"ah,kenapa tidak jalan juga sih. Bisa telat di hari pertama nih", ucap Sehun pada dirinya sendiri. Sekarang ia sedang berada di mobilnya, dalam perjalanan menuju tempatnya bekerja.

"ini sudah satu jam dan belum ada tanda-tanda akan bergerak. Haish,come on. Bergeraklah", Sehun mulai bergerak tidak nyaman di belakang kemudi mobilnya.

Ah,shit. Aku benar-benar akan telat nih. Rutuknya dalam hati sambil mengacak rambutnya.

.

.

.

"hhhhh", Luhan menghela napas panjang. Sudah dua jam ia menunggu seseorang. Si penulis baru yang akan jadi tanggungjawabnya. Ia benar-benar bosan sekarang. Ia menghubungi Minseok, tapi katanya si penulis baru itu sedang dalam perjalanan.

Memangnya rumahnya dimana sih. Pikir Luhan sebal.

Tok tok. Pintu ruangan Luhan diketuk, dan muncullah seorang namja dari balik pintu itu.

"Xi Luhan-ssi?", tanya namja itu.

"ya, saya sendiri. Dan kamu?", Luhan balik bertanya.

"Sehun, Oh Sehun", jawab namja itu, yang bernama Sehun.

.

.

Pukul 12.00 AM. Waktunya jam makan siang.

"kau ingin ikut ke kafetaria, Jongin-ah?", tanya Baekhyun pada Jongin yang baru saja selesai melatih para traineer di perusahaan itu.

"ya, aku ikut. Tunggu sebentar", jawab Jongin.

Merekapun pergi ke kafetaria yang terletak di lantai dasar gedung itu.

.

.

.

"kau kenal Jongdae-ssi kan?", tanya Baekhyun membuka pembicaraan setelah mereka duduk di salah satu tempat yang ada di kafetaria itu.

"hm,memang kenapa?"

"kemarin ia berhenti bekerja. Katanya sih mau melanjutkan kuliah S2-nya"

"lalu?"

"pabbo. Itu berarti ada tempat kosong yang ditinggalkan Jongdae, kau tahu", ucap Baekhyun sedikit gemas.

"apa hubungannya denganku?", tanya Jongin.

"mungkin kamu punya kenalan yang bisa mengisi tempat itu. Yang berpengalaman atau minimal dia punya bakat mengajar menyanyi yang baik", jelas Baekhyun.

"hmm,begitu. Aku sih tidak ada, walau dulu punya"

"Kim Jongin.."

"tapi akan kutanya Luhan. Mungkin dia punya kenalan yang cocok dengan kriteria itu", ucap Jongin.

"sudah kubilang untuk melupakannya kan?", kata Baekhyun.

"ya aku tahu. Kamu sudah mengatakannya tadi pagi. Aku masih ingat. Jadi tolong hentikan memberitahuku soal itu. Aku tahu"

"hhh, baiklah", Baekhyun mengalah. Ia tak ingin membuat marah Jongin. Setidaknya hari ini. Bisa gawat kalau kemarahan Jongin dilampiaskan kepada para trainee. Bisa kacau.

.

.

.

Jam menunjukkan pukul 5.00 PM. Jongin sedang menunggu Luhan di dalam mobilnya yang ia parkirkan tepat di depan gedung tempat kekasihnya itu bekerja. Ini sudah 1 jam Jongin menunggu dari waktu jam pulang yang Luhan katakan tadi siang di telepon.

Sekitar 10 menit berselang, Luhan muncul melalui pintu utama gedung itu bersama seorang namja. Merekapun berjalan mendekat ke arah mobil Jongin.

"nah, kira-kira seperti itulah caranya. Kuharap dalam waktu dekat kamu akan memberiku draft kasar cerita yang kamu buat. Makin cepat makin baik, Sehun-ssi", ucap Luhan yang terdenhar oleh Jongin dari dalam mobil.

"baiklah. Akan kuusahakan sesegera mungkin. Terima kasih atas pelajarannya hari ini, Luhan hyung", balas Sehun.

"hmm. Kalau begitu aku pulang dulu. Kamu tidak ingin menumpang sekalian?", tawar Luhan.

"ah,terima kasih. Tapi tidak usah. Aku menunggu kenalanku", tolak Sehun.

"oh,baiklah. Sampai besok, Sehun-ssi. Annyeong", kata Luhan lalu masuk ke dalam mobil.

"sampai besok. Annyeong", balas Sehun. Dan setelah itu mobil yang Jongin dan Luhan tumpangi bergerak menjauh dari posisi Sehun.

