Yang udah nuggu chapter 6 Sorry, Kushina! Mari merapat!

Kita lanjtin chapter 6. 1… 2… 3…

Go!

. . . . . . . . . . .

Naruto © Masashi Kishimoto

Sorry Kushina! © Namikaze Akane

. . . . . . . . . . .

Bruk… Tring…

Kushina pov~

Percuma kau mengharapkannya berpaling ke pelukanmu Kushina. Kau dan dia seperti lautan dan langit, hanya bisa bertemu, namun tidak dapat mendekat. Kau percaya bahwa tanpa tindakan yang telah lalu, tak akan ada tindakan yang terjadi saat ini.

Aku sekarang hanya bisa terduduk di lantai ini, tak ada yang dapat menolong, dan tak ada yang dapat membantuku untuk bangkit dari keterpurukanku ini. Yah, ku akui sekarang, aku lemah. Tanpa siapapun berada di sisiku. Penderitaanku kembali bertambah ketika aku melihat semua kejadian yang membuat hatiku hancur berantakan.

Terduduk dalam kesendirian, itukah takdirku?

"Ku…Kushina" Kaa-san membantuku berdiri. Tetapi badanku serasa tidak mau terangkat. Akhirnya aku hanya bisa tersenyum tipis.

Kaa-san, Tou-san. Bisakah aku menyusul kalian sekarang?

End of Kushina pov~

"Kushina… Kau tak apa?"

Ia terdiam, tak bergerak. Seperti mematung, ia hanya bisa memasang wajah terbaiknya.

"Gomen nasai. A…Aku tak bermaksud-"

"Aku sudah cukup mendengarnya. Aku tau kau tak melakukan apa-apa. Tapi, aku sudah malas berbicara padamu lagi" Kushina bangkit dibantu oleh Misaki.

Minato kemudian membantu Kushina untuk berjalan dengan tongkatnya itu. Kushina kemudian melepaskan tangan Minato. Ia kemudian berjalan sendiri. Ia berjalan dengan sedikit terpincang-pincang.

. . .

Jam 12 malam, Misaki yang menemani Kushina menggantikan Minato sudah tertidur lelap. Tanpa ia sadari, Kushina bangkit dari pembaringannya.

Ia kemudian berjalan di sekitar blok kamarnya. Ia menemukan banyak kamera pengawas di setiap sudutnya. Ia masih tak mengerti dengan jalan fikiran Hirota.

'Manusia sampah sepertinya tak pantas hidup di dunia ini. Nasibku yang memang sial, kenapa semuanya harus terjadi?' batinnya miris.

Duak…

Punggungnya di pukul dari belakang, oleh orang tak di kenal. Ia kemudian pingsan dan langsung tersungkur. Ia kemudian dibawa oleh orang itu. Tetapi, salah satu sendalnya tertinggal.

Jam 7 pagi…

"Ohayou!" sapa Minato. Ia masuk, namun kemudian melihat Misaki yang menangis tersedu-sedu.

"Kaa… Kaa-san. Ada apa?" tanya Minato bingung.

Misaki kemudian menghambur ke pelukan Minato. "Hiks… Ku… Kushina, Minato! Kushina hilang!"

Seketika darah Minato serasa berhenti mengalir. Tatapannya kosong karena terkejut. Ia tak merasakan apa-apa lagi di sekitarnya.

Cklek…

"Ohayou!" sapa Hito dan Hiruto.

"Huaaa… Sayang!" Misaki kemudian memeluk Hito dengan seketika. Minato yang masih kaget kemudian tersungkur.

"Tak… Tak mungkin kan? Kushina… Menghilang?" ucap Minato tak percaya sambil tersenyum miris.

Hito dan Hiruto yang baru datang tentu terkejut dengan semua pernyataan dari Minato.

"Apa maksudnya Minato?" tanya Hiruto sambil membantu Minato berdiri.

Minato hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Tatapannya masih kosong. Air matanya jatuh ke tangan Hiruto. Hiruto kemudian memeluk Minato.

