Title : SELFISH

Writer : Nickey Jung Rae Suk

Rating : T to M

Cast : YunJae, YooSuMin, Kwon Boa, etc.

Genre : YAOI, straight, Bi, Romance, Hurt (?), Mpreg^.^

Disclaimer : YUNJAE IS MORE THAN REAL, n THEY HAVE EACH OTHER Titik.

Lenght : 1 of ?

Warning : YAOI, BOY x BOY, Boys Love, Typo(s), Ide pasaran, Geje, EYD kacau, Judul ga sesuai dg cerita, No Majas, alur lambat-kadang cepet(?), TIDAK SUKA JANGAN BACA, NO BASH.

~*SELFISH*~

Chapter 1

Mata doe itu mengerjap pelan menyesuaikan dengan bias cahaya mentari pagi yang masuk melewati jendela kaca kamarnya.

Kim Jaejoong sang pemilik mata indah itu menguap lebar. Direntangkannya kedua tangannya sehingga selimut abu itu melorot memamerkan dadanya yang putih dan penuh dengan bercak kemerahan.

"Akh!" ringisnya pelan saat merasakan perih di bagian bawah tubuhnya. Sesaat ia tersadar, semalam 'Tuannya' menggagahinya lebih lama dan sedikit kasar.

"Tks.." Jaejoong bangun dan berjalan dengan sedikit tertatih hingga tubuh polosnya yang indah itu terekspos, ia tak peduli dan tak merasa malu. Untuk apa malu? Toh dia hanya tinggal sendirian di apartemen mewah itu. Pikirnya. Lantas namja cantik itu masuk ke kamar mandi yang ada di kamarnya itu setelah sebelumnya menutup pintu kamar mandi itu dengan kasar.

BLAMM!

~*YunJae*~

Suara dentingan piring dan sendok mengalun indah di ruang makan mansion mewah itu, sehingga suasana hening sangat terasa. Tuan dan Nyonya rumah itu memilih fokus pada makanannya kendati sangat terlihat jelas jika sang nyonya ingin memecahkan keheningan itu, kentara dari mulutnya yang beberapa kali hendak berucap.

"Kau ingin mengataan sesuatu?" Ujar sang tuan rumah, ternyata ia paham dengan gerak gerik sang istri yang sedari tadi selalu mencuri pandang ke arahnya.

"A-ani, um maksudku.. Sebaiknya kita selesaikan sarapannya dulu" Tukas sang istri.

"Hari ini aku harus datang ke kantor pagi-pagi, jadi lebih baik katakanlah sekarang" Tegas dan memerintah, itu lah ciri khas ucapan seorang Jung Yunho.

Sang istri tak bisa berkutik, ia tahu bagaimana sifat suaminya. "Ini tentang keinginan Umma mu.." Ucapnya setelah lama berpikir. "Aku rasa kali ini kita tak boleh mengabaikannya Yun.."

Jung Yunho menghentikan gerakan tangannya yang hendak menyuapkan makanan ke mulutnya. Ia menatap dalam wajah istri yang dinikahinya lima tahun yang lalu itu.

Dari tatapan itu harusnya Boa bisa paham. Tapi kali ini sepertinya istrinya itu mengabaikannya.

"Bukankah sudah ku katakan, tidak perlu mendengarkan apa yang dikatakan Ummaku" ujar Yunho dengan nada datar.

"Tapi Yun, ini sudah sangat lama... Umma bisa curiga dan dia bisa memaksaku memeriksa keadaanku, lalu..." Kwon Boa, atau mungkin sekarang menjadi Jung Boa (-,-) itu menggantungkan ucapannya. Ia menggigit bibir bawahnya. Matanya bergerak gelisah. Yeoja itu menunduk dan mengaduk-aduk makanannya yang sudah mendingin.

Melihat itu Yunho menjadi merasa bersalah. Ia menggenggam tangan Boa yang dirasanya berkeringat dingin.

"Hey, dengarkan aku. Aku yang akan berbicara pada Umma, jadi kau jangan khawatir ne?" ucap Yunho lembut.

