yang kosong keluar dari lift.

.

.

"Apa Siwon masih lama? Kau bisa menginap, Kyu. Ini hampir malam." Jaejoong menghampiri Kyuhyun yang duduk diruang tamu kediaman Jung, menunggu suaminya menjemput.

"Ani, Hyung. Siwon barusan mengirim pesan bahwa rapatnya sudah selesai." Bibir pink pucatnya mengulas senyum tipis.

Jaejoong tidak lagi memaksa. "Ne. Makan malamlah disini, aku akan menyiapkan samgyetang untukmu."

Kyuhyun mengangguk sekilas ketika Jaejoong menepuk bahunya dan kembali kedapur. Entah kenapa, sejak tadi perasaannya aneh sekali. Dadanya berdebar-debar tidak beraturan. Rasa cemas yang tiba-tiba menghampiri juga membuatnya tidak mengerti.

Sebenarnya ada apa?, batinnya gelisah.

.

.

Sungmin membaringkan tubuh yang sedari tadi dibopongnya sendirian menuju sebuah kamar hotel elit di kawasan Myeongdong, hotel milik ayah tirinya sebenarnya.

"Huft~ tubuhmu lebih berat dari yang dulu, Siwonnie~" Sungmin menyeka bulir keringat yang mengaliri pelipis hingga rahangnya.

Pria manis itu berjalan kearah jendela, memandang sebentar suasana Myeongdong ketika malam yang kemerlip lampu. Sangat cantik. Bibir indahnya mengulas seringai lalu menutup tirai putih. Saatnya waktu pertunjukan, batinnya.

"Ugh~"

Satu lenguhan mengusik Sungmin. Dia menoleh kearah Rajang besar dalam ruangan hotel VIP itu. "Kau sudah bangun? Aku masih tidak percaya kau tidak bisa menenggak alcohol lebih dari tiga tegukan." Ujarnya.

"Aish! Dimana… ini?" Siwon berusaha bangkit meski dengan kepala yang serasa dihantam batu. Sakit dan berdenyut kuat.

Bodohnya dia yang percaya begitu saja pada omongan Sungmin yang mengatakan akan ke café hanya untuk sekedar menikmati kopi sore. Nyatanya pria manis itu mengajaknya kesebuah club malam dan memaksanya menghabiskan wine mahal dengan kdar alcohol tinggi disana sampai dia tak sadarkan diri.

Sungmin mendorong lagi bahu Siwon hingga pria Choi itu kembali rebah dikasur. Perlahan merangkak, menaiki tubuh atletis mantan kekasihnya. Ketika wajahnya dan wajah Siwon sejajar, Sungmin tersenyum manis dan mengelus pipi Siwon dengan lembut. Melihat wajah Siwon entah kenapa membuatnya terangsang sangat cepat. Sama ketika dia bersama orang itu.

"Aku merindukan sentuhanmu, Wonnie. Malam ini, aku ingin menikmati sentuhanmu seperti dulu."

Detik berikutnya, Siwon makin merasakan kepalanya bagai dihantam gada, sakit sekali. Ditambah tubuhnya terasa sangat panas dan gerah. Dia bahkan tidak memperdulikan Sungmin yang memagut bibir tipisnya dengan liar malam itu. Dibalik pelupuk matanya, dia melihat Kyuhyun menangis.

Kyuhyun hanya bisa menghabiskan lima sendok samgyetang buatan Jaejoong, padahal biasanya dia akan menghabiskan masakan Hyung-nya itu.

"Apa masakanku sudah tidak enak lagi, Kyu?" sindir Jaejoong yang melihat mangkuk didepan Kyuhyun masih terdapat makanan yang dia buat.

Kyuhyun menggeleng lemah. "Ani, Jae Hyung. Aku… tidak merasa lapar." Ucapnya.

Sebelah alis Jaejoong terangkat saat melihat Kyuhyun yang meremat baju longgarnya dibagian perut.

