Hai readersku tercintaa! #BUAK

Kali ini author kemabali lagi untuk mempublishkan fic baru dengan genre baru! Humor-Parody! Fic ini terinspirasi dari sebuah lagu+PV 'The Little Mermaid-Megurine Luka'.

Selamat membaca!

Pairing : Lucy H. & Natsu D.

Genre : Humor-Parody

Disclaimer : Hiro Mashima

Warning : Banyak typo, garing, OOC, gak jelas.

A Mermaid Dream

Jauh di kedalaman laut yang dingin, banyak hal-hal misterius yang belum ditemukan oleh manusia. Hewan-hewan air misterius dan langka yang belum pernah ditemukan, legenda-legenda misterius hewan air, dan cerita tentang putri duyung.

Jauh di kedalaman laut, semakin gelap, semakin dingin.

"Hey kau! Cepat berikan mutiara itu padaku! Akulah yang menemukannya duluan!" Ucap seorang anak laki-laki kepada seorang anak perempuan yang sedang bermain di dasar laut yang paling dasar.

"Gak mau!" Kata anak perempuan itu. "Aku yang menemukannya duluan!"

"Tapi aku yang melihatnya duluan!" Kata anak laki-laki itu. Anak laki-laki itu menggoyang-goyangkan ekornya dan berenang menuju anak perempuan itu. Tapi anak perempuan itu juga melakukan hal yang sama dan berenang menjauh dari anak laki-laki itu.

Mereka saling kejar-kejaran, membuat ikan-ikan yang lewat kaget dan berpencar.

"Aduh!" Kata anak perempuan itu. Ia merasakan dirinya menabrak sesuatu. Mutiara itu jatuh dari tangannya dan menggelinding.

"AHAHAHA! Sekarang mutiara ini jadi milikku!" Kata anak laki-laki itu sambil mengangkat mutiara itu.

Tiba-tiba sebuah tangan mengambil mutiara itu dengan lembut. Anak laki-laki itu mengadah keatas dan terkejut melihat orang di hadapannya. "P-putri!?" Katanya kaget.

"Kalian memperebutkan mutiara ini karena mutiara ini cuma ada satu kan?" Tanya wanita yang dipanggil putri itu. Kedua anak itu diam, masih terpaku dengan sosok di hadapan mereka.

"Ayo kita cari satu lagi!" Kata Sang putri sambil tersenyum ramah. Kedua anak itu pun tersenyum lebar dan mengangguk.


"Ngomong-ngomong... siapa nama kalian?" Tanya Sang putri yang sedang mencari kerang besar di antara rumput laut dan karang.

"Namaku Romeo!" Jawab anak laki-laki itu antusias.

"Na-namaku Asuka." Jawab anak perempuan itu dengan wajah yang agak merona.

"Waah... senangnya punya teman baru... salam kenal ya, Romeo, Asuka." Kata Sang putri sambil tersenyum dan kembali memilah kerang-kerang yang ada di hadapannya.

"Anu... tuan putri—"

"Namaku Lucy." Kata Sang putri tiba-tiba.

"Lucy-sama... ada apa gerangan sehingga turun ke sini?" Tanya Asuka.

"Aku? Aku bosan." Jawabnya singkat. Romeo dan Asuka menatapnya heran. Bagaimana mungkin seorang putri bosan dengan kehidupannya yang serba mewah itu?

"Bukannya di sini jauh lebih bosan? Tidak ada yang menarik di sini... " Kata Romeo sambil menggoyang-goyangkan ekornya.

"Ada." Kata Lucy. Romeo dan Asuka melihat Lucy yang sedang memegang mutiara berwarna putih bersih.

"Mutiara? Bukannya hal itu mudah didapatkan oleh seorang putri sepertimu? Tinggal bilang saja 'aku mau mutiara', dan pelayan akan segera membawakan mutiara dengan kualitas tinggi ke hadapanmu... " Kata Romeo mencibir. Lucy hanya tersenyum mendengar itu.

"Iya. Memang benar, tinggal bilang saja. Tapi aku tidak pernah tau betapa serunya mencari mutiara itu dengan tanganku sendiri." Kata Lucy sambil menatap mutiara yang ia dapatkan dengan mata sayu.

"Aku juga tidak tau kalau mendapatkan teman baru rasanya se-menyenangkan ini... " Kata Lucy sambil tersenyum ke arah Romeo dan Asuka. Mereka hanya tercengang melihat Lucy.

Lucy berenang ke arah mereka dan memberikan mutiara itu pada Asuka.

"Jangan bertengkar lagi ya... " Kata Lucy. Romeo dan Asuka menatap mutiara pemberian Lucy. Entah kenapa, mutiara itu tampak berkilau dan lebih berharga dari mutiara yang mereka temukan. Mereka sangat senang sampai mereka berteriak-teriak.