Boa mengangkat wajahnya, kali ini ia bisa melihat tatapan hangat suaminya yang tengah tersenyum. "Tapi ini sudah lima tahun Yun.."

"Dan aku tak peduli, aku mencintaimu.. Dan aku tak mempermasalahkan jika pernikahan kita tak dihiasi dengan kehadiran anak"

"Tapi aku ingin" sanggah Boa. "Aku..aku merasa tidak sempurna sebagai wanita.." imbuhnya merasa miris. "Mengapa kau tidak menceraikanku saja dan menikah dengan orang lain yang bisa memberikanmu keturunan?"

Seketika Yunho melepaskan genggaman tangannya. Ia kembali menatap tajam Boa. "Sekali lagi kau mengucapkan kata-kata itu, aku akan marah padamu" ucapnya tegas. Lalu ia berdiri dan merapikan jasnya. "Aku pergi, mungkin akan pulang terlambat, jadi jangan menungguku"

Cup

Yunho pergi setelah sebelumnya mengecup kening Boa, menyisakan Boa yang hanya terdiam dengan kepergian suaminya.

"Hiks... Kenapa Yun? Kenapa kau menyiksaku seperti ini...Kenapa aku sangat mencintaimu...hiks.." isaknya pilu. Boa menangis meratapi nasibnya.

Pernikahan yang selama lima tahun dibinanya dengan Yunho memang baik-baik saja dan ia sangat bahagia meski mereka belum dan mungkin tak akan pernah dikaruniai seorang anak. Yunho sangat mencintainya, ketika Yunho tahu jika ia memiliki kekurangan pun Yunho tetap mengasihinya. Tapi sebulan yang lalu ia dikejutkan dengan kenyataan pahit, suaminya, orang yang sangat dicintainya ternyata diam-diam mempunyai seorang simpanan. Ia ingin marah, tapi apadaya, ia tak akan mampu menolak kuasa seorang Jung Yunho.

Tersadar dari lamunannya Boa menghapus airmatanya dan segera merapikan bekas sarapan mereka. Kali ini ia harus melakukannya. Harus. Karena hanya itu harapan satu-satunya kini.

.

.

.

Jaejoong mematut penampilannya di cermin. Kaos v neck abu dengan lengan panjang yang sedikit longgar itu sangat cocok ditubuhnya.

"Apa tidak apa-apa memakai ini?" gumamnya, karena ia tahu, jika memakai baju itu tanda yang semalam dibuat oleh 'Tuannya' itu pasti akan terlihat.

"Hah, biarlah...Yang penting aku nyaman memakainya" Jaejoong tersenyum manis, tapi perlahan ia memudarkan senyumannya. Ia tahu jelas siapa dirinya. Dirinya hanyalah seorang budak yang tak mampu menolak ketika Tuannya memerintah ini dan itu. Dirinya hanya seorang pemuas nafsu ketika tuannya butuh sentuhan 'kasih sayang', dan dirinya tak bisa menolak, karena ia memang tak akan pernah bisa menolak sampai kapanpun.

Yeah..seorang Kim Jaejoong yang tampan, err..mungkin lebih tepatnya cantik itu hanyalah seorang budak Jung Yunho. Ia sudah ditakdirkan untuk mematuhi segala perintah tuannya.

Entah itu adalah takdir yang indah atau malah takdir yang mengerikan baginya. Yang pasti, kini Jaejoong tak harus mengais rezeki dengan menjual tubuhnya pada orang-orang yang tak dikenalnya lagi. Menurutnya ini lebih baik, setidaknya Jaejoong tahu siapa Jung Yunho. Seorang pengusaha muda yang cukup mapan di usianya yang baru 27 tahun itu.

Jaejoong masih ingat bagaimana Yunho membebaskannya enam bulan lalu dari pekerjaan hina itu.

Enam bulan lalu Jaejoong dan Yunho bertemu di sebuah club elit di Seoul, Club dimana Jaejoong bekerja menjadi pemuas nafsu tamu di sana.