"Umma~"

Jaejoong menoleh ketika merasa ujung kemejanya ditarik beberapa kali oleh Yunjoong, putranya.

"Wae, Joongie-ya?"

"Appa memanggil…"

"Ah iya." Segera Jaejoong bereskan berkas-berkas yang baru saja dia selesaikan. Kemudian beranjak dari duduknya menuju ruang kerja Yunho.

"Wae, Joongie-ya?" Kyuhyun menatap Yunjoong dan dia langsung mengerti saat melihat kemana arah tatapan bocah tampan itu.

"Kau ingin samgyetang? Sebentar, Hyung ambilkan untukmu." Kyuhyun mengelus gemas rambut hitam anak laki-laki itu, lalu mengambil mangkuk dan menuangkan samgyetang yang masih panas dari panci.

Ponsel putih Kyuhyun berdering, membuat Yunjoong yang berada diseberang kursi yang ditempati Kyuhyun sedikit mencondongkan tubuhnya.

"Hyungie, ada panggilan masuk dari Siwon ahjussi."

Siwon menelpon? Bibirnya mengulas senyum sumringah. "Ah, ndee~". Buru-buru Kyuhyun berjalan keruang makan dan meletakkan semangkuk samgyetang kehadapan Yunjoong. "Jja, makanlah." Ucapnya sambil mengelus rambut hitam bocah didepannya. Segara Kyuhyun angkat dan alisnya mengkerut saat line seberang sana hening.

"Aaahh~"

Alisnya makin tertaut tidak paham saat telinganya menangkap desahan aneh.

"Siwonnie, I like you're dick… euhm.. hahh… fuck meh so hardly, Siwonhh…"

Pupil cokelat Kyuhyun melebar tidak percaya saat mendengar ucapan-ucapan kotor yang baru saja sampai digendang telinganya. Mungkin Kyuhyun sendiri tidak sadar jika perlahan kakinya melangkah mundur dengan tubuh yang bergetar kuat.

Dia ingat suara ini. Sungmin. Mungkinkah…

"Haahhh… hungh!"

Kyuhyun rasanya benar-benar kosong saat mendengar lenguhan Siwon barusan. Kekhawatirannya benar ternyata. Siwon dan Sungmin masih menjalin hubungan dan kini Kyuhyun seperti orang asing yang tiba-tiba menyalip diantara keduanya.

Pikirannya sekarang terasa penuh oleh dua orang, Siwon dan Sungmin. Sampai-sampai dia tidak tahu sudah berada ditepi anak tangga yang memisahkan ruang santai dan ruang makan kediaman Jung.

Bruuk!

Yunjoong yang sejak awal focus pada makanannya langsung menoleh keasal suara tadi dan betapa kagetnya saat melihat Kyuhyun terjatuh. Bocah itu langsung menghampiri Kyuhyun dengan wajah panic.

"Umma! Appa!" Yunjoong berteriak sembari menaiki anak tangga menuju ruang kerja ayahnya. Setelah sampai, dia langsung menggedor-gedor pintu ruang kerja ayahnya dengan tidak sabaran. "Umma! Appa! Hyungie…! Hiks.."

Pintu terbuka dan Jaejoong langsung berjongkok, menyamakan tinggi dengan putranya. "Wae, Joongie?"

"HyunnggUmma… Kyuhyun hyung…"

"Ada apa dengan Kyuhyun?" Tanya Yunho.

Jaejoong langsung berdiri dan melihat dari atas, tubuh lelaki yang sudah dianggapnya adik tergeletak dilantai ruang santai.

"OMO!" Pria cantik itu segera turun menghampiri Kyuhyun dan betapa terkejutnya ia saat mendapati genangan darah disekitar kaki Kyuhyun. "YUNHO!"

"Kyuhyun!"

