I tried to lie and avoid it but

You two eyes are telling me goodbye

.

Ini sudah lebih dari sebulan Sungmin mencoba mendekati Kyuhyun. Semua usaha sudah dia coba, mencoba mendekati dan memberikan perhatian kepada Kyuhyun di depan maupun dbelakang kamera. Pernah sekali waktu dia merangkul Kyuhyun dengan berani dihadapan semua fans, tapi tidak ada tanggapan berarti dari sang empunya lengan. Ya, Sungmin tidak bisa apa-apa. Sekarang kendali ada di tangan Kyuhyun. Bukan lelaki kelahiran februari itu yang memulai ini semua, tapi dirinya.

Seperti pagi ini, tadi malam Sungmin sudah memasang alarm lebih pagi dari biasanya agar dia bisa bangun lebih cepat dan membuatkan Kyuhyun sarapan. Hanya Kyuhyun. Ryeowook, Eunhyuk, Donghae,Kangin, maupun sang Hyung yang baru keluar dari militer pun tidak terpikirkan diotaknya untuk membuatkan mereka sarapan.

Dengan mata yang masih mengantuk dan mulut yang sesekali menguap, tangan Sungmin tetap telaten membuatkan sarapan untuk lelaki yang mungkin masih terlelap ditidurnya.

"Loh, Sungmin Hyung? Aku kira Jung Hoon Hyung."

Sungmin sedikit dikagetakan oleh Eunhyuk yang masih mengenakan kaos tanpa lengan dan celana pendeknya. "Kau sudah bangun Eunhyukkie? Pagi sekali."

"Adanya kau yang bangun lebih pagi, Hyung. Aku haus jadi aku terpaksa bangun." Tutur Eunhyuk seraya berjalan ke arah kulkas untuk mengambil minuman. "Eh? Kau sedang buat sarapan, Hyung? Aku kira kita akan makan di lantai 6 nanti."

Sungmin tersenyum simpul ke arah Eunhyuk dan kembali melanjutkan masak. Eunhyuk yang merasa aneh dengan Hyungnya hanya menatap horror kepada Sungmin dan memilih untuk duduk dikursi meja makan sambil menemani Sungmin memasak.

"Hari ini pertunjukan musical perdanamu ya, Hyung?" Tanya Eunhyuk sambil membuka handphone yang sedari tadi ada digenggamannya.

Belum sempat Sungmin menjawab pertanyaan Eunhyuk. Sosok pemuda dengan penampilan yang tidak berbeda dengan Eunhyuk datang dan memandang bingung ke arah dua pemuda yang sudah lebih dulu ada diruang makan. Kyuhyun sedikit mengernyitkan dahinya dan melihat ke jam dinding. Pukul 05.47. jam saja belum menunjukkan pukul 6, dan biasanya Lee Sungmin orang yang bangun paling pertama di lantai ini akan bangun pukul 6 nanti. Tapi kenapa dia dan Eunhyuk sudah berada di sini?

"Kalian sedang apa?" Tanya Kyuhyun tanpa berubah posisi. Berdiri didekat tembok yang menghubungkan kamarnya dan dapur.

Eunhyuk tidak menjawab pertanyaan Kyuhyun, namun matanya melirik ke arah Sungmin. Seakan menyampaikan pada Kyuhyun bahwa ini ulah Sungmin.

Sungmin yang sudah selesai dengan masakannya segera merapikan piring yang sudah berisi masakannya dan menaruhnya di meja makan. Senyum terpatri diwajahnya melihat hasil masakannya. Dan kini matanya beralih menatap Kyuhyun, seorang yang membuatnya bangun pagi-pagi demi sepiring nasi goreng.

"Aku membuatkanmu sarapan, Kyuhyun." Sungmin segera menarik kursi dihadapan EEunhyuk agar Kyuhyun dapat mendudukinya. "Ayo duduk."

Kyuhyun diam sesaat. Menatap wajah Sungmin tanpa berniat berpaling. Sungmin membuatkannya sarapan? Ini sudah lama sejak terakhir kali pria itu membuatkannya sarapan. Bahkan Kyuhyun hampir lupa bagaimana makanan hasil tangan Sungmin.

Dan tiba-tiba ingatan pria itu terlontar jauh saat pertama kali dia masuk ke dalam grup ini.

"Loh Hyung? Kau membuatnya hanya 12 mangkuk? Bukankah sekarang kita sekarang ada 13 orang?"

Kyuhyun bisa mendengar suara itu dari balik pintu kamarnya. Sebenarnya ini kamar Sungmin, Hyung yang ia ingat sangat baik karna mau berbagi kamar dengannya. Walaupun dia harus membangun tenda di dalam kamar ini. Kembali ke suara itu, Kyuhyun sangat yakin bahwa suara itu adalah suara Sungmin walau mereka baru semalam bertemu.

"Ah, aku lupa, Sungmin-ah. Ya sudah, kita masih mempunyai mie instan. Kasihan Hangeng kalau disuruh memasak nasi goreng lagi." Suara itu seperti suara Shindong, Hyung berbadan gemuk yang wajahnya sedikit agak masam saat perkenalan Kyuhyun kemarin.