Ketampanan sekaligus kecantikannya mampu membuat Kim Jaejoong menjadi seseorang yang paling dicari ketika tamu baik pria maupun wanita berkunjung ke sana. Dan Jaejoong merasa bangga dengan itu.

Bukan tanpa alasan Jaejoong memilih pekerjaan hina itu, tapi ia melakukannya dengan amat sangat terpaksa, Jaejoong tak mempunyai kekuatan ketika ayah tirinya menjualnya pada pemilik club itu. Saat itu Jaejoong hanyalah seorang remaja yang tidak bisa melawan. Jadi ia hanya bisa pasrah menerima takdirnya. Takdir yang perlahan mulai dinikmatinya.

Dan takdir mempertemukannya dengan Jung Yunho, seorang Presiden Direktur dari Jung's Company. Jaejoong memang sering melihat Yunho datang ke club itu. Tapi ia tak berani mendekati namja tampan itu, karena Jaejoong tahu, namja terhormat seperti Yunho tak akan mungkin mau bermain dengan seorang namja.

Tapi ternyata dugaanya salah. Saat itu Bosnya tiba-tiba memanggilnya. Jaejoong disuruh menemani tamu di ruang V-VIV, dan ia tersenyum senang pasti tamunya itu bukan orang sembarangan. Pikirnya.

DEG

Tiba-tiba saja jantungnya berdetak kencang, ia melihat seorang namja tampan yang cukup dikenalnya itu tengah memejamkan mata musangnya.

Dan tiba-tiba nafasnya serasa berhenti saat namja tampan yang diketahuinya bernama Jung Yunho itu menatapnya.

"Duduklah" titah Yunho tegas dan dingin.

Jaejoong menurut dan duduk di samping namja tampan itu. Jantungnya serasa memompa darah lebih cepat. 'Aishh! Ada apa denganmu Kim Jaejoong' batinnya.

"Jadi kau Kim Jaejoong?" tanya Yunho seraya memperhatikan lekuk wajah cantik Jaejoong.

"Ne..."

"Apa kau sungguh seorang namja?"

"Ye?"

"Arrasseo.. Aku Jung Yunho, ku dengar kau gisaeng yang terbaik di sini, aku sudah membayarmu mahal, jadi jangan mengecewakanku arratji!"

Suara tegas Yunho membuat Jaejoong terdiam, ia tahu sekarang sedang berhadapan dengan siapa. Jadi ia hanya perlu mengikuti permainan tamunya kali ini, tentu saja harus membuat sang tamu puas dengan 'servisnya'. Tapi jujur saja, Jaejoong tidak suka Yunho menyebutnya 'gisaeng' apa namja Jung pikir ini jaman Jeoson eoh? Ck..

"Ne..sajangnim.." sahut Jaejoong lirih.

"Cukup panggil aku Yunho. Kau membuatku merasa tua" ucap Yunho terkekeh.

Dan saat itu takdir seolah mengikat keduanya. Yunho merasa puas dengan 'servis' yang Jaejoong berikan. Jaejoong bukan hanya pandai di ranjang, tapi namja cantik berusia 20 tahun itu juga bisa membuat Yunho nyaman. Jaejoong bisa menjadi pendengar yang baik ketika ia menceritakan masalah pekerjaanya dan masalah pribadinya. Hingga hal itu membuat Yunho ingin memiliki Jaejoong seutuhnya. Ia merasa tak rela jika Jaejoong harus memberikan tubuh dan perhatiannya pada orang lain.

Dan dengan kekuasaanya Yunho membeli Jaejoong dengan harga yang sangat tinggi, bahkan Jaejoong lebih mahal dibandingkan dengan sebuah kapal pesiar.

Tapi budak tetaplah budak. Yunho hanya menjadikan Jaejoong pemuas nafsu dan tempat berkeluh kesah saja. Karena namja tampan itu sudah menikah dan sangat mencintai istrinya.