"Bawa dia… hiks… bawa… Yunhoo…"

Yunho segera membopong tubuh lemah Kyuhyun menuju garasi mobil diikuti Jaejoong dan putranya, kemudian dengan hati-hati meletakkan Kyuhyun dikursi belakang dengan Jaejoong yang menumpu kepala adiknya itu.

Tanpa basa-basi, Yunho langsung memacu mobilnya secepat mungkin.

"Kyu, kau pasti kuat. Kumohon, bertahanlah. Kau dan dia harus selamat… hiks… dan kita nanti akan jadi satu keluarga besar yang bahagia… hiks… Kyuhyun-ah…" tak hentinya Jaejoong menangis sambil mengucapkan kata-kata berupa kekuatan, agar Kyuhyun maupun sang calon bayi bisa mendengar suaranya.

.

.

.

"Haahh…. Hungh!"

Sesaat tadi, Siwon merasa dadanya berdenyut nyeri. Dengan perlahan, meski kepalanya masih terasa sangat pusing, ia coba untuk bangun dan saat itu juga tangannya reflek mendorong tubuh Sungmin yang hanya menggunakan kemeja merah muda dari atas tubuhnya, membuat miliknya tergesek tepi selangkangan laki-laki itu.

" Oh Shit!" rutuk Siwon yang langsung menghambur kekamar mandi.

Sungmin yang tergeletak di tepi ranjang hanya memandang langit-langit. Untung Siwon tidak mendorongnya sampai terjungkir kelantai. Perlahan bibir indahnya mengulas senyum saat kepalanya membayangkan seseorang. Tangannya bergerak keatas seolah ia ingin menggapai wajah bayangannya yang terlukis di langit-langit kamar hotel.

"I miss you~~" ucapnya dengan nada lembut dan manis, seolah dia benar-benar berhadapan dengan orang yang mampu membuatnya jatuh cinta ribuan kali.

Siwon keluar dari kamar mandi dengan terburu-buru dan memakai pakaiannya dengan sembarang lalu menatap Sungmin dengan pandangan tajam. "Kau gila, Lee Sungmin!" desisnya kemudian langsung melangkah keluar kamar VIP itu tanpa perduli dengan keadaannya yang tidak rapi. Yang jelas, dia benar-benar merasakan firasat buruk dari tadi. Entah apa…

.

.

.

"Bagaimana keadaannya?!" Jaejoong langsung menghampiri dokter yang baru saja keluar dari ruang ICU.

"Kondisinya kritis. Dia kehilangan banyak darah. Selain itu usia kandungannya yang masih tujuh bulan membuatnya dan sang calon bayi dalam bahaya. Kami akan melakukan operasi secepatnya. Dimana suami Kyuhyun-sshi? Kami tidak akan melakukan tindakan lanjut tanpa persetujuan sang suami."

Jaejoong menatap Yunho, dan pria itu langsung paham.

"Aku akan mencarinya."

"Bisakah menunggu sebentar lagi?"

"Kami tidak menanggung resiko yang akan terjadi nanti."

"Jebal. Suaminya akan segera datang. Setidaknya buatlah Kyuhyun bertahan sedikit lagi…"

Melihat wajah memelas Jaejoong membuat si dokter tidak tega. Ia menghela nafasnya. "Akan kami coba."

"Gomawo, UisaJeongmal gomawoyo…" Jaejoong terus membungkuk meski dokter tadi sudak masuk kedalam ruang operasi.

"Umma… apa Hyungie baik-baik saja?"

Jaejoong memeluk putra kecilnya dengan sangat erat. "Nde. Hyungie akan baik-baik saja. Dia akan sehat kembali bersama aegya. Lalu kita akan bermain bersama-sama…" dengan perlahan, cairan bening menyusuri pipinya.

Cepatlah datang, Siwon…

Untuk yang kesekian kalinya, Siwon berusaha menghubungi ponsel Kyuhyun, namun suara operator yang menjawabnya.