"TIDAAAAAAKKKKKK!" Minato berteriak dalam pelukan kakeknya itu.

. . .

Kushina pov~

Ngh…

Badanku sakit sekali. Apa yang terjadi?

Tidak! Aku diculik! Bagaimana ini? Aku tak bisa berbuat banyak tanpa tongkatku sekarang. Tanganku juga di ikat!

"Selamat pagi, Namikaze-san!" sapa Hirota dengan senyum iblisnya.

"Kau! Kau! Kau! Makhluk sialan! Kau benar-benar tak punya hati!" kemarahanku benar-benar memuncak sekarang.

Ia kemudian meraih daguku. Untuk apa ia melakukannya? Oh, Kami-sama! Tolong aku!

"Kau, bocah tengik! Jaga ucapanmu! Atau, aku langsung membunuh keluargamu yang terakhir ini!" ancamnya padaku.

"Bagaimana aku bisa menjaga ucapanku? Kau menculikku, memisahkanku dari keluargaku! Kau benar-benar!"

"Kau benar-benar tak bisa menjaga ucapan ya? Baiklah. Sebagai balasannya. Siapkan dirimu jika ada salah satu organmu yang tak bisa kau pakai lagi. Bersiaplah!"

Dia, benar-benar manusia kejam! Aku membencinya seumur hidupku! SIALLL!

. . .

Normal pov~

Malamnya, Kushina dibawa kesebuah ruangan. Di sana, Kushina dalam keadaan tidak sadar diikat di sebuah kursi.

Kushina yang terbangun kaget dengan kedaan sekitarnya.

'Kushina. Aku ingin kau tidak bisa bicara. Karena suara yang ketika menyanyi itu sangat buruk itu, semua kaca di rumahmu pecah. Orang tuamu meninggal karena terkena serpihan kaca. Kau adalah pembunuh orang tuamu. Kau akan di hukum! Aku akan mengambil suaramu pembunuh! Dasar Pembunuh!'

. . .

Jam 5 pagi. 2 hari setelah Kushina menghilang…

Bruk…

Kushina dicampakkan dari dalam mobil. Wajahnya muram, tak ada keceriaan serta semangat yang terpancar dalam dirinya. Yang ada hanya penyesalan, keputus asaan, serta kekecewaan.

"Ku… Kushina!" ucap seseorang. Kushina tidak menoleh. Ternyata yang datang padanya adalah Mikoto.

Kemudian ia dibantu untuk berdiri. Saat ia dibantu berdiri kemudian ia menghempaskan tangan Mikoto. Raut wajah dendam serta kesal ia tunjukkan pada Mikoto.

"Ku… Kushina…" kata Mikoto khawatir.

Mikoto kemudian mengeluarkan handphonenya. Kemudian menelpon Minato.

"Moshi-moshi, Minato-kun!"

"Moshi-moshi! Ne, ada apa Uchiha-san?" tanya Minato.

"Aku… Sudah… Menemukan Kushina"

"APAAAA?"

. . .

Kushina kemudian tertidur di ruang rawatnya kembali. Minato yang bertemu dengannya terus saja menjaganya sambil sekali-kali mencium pipi Kushina.

"Kau sangat cantik lho, Kushina. Aku baru saja sadar, bahwa kau lebih cantik dari Sara" ucap Minato.

Kemudian senyuman Kushina terbentuk di bibirnya. Minato merasa aneh dengan Kushina yang bisa tersenyum. Tak lama, senyuman Kushina berubah menjadi kemarahan, kemudian sedih. Akhirnya Kushina terbangun dari tidurnya.

"Hh… Hh… Hh…" Kushina kemudian langsung terduduk.

"A… Ada apa, Kushina?"

"Hh… Hnggg… Hnggg…" Kushina kemudian meninju-ninju dadanyanya.

"Hei! Hei! Ada apa?" tanya Minato kaget.

"Hnngggg!" Kushina kemudian semakin berusaha untuk melampiaskan kemarahannya pada dadanya.

"KUSHINA!" panggil Minato.