~*YunJae*~

"Aku mau belanja, sudah tiga hari aku tak keluar rumah" Jaejoong berjalan di basment apartementnya. Ia menghampiri lamborghini putihnya lalu masuk.

Bruk!

"Ye? Kau datang lagi? Bukannya kemarin sudah?" Namja cantik itu memasangkan headset di telinganya. Ia sedang menerima panggilan dari 'Tuannya'.

"Aniyo, aku tidak melarang, geunyang... Bukankah kau bilang malam ini akan ada acara?... Ahh... Arrasseoyo, kalau begitu aku akan belanja bahan makanan untuk makan malam kita... Nde.."

Pip

Jaejoong mematikan sambungan teleponnya, kemudian ia mulai menjalankan mobil mewah pemberian dari Tuannya itu.

.

.

.

BRAKK!

"Annyeong sajangnim..."

"Yya! Park Yoochun, apa kau tidak bisa sedikit sopan saat masuk ke ruangan orang eoh?"

"Hahaha... Keep calm chingu-yah... Apa aku mengagetkanmu?" Yoochun terkekeh, sebenarnya tanpa bertanya pun ia sudah tahu jawabannya, tapi ia sengaja menggoda sahabatnya itu.

"Cihh... Kau tak hanya mengagetkanku, tapi kau hampir membunuhku" dengus Yunho berlebihan, dan itu membuat Yoochun tertawa keras.

"Untuk apa kau ke mari?" tanya Yunho sinis. Namja tampan itu melanjutkan memeriksa dokumennya.

"Aku ingin mengajakmu ke club malam ini, sudah sangat lama kita tidak bersenang-senang bukan? Ah, Changmin juga akan datang, katanya dia ingin memperkenalkan seseorang" Yoochun duduk di meja kerja Yunho, ia memainkan miniatur globe yang ada di sana.

"Maaf, aku tidak tertarik" sahut Yunho acuh, ia tetap fokus pada dokumennya.

"Ckckck... Semenjak ada Kim Jaejoong kau tak pernah mau di ajak ke tempat seperti itu lagi"

"Kau pikir untuk apa aku membelinya?"

"Nde, nde, aku tahu.. Untuk pemuas nafsumu ani? Hahaha..."

Yunho mendelik tajam mendengar ucapan frontal sahabatnya.

"Hahh... Aku jadi ingin memiliki budak juga..." Yoochun berjalan ke arah sofa dan menyandarkan punggungnya di sana.

"Bukankah sudah ada Kim Junsu?"

"Tks, jangan bicarakan dia.. Aku sedang tak ingin mendengar namanya"

"Waeyo? Kau bertengkar dengannya?" tanya Yunho merasa tertarik dengan kelangsungan hubungan terlarang sahabatnya. Tapi bicara tentang hubungan terlarang, bukankah hubungannya dengan Jaejoong juga terlarang? Dia berhubungan dengan Jaejoong yang jelas seorang namja, dan terlebih dia sudah menikah.

"Sudahlah, aku tak ingin membahasnya... Kalau kau tak mau pergi, aku akan pergi dengan Changmin saja" Dan setelah mengatakan itu Yoochun pergi, sementara Yunho hanya menggendikan bahunya tak peduli.

.

.

.

Yunho mengaduk makanannya dengan tidak semangat, entah apa yang dipikirkan namja tampan itu, tapi hal itu mengundang tanya di benak Jaejoong. Biasanya jika tuannya seperti itu pasti ada yang sedang mengganggu pikirannya.

"Apa ada masalah?" tanya Jaejoong penasaran.

"Ani" jawab Yunho, ia menyuapkan makanan ke mulut dan mengunyahnya pelan.

"Apa makanannya tidak enak?"

"Aniya...masakanmu tetap enak seperti biasanya"

"Lalu, kenapa kau terlihat seperti tak bersemangat?" seolah belum puas dengan jawaban Yunho, Jaejoong bertanya lagi.

"Aku sedang tak ingin membahasnya" cetus Yunho, ia kembali memasukkan beberapa suap nasi ke mulutnya menghiraukan raut wajah kesal Jaejoong.