Duk!

Siwon pukul stir mobil didepannya dengan kesal saat melihat panggilan diawal ponselnya. Dia takut. Sangat takut. Perasaan aneh dalam dadanya belum juga hilang dan pikirannya semakin kalut karena ulah Sungmin yang menelepon Kyuhyun dengan ponselnya.

Kadar alcohol yang dia minum membuatnya tidak sadar dan efeknya hampir sama dengan obat perangsang. Padahal dia berusaha mati-matian untuk tidak terpengaruh efek dari alcohol, tapi justru hal itu membuat kesadarannya sempat hilang.

"Kyu… Baby… Mianhaejeongmal mianhaeyoo… Kyuhyun baby…"

Sekali ini Siwon mencoba lagi menghubungi nomor Kyuhyun dengan putus asa. Dia memang pengecut. Dia takut akan reaksi Kyuhyun nanti.

Mulai terdengar bunyi gemerisik dari seberang telepon.

"Yeobosseo…"

"Yunho Hyung!"

"Dimana kau, Siwon?!"

.

Yunho membanting pintu mobil hitamnya, menhampiri Siwon yang baru keluar dari mobil dan… BUGH!

Satu pukulan kuat menghantam pipi Siwon, membuat pria itu terhuyung beberapa langkah. Yunho menarik lagi kerah kemeja yang Siwon kenakan lalu memukul lagi pipi pria itu hingga bibirnya sobek dan mengeluarkan darah segar. Aroma amis mulai tercium menyengat.

"BRENGSEK! Sudah kukatakan padamu! Jauhi pelacur itu, Choi!"

Bugh!

Kali ini Yunho menendang perut Siwon. Dengan rasa marah, dia menghajar Siwon dengan membabi buta. Apalagi mengingat kondisi Kyuhyun yang sekarang sedang kritis. Ditariknya baju Siwon dengan kasar dan menyeretnya hingga masuk kemobil metalik hitamnya. Tanpa mengatakan apapun, dia memacu kecepatan, menerobos jalan Seoul menuju rumah sakit.

.

Yunho dan Siwon berlari menuju sebuah ruangan dimana Jaejoong dan Ahra disana, bersama dokter yang menangani kondisi Kyuhyun.

"Bagaimana… bagaimana keadaan istriku, Uisa?" pria bermarga Choi yang tampak kusut itu menerobos langsung berdiri didepan sang dokter.

"Kami sudah mencobanya…"

Siwon menarik nafasnya dengan cepat , menunggu dokter menyelesaikan kalimatnya.

"Kami harus segera mengangkat bayi yang ada dalam Rahim Kyuhyun-sshi, karena jika tidak, kelahiran premature ini membuat kondisi keduanya sangat buruk. Dan jika harus memilih, mana yang ingin anda selamatkan, Tuan Choi? Kami tidak bisa bertindak tanpa keputusan dari anda…"

"Uisanim, tentu saja selamatkan…"

"Bayinya." potong Siwon cepat sebelum kalimat Ahra, kakak perempuan Kyuhyun selesai.

Wanita cantik yang saat itu sedang mengandung juga langsung menatap tidak percaya adik iparnya yang menunduk dalam. "Mwoh?! Ya! Apa yang kau katakan, Choi Siwon?!"

"Uisa, ku mohon, selamatkan bayinya…"

"Algeusumnida." Dokter itupun memanggil beberapa suster untuk menyiapkan peralatan opeasi.

"Andwae! ANDWAE! Uisanim, jeball… selamatkan adikku… selamatkan Kyuhyun, Uisa…"

"Ahra, tenanglah, kau sedang mengandung…" Jaejoong memegang dengan kuat bahu sahabatnya.

Ahra segera beralih pada Siwon dan… PLAK! Satu tamparan mendarat dipipi Siwon yang sudah tampak membiru karena hantaman dari Yunho sebelumnya. Wanita itu memukul dada Siwon sambil meracau, membuat Yunho maupun Jaejoong khawatir.