Hati Kyuhyun sedikit mencelos. Perlakuan seperti ini sampai kapan akan dia dapat? Memang ini baru sebulan, tapi sepertinya sudah setahun lebih Kyuhyun diasingkan seperti ini. Kyuhyun yakin diluar sana seluruh Hyungnya sudah berkumpul, dan apa tidak ada satupun dari mereka yang ingat bahwa mereka sudah ber-tiga belas sekarang? Hanya Sungmin-kah yang ingat?

Ya sudah lah, mungkin pagi ini Kyuhyun akan rela untuk memakan mie instan disaat semua Hyungnya makan nasi gore-

"Kalau begitu aku saja yang buatkan Kyuhyun sarapan. Nasi gorengku juga tidak kalah enaknya dengan Hangeng Hyung. Atau bila nasi gorengku gagal, aku dan Kyuhyun bisa berbagi."

Namun sepertinya ada satu orang yang menentang Kyuhyun untuk mie instan pagi ini.

Lee Sungmin.

"Kyuhyun? Hey?"

Kyuhyun menggelengkan kepalanya saat suara Eunhyuk masuk kedalam pendengarannya disaat ia sedang mengenang masa itu. Masa pertama kali dia mulai jatuh hati pada pria yang ada didepannya ini.

"Kyuhyun? Kau tidak suka dengan sarapan yang aku buat ya? Atau kau mau aku buatkan yang lain?" Tanya Sungmin sambil mendekati Kyuhyun, sampai jarak mereka hanya satu meter.

Pria yang ditanya tidak menjawab. Masih betah memandang wajah yang ada didepannya. Dia memang tersentuh karna Sungmin mau membuatkan sarapan untuknya pagi-pagi sekali. Tapi, apa setelah ini Sungmin akan pergi untuk menemui kekasihnya? Kyuhyun bukan lagi kekasih Sungmin, jadi tidak ada alasan untuk Kyuhyun meminta Sungmin untuk menemaninya menghabiskan sarapan seperti dulu lagi.

"Aku tidak mau."

Sungmin maupun Eunhyuk terkejut mendengar jawaban Kyuhyun. Tapi sepertinya Sungmin yang lebih terkejut.

"Kau sedang tidak ingin makan nasi goreng ya? Mau aku buatkan yang lain?" Sungmin segera bergegas mendekati konter dapur untuk melihat bahan apa saja yang bisa ia pakai untuk memasak.

Tangannya sudah bergerak kesana kemari sampai akhirnya terhenti karna mendengar ucapan Kyuhyun.

"Aku tidak mau masakan yang lain. Aku ingin makan di lantai 6 saja." Tutur Kyuhyun seraya mengambil jaketnya yang tergeletak disofa dan berjalan ke luar dorm.

Sungmin sontak terdiam mendengar ucapan Kyuhyun. Eunhyuk yang melihat sang kakak seperti itu langsung merangkul Sungmin dan mengucapkan kalimat-kalimat yang membuat Sungmin sedikit lebih mengerti akan sikap Kyuhyun saat ini.

"Mungkin dia memang sedang tidak ingin sarapan disini, Hyung. Kau kan tahu ucapannya sedikit pedas dari dulu."

Sungmin menggeleng namun tatapannya masih menatap kosong. "Tidak, Eunhyukie. Kyuhyun memang tidak mau memakan masakanku lagi."

.

Kyuhyun terdiam dialam lift sebelum menekan angka 6. Berkali-kali dia menelan ludah untuk memastikan bahwa ucapan yang tadi dia ucapkan memang benar dari hatinya. Rasanya ingin dia memarahi otak dan hatinya yang tidak pernah sama dalam bertindak. Ingin sekali dia melupakan semua kesalahan Sungmin dan kembali memulai hubungan yang baru dengan Sungmin. Namun mengingat bahwa Sungmin belum memutuskan hubungannya dengan Ji Hoon, mengingat bahwa waktu Sungmin masih terbagi dua antara dirinya dan wanita itu. Kyuhyun masih belum bisa melupakan semua perbuatan yang dibuat lelaki itu. Selalu ia ingin mencoba memaafkan Sungmin dan menghargai semua usaha lelaki itu, tapi tetap saja. Hanya luka dan sakit hati yang Kyuhyun dapatkan saat melihat wajah Sungmin.

"Ya Tuhan, Lee Sungmin. Harus bagaimana lagi aku menghadapimu?"

.

.

Sungmin sedikit ragu untuk mengetuk pintu Kyuhyun. Setelah seharian kemarin dia tidak berkomunikasi dengan Kyuhyun, agak sedikit canggung bila pria ini langsung masuk ke dalam kamar Kyuhyun. Namun dengan tekad yang kuat dan berkali-kali menarik nafas, Sungmin mengetuk pintu kamarKyuhyun.

Dua ketokan sudah dia lakukan dan tinggal menunggu sampai sang empunya kamar membukanya.

Cklek.

"Sungmin?"

Sungmin mencoba menampilkan senyum manisnya didepan Kyuhyun sambil menyodorkan satu buah tiket ditangannya. "Hari ini adalah first stage aku di three musketeers, Kyu. Aku harap kau bisa datang."

Lagi-lagi pria ini mampu membuat Kyuhyun terdiam. Bahkan kali ini sangat lama. Kyuhyun hanya menatap tiket yang pastinya Sungmin sisihkan khusus untuknya. Seperti dulu, Kyuhyun akan selalu diberikan atau merengken untuk diberikan tiket first stage dari musical Sungmin. Alasannya hanya satu, agar dari seluruh member hanya Kyuhyun yang pertama kali melihat Sungmin.

