Tittle : Geojimal

Chapter : 1 of ?

Disclaimer : Semua pemain milik diri mereka sendiri, Tuhan, dan orang tua mereka tentunya. Saya hanya meminjam nama, dan FF ini pastinya milikku. Mohon maaf jika ada kesamaan alur atau ide, tapi ini murni karangan saya, tidak ada campur tangan orang lain di dalamnya.

Pair : Yunjae

Another Cast : Junsu

Rated : T

Genre : Drama, Family, Hurt/Comfort

Warning : Yaoi, OOC, Typo, Miss-Typo, dan MPREG [Tergantung pembaca]

.

TIDAK DI EDIT LAGI! SORRY FOR TYPOS!

.

Don't Like YAOI? Just get out by click the X button!

.

Your existence

.

Has gently changed me...

.

To find the key to your heart

.

"Mulai hari ini, Yunho akan menjadi pelayanmu."

Namja bernama Yunho yang mengenakan pakaian serba hitam itu maju selangkah dari tuannya, "Annyeonghaseyo, senang bertemu denganmu, Jaejoong–ssi," ia membungkuk pada seseorang yang ada dihadapannya maupun tuannya.

"A – aku, ini baik-baik saja, aku tidak butuh bantuan," seorang namja cantik menjawabnya dengan terbata dan satu tangan yang diulur ke depan, guna menghindari dua namja lain di depannya.

"Melihatmu seperti itu, bagaimana kau bisa bilang baik-baik saja?" namja dengan nama Kim Junsu itu melipat kedua tangannya di depan dada, pandangan matanya yang dingin tak lepas dari tangan dan kaki namja bernama Jaejoong yang di gips.

"Ah…" Jaejoong, namja cantik itu bergumam begitu menyadari keadaannya. Tangan kanannya yang di gips karena patah, dan kaki kirinya diperban karena keseleo.

Junsu memandang malas pada Jaejoong, "Aku merasa bertanggung jawab atas apa yang terjadi padamu juga kondisimu, kecelakaan itu terjadi di rumahku. Aku akan meminjamkan pelayan pribadiku, Yunho, padamu, aku percaya padanya."

Kejadian dua hari lalu serasa terulang di ingatan Jaejoong, saat dimana dirinya jatuh dari balkon ruangan Harabojinya yang terhalangi pagar. Padahal hari itu merupakan hari sedih yang dilalui semua orang termasuk dirinya. Haraboji Kim meninggal karena usia tuanya. Di saat orang-orang bersedih, ia malah menyebabkan insiden kecelakaan pada dirinya sendiri, walau itu tak disengaja. Masih teringat jelas di ingatannya yang agak mengabur, orang-orang membicarakan dirinya yang digendong karena luka ditubuhnya.

"Pagar balkonnya hancur…"

"Dia cedera…"

"Pertanda tidak baik…"

"Anak haram itu berani datang ke rumah utama…"

"Tak tahu malu…"

"Ngomong-ngomong, Yunho akan tinggal disini. Aku tidak ingin lebih lama disini, aku tidak mau bau orang miskin ada padaku. Aku akan pulang sekarang," Junsu angkat suara, membuat Jaejoong tersadar dari lamunannya akan bayang-bayang kejadian kemarin.

Saat Junsu berjalan ke arah pintu keluar, di ikuti Yunho yang mengantar tuannya ke depan, Jaejoong berusaha bangkit dari duduknya di atas ranjang, "Tu – tunggu! Junsu–ah tunggu!" namun sayang, karena salah satu kakinya masih keseleo, ia jatuh terduduk ke atas lantai yang dingin. "AH! Ow oww…" ia mengaduh kesakitan.

Yunho mendekati Jaejoong dan membantu tuan barunya yang sementara itu untuk bangkit, lalu mengarahkan namja cantik itu untuk kembali duduk di atas ranjang, "Apa kau baik-baik saja, Jaejoong–ssi? Karena kau baru meninggalkan rumah sakit pagi tadi, kau seharusnya bergerak pelan-pelan dan hati-hati."

"Mi – mianhae, maafkan aku…" Jaejoong bergumam dengan wajah yang setara dengan dada bidang milik Yunho, entah kenapa wajahnya memerah. Dengan segera ia mendorong bahu Yunho menjauh dengan tangan kirinya yang bebas, "Um… Aku – aku baik-baik saja, sungguh. Jadi, tolong tinggalkan aku sendiri," ia memalingkan wajah cantiknya menhadap ke arah lain.

Yunho mundur selangkah, "Tidak, aku khawatir. Karena perintah Junsu–ssi, aku akan merawat anda dan tinggal disini."

Jaejoong melotot. Apa?! Dia bilang tinggal disini? Bersama? Tapi disini hanya ada satu ruangan dan dapur!

.

.

.