"Apa yang sudah kau lakukan pada adikku?! Kenapa dia begini, Siwon? Apa salah Kyuhyun padamu… hiks… kenapa kau menghukumnya… hiks… dia mencintaimu… sangat mencintaimuh…"

"Ahra-ya!" Seungjin, suami Ahra yang baru saja sampai langsung menangkap tubuh istrinya yang tiba-tiba limbung, pingsan.

Ketiganya langsung membawa pada salah satu bangsal dirumah sakit, meninggalkan Siwon yang terpuruk seorang diri didepan ruang ICU.

Perlahan Siwon sandarkan punggungnya yang sudah terasa sangat lelah pada dinding, lalu merosot dengan tangan yang menjambak kuat rambut hitamnya.

Seharusnya sekarang Kyuhyun bisa tersenyum dirumah mereka, bukannya bertaruh maut seperti sekarang. Siwon benar-benar tidak menyangka, kembalinya Sungmin dalam hidupnya malah membawa petaka dalam rumah tangganya dan Kyuhyun.

"Tuhan… aku mencintainya… sangat mencintainya… Ku mohon, jangan ambil dia dariku. Tuhan… aku juga menyayangi titipanmu… hiks… ku mohon, izinkan aku juga mencintainya… Kyuhyun-ah, saranghaeUri aegya, saranghae…"

.

.

Seorang pria dengan pakaian jas rapi melangkah santai menyusuri lorong hotel miliknya, membawa tubuh tegapnya menuju sebuah kamar yang dimana kekasihnya sudah berada disana lebih dulu. Pria itu terseyum, membuat wajahnya semakin gagah meski usianya sudah kepala empat. Dihampirinya ranjang king size, tempat orang itu berbaring dengan tangan yang menggapai-gapai keatas.

Ditangkapnya tangan mungil kekasihnya kemudian merundukkan wajahnya, menatap manis wajah yang selama ini memenuhi kepalanya. "Apa kau sudah selesai dengan 'mainanmu', Ming Baby?"

"Appaaa~~~"

Pria berjas itu semakin merundukkan kepalanya, memagut bibir merah muda putra tirinya.

"Heumm…" desahan lain meluncur begitu saja. Membuat ciuman itu semakin intens hingga akhirnya melepas sepihak karena mulai kesulitan bernafas.

Tangannya dengan nakal membelai sesuatu yang berada diantara selangkangan putranya, membuat desah nikmat kembali terdengar.

Sungmin dengan buru-buru menarik dasi pria yang lima tahun lalu menikah dengan Sang Ibu tanpa izinnya. Tangan lentiknya dengan cekatan membuka tiap kancing yang mengait. Setelah terbuka semua, Sungmin menarik punggung diatasnya, hingga jatuh dan menimpa tubuhnya. Namun Sungmin tidak protes karena dia sudah sangat merindukan belaian Sang Ayah.

"Apa kau sudah tidak sabar, heum?" pria itu justru menarik tubuhnya yang sedang dikecupi Sungmin, membuat laki-laki yang berstatus putra tirinya itu mendesah protes.

Kim Kangin tersenyum lalu melepas seluruh kain yang melekat ditubuhnya, membuat keduanya polos. Dia tidak ingin apapun menghalanginya merasakan tubuh indah milik Sungmin. Dalam sekejap, dia mengurung Sungmin dalam rengkuhannya, mencium liar bibir indah Sungmin, membelai rambut laki-laki manis itu, dan mereka bercinta… sama seperti malam-malam sebelumnya.

.

Haru Haru

.

Seorang gadis kecil dengan bando putih yang melingkar dikepalanya berjalan dengan riang, tidak lupa mengibaskan gaun putih yang dia kenakan dengan bibir tipis yang menggumamkan lagu yang seringkali dinyanyikan Ayahnya.