Dan sepertinya Sungmin tidak lupa akan kebiasaan Kyuhyun. Terbukti dari satu buah tiket sudah disodorkan ke arah Kyuhyun. Tapi sekali lagi, otak dan hati Kyuhyun berkelut. Tidak akan semudah itu Sungmin mampu merebut semua maaf darinya setelah semua yang sudah Kyuhyun lakukan. Tidak akan segampang itu Sungmin mengambil seluruh rasa sakit hati yang sudah terlanjur larut didalam kehidupan Kyuhyun.

"Kyuhyun? Kau mau kan menontonku? Aku ingin kau menilaiku, apa kau atau aku yang lebih pantas memerankan peran ini. Tapi aku yakin, pasti lebih pan-"

"Maaf, aku sudah ada jadwal jadi bintang tamu di Jongshin Sunbae. Kau bisa memberikan tiket itu pada para member yang lain." Ucap Kyuhyun dengan menahan segala perasaan yang keluar saat melihat perubahan wajah Sungmin yang menjadi sendu.

"Tapi, aku ingin diantara para member, kau yang pertama kali melihatku memerankan peran ini." Sungmin tidak mau pasrah begitu saja seperti kemarin saat Kyuhyun menolaknya.

Kyuhyun sadar, kalimat yang Sungmin lontarkan tadi adalah kalimat yang biasa ia ucapkan saat Sungmin menerima tawaran bermain musical. Tapi kini keadaan berbanding terbalik.

"Bukan aku yang akan pertama kali melihatmu bermain peran itu lagi, Sungmin. Karena aku bukan kekasihmu lagi. Bukankah akan lebih pantas bila kekasihmu yang mendapatkan tiket itu?"

Tangan Sungmin melemas mendengar kalimat Kyuhyun. Tidak ada yang salah, karena benar adanya apa yang diucapkan Kyuhyun. Tapi, itu sangat menyakitkan dihati Sungmin.

Hanya Kyuhyun yang Sungmin inginkan untuk duduk dbarisan paling depan melihatnya berakting seperti dulu. Bahkan nama Ji Hoon tidak terpikirkan diotak Sungmin saat mengambil tiket itu. Tidak sama sekali. Karna hanya Kyuhyun yang memenuhi otak pria ini.

"Tapi aku ingin kau, Kyuhyun." Suara Sungmin bergetar dan Kyuhyun bisa menangkap itu dengan baik. Wajah Sungmin sangat sendu dan sepertinya bila dibiarkan Kyuhyun akan melihat setitik air mata yang terjatuh.

Tapi Kyuhyun membiarkan air mata itu jatuh dari kedua mata Sungmin. Pria itu hanya melihat tubuh bergetar Sungmin tanpa berniat untuk merengkuh ke dalam pelukannya. Seperti dulu. Seperti dulu saat Kyuhyun akan selalu merengkuh tubuh Sungmih disaat Sungmin akan menangis.

"Aku mohon, Kyuhyun. Jangan menolakku lagi. Jangan menjauhiku lagi. Aku bilang aku akan kembali padamu. Aku pasti kembali kepadamu." Tutur Sungmin tanpa mau menatap wajah Kyuhyun. Lantai dibawahnya lebih nyaman untuk dilihat dibanding wajah Kyuhyun yang pasti akan membuatnya tambah menangis.

Kedua tangan Kyuhyun mengepal, menahan emosinya yang sangat bertolak belakang. Mana mungkin dia rela melihat Sungmin yang memohon kepadanya seperti ini. Tapi, apa disaat Kyuhyun memohon kepada Sungmin untuk memilihnya dibanding Ji Hoon, Sungmin mau mendengarnya?

"Aku bilang aku sibuk, Sungmin. Kau tidak mendengarnya?"

Hanya kalimat itu terakhir yang didengar Sungmin sebelum bunyi pintu tertutup terdengar jelas ditelinganya. Kini hanya pintu kamar Kyuhyun yang terlihat, bukan lagi wajah Kyuhyun yang ia rindukan. Tangan Sungmin terangkat dan mencoba mengetuk pintu Kyuhyun berkali-kali.

"Kyuhyun, buka pintunya. Aku mohon jangan perlakukan aku seperti ini terus. Terima aku lagi, Kyuhyun. Buka pintunya, ku mohon."

.

"Kyuhyun, buka pintunya. Aku mohon jangan perlakukan aku seperti ini terus. Terima aku lagi, Kyuhyun. Buka pintunya, ku mohon."

Sedangkan dibalik pintu Kyuhyun hanya bisa berdiam diri dengan mata yang memerah karna menahan tangis. Urat diwajahnya bisa terlihat karna sebisa mungkin dia menahan semua emosinya.

Sungmin tidak perlu memohon seperti itu, karna pasti Kyuhyun akan merentangkan kedua tangannya saat Sungmin kembali. Tapi tidak saat ini, Sungmin yang ada diluar sana bukanlah kekasihnya. Dia masih kekasih Lee Ji Hoon, bukanlah kekasih Cho Kyuhyun.