"Jaejoong–ssi, ini makananmu," Yunho menyerahkan sebuah nampan yang di atasnya telah terisi lengkap oleh makanan, namja bermata musang itu memakai apron berwarna merah bergambar beruang milik Jaejoong, tanpa rasa malu.

Jaejoong memangku nampan itu di atas pahanya yang tertutupi selimut tebal miliknya, "Kenapa aku harus makan di atas tempat tidur? Apa ini baik-baik saja?" ia menatap polos pada makanan di pangkuannya.

Yunho yang sedang mencuci peralatan masaknya tadi hanya menoleh sebentar, lalu melanjutkan kegiatannya, "Junsu–ssi selalu sarapan di atas tempat tidurnya, jadi tidak ada yang perlu kau khawatirkan."

Jaejoong mengerjap polos, "N – ne," jawabnya adak terbata, "Oh!" saat akan menyuapkan makanan dengan tangan kirinya, ia agak kesulitan, hingga makanannya berjatuhan kembali ke dalam piring, "Oh…" ia mencoba lagi, namun gagal.

"Here you are…" Yunho yang telah selesai dengan cucian piringnya, mengambil alih sendok yang di genggam Jaejoong, mengarahkannya ke bibir plum Jaejoong yang tertutup.

"Huh, a – aku benar-benar bisa melakukannya… sendiri," ia agak gugup juga dipandang intens oleh Yunho dengan sepasang mata tajamnya, pipinya bahkan merona seperti yeoja.

Namun Yunho semakin menatap tajam Jaejoong, seolah memerintahkan namja cantik itu agar menurut saja padanya, seperti pandangan mengintimidasi.

"Ini memalukan. Aku bertaruh, pasti kelakuanku padanya terlihat jelas sekali aneh." Batin Jaejoong yang akhirnya menurut dan membuka mulutnya untuk menerima suapan dari Yunho.

"Ini enak!" pekiknya saat makanan-makanan itu tertelan, bertingkah seperti anak kecil yang senang diberi permen, ia pun tanpa sadar mengeluarkan ekspresi kekanakannya.

"Aku bersyukur," gumam Yunho yang menundukkan wajahnya.

Jaejoong menatap bingung pada sikap Yunho, ia pun terus menerima suapan dari Yunho hingga makanan di piringnya habis tak bersisa.

"Apa begini baik-baik saja? Aku, seperti mengandalkannya begitu banyak. Dimanja…" batin namja cantik itu.

"Perutku penuh, rasanya aku mengantuk…" beberapa menit berlalu setelah Yunho mencuci piring makannya, Jaejoong memejamkan matanya perlahan dan terlelap ke alam mimpi.

Yunho berjalan mendekat dan menyelimuti tubuh Jaejoong yang tertidur. Pandangan yang tadinya biasa saja, kini berubah serius. Ia memandang kesegala penjuru ruangan seolah mencari sesuatu, bahkan menimbulkan suara yang agak berisik.

.

.

.

"MWO?! TIDAK ADA DISANA?!" suara lumba-lumba Junsu terdengar begitu jelas bahkan jika telepon genggam yang di pegang Yunho dijauhkan. Nada kemarahan terdengar jelas ditelinga Yunho.

"Tidak," Yunho menjawabnya singkat namun begitu jelas ditelinga Junsu.

"KENAPA KAU TIDAK BISA MENEMUKANNYA BAHKAN DIRUMAH KECIL SEPERTI ITU?! APA YANG KAU PIKIRKAN SAAT AKU MENGIRIM KAU KESANA HAH?! DASAR TIDAK BERGUNA!"

"Jeongmal mianhae, Junsu–ssi, jeongmal mianhae," Yunho terus meminta maaf pada Junsu yang mengamuk, ia sudah biasa menerima makian seperti sekarang, bagaimanapun ia hanya seorang pelayan dirumah Junsu.

"TEMUKAN BENDA ITU!"

"Tapi – "

"SHUT UP! DIAM DAN CARI BENDA ITU SECEPATNYA! KAU MENGERTI, YUNHO?!"

Yunho terkesiap saat ucapannya terpotong, apalagi saat Junsu tetap berteriak padanya di seberang sana, ia menghela napas, "Ne, Junsu–ssi," jawabnya pelan.

.

.

.

TBC


A/N : Ini dibuat dalam waktu beberapa jam saja, tapi ide sudah ada sejak beberapa bulan belakangan ini. Maaf kalau udah engga terlalu aktif di FFn, mohon maklumin, karena waktu sekolah udah agak padat. Buat yang selalu dukung aku di twitter maupun di FFn, gomawo :) Ah, jika ada yang mau mpreg harap komen di review, karena aku voting. Apa ada yang mau bantu untuk membuat Rated M-nya Yunjae? Aku belum bisa, tenang aja, bukan bulan Ramadhan ini kok, mungkin setelahnya. Jebbal...

.

Review?

.

Gomawo 21/7/2013 4:00:00 PM

.

Jason