Dia menarik knop pintu dan melihat seorang pria, dengan kacamata yang bertengger dihidung mancungnya sedang membaca buku.

Senyum gadis kecil itu semakin lebar, "Daddyyy~~!"

Pria yang di panggil 'Daddy' itu mengangkat kepalanya lalu tersenyum, membuat lesung pemanis senyumnya terlihat. Gadis kecil bergaun putih langsung menghampirinya dan dia mengangkat tubuh putri kecilnya keatas pangkuannya.

Dikecupnya pipi putih susu gadis kecil itu. "Putri Daddy cantik sekali hari ini…"

"Hehe… Jihee sudah kangen Mommy…"

"Hum? Lalu, dari mana gaun indah ini, baby?"

"Jae Umma yang membuatnya, Daddy…"

Siwon beranjak dari duduknya dengan Choi Jihee, putrinya yang baru berusia tujuh tahun dalam gendongan. Dia berjalan menuju halaman, dimana Keluarga Jung sudah berkumpul dan mereka berjanji akan berkunjung kesuatu tempat.

"Apa Jihee sudah mengucapkan terima kasih?"

Gadis kecil dalam gendongan Siwon mengangguk, membuat rambut hitam yang sebahunya beriak pelan. "Ung! Sudah!"

Siwon mengelus sayang putri cantiknya, "Anak pintar."

.

.

.

Akhrinya mereka sampai disebuah tempat yang sepi penduduk. Sebuah desa di kawasan Gwangju yang masih sangat asri dengan pepohonan pinus yang rindang. Dua mobil terparkir disebuah halaman rumah yang tampak sederhana, juga terlihat seorang wanita cantik sedang mengatur letak pot bunga.

"Ahra-imooo~~!"

"Omo! Jihee-ya?" wanita itu menunduk dan menggendong tubuh keponakannya. "Apa benar ini kau? Aigoo~ kau cepat sekali tumbuh." Gemas, Ahra menciumi pipi anak kecil yang hanya tertawa kegelian.

"Eumm… Ahra-imo, dimana Yoora?"

"Yoora berada dirumah temannya, Jihee-ya. Bagaimana kalau kau makan kue buatan imo? Kau pasti lelah selama perjalanan tadi, kan?" Ahra menurunkan tubuh dalam gendongannya.

Jihee berbalik menuju seorang bocah tampan yang sedang mengambil tas miliknya, karena rencana keluarganya kali ini akan menginap.

"Joongie Oppa, kajja!" dengan senang hati Yunjoong menggenggam tangan halus yang lebih kecil dari tangannya memasuki rumah yang terbilang sederhana itu disusul Yunho dan Jaejoong.

Ahra menoleh pada Siwon lalu tersenyum manis. "Kau merindukannya? Dia ada di halaman belakang." Ucapnya sebelum masuk kedalam rumah dan menghidangkan kue yang sebelumnya dia masak.

Siwon menyusuri jalanan kecil dengan rumput halus yang membawanya pada taman kecil yang membuatnya bisa melihat seseorang yang selama ini dia cintai, tengah duduk pada kursi roda. Tanpa berniat mengganggu, Siwon mendorong kursi roda itu dengan pelan, membawanya pada lading ilalang yang penuh dengan bunga kesukaan Kyuhyun, dandelion.

Cuaca pagi ini cerah. Siwon menghirup dalam aroma pagi di desa itu, membuatnya kembali merasa bersyukur pada karunia Tuhan. Udara bersih yang masih mampu dia hirup. Cahaya hangat pagi yang masih dia rasakan.

Setelah merasa cukup jauh, Siwon mengunci kursi roda didepannya, dan dia beralih kehadapan kekasihnya. Istri tercintanya yang tengah memejamkan mata dengan damai. Siwon bersimpuh, mengambil kedua tangan pucat dalam genggamannya, lalu mengecupnya lama. Sudah lama sekali dia rindu mengecup istri manisnya ini.