"Lucy-chan!" Teriak seorang gadis yang tampaknya lebih muda dari Lucy, didampingi oleh pengawal-pengawalnya.

"Oh, ada apa Michelle?" Tanya Lucy.

"Ada apa katamu? Tentu saja bahaya kalau kau turun ke sini tanpa pengawal yang mendampingimu!" Kata Michelle dengan wajah marah.

"Hehehe... maaf, maaf... " Kata Lucy sambil nyengir.

"Lucy-sama, wanita itu siapa?" Tanya Asuka yang bersembunyi di balik Lucy.

"Dia ini adikku. Michelle." Jawab Lucy. Michelle agak membungkuk untuk melihat Asuka. Mereka saling bertatap-tatapan.

"Hai! Salam kenal, siapa namamu?" Tanya Michelle dengan senyum yang ramah. Asuka pun tersenyum lebar dan menjawab, "Namaku Asuka!"

"Asuka-chan... kau lucu sekali... andaikan aku punya adik kecil sepertimu... " Kata Michelle sambil melipat tangannya di depan dada.

Asuka diam. Dia gembira mendapat pujian seperti itu dari seorang putri.

"Michelle adalah adik paling kecil... jadi dia tidak punya adik... " Jelas Lucy sambil tersenyum.

"Ayo! Pulang! Asuka-chan, bye!" Kata Michelle sambil menarik Lucy berenang ke atas.

"Bye-bye!" Teriak Asuka sambil melambai-lambaikan tangannya.

"Huh! Hanya kau saja yang kenalan? Aku diacuhkan!" Gerutu Romeo.

"Hey laki-laki yang di sana! Aku rasa kau cocok dengan Asuka-chan!" Teriak Michelle yang sudah agak jauh di atas.

Wajah Romeo memanas mendengar itu.

"Kau kenapa?" Tanya Asuka.

Romeo memalingkan wajahnya dari Asuka. "Gak papa!"


"Pangeran! Sepertinya akan ada badai. Sebaiknya kita kembali ke daratan!" Kata laki-laki paruh baya yang diketahui namanya Macao.

"Tidak. Badai seperti ini tidak akan menghalangiku untuk menemukan harta karun!" Kata laki-laki yang dipanggil pangeran itu dengan semangat.

Tak lama setelah dia berbicara, hujan mulai turun. Ombak mulai mengganas, ikan-ikan pun berloncatan keluar.

"Pa-pangeran, apa anda yakin mau meneruskan?" Tanya Macao. Pangeran mengangguk dan wajah Macao pun semakin pucat.

Pangeran itu berjalan ke ujung kapalnya yang besar. Ia menatap ombak yang besar dan saling berlomba-lomba.

"Pangeran, hati-hati... " Kata Macao yang mendekati pangeran dengan langkah takut-takut.

"Pangeran... " Panggil Macao sekali lagi.

Tiba-tiba ombak menyambar perahu itu. Air laut memasuki badan kapal. Macao terhempas dan terjatuh.

"Pengeran!" Ia membuka matanya dan mendapati orang yang ia panggil tidak ada di tempatnya tadi. Ia berlari ke ujung kapal dan melihat ke arah ombak yang ganas.

"NATSU-SAMA!"


Lagi-lagi, Lucy pergi meninggalkan kerajaannya sendirian. Kali ini bukannya turun, malah dia berenang ke atas. Dirasanya aman jika ke atas karena di atas sepertinya sedang ada badai. Dia berenang ke sana kemari dengan riangnya. Tidak ada rasa takut sedikit pun dengan kail yang bisa saja nyangkut di rambutnya yang halus itu, atau jaring yang dapat menangkapnya hidup-hidup.

Lucy berenang dengan lincahnya. Dia tersenyum. Dia berenang denga kecepatan tinggi dan akhirnya menabrak sesuatu dengan keras.

Mata Lucy membulat saat melihat apa yang ia tabrak.

"Ma-manusia?!" Teriak Lucy sambil menutup mulutnya.

"Dia tampan sekali... kenapa dia bisa sampai ke sini?" Tanya Lucy. Ia menatap permukaan laut dengan gelombang laut yang tidak stabil. "Oh iya... kan sedang badai ya... apa dia tidak bisa berenang?" Tanya Lucy kembali menatap manusia itu.

"Ah! Kalau begini dia tidak bisa bernafas! Ngg... " Lucy berpikir sejenak. Sesaat setelah itu, wajahnya memerah. "A-apa aku harus malakukan itu?" Lucy menahan nafasnya. Ia mendekatkan wajahnya ke wajah manusia itu. bibir mereka mendekat dan kemudian menyatu. Oksigen Lucy ia berikan semuanya kepada manusia itu.

Perlahan manusia itu membuka matanya. Samar-samar ia melihat Lucy. Namun matanya tertutup kembali.


"Apa baik-baik saja kalau aku meninggalkannya di tepi pantai seperti ini?" Kata Lucy pada dirinya sendiri.