"Ya sudah, terserah.." Jaejoong menggendikkan bahunya dan kembali meneruskan makannya.

.

.

Jaejoong menghempaskan pantatnya di sofa yang diduduki Yunho. Namja cantik itu beringsut mendekati Yunho.

Yunho yang tengah melamun sedikit terkejut merasakan sentuhan di dadanya. Tangan Jaejoong bergerak nakal membuka satu persatu kancing kemeja yang dikenakannya.

Yunho melihat seringaian menggoda di wajah cantik itu. Dan dengan cepat ia menarik tubuh Jaejoong ke pangkuannya, melahap bibir semerah cherry yang selalu membuatnya tak kuasa menahan hasratnya.

"Mmphckpckpmh.." Mereka berciuman dengan penuh nafsu. Lidah mereka bertautan saling ingin mendominasi. Jaejoong meremas rambut Yunho dengan kasar, hasratnya mulai naik. Sedangkan Yunho mencengkram pinggang ramping Jaejoong. Kejantanan mereka yang masih terbungkus celana itu mulai mengeras dan saling bergesekan. Ciuman mereka semakin memanas. Jaejoong menggigit bibir bawah Yunho gemas.

"Mmpckpckpmmhh... Hah..hah.."

Yunho lebih dulu melepaskan ciuman mereka membuat Jaejoong melenguh kecewa.

"Cukup, aku harus pulang" Yunho menjilati lelehan saliva yang entah milik siapa di sekitar mulut Jaejoong.

"Wae kau tidak ingin tidur denganku" Jaejoong merengut kesal. Disaat libidonya 'on' dengan seenaknya Yunho menghentikan keintimannya dan berkata hendak pulang.

"Aku hanya tak ingin membuatmu lelah, kemarin kita sudah bermain lama, apa lubangmu tidak sakit?" Yunho bertanya seraya terkekeh. Pertanyaan yang cukup frontal, tapi mengingat dia bertanya pada seorang Kim Jaejoong, jadi ia tak merasa risih dengan pertanyaanya.

"Tentu saja sakit, kemarin kau bermain sangat kasar" sungut Jaejoong membuat Yunho tertawa kecil.

"Makanya aku ingin kau 'beristirahat' sejenak" Yunho mencubit ujung hidung Jaejoong.

"Lalu, untuk apa kau ke mari? Tak biasanya.." Jaejoong tahu, Yunho hanya akan datang padanya untuk bermain di ranjang.

"Apa tak boleh jika aku ingin menemui 'budak' ku?"

Jaejoong tersenyum kecut. Perkataan Yunho menyadarkannya jika ia memang hanyalah seorang budak. Tentu saja sang Tuan berhak datang padanya kapanpun yang dia mau.

Melihat Jaejoong terdiam membuat Yunho sedikit tidak enak. Tapi itu memang kenyataanya bukan? Ia membeli Jaejoong, dan ia bebas melakukan apa saja. Tks ter..la..lu..*plakk*

Yunho berdiri. "Aku pulang sekarang, mungkin beberapa hari ini aku tak akan ke sini... Baiklah.. jangan tidur terlalu malam arratji! Galkhae" Yunho pergi setelah sebelumnya pengusap pelan puncak kepala Jaejoong.

Jaejoong menghela nafas, ini lah kehidupannya sekarang, dan ia harus menikmatinya selama uang masih mengalir. Y,Y

~*YunJae*~

Boa berdiri mematung di depan pintu no 333 itu. Ia sedikit ragu, tapi keputusannya sudah bulat. Ini demi kebahagiaan rumah tangganya.

Ditekannya bel yang menempel di pintu itu. Kemudian ia berbalik. Menghirup nafas dalam, mencoba mencari kekuatan.
Jaejoong yang tengah bersantai di balkon harus terganggu dengan suara bel. Namja cantik itu mengerutkan dahinya. Siapa yang datang? Biasanya jika Yunho akan langsung masuk saja, dan lagi dia tak mempunyai teman, bahkan teman seprofesinya saat di club dulu tak tahu tempat tinggalnya sekarang.