"HNGGGG…."

'Ku… Kushina tak dapat bicara?' batin Minato kaget dengan keadaan Kushina.

Kushina masih saja memukuli dadanyanya sambil menangis.

. . .

"Trauma. Kemungkinan dia bisa bicara lagi sangat kecil" kata seorang dokter.

I'd chatch a grenade for ya

Throw my hand on the blade for ya

I'd jump in front of a train for ya

You know I'd do anything for ya

Handphone Minato berbunyi. Kushina yang trauma dengan menyanyi kemudian menghentak-hentakkan kakinya. Matanya melotot ke arah Minato. Tatapannya tidak senang, ia sangat membenci lagu.

"Angkat telponnya" perintah dokter itu.

"Apa?"

"Dia juga trauma terhadap nyanyian" jelas si dokter.

"A… Apa maksudmu?" tanya Minato bingung.

"Dia trauma terhadap lagu. Tampaknya semua itu berhubungan dengan masa lalunya"

Minato kemudian mereject panggilan itu. Kemudian Kushina langsung memeluknya. Kushina menangis tersedu-sedu, tak henti-hentinya ia memeluk Minato. Kemudian Minato mengajaknya keluar ruangan dokter tersebut.

"Bagaimana keadaannya?" tanya Mikoto di luar.

"Dia trauma terhadap lagu-lagu. Jadi, sebaiknya matikan handphonemu, nanti takutnya Kushina akan menangis lagi" jelas Minato. Kemudian ia menggendong Kushina ala bridal style kembali ke ruang inapnya.

. . .

"Jadi, bagaimana dengan pekerjaannya?" tanya Tsunade sambil menjenguk Kushina. Kushina kemudian memainkan aplikasi di handphonenya.

"Lebih baik ia di berhentikan saja. Aku akan merawatnya hingga ia sembuh lagi. Semoga ia cepat sembuh" harap Minato.

"Ya, semoga. Tapi, bagaimana kejadian ia bisa terjadi?"

"Aku juga tak tau. Tapi, 3 hari yang lalu, ia di culik seseorang. Hingga ia di temukan Mikoto di depan rumah sakit dalam keadaan yang seperti ini"

"Sebenarnya aku menyayangkan kejadian ini. Kushina adalah seorang penulis handalku. Bukunya yang terakhir ini padahal sudah di sebarkan di toko buku tadi. Bukunya yang bertema tentang kehidupannya semasa kecil dulu"

Minato tertegun dengan ucapan Tsunade. Jiwa Kushina ternyata juga mulai terguncang, ia mulai kekanak-kanakan. Bermain seperti anak TK, bermain handphone saja seperti orang yang baru kenal handphone.

. . .

Kushina akhirnya sudah bisa pulang ke apartementnya. Minato terpaksa untuk bekerja di apartement. Semua dokument yang di butuhkannya di kirim melalui e-mail. Kushina sekarang hanya bermain boneka-boneka yang di bawakan Mikoto dan Misaki.

"Kushina. Apa kau tidak mau makan?"

"Ngg… Ngg…" Kushina kemudian menggeleng-gelengkan kepalanya. Tetapi ia tetap tersenyum pada Minato.

'Kushina, kenapa ini harus terjadi padamu?' batin Minato sambil tersenyum palsu pada Kushina.

Kushina yang melihat Minato sedih kemudian memegang dagu Minato dan mencium pipi Minato. Setelah mencium pipi Minato, ia kemudian tersenyum nyengir.

"Ya sudah. Aku buatkan makanan ya?"

Kushina mengangguk kan kepalanya. Ia kemudian melanjutkan bermainnya dengan boneka-bonekanya. Minato kemudian memasak ramen asin, walaupun tampilan dan rasanya agak 'melenceng'.

"Buka mulutmu Kushina! Ayo!"

Kushina kemudian membuka mulutnya, dan langsung melahap ramen asin buatan Minato. Minato kemudian tersenyum senang pada Kushina.

. . .

"Jadi, bagaimana dengan pencetakan buku Uzumaki Kushina?" tanya Minato pada anak buahnya.