Sepeninggalnya Sehun sendiri di depan gedung itu, ia mengeluarkan handphonrnya dari saku celana. Dan mencari sebuah nama untuk dihubungi.

"annyeong, hyung? Kamu sudah dimana? Aku sudah selesai dari tadi", kata Sehun setelah telepon yang dia tuju sudah menjawab.

"Sehun-aaah!", teriak seorang namja dari kejauhan.

Sehun yang melihatnya langsung mematikan sambungan teleponnya dan tersenyum melihat siapa yang memanggilnya.

"sudah menunggu dari tadi, Sehun-ah?", tanya namja imut bermata bulat itu setelah berdiri cukup dekat dengan Sehun.

"tidak kok. Aku baru keluar. Editorku juga baru pulang tadi", jawab Sehun.

"oh,yang naik mobil mewah tadi itu?",tanya namja imut itu.

"yap. Kamu melihatnya,hyung?", tanya Sehun. Yang ditanya hanya mengangguk imut.

"dasar. Kenapa tidak kamu hampiri saja kami? Kan aku bisa mengenalkanmu kepada editorku itu. Dia baik sekali lho", ucap Sehun semangat.

"benarkah? Apa dia lebih baik dariku? Bagaimana kalau kamu tinggal dengannya saja?", ucap namja yang lebih tua dari Sehun itu, merajuk.

"aigoo, hyungku yang imut ini merajuk? Haha.. Tentu kamu lebih baik dari dia. Dan aku tidak bisa tinggal dengannya karena dia sudah punya kekasih, hyung", jelas Sehun. Hyungnya masih cemberut.

"Sudahlah jangan cemberut begitu. Akukan ingin mengajakmu untuk dinner romantis, kalau cemberut begitu,imutmu akan hilang dan acara dinner kita akan rusak", lanjut Sehun.

"haish. Gombal", balas hyungnya itu, sambil tersenyum.

"yasudah, kajja kita pergi, Kyungsoo-hyung", ajak Sehun sambil menggandeng tangan namja yang ia panggil hyung itu, Kyungsoo.

.

.

.

Disisi lain, di mobil Jongin.

"itu tadi siapa?", tanya Jongin membuka pembicaraan.

"oh,dia. Itu penulis baru di perusahaan. Baru masuk hari ini. Dan kebetulan aku ditunjuk sebagai editornya", jelas Luhan.

"hmm, begitu. Lalu kenapa kamu membuatku menunggumu lebih dari satu jam? Terlalu asyik mengobrol dengannya?", tanya Jongin sambil melirik sekilas kearah Luhan, lalu kembali fokus dengan jalanan yang ada di depannya.

Luhan kaget mendengar ucapan yang keluar dari mulut Jongin. Baginya kata-kata Jongin tadi terdengar seperti orang yang sedang cemburu. Luhan tersenyum sekilas, tak ingin Jongin melihatnya.

"maaf. Aku terlalu asyik membicarakan mengenai novel yang ingin ia buat. Kamu taukan kalau aku sudah berbicara tentang hal yang kusuka, itu membuatku sulit berhenti", ucap Luhan dengan nada menyesal.

"lain kali beritahu aku. Arasseo? Jangan membuatku menunggu terlalu lama lagi, rasanya aku akan mati kebosanan saja", kata Jongin.

"aye aye sir", jawab Luhan sambil tersenyum.

"kamu lapar? Aku tau restoran yang punya menu enak di sekitar sini", tawar Jongin.

"hmm. Tentu", jawab Luhan.

.

.

.

"jaaa,ini dia tempatnya!", ucap Sehun semangat sambil menarik halus lengan Kyungsoo, mengajaknya masuk ke warung kecil di pinggir jalan. Merekapun duduk di bangku yang disediakan di warung kecil itu.

"Oh Sehun, dilihat dari sudut pandang manapun, tempat ini sama sekali tidak ada suasana romantisnya, kamu tahu?", kata Kyungsoo, sedikit sebal.

"hehe, habis kata orang-orang di kantor tadi, makanan disini enak, jadi aku ingin mengajakmu kesini secepatnya. Maaf kalau kamu tidak suka, hyung. Kita pindah ke tempat lain saja ya?", kata Sehun, sedikit menyesal.

Kyungsoo yang mendengarnya malah tersenyum. Anak ini lucu sekali sih. Baru begitu saja sudah seperti orang yang melakukan kesalahan besar saja. Pikir Kyungsoo.

"haha.. Aku bercanda Oh Sehun. Aku makan dimanapun tidak masalah kok, asala bersamamu", tutur Kyungsoo.