Jaejoong terus bertanya-tanya, tapi tak ayal namja cantik itu bangun. Ia mematikan rokoknya yang masih tersisa, dan bergegas membukakan pintu.

Jaejoong terlebih dulu melihat di layar interkomnya, dan sekali lagi, keningnya berkerut melihat wanita berambut almond yang panjang dan bergelombang berdiri membelakangi pintu.

Dengan ragu Jaejoong membuka pintu itu.

Cklek!

Boa yang mendengar pintu terbuka segera membalikan tubuhnya.

Deg

Entah mengapa yeoja itu terkesima melihat wajah Jaejoong. Wajah cantik dengan bibir cherry yang penuh, sepasang mata bulat dengan bulunya yang lentik, hidung mancung, serta kulit putih pucat yang terlihat sangat halus. 'Apa dia benar seorang namja?' batinnya.

"Ada yang bisa ku bantu?" tanya Jaejoong merasa risih ditatap seperti itu. 'Apa dia terkejut melihat bidadari sepertiku?' batinnya narsis.

'bahkan suaranya sangat indah' batin Boa masih belum tersadar dari keterpanaannya.

"Agassi!"

Sentakan Jaejoong membuat Boa terkejut. Dan dengan gaya angkuhnya yang kikuk yeoja itu berdehem.

"Apa kau Kim Jaejoong?"

"Ne.. Nuguseyo?"

"Aku Boa, boleh aku masuk?"

Jaejoong terdiam, seingatnya ia tak pernah mengenal seseorang yang bernama Boa, yang ia tahu Boa adalah sejenis ular.

"Maaf, aku tak mengenalmu.."

"Tapi aku mengenalmu" tukas Boa. "Ada hal yang ingin aku bicarakan denganmu, jadi ijinkan aku masuk" Sebelum Jaejoong mengijinkan, Boa sudah masuk terlebih dulu. Yeoja itu mengedarkan pandangannya ke segala arah.

"Waaah...Apartementmu sangat mewah, apa ini dari Yunho?"

DEG

Jaejoong terhenyak. Darimana yeoja ini tahu? "Sebenarnya kau siapa? Dan untuk apa kau ke mari?" Jaejoong merasa kesal. Yeoja yang mengaku bernama Boa itu sangat tidak sopan. Pikirnya.

Dengan santainya Boa duduk di sofa yang ada di sana. "Duduklah dulu.." titahnya pada Jaejong.

Jaejoong membelakan matanya tak percaya. Hey! Siapa yang tuan rumah di sini?Jaejoong hendak marah, tapi sebelum ia mengatakan sesuatu, Boa terlebih dulu menyelanya.

"Aku Jung Boa, istri Jung Yunho"

Jaejoong mematung. Ia tak pernah menyangka jika istri Tuannya itu akan mendatanginya.

"Tidak perlu terkejut seperti itu, aku ke mari bukan untuk melabrakmu" Boa terkekeh melihat wajah terkejut Jaejoong.

Jaejoong menormalkan perasaannya yang entah mengapa tiba-tiba menjadi tak enak, ia mencoba bersikap biasa saja. Lantas Jaejoong duduk di hadapan Boa.

"Apa yang membawa anda ke mari Nyonya Jung?" tanya Jaejoong dingin.

"Yang pasti bukan untuk membunuhmu" Boa kembali terkekeh. "Aku tahu harusnya aku marah padamu karena kau menjadi parasit dalam hubungan rumah tanggaku. Istri mana yang tak sakit hati mengetahui suaminya memiliki simpanan? Tapi aku tak bisa berbuat apa-apa, aku tak bisa melawan suamiku, mungkin kau juga tahu, tak ada yang bisa membantah seorang Jung Yunho" ujar Boa. Jaejoong hanya terdiam membenarkan.

"Aku ke mari untuk meminta bantuanmu Jaejoong-ssi"

"Bantuan?" bingung Jaejoong.