Ingin sekali Kyuhyun bicara atau mungkin berteriak kepada Sungmin bahwa pria itu tidak perlu melakukan semua usaha itu, cukup memutuskan Ji Hoon dan menjadikan Kyuhyun kembali menjadi satu-satunya.

Tapi itu tidak semudah membalikkan telapak tangan.

Kyuhyun takut menerima jawaban nantinya saat ia bicara seperti itu. Kyuhyun takut Sungmin masih mencintai dan tidak ingin melepas Ji Hoon. Kyuhyun teramat takut Sungmin masih ingin tetap tinggal di kehidupan normalnya.

"Kyuhyun? Aku mohon, buka pintunya."

Suara itu masih terdengar. Dan Kyuhyun yakin Sungmin sedang menangis hebat diluar sana. Tapi harus bagaimana lagi?

"Pergi, Sungmin. Aku tidak mau melihatmu. Aku mohon, pergi dari sini."

Sampai akhirnya Kyuhyun ikut menangis dibalik pintu.

.

Stop crying

I hate myself for knowing everything

Before I get wet with your tears

.

Heechul sesekali melirik ke arah Kyuhyun yang hanya diam sambil sesekali membalik lembar halaman majalah yang sedang dibawanya. Sepertinya keputusan Heechul untuk menginap di kamar Kyuhyun bukanlah pilihan yang bagus. Seharusnya dia tidur dengan Sungmin atau Eunhyuk saja. Tapi kedua dongsaengnya itu belum pulang hingga tengah malam ini, dan hanya Kyuhyun saja yang tersisa.

"Hey, Kyuhyun. Kau tidak ingin mengobrol denganku?" Tanya Heechul sambil membalik badan ke arah Kyuhyun yang masih duduk sambil bersandar pada kepala kasur.

Selain hanya Kyuhyun yang tersisa di lantai 11, Heechul memilih untuk menginap di kamar Kyuhyun karna kasur pria ini cukup untuk dua orang. Mengingat kasur ini adalah sejarah Kyuhyun dan Sungmin yang tidur seranjang selama tujuh tahun.

Kyuhyun melirik ke arah Heechul. Tidak tega juga mendiamkan Hyungnya yang terkenal cerewet ini. "Oke, kau ingin mengobrol apa, Hyung? Tentang musical terbaruku? Atau tentang apa saja kekonyolanmu saat masih bertugas di layanan publik? Atau mungkin tentang para mem-"

"Tentang kau dan Sungmin sepertinya lebih menarik."

Pria yang lebih muda tertegun sesaat sebelum memilih untuk ikutan berbaring seperti Hyungnya. "Apa yang menarik? Hubungan berakhir konyol seperti ini kau bilang menarik?"

"Berakhir tragis? Aku lihat Sungmin masih mencintaimu. Buktinya dia seperti anak gadis yang sedang kasmaran kalau menyangkut tentangmu."

"Aku juga masih mencintainya, Hyung. Tapi aku juga sadar, bahwa bukan hanya aku saja yang mencintainya. Dan bukan aku saja yang Sungmin cintai."

Heechul mendengarkan Kyuhyun dengan seksama. Kedua matanya menatap wajah Kyuhyun yang menghadap ke langit-langit. Tanpa diungkapkan, Heechul tahu kalau Kyuhyun sedang dititik kesedihan terdalamnya.

"Kau dikhianati oleh orang yang kau cintai disaat kau sudah menggantung cita-citamu dengan dirinya jauh di atas sana. Kau memilih untuk tidak mendengar apapun kata orang tentang ketidaknormalan dalam hubungan yang kau jalin dengannya, tapi ternyata dia lebih memilih untuk mendengarkan dan melaksanakan. Kau hanya butuh dirinya dan dirimu didunia ini, tapi dia membutuhkan yang lain. Tidakkah itu terdengar tragis?"

Heechul tidak menjawab, tapi jemari panjangnya yang memilih untuk menghapus airmata yang mengalir diwajah Kyuhyun seakan menunjukkan perhatian yang lebih dibanding pertanyaan yang semua orang tahu jawabannya.

"Aku harus bagaimana, Hyung?" Suara yang biasanya terdengar merdu itu mendadak serak karna menahan luapan tangisnya.

"Hanya kau yang bisa menjawab pertanyaan itu, Kyuhyun. Hanya kau yang tahu kebahagiaanmu seperti apa. Sungmin sudah memilihmu daripada Effie, aku tahu itu. Rasa cinta Sungmin kepadamu tidak pernah berkurang, Kyuhyun. Masih banyak bahkan tak tertampung seperti milikmu."

Kini berganti Kyuhyun yang terdiam mencerna omongan Heechul. Semua member, Changmin, Victoria, Jonghyun, bahkan sang Eomma bicara seperti itu. Mereka yang tidak melihat sebenarnya? Atau Kyuhyun yang terlalu takut untuk mengakuinya?

Lamunan Kyuhyun buyar saat suara Heechul kembali bersuara. "Sudahlah, sekarang kita tidur. Besok jadwal menanti, bukan? Ah, kasur ternyata lebih nyaman dibanding sofa ya."

.

.