"ah, bisa saja kamu, hyung. Yasudah, kajja kita memesan, aku sudah lapar nih", kata Sehun.

Merekapun memesan makanan lalu memakannya dengan lahap sambil sesekali saling mengobrol.

.

.

.

Ini sudah pukul 11 malam, Jongin dan Luhan sedang dalam perjalanan menuju rumah Luhan.

"Lu?", panggil Jongin.

"ada apa Jonginnie?"

"kau tahu Jongdae kan?", tanya Jongin.

"ne, temanmu yang suaranya bagus itukan? Yang menyanyi di acara pernikahan Baekhyun dan Chanyeol?"

"ya, mulai kemarin dia berhenti bekerja di perusahaan, katanya mau melanjutkan S2-nya di Jepang", jelas Jongin.

"wah, hebat sekali dia. Lalu kenapa?", tanya Luhan.

"posisinya sekarang kosong, kalau kamu punya kenalan yang punya suara bagus dan bisa mengajari vokal, kamu tawari saja untuk mencoba melamar di SM"

"hmm.. Begitu. Besok akan kutanya ke orang-orang di kantor. Mungkin Minseok punya kenalan", kata Luhan.

Setelah itu suasana kembali sunyi, tidak ada pembicaraan yang mengalir lagi.

.

.

.

"nah, kita sudah sampai", kata Jongin setelah sampai di depan rumah Luhan.

"ah, baiklah, aku masuk dulu. Hati-hati di jalan, Jongin", kata Luhan setelah keluar dari mobil Jongin.

"ne, aku pulang dulu. Jangan lupa menyalakan penghangat,ne. Annyeong. Jaljayo, Luhannie", pamit Jongin lalu mulai melajukan mobilnya, menjauh dari kediaman Luhan.

"jaljayo, nae Kim Jongin", kata Luhan, pelan.

.

.

.

"euuungh", geliat Luhan dalam tidurnya. Tidak lama ia bangkit duduk di tempat tidurnya. Ia melihat kearah jam yang diletakkan di atas nakas dekat tempat tidurnya, pukul 6 pagi. Mengucek matanya sebentar, lalu berjalan ke kamar mandi. Menjalankan kegiatan paginya.

.

.

.

Setelah rapi, Luhan keluar dari kamarnya. Menuju ruang makan untuk sarapan.

"selamat pagi Luhannie", sapa eomma Luhan yang sedang berkutat di dapur menyiapkan sarapan untuk suami dan anaknya.

"selamat pagi Lulu", sapa appanya

"pagi eomma, appa", sapa Luhan kepada kedua orangtuanya lalu mengambil tempat di samping appanya.

Tidak lama eomma Luhan muncul dari dapur, membawa sarapan mereka.

"tidak berangkat dengan Jongin, Lu?", tanya appa disela-sela acara makannya.

"hm, tidak. Hari ini Jongin tidak bisa menjemput. Katanya harus cepat sampai di SM. Harus melatih anak didiknya, mau debut katanya", jelas Luhan.

"oh begitu", balas appa Luhan.

"lalu,apa aku bisa menumpang hari ini, appa?", tanya Luhan sambil mengeluarkan senyum manisnya.

"tidak bisa. Kamukan namja, kalau tidak ada yang menjemputmu, ya naik bus saja. Appa tidak mau mengantarmu", jawab Appa Luhan cuek.

"iisssh, appaaa, kejamnya dirimu pada anak semata wayangmu ini!", kata Luhan.

"biarkan saja", kata Appa Luhan.

"iiish, appa jelek", dumel Luhan.

Eomma yang melihat suami dan anaknya hanya tersenyum. Aah, pagi yang indah.

.

.

.

Di tempat lain, di pagi hari ini seorang namja memulai harinya dengan memanggil"hyuuung", panggil seorang namja berambut merah itu kepada namja yang sedang terlelap di bagian lain tempat tidur mereka.

"euungh, nanti saja Sehunnie. Aku masih mengantuk", jawab namja yang masih senang bergumul dengan selimutnya.

"yaa, hyung. Kamukan mau kerja. Aku perlu sarapan hyuuung. Kalai tidak bangun juga, kucium nih", rengek namja yang lebih mudah, Sehun.

"eung,, arasseo arraseo", kata Kyungsoo, si hyung, beranjak dari posisi tidurnya. Mengucek pelan matanya untuk membiasakan cahaya masuk ke retinanya.

"makasih hyung. Aku mandi dulu, hyung siapkan sarapan kita ya. Aku ke kamar mandi dulu", kata Sehun beranjak dari duduknya menuju kamar mandi.