"Bukunya sudah di sebarkan tuan. Malahan, buku ini sudha menjadi best seller. Banyak para penggemar yang menginginkan diadakannya jumpa fans"

Kushina kemudian muncul di depan layar laptop itu. kemudian ia melambaikan tangannya ke anak buah Minato itu.

"Oh, nyonya muda" ucap orang itu sambil membungkukkan badan.

"Hng… Hngg…"

"Kushina, kenapa kau belum tidur juga? Mau minum susu atau nonton film dulu?"

Kushina kemudian menggelangkan kepalanya. Ia kemudian memeluk Minato dan menutup layar laptop Minato.

"Apa kau menyuruhku untuk tidur juga?"

Kushina kemudian menganggukkan kepalanya dan tersenyum ceria. Ia kemudian menarik Minato ke kasurnya. Minato kemudian mengelus dahi Kushina lembut. Kushina kemudian tersenyum.

"Mi…" Kushina langsung menutup mulutnya. Matanya membelalak, seperti ia tak ingin berbicara.

"Kenapa Kushina? Ayo lanjutkan!" dukung Minato.

"Mi… Na… To…" Kushina kemudian langsung menutup mulutnya. Ia kemudian langsung memeluk Minato.

"Kau sudah berhasil Kushina!" sorak Minato bangga.

"Ng… Ng…" Kushina menggeleng-geleng.

Cup…

Minato kemudian mencium Kushina tepat di bibir. Minato kemudian tersenyum lebar. Ia kemudian juga merapikan rambut Kushina.

"Itu hadiah dariku. Karena kau sudah bisa menyebutkan namaku" kata Minato.

Wajah Kushina kemudian memunculkan semburat merah. Ia malu-malu untuk melihat Minato. Minato kemudian mengajak Kushina tidur.

. . .

Malamnya…

"Konbawwa!" sapa Misaki, beserta Hiruto. Mereka baru saja datang.

"Konbawwa!" balas Minato.

"Apa kabarmu Kushina?" tanya Misaki. Kushina kemudian menulis di kertas.

'Aku baik-baik saja Kaa-san' tulisnya.

"Apa kalian sudah makan?" tanya Hiruto.

"Belum. Aku baru saja akan memasak makanan" kata Minato.

"Oh, tapi aku mau makan di luar bersama kalian. Bagaimana?" tawar Misaki.

Kushina kemudian menatap Minato tak senang. Ia kemudian berjalan ke kamarnya, sambil membawa bonekanya.

"Tampaknya Kushina tak senang" ucap Misaki kecewa.

"Iya. Kaa-san kalau mau makan di luar tak apa. Biar aku makan di sini saja bersama Kushina"

"Ya sudah. Bagaimana jika kita suruh Tanaka-san untuk memasak di sini?"

"Tapi, apa di rumah tidak apa-apa?"

"Iya. Tak apa" Misaki kemudian megeluarkan handphonenya.

. . .

Srshh…

Aroma daging panggang itu merebak di apartement itu.

Ting…

Oven kemudian terbuka. Seloyang pizza keju dengan sayuran keluar. Semua makanan itu kemudian di sajikan ke tuan dan nyonya yang ada di sana.

"Ittadakimasu" ucap Hiruto dan Misaki serentak.

"Ittadakimasu" balas Minato. Kushina langsung saja makan setelah Minato mengatakan 'Ittadakimasu'

"Mi… Na… To…" ucap Kushina patah-patah. Ia kemudian menunjuk ke arah pizza.

Misaki dan Hiruto yang mendengarnya kaget. Kushina kemudian memeluk boneka yang diletakkannya di sampingnya.

"Ka… Kapan ia sudah bisa mulai berbicara?"

"Tadi siang. Saat kami akan tidur siang"

"Ooh… Ternyata Minato terlalu pintar untuk mengambil kesempatan. Kau tak apa-apakan kan menantuku yang polos ini?" tanya Misaki langsung.