Pagi ini lantai 11 terlihat ramai dari biasanya. Hal ini disebabkan karna empat member yang berada di lantai 6 memilih untuk sarapan di lantai 11. Ryeowook dan Eunhyuk sibuk memotong roti, sedangkan Sungmin dan Kangin sibuk memasukkan bahan untuk sandwich pagi ini. Sedangkan member yang lain memilih untuk duduk menunggu di ruang tv.

"Sarapan siap!" Teriak Eunhyuk dan Ryeowook berbarengan sambil membawa piring berisi 7 sandwich. "Ayo dimakan!"

Seluruh member yang ada di ruang tv langsung menyerbu sandwich yang tersedia. Sedangkan Kangin dan Sungmin masih disibukkan dengan membersihkan tangan mereka yang kotor.

DUK

"Aduh." Sungmin sedikit meringis saat tubuhnya agak limbung dan sedikit menabrak ujung konter kitchen set.

"Sungmin, kau kenapa?" Kangin segera menggamit lengan Sungmin. Bila dilihat dengan saksama, wajah Sungmin memang pucat dan dia juga tidak banyak bicara saat membuat sandwich tadi. "Ayo kita ke ruang tengah saja."

Kangin segera menuntun Sungmin untuk ke ruang tv. Sesampainya mereka disana, seluruh member terkejut melihat wajah Sungmin yang pucat. Tapi hanya satu member yang memandang dengan wajah datar tanpa berniat bertanya seperti yang lain.

"Hyung! Kau kenapa?" Donghae segera berdiri dari duduknya dan berakhir duduk disamping Sungmin. Tangannya menyentuh kening Sungmin dan terkejut, "wah, kau panas sekali!"

"Sepertinya kau demam, Sungmin. Lebih baik kau tidur saja." Kangin mengelus rambut Sungmin saat pria itu terbatuk-batuk.

"Aku tidak apa-apa. Ayo kita makan saja." Sungmin tersenyum kecil dan membuat para member menghela nafas. Bukan Lee Sungmin namanya kalau tidak menyembunyikan sakit sendiri. Dan seluruh member juga paham,bila dalam situasi seperti ini, hanya satu orang yang bisa membuat Sungmin bicara apa dia rasa.

Kangin melirik ke arah Kyuhyun yang sedari tadi melihat sandwich ditangannya tapi tak dimakan. Bukan sandwich itu yang ada dipikiran sang magnae, tapi Sungmin dan Kangin paham itu. Pria berbadan tegap ini juga menyadari bahwa Sungmin sesekali melirik Kyuhyun dengan tatapan sendunya. Hah, sampai kapan kedua dongsaengnya ini terjebak disituasi seperti ini?

"Sungmin, kau ada musical ya hari ini?" tanya Heechul membuyarkan pikiran Kangin.

Sungmin mengangguk kecil. Mendengar jawaban Sungmin, Heechul segera melayangkan tatapan tajamnya. "Kau sedang sakit, Sungmin. Nanti bila tambah parah bagaimana?"

"Tidak apa, Hyung. Kalau aku absen nanti, siapa yang akan menggantikanku? Lagipula aku hanya batuk dan sedikit pusing-"

"Juga demam dan bisa jadi anemia mu bisa kambuh. Jangan menyepelekan penyakitmu, Sungmin." Kini berganti Kangin yang memberikan nasihat pada Sungmin.

Kyuhyun bisa melihat betapa pedulinya para member pada Sungmin. Tapi apa yang dia lakukan sekarang? Jangankan mengambilkan susu hangat untuk Sungmin seperti yang Ryeowook lakukan, bertanya seperti Donghae saja dia tidak lakukan.

Mata Kyuhyun tidak mau menatap Sungmin. Karena melihat wajah manis itu pucat dan tak bertenaga seperti sekarang adalah hal yang dibencinya.

Tanpa Kyuhyun sadari, Sungmin yang tidak berjarak jauh darinya, memandang Kyuhyun dengan penuh harap. Pria ini berharap Kyuhyun akan mengkhawatirkannya, memberikan perhatian, memberikan sikap posesif yang Sungmin selalu suka, seperti dulu. Tidak seperti sekarang yang hanya diam dan enggan menatapnya. Untuk kesekian kalinya, Sungmin mengutuk dirinya yang telah menyakiti hati pria itu.

.

.

Sungmin mengeratkan mantelnya dan sedikit menurunkan topinya agar orang-orang disekitarnya tidak menyadari kehadirannya. Sudah sepuluh menit dan orang yang ditunggunya belum datang juga. Sungmin sedikit menyesal kenapa harus menjadikan cafe outdoor ini tempat janjiannya. Korea sudah memasuki musim dingin, dan Sungmin juga sedikit tidak enak badan sedari pagi tadi, dan hal itu bukanlah kombinasi yang cocok saat ini.

"Oppa, maaf! Latihan yang aku kira sebentar ternyata diluar perkiraanku. Kau kedinginan ya?" Ji Hoon, wanita itu baru datang dan segera memeluk Sungmin dari belakang. Seharusnya ini terasa hangat, tapi entah kenapa ini terasa hambar bagi Sungmin.

"Omo! Kau demam, Oppa? Harusnya kita batalkan saja pertemuan kita. Kau juga ada musicalkan nanti?" Sungmin tersenyum kecil saat merasakan syal Ji Hoon kini melilit di lehernya. Wajah wanita itu juga terlihat panik.

"Oppa baik-baik saja." tutur Sungmin sambil menyeruput kopinya.