"hmm, iya iya", sahut Kyungsoo.

.

.

.

"pagi,hyung", sapa Sehun sambil menghampiri Kyungsoo di dapur. Ucapan selamat pagi yang sedikit telat sepertinya

"pagi, juga Sehunnie", balas Kyungsoo.

Sehun berjalan menghampiri Kyungsoo yang sedang menyiapkan peralatan makan mereka, lalu berdiri di belakang Kyungsoo dan mencium pipi Kyungsoo.

"morning kiss-ku. Hehe", kata Sehun sambil tersenyum lalu berjalan ke bangkunya, untuk duduk pastinya, bersiap menikmati masakan Kyungsoo.

"iish", dumel Kyungsoo.

"omelette-mu memang selalu enak ya, hyung", puji Sehun.

"haha. Makasih atas pujianmu, Hun", kata Kyungsoo sambil tersenyum.

"jadi, apa rencanamu hari ini, hyung?", tanya Sehun, masih sambil menikmati sarapannya.

"entahlah. Mungkin di rumah saja. Atau aku akan jalan-jalan mungkin, kalau ingin", jawab Kyungsoo kalem.

"dasar kamu ini,hyung. Cari pekerjaan sana"

"ya ya ya. Kalau aku niat ya", balas Kyungsoo, sambil menyengir imut.

Hoaaa, acara sarapan yang menyenangkan, seperti hari-hari sebelumnyapun berjalan denan baik hari ini.

.

.

.

"aku berangkat dulu, hyung", pamit Sehun.

"nee, hati - hati, Hun", balas Kyungsoo.

"saranghae", kata Sehun pada Kyungsoo.

"haha.. Nado", kata Kyungsoo sambil tertawa pelan.

Setelah Sehun pergi dari apartemen mereka, Kyungsoo menutup pintu dan kembali melanjutkan kegiatannya, menonton rekaman episode pororo miliknya.

.

.

.

"isssh, bus sialan. Pabbo. Bisa - bisanya malah mogok. Mana tidak ada bus lagi yang lewat ditambah tidak ada taksi. Menyebaaalkan", dumel Luhan sambil berjalan ke kantornya yang masih berjarak 4 blok lagi. Bus yang ia tumpangi hari ini mengalami mogok di tengah jalan. Benar - benar awal pagi yang tidak baik.

Tin tin.

Terdengar suara klakson mobil yang ditangkap oleh telinga Luhan. Sejenak ia berhenti lalu melihat ke mobil yang berhenti di sebelahnya. Jendela mobil itu turun.

"annyeong, Luhan hyung", sapa orang yang ada di dalam mobil itu.

"ah, annyeong Sehun-ssi", sapa Luhan balik.

"kenapa jalan kaki hyung?", tanya Sehun.

"aku ceritakan nanti. Tapi sebelumnya, boleh aku menumpang sampai kantor?", tanya Luhan.

"haha.. Itu alasanku memberhentikan mobilku. Ayo masuk, hyung", ajak Sehun.

"terima kasih", kata Luhan lalu membuka pintu mobil Sehun lalu masuk ke dalamnya. Mobil itupun kembali melaju, menuju tempat kerja orang-orang yang ada di dalamnya.

.

.

.

"Sehun-ssi",panggil Luhan.

"Sehun-ah", kata Sehun.

"hah?", respon Luhan tak mengerti dengan maksud Sehun yang memanggil namanya sendiri.

"panggil aku Sehun atau Sehun-ah saja. Penggunaan ssi dibelakang namaku terasa aneh di telingaku. Lagipula aku memanggilmu dengan sebutan hynung tanpa embel-embel ssi di belakangnya", jelas Sehun.

"ah baiklah. Mianheyo. Ehm, jadi begini Sehun, apa kamu punya kenalan yang bisa menyanyi dengan baik dan bisa mengajar vocal juga?", tanya Luhan menjelaskan maksdnya memanggil Sehun.

"hmm, memang kenapa hyung?", tanya Sehun sedikit penasaran sambil tetap fokus dengan jalan didepannya.

"di tempat kerja namjachinguku sedang dibutuhkan orang seperti itu. Kau tau SM Entertainmentkan? Di perusahaan itu salah satu pengajar vocalnya sedang kosong. Kalau kau punya kenalan yang cocok, minta dia melamar kerja disana saja", jelas Luhan.

"kurasa aku tahu orang yang cocok", kata Sehun, sambil tersenyum.

.

.

.