Kemudian Lucy ngesot ke balik batu dan menunggu seseorang menemukan manusia tampan itu.

Tak lama setelah itu, di atas tebing, lewatlah sekelompok biarawati sambil mengobrol. Salah satu biarawati yang berjalan paling belakang itu melihat laki-laki yang sedang terdampar itu dan turun ke sana. Lucy bersembunyi di balik batu.

"Hey! Hey! Kau baik-baik saja?" Kata biarawati itu sambil menepuk wajah laki-laki itu pelan. Tak lama laki-laki itu sadar dan memuntahkan sedikit air dari dalam mulutnya.

"Kau... " Gumam laki-laki itu.

"Terima kasih telah menyelamatkanku..." Biarawati itu tampak bingung dengan perkataan laki-laki yang baru ia temui itu tapi ia tersenyum mendengarnya.

"Apa ini...? kenapa?" Gumam Lucy sambil meletakkan tangannya di depan dadanya. "Kenapa rasanya seperti ini... ?" Lucy melihat laki-laki itu dengan tatapan sendu.

"Tapi untunglah... kau selamat... " Kata Lucy sambil tersenyum sebelum kembali ke alamnya.

Lucy berenang ke dasar laut dengan perlahan. Ia mengingat kembali kejadian beberapa menit yang lalu. Saat ia menabraknya, saat bibir mereka menyatu.

"AAH! Apa yang aku pikirkan!" Kata Lucy sambil mengacak-acak rambutnya. Ia duduk di karang dan merenung. Ia melihat ekornya dan mengelusnya.

"Kaki... " Gumam Lucy.

"Andai aku punya kaki... " Gumam Lucy pada dirinya sendiri.

"OOHOHOHOHOHO!" Terdengar tawa jahat seseorang dari dalam gua dekat tempat Lucy duduk.

"Hah?" Lucy menengok ke asal suara. Dari dalam gua, keluarlah seorang gadis kecil berpakaian serba hitam dengan rambut kuning pucat.

"Dia punya kaki... " Gumam Lucy sambil melihat kaki gadis itu.

"Heiii... kau mau punya kaki...?" Tanya gadis kecil itu. Lucy mengangguk.

"OHOHOHOHO!" Tawa gadis itu dengan angkuhnya. "Namaku Mavis. Dan aku akan mengabulkan permintaanmu... " Kata gadis itu sombong.

"Tapi aku gak minta kaki ke kamu lho... " Kata Lucy.

"Ehem! O-oke, tapi kau mau punya kaki kan?" Tanya Mavis. Lucy mengangguk.

"Sekarang mintalah padaku!" Kata Mavis sewot.

"A-aku minta kaki... " Kata Lucy.

"OHOHOHOHOHO—"

"Bisa kau hentikan itu? berisik tau... " Kata Lucy.

"Kau mau punya kaki ya... aku bisa mengabulkannya. Tapi ada syaratnya... " Kata Mavis. Lucy menatap Mavis dengan sungguh-sungguh.

"Apa syaratnya... ?" Tanya Lucy.

"Rambutmu..." Kata Mavis sambil menunjuk rambut Lucy. "Aku mau memiliki rambutmu. Potong." Kata Mavis sambil memberikan sebuah belati pada Lucy.

Lucy menatap belati itu dengan tidak yakin. Ia teringat dengan manusia yang ia selamatkan tadi. "Aku ingin bertemu dengannya... " Lucy pun tanpa ragu mengambil belati itu dan menyatukan semua rambutnya. Dan ia memotongnya.

"Aah... rambut yang indah..." Kata Mavis sambil mengelus rambut Lucy yang sudah terpotong.

"Ini. Aku berikan padamu... " Mavis melemparkan sebua botol dari kristal kepada Lucy. "Kalau kamu minum itu, kau akan segera punya kaki. Tapi itu tidak bertahan lama. Kalau mau, kau bisa memberiku lebih banyak rambut agar aku bisa memperpanjang efeknya..." Kata Mavis.

"Sebentar saja juga sudah cukup. Aku ingin bertemu dengannya. Aku ingin mengatakan kalau akulah yang menyelamatkannya. Aku ingin... menyatakan perasaanku padanya. Sebentar saja... " Kata Lucy sambil menggenggam botol itu dengan kedua tangannya.

"Kalau minum ini... aku akan punya kaki... dan bisa bertemu dengannya kan?"

To Be Continued

JAAAAAAANG JAAAAANG!

Gimana fic ke sebelas author kali ini? Menarik? Bagus? Dan pasti gak lucu ya... oke lah, pas dipikirin

lucunya lucu banget. Tapi karena keasyikan ngetik jadi gak nyadar kalau udah panjang dan belum

nyampe akhir. Dan akhirnya dibikin multichapter deh. Dan kelucuannya yang cuma dikit

itu akan muncul di chapter 2.

Mau cepet Update?

Jangan lupa review! :D