"Kita langsung pulang saja ya, Oppa? Yang terpentingkan kita sudah bertemu. Kau harus istirahat agar tidak bertambah parah nanti malam."

Sungmin menggeleng, "ada yang harus Oppa bicarakan, Ji Hoonnie."

Wanita yang berbeda 5 tahun dari Sungmin itu sontak terdiam. Melihat raut wajah Sungmin yang serius dan kedua mata foxy yang memandangnya dalam, membuat Ji Hoon hanya bisa terdiam.

Sungmin tidak bicara lagi setelahnya, tangan kirinya merogoh saku mantel dan memperoleh sebuah gelang disana. Gelang berwarna biru yang Ji Hoon sangat mengenalnya.

"Oppa minta maaf, Ji Hoonnie." tutur Sungmin saat menaruh gelang itu diatas meja. Gelang yang sudah beberapa bulan ini terlingkar indah di tangannya, dan gelang yang juga sudah beberapa minggu ini terlepas dari tangannya.

Ji Hoon menatap bingung kedua mata Sungmin. Kenapa ini terjadi lagi?

"Oppa...tidak bisa mencintaimu. Aku tidak tahu kenapa. Kau cantik, suaramu indah, baik dan sangat lembut. Kau juga mencintai aku dengan tulus. Tapi aku benar-benar tidak bsa mencintaimu seperti rencana kita dulu."

Mata Ji Hoon memanas, dan sedetik kemudian air mata meluncur bebas di wajahnya. "Kau kenapa lagi, Oppa? Kita baru mencoba sebentar. Kau harus bersabar, aku pasti bisa membuatmu mencintaiku lagi seperti pertama kali kita bertemu. Kau harus-"

"Tapi hatiku tidak nyaman, Ji Hoonnie. Aku bersamamu, tapi pikiranku ada pada Kyuhyun. Aku bilang aku mencintaimu, tapi ternyata aku hanya mencintai Kyuhyun." Sungmin tidak tahu apa yang ia lakukan sekarang. Hatinya merasa bersalah karna menyakiti perasaan wanita yang sangat baik kepadanya ini. Tapi bila tidak seperti ini, maka Kyuhyun yang akan terus tersakiti.

Ji Hoon menggeleng tidak terima apa yang dikatakan Sungmin barusan. "Kau mau terus mencintai seseorang yang bergender sama sepertimu? Kau mau semua orang menatapmu jijik karna kau tidak normal, Oppa? Tetaplah bersamaku, maka semua orang akan menganggapmu normal, Oppa."

"Aku normal, Ji Hoonnie. Aku memang mencintai laki-laki. Dimatamu, dimata semua orang, aku memang tidak normal, aku dan Kyuhyun memang menjijikan. Tapi, bukankah mencintai seseorang dan merasa nyaman dengan orang itu adalah suatu yang normal? Kita yang tidak normal, Ji Hoonnie. Kau mempertahanku sebegitu kuatnya, sedangkan aku tidak melakukan apa-apa."

Sungmin bisa melihat wanita yang ada dihadapannya ini menangis dengan kencang, Sungmin juga bisa mendengar kalimat 'Kyuhyun brengsek!' dari bibir Ji Hoon, tanpa peduli pikiran orang yang ada disekitar mereka. Pria ini ingin memeluk gadis itu, tapi dia tidak ingin memberikan harapan yang sebenarnya tak pernah ada untuk Ji Hoon. Biarkanlah seperti ini, biarkan dia hanya menemani Ji Hoon menangis hingga puas. Biarkan Sungmin melihat, bahwa pada akhirnya, Ji Hoonlah yang harus tersakiti.

.

.

Sungmin hanya bisa pasrah dituntun sang manager saat keluar gedung tempat berlangsungnya musical the three musketeers. Ini sudah hampir tengah malam, dan Sungmin masih bingung kenapa masih banyak fans yang menunggunya diluar pintu sana. Kondisinya bertambah buruk, seharusnya ia iyakan saja suruhan Heechul dan Kangin untuk tidak perform malam ini. Tapi melihat fans yang kecewa sepertinya bukan hal yang baik juga.

"Ayo Sungmin, cepat masuk. Hati-hati." tutur sang manager sambil membantu Sungmin masuk ke dalam mobil.

Sungmin sudah sepenuhnya masuk ke dalam mobil dan bersiap untuk menyandarkan kepalanya di jok. Tapi sepertinya, dia tidak sendiri di jok belakang ini.

"Kyuhyun?" Sungmin berjengkit kaget saat melihat Kyuhyun yang ternyata sudah duduk disampingnya dan hanya diam sedari tadi. "Kau kenapa bisa ada disini?"

"Junghoon Hyung tadi menjemputku dan ternyata kau juga sudah selesai, jadi sekalian jalan saja." jawab Kyuhyun sambil memperhatikan Sungmin yang wajahnya tambah pucat. "Kau masih demam?"

Sungmin mengangguk kecil. Kenapa perasaannya sangat senang padahal Kyuhyun hanya bertanya itu dengan suara yang datar pula.

"Kalau begitu, tidurlah. Aku juga ingin tidur." Sungmin bisa melihat Kyuhyun sudah menyender pada jok sebelah kaca. Ia juga ikut bersender pada jok dibelakangnya, rasanya sangat lelah hari ini.