Ini sudah genap satu minggu Sehun bekerja sebagai penulis. Dan sebentar lagi buku perdananya akan rampung. Hmm, semoga jadi buku yang best seller.

Hari Senin di minggu kedua bulan Desember. Masih dingin seperti di minggu pertama, malah mungkin lebih dingin dari sebelumnya menurut sebagian orang. Termasuk menurut seorang namja yang sedang diseret oleh namja lainnya masuk ke sebuah gedung tinggi di pusat kota, sebuah perusahaan percetakan.

"gyaaa.. Kenapa kamu menyeretku ke tempat kerjamu di hari sedingin ini siih?", kata namja imut setengah berteriak saat dirinya mulai menjauhi mobil dengan penghangat, tempatnya semula.

"jangan menolak,hyung. Kamukansudah janji untuk secepatnya berterima kasih pada editorku yang sudah memberi info tentang pekerjaanmu itu", kata namja satunya, masih menarik paksa namja satunya.

"tapikan gak harus hari ini. Lagipula kenapa aku tidak tunggu di mobil saja? Dan kenapa kamu harus memarkir mobil di luar gedung sih?", namja imut itu,Kyungsoo, masih berusaha kembali ke mobil.

"karena lebih cepat lebih baik. Menunggu di mobil itu tidak sopan. Dan karena habis ini aku akan mengantarmu ke gedung SM. Apa kamu sudah lupa,hyung?", jelas pemuda yang menarik Kyungsoo, Sehun, panjang.

"kamu mengesalkan", kata Kyungsoo, yang akhirnya pasrah ditarik Sehun.

"terserah", ucap Sehun, toh Kyungsoo tak akan ngambek lama-lama, pikirnya.

Saat membawa Kyungsoo mendekati gedung tempat kerjanya, Sehun melihat siluet yang dia kenal dari arah berlawanan.

"Luhan hyung!", sapa Sehun setelah siluet orang itu mendekat, bersama seorang lainnya.

"oh, Sehun, annyeong", sapa Luhan ketika sudah berada di jarak yang lumayan dekat dengan Sehun, dan tentu saja Kyungsoo.

"kenalkan ini Kim Jongin, namjachinguku", kata Luhan mengenalkan Jongin pada Sehun.

"annyeong, Kim Jongin-ssi. Aku Oh Sehun. Salam kenal", kata Sehun. Jongin hanya tersenyum sebagai balasannya.

"dan itu?", tanya Luhan.

"ah,iya ini hyungku. Hey,hyung, ini ada Luhan dan kekasihnya, yang memberitahu soal lowongan kerja itu. Masukkan handphone-mu hyung!", ucap Sehun sedikit memerintah. Kyungsoo yang tadinya menundukpun mendongakkan kepalanya dan membuka hoodie dan melepas syal yang tadinya menutupi sebagian mukanya.

"ah, mianheyo. Annyeong, aku.."

Belum sempat Kyungsoo memperkenalkan diri, suara Jongin menyela.

"Kyung..Kyungsoo? Do Kyungsoo? Kau, kau kah itu?", kata Jongin terbata.

"kau mengenalnya, Jongin?", tanya Luhan, sedikit kaget dengan reaksi Jongin.

"Do Kyungsoo itu siapa? Apa kami berdua segitu miripnya sampai kamu mengira dia itu aku?", ucap Kyungsoo, dengan wajah bingungnya.

"Kyung, jangan bercanda. Ini aku Kim Jongin. Kamu tidak mungkin melupakanku kan?", tanya Jongin, yang terdengar seperti pengharapan atas Kyungsoo terhadap dirinya.

"haha. Aku benar-benar tidak mengenalmu. Lagipula namaku bukan Do, tapi Oh, Oh Kyungsoo", jelas Kyungsoo sambil tersenyum.

Oh Tuhan. Apalagi ini?

.

.

.

Tuhan

Kau mendatangkan kebahagian

Kau pula yang mengambilnya

Saat kukira kebahagiaan itu akhirnya kembali

Tapi ternyata tidak

Ini hanya awal

Awal dari sesuatu yang buruk

Mungkin lebih buruk dari sebelumnya

.

.

.

TBC

.

.

.

Gyaaa. ini chapter 3-nya terima kasih sudah membaca :D

sebenernya sih ini chapter udah mau selesai dari kapan tau, tapi males ngetik karena dengan sialannya aku direpotin sama kegiatan yang berhubungan dengan .doakan aku ya selamat dari ospeknya.

tapi menurutku kenapa ceritanya makin lama makin garing aja ya. hhh, jadi galau diterusin apa gak =_=

ah sudahlah,,

akhir kata,

review mungkin?