"Ne... sebenarnya aku tak bisa menerima begitu saja kenyataan ini, tapi apa daya, nasi sudah menjadi bubur, jadi lebih baik kita memberi bubur itu bumbu agar bisa dimakan"

"Apa maksudmu?" Jaejoong sungguh dibuat tak mengerti dengan ucapan Boa yang menurutnya berbelit-belit itu.

"Aku tak tahu apakah Yunho pernah mengatakan masalah rumah tangga kami padamu atau tidak... Kami menikah lima tahun yang lalu, pernikahan kami sangat bahagia. Tapi, setahun setelah pernikahan kami, aku divonis oleh dokter tak bisa mempunyai keturunan, rahimku bermasalah, sehingga tak mungkin mengandung seorang bayi, aku sangat terpuruk saat itu, aku merasa tak sempurna sebagai wanita... tapi Yunho tetap mensuportku, dia tetap mencintaiku yang kekurangan. Aku pernah meminta dia menceraikanku, tapi dia mengatakan 'lebih baik tidak mempunyai seorang anak daripada harus berpisah denganku'... Dan dari sana aku tahu jika Yunho sangat mencintaiku..." Boa menghela nafas sejenak. Sejatinya ia merasa sedih jika harus mengingat hal itu. Jaejoong terdiam, meskipun ia seorang namja, tapi ia bisa mengerti.

"Tapi mertuaku sangat menginkan seorang cucu, mereka kerap kali menanyakan kami tentang anak, dan jujur itu membuatku sedih" Boa menundukkan kepalanya. Melihat itu Jaejoong merasa iba.

"Entah apa yang dipikirkan Yunho, dia bilang mencintaiku dan tak ingin kehilanganku, tapi dia mengkhianatiku..." lirih Boa, membuat Jaejoong salah tingkah.

"Um..itu..."

"Aku tahu pekerjaanmu dulu apa Jaejoong-ssi, dan aku tahu sebuah rahasia yang Yunho tidak tahu" ungkap Boa tersenyum.

"Apa yang kau tahu tentangku?" Entah mengapa perasaan Jaejoong menjadi gusar.

"Kau namja istimewa. Tuhan menitipkan rahim di tubuhmu"

DEG

DEG

"Selama menjalani pekerjaanmu dulu kau selalu meminta pelanggan priamu untuk menggunakan pengaman aniya? Dan aku pikir kau juga melakukan hal yang sama jika berhubungan dengan suamiku... Hah, terlalu menyakitkan jika membayangkan hal itu" ujar Boa datar.

"Sebenarnya apa mau mu Boa-ssi?" Kali ini Jaejoong sedikit meninggikan suaranya, ia tak suka Boa mengungkit masalah pribadinya. Dan darimana yeoja itu tahu jika dirinya memiliki rahim? Ia tak pernah memberitahu rahasia terbesarnya itu pada orang lain, termasuk Yunho. Selama ini yang tahu rahasianya itu hanya mantan Bosnya di Club itu, ia memang memberitahu, maka dari itu Bosnya selalu meminta tamu-tamunya menggunakan pengaman jika ingin memilikinya.

Bosnya? Apa jangan-jangan dia yang memberitahu Boa?

"Tenanglah Jaejoong-ssi... Aku ke mari hanya ingin meminta pertanggungjawabanmu"

"Huh?" Jaejoong mengernyitkan keningnya.

"Secara tidak langsung kau sudah merusak pernikahanku. Tapi sekali lagi, aku tak akan memakimu, justu aku ingin kau membantuku" papar Boa.

"Nan, moreugesseo... Tak usah berbelit-belit, katakan apa maumu?" Jaejoong menatap dingin istri tuannya itu.

Boa terdiam sejenak, ia menghela nafasnya. "Buat dirimu... Mengandung anak Yunho..."

TBC

Ini jg udh dipost di Fb,tp blm ending^^

RnR lagi ya...
Makasih...:)

YUNJAE IS REAL...!

Always Keep The Faith...^^