Keheningan tercipta beberapa menit kedepan. Keduanya tidak tidur, dan keduanya juga menyadari itu. Tapi bibir keduanya seakan tertutup rapat untuk memulai obrolan.

"Sungmin, Kyuhyun, kita mampir di minimarket dulu ya. Heechul dan Eunhyuk meminta dibelikan cemilan." sang manager berkata sambil turun dari mobil. Dan sukseslah, kini di dalam hanya ada mereka berdua dan sang supir yang sepertinya juga akan turun untuk merokok.

Keheningan mulai menyelimuti mereka berdua yang pura-pura tertidur. Sampai akhirnya-

"Aku bertemu Ji Hoon tadi." Sungmin memulai obrolan tanpa merubah posisi kepalanya yang masih bersandar tegap di jok.

Kyuhyun membuka matanya sejenak lalu memilih untuk kembali berpura-pura tidur. Ia tidak membalas obrolan Sungmin, hanya gerakan tubuhnya yang memilih untuk semakin merapat ke pintu mobil menandakan bahwa dia tidak ingin mendengar apa-apa lagi.

Sungmin tidak peduli, dia yakin bahwa Kyuhyun tidak tertidur dan pasti mendengar dengan jelas suaranya. Diliriknya Kyuhyun yang masih terpejam seolah menghindarinya.

"Aku memberikannya kembali gelang yang selama ini mengikatku padanya." tutur Sungmin sambil melihat pergelangan tangannya yang kini kosong. "dengan aku memberikan gelang itu kembali, berarti aku juga mengembalikan semua harapan yang ia titipkan padaku. Harapan untuk mencintainya, yang tak pernah bisa aku kabulkan."

Kini Kyuhyun tidak bisa berpura-pura lagi. Kedua matanya terbuka namun masih betah memandang pemandangan diluar jendela, bukan menatap Sungmin. Pikirannya berkecamuk, antara tidak percaya dengan ucapan Sungmin atau ingin memeluk langsung tubuh mungil milik Sungmin.

"Aku sadar bahwa aku menyakiti Ji Hoon. Dia sangat mencintaiku dan sangat berharap aku bisa membalas perasasaannya. Tapi aku lebih sadar bahwa kau lebih tersakiti dibanding siapapun, Kyuhyun. Kau bisa memakiku karna aku memperlakukan kalian dengan tidak adil seperti ini, tapi aku bisa apa, Kyuhyun? Aku tidak ingin dengan orang yang tidak aku cintai. Aku ingin hidup denganmu."

"Aku ingin pulang, Kyuhyun. Aku ingin pulang kepadamu."

Kyuhyun mendengarkan dengan sangat baik, tidak ada satupun kata dari mulut Sungmin yang ia lewatkan. Bahkan suara Sungmin yang makin mengecil menahan tangispun tak luput dari indera pendengarnya. Tapi pikirannya seakan kosong, tidak tahu harus menjawab dan tidak tahu harus bagaimana.

Sungmin melirik ke arah Kyuhyun yang masih enggan menanggapinya. Sungmin bisa melihat kalau Kyuhyun masih betah memandang ke luar sana, bukan dirinya. Tapi dia tidak peduli, yang terpenting dia sudah mengungkapkan semuanya. Kyuhyun mau menerimanya lagi atau tidak, Sungmin hanya bisa pasrah.

"Maaf aku mengganggu waktu istirahatmu. Kau bisa kembali tidur."

Kyuhyun bisa merasakan bahwa Sungmin kembali menyandarkan kepalanya ke jok. Sedikit melirik memastikan bahwa Sungmin benar-benar sudah terpejam. Dia ingin melanjutkan tidurnya, tapi ucapan Sungmin benar-benar membuatnya gila. Sang manager sudah kembali dan mobil sudah kembali berjalan. 20 menit sudah berlalu dan Kyuhyun yakin kalau Sungmin sudah terlelap.

Dengan perlahan, bahkan nyaris tidak bersuara sama sekali, Kyuhyun menempatkan kepala Sungmin ditempat yang jauh lebih nyaman dibanding jok mobil. Bahunya. Sudah berapa lama dia tidak melihat wajah Sungmin sedekat ini? Sudah berapa lama mereka tidak berjarak sedikitpun? Kyuhyun hampir lupa bagaimana rasa jantungnya yang berdegup kencang disamping Sungmin. Kyuhyun tersenyum kecil saat aroma shampoo Sungmin masuk ke penciumannya. Sepertinya rasa lelah ditambah jalanan macet tidak lagi dipersoalkan.

Dari balik kaca spion, Junghoon sang manager tersenyum melihat hal yang dilakukan Kyuhyun. Kedua dongsaengnya itu memang keras kepala, egois, dan cenderung teguh pendirian. Tapi dia percaya, seberapa besar keegoisan diantara Kyuhyun dan Sungmin, seberapa besar masalah yang ada. Jauh lebih besar cinta di antara mereka.

.

.