Minato yang mendengarnya langsung membantah perkataan Misaki. Hiruto dan Kushina hanya bisa tercengang dengan percakapan ibu dan anak itu.

"Sudahlah! Misaki, lagi pula Kushina sudah jadi miliknya. Sudah tertanda itu" kata Hiruto turut memanas-manasi Minato.

. . .

"Baiklah, Kaa-san akan pulang. Jaga dirimu Kushina!"

"Iya. Kami pulang dulu" sambung Hiruto.

"Apa kalian tak mendoakanku?" tanya Minato sambil mendengus. Sementara Kushina tertawa kecil.

"Aku hanya berdoa semoga Kushina selamat dari nafsumu" bantah Misaki mentah-mentah.

"Ya sudah. Itu terserah Kaa-san saja" kata Minato merajuk.

"Baiklah. Jaa ne~" ucap Hiruto sambil berjalan beriringan dengan Misaki.

"Jaa ne"

Blam…

"Wah, sudah selesai semua. Sekarang jam 10 malam. Sebaiknya kita tidur Kushina" ajak Minato.

Kushina menggeleng-geleng kepalanya. Kemudian ia menghindar dari Minato. Minato yang awalnya bingung kemudian menjadi mengerti. Kushina takut dengan apa yang di katakan Misaki padanya.

"Tak akan. Cukup sekali saja aku melakukannya padamu" ucap Minato.

Perkataan Minato itu membuat Kushina sedikit lega. Mereka kemudian tidur, untuk melanjutkan kegiatan esok hari.

. . .

"Huek… Huek…" Kushina yang mual-mual dari tadi membuat Minato khawatir. Ia takut ada yang tidak cocok dengan makanan Kushina tadi malam.

"Kushina… Kau tak apa?" tanya Minato khawatir.

Kushina menggelengkan kepalanya. Wajahnya agak sedikit pucat. Ia kemudian berbaring di sofa ruangan tengah sambil masuk ke selimut dan memeluk bonekanya. Badan Kushina tidak panas, tetapi ia hanya sedikit pusing.

"Pemirsa. Nona Hasegawa Sara, ternyata sedang mengandung seorang anak dari hubungan gelapnya dengan Tuan Namikaze Minato. Menurut keterangan yang di himpun dari Hasegawa Hirota, Hasegawa Sara telah mengandung anak Minato selama 1 setengah bulan. Sekarang, Hasegawa Hirota tengah memperjuangkan pertanggung jawaban Minato pada Sara. Karena, berdasarkan kesaksian supir Hasegawa Sara, ia melihat Namikaze Minato keluar bersama Sara dari sebuah bar-"

"Mi… Na… To…" panggil Kushina. Wajahnya muram, sedih, tak tau apa yang akan ia bilang.

"Iya… Ada ap-" Minato terkaget-kaget dengan berita di televisi. Ia tak tau dengan dengan semua itu.

"A… Aku tak pernah melakukan apa-apa!" bela Minato.

"Hng… Huaaaa…" isak Kushina. Tangisannya deras seperti anak kecil. Sedangkan Minato terkaget-kaget dengan berita itu.

. . .

"Bagaimana bisa kau hamil begini? Sebanyak apapun kita berbohong, Namikaze itu lebih hebat dalam bidang penyelidikan! Asal kau tau itu!" kata Hirota dengan emosi.

Sara masih menangis terisak-isak sambil memeluk kaki ayahnya itu. Ia berterus terang tentang kehamilannya.

"Hiks… Hiks… Gomen ne Tou-san"

"Sudahlah"

Tangis Sara kemudian memuncak. Hirota meninggalkan anaknya itu di ruang kerjanya. Sara kemudian pingsan karena terlalu banyak menangis.

TBC

Khohoho… Gimana?

Ceritanya mulai nggak nyambung kan? Sebenarnya alurnya sedikit di lencengkan sedikit dari prakiraan awal. Jadi Akane benar-benar merasa menyesal. Biar Crime dan Hurt/Comfortnya kerasa.

So, don't forget to Review Minna! Flame? Not Problem!