"Selamat pagi, Kyuhyun. Hari ini kaupun indah seperti biasa. Dua bulan yang lalu, Jihee baru saja berulang tahun, dan dia mendapatkan banyak sekali kado." Siwon mengelus punggung tangan didepannya.

"Hari ini Jihee menggunakan gaun putih buatan Jaejoong Hyung. Dia terlihat sangat cantik. Kau tahu, Kyu, aku jadi ingat hari pernikahan kita. Aku tidak menyangka yang berdiri disampingku dalam balutan gaun putih pernikahan adalah kau. Jihee sekarang semakin mirip denganmu..."

Suara gemerisik angin yang menggesek dandelion-dandelion membuat Siwon merasa ditemani. Bibir tipisnya mengulas senyum, "Aku merindukanmu, Kyu. Aku rindu kimchi pedasmu…"

Merasa tangan dalam genggamannya bergerak, Siwon memandang kedepan. Ia ingin yang pertama menyapa iris caramel istrinya.

"Uhh…"

"Selamat pagi, putri tidur."

Kelopak mata itu mengerjap beberapa kali hingga retinanya mampu menerima cahaya. Setelah penglihatannya semakin jelas, bibir yang masih pucat itu mencoba tersenyum. "Siwon…" panggilnya yang seperti bisikan pelan.

"Hum?"

"Kenapa… tidak mem-bangunkan-ku…?"

Siwon menggeleng. "Aku tidak ingin menganggu tidurmu…"

"Apha… Jihee juga… ikhut?"

Kali ini senyum Siwon semakin cerah. "Nde. Dia ikut. Dia merindukan Mommy-nya."

Pria Choi itu beranjak berdiri, lalu kebelakang kursi roda, membuka kuncian dan menarik kursi itu berbalik kembali kerumah Ahra.

Desiran angin pagi itu menerbangkan ribuan dandelion, membuat pemandangan tak ubahnya seperti salju.

Kyuhyun tersenyum lagi menyambut pagi, dimana ada Siwon, dan juga putri kecil mereka yang kian tumbuh dewasa.

.

Siwon akan memulai semuanya dari awal. Memperbaiki kesalahan yang sempat dia buat, menjadikan kesempatan kedua yang Tuhan berikan padana tidak sia-sia.

Saat itu ia berpikir tidak akan hidup lama ketika sang bayi dinyatakan kritis karena lahir diusia yang baru menginjak tujuh bulan. Tapi siapa sangka, sang bayi memiliki kekuatan sehingga bisa bernafas sekarang. Iapun tidak menyangka Kyuhyun akan selamat dalam operasi.

Dokter sudah menyatakan menyerah, namun sepertinya tidak dengan Kyuhyun. Meski dia harus mengalami koma selama empat tahun, Keluarga Cho membawa Kyuhyun kesebuah desa yang sangat tenang, jauh dari keramaian kota.

Awalnya Tuan dan Nyonya Cho berkeras ingin merawat Jihee juga, namun Siwon tidak ingin menjadi laki-laki tidak bertanggung jawab dengan menyerahi semuanya pada Keluarga Cho. Selama tujuh tahun, dia merawat Jihee dengan kasih sayang.

Dia juga tidak menyangka kebenaran yang terkuak tentang Keluarga Lee. Nyonya Lee dilarikan ke Rumah Sakit Jiwa akibat depresi berat yang dialaminya karena mendapati suami dan putra tunggalnya tengah bercinta.

Keduanya kabur tanpa kabar berita, meninggalkan kehancuran pada Lee Group yang selama ini berdiri kokoh di perindustrian Korea Selatan.

Siwon sekali lagi bersyukur, kini, keluarganya kembali lengkap. Semoga senyum yang terkembang pada masing wajah tidak lagi pudar.

END