Super Junior dorm pagi ini dibuat pusing oleh Kyuhyun, Sungmin, Ryeowook, Donghae, Eunhyuk. Dan tidak lupa Siwon, Zhoumi, dan Henry yang semalam menginap di dorm. Pasalnya, mereka seharusnya memiliki jadwal penerbangan pada pukul 10.50 dan mereka baru bergegas menuju airport pada pukul 09.40. Perlu waktu satu jam lebih menuju airport dan mengurus hal lainnya disana. Kangin dan Heechul yang tidak terlibat dalam acara inipun ikut sibuk menyiapkan sarapan seadanya untuk mereka, ya walau hanya Kangin saja yang rela untuk menyiapkan, itu juga karena kasihan. Sesampainya di airport, mereka hanya punya waktu 10 menit. Tidak ada kata bersantai atau tebar pesona lagi untuk para fans, begitu sampai, mereka langsung berlari atau berjalan cepat menuju pintu keberangkatan.

"Akhirnyaa!" Ryeowook yang sudah duduk nyaman dipesawat tampak begitu puas dengan 'olahraga pagi' yang tadi dia dan para member lakukan. Sungmin yang duduk disamping Ryeowook pun ikut tersenyum, walau dia seperti atlet marathon tadi, namun itu lebih baik daripada ketinggalan pesawat.

"Err... Sungmin?"

Sungmin melihat Siwon yang duduk didepannya berbalik ke arahnya, "ada apa, Siwonnie?"

"Bisa kita bertukar? Kyuhyun sepertinya tidak enak badan dan aku tidak bisa menjaga orang sakit di dalam pesa- AW! Ya! Kau apakan mantelku, Kyuhyun!" Siwon yang sebenarnya tidak masalah dengan menjaga orang sakit inipun sukses mendapat tarikan dimantelnya oleh Kyuhyun.

"Kau bicara apa, Hyung? Jangan macam-macam!" bisik Kyuhyun dengan nada parau. Argh, Siwon ini selalu sukses membuatnya kesal meskipun dalam keadaan parah begini.

"Kau sakit, Kyuhyun?"

Kini Kyuhyun dikagetkan oleh Sungmin yang sudah berdiri disampingnya. Siwon yang duduk dekat jendelapun mengerti, segera ia keluar untuk bertukar duduk dengan Sungmin. Sebelum pergi, Siwon menyempatkan mengeluarkan senyuman tampannya untuk Kyuhyun.

"Wah, Siwon Hyung daebak! Aku saja sempat tidak terpikirkan untuk membuat mereka duduk bersama." ucap Ryeowook saat Siwon sudah duduk disampingnya.

"Kalau tidak begitu, mereka mana mau dekat kembali." jawab Siwon dengan senyuman yang tidak hilang di wajahnya.

.

Kyuhyun terus memperhatikan Sungmin yang sibuk mengurusnya. Sungmin benar-benar memastikan bahwa obat pusing dan flu sudah Kyuhyun minum, Sungmin juga meminta pramugari untuk membawakan teh hangat. Tangan Sungmin yang mengenai kulit wajahnya saat ingin memeriksa panaspun terasa halus di kulit Kyuhyun.

"Sekarang kau tidur, Kyu. Agar sampai di Shanghai kau bisa lebih baik." tutur Sungmin seraya merapatkan mantel yang dipakai Kyuhyun.

Kyuhyum tidak menjawab, hanya memandang wajah Sungmin. Benarkah pria ini mau kembali kepadanya? Benarkah pria ini mau hidup dengan ketidaknormalan bagi masyarakat luar? Benarkah kini Kyuhyun menjadi satu-satunya orang yang Sungmin cintai?

"Kyuhyun?"

"Benar kau ingin pulang kepadaku?"

Sesaat, Sungmin terkejut karna pertanyaan Kyuhyun yang tiba-tiba. Namun sepertinya ini waktu yang tepat untuk mereka bicara.

"Benar. Karna tidak ada lagi tempat untuk aku pulang, Kyuhyun. Hanya kau." jawab Sungmin tanpa melepaskan pandangan kedua pasang mata itu. Masing-masing bisa melihat betapa kesungguhan dari mata mereka.

Kyuhyun menelan ludahnya lalu memutuskan pandangan mereka. "Aku masih takut, Sungmin. Aku masih takut untuk menjulurkan tanganku menyambutmu."

"Kenapa?" lirih Sungmin.

"Aku takut untuk kembali merasakan hampa digenggamanku lagi. Aku takut kau melepaskan genggamanku lagi, Sungmin."

Pria yang lebih tua bisa melihat wajah depresi Kyuhyun. Dia tidak bisa berbuat apa-apa, Kyuhyun masih tenggelam di keraguannya dan itu karena kesalahannya.

"Aku takut tidak bisa mempertahankanmu lagi. Aku takut untuk menerima kenyataan bahwa kau akan pergi lagi dari hidupku, Sungmin. Aku-" kalimat Kyuhyun terputus saat merasakan tangan Sungmin menyelimuti tangannya.

"Aku yang harusnya takut, Kyuhyun. Aku yang harusnya takut untuk kembali kehilangan orang yang paling mencintaiku. Aku yang harusnya takut kembali tersesat dan terpisah dari orang yang selama ini menuntunku. Aku yang harusnya takut tidak bisa kembali pulang kepadamu, Kyuhyun."

Tidak ada jawaban dari Kyuhyun dan Sungmin juga sepertinya cukup puas dengan kalimatnya barusan. Awak pesawat sudah memberikan pemberitahuan bahwa pesawat sebentar lagi mendarat. Para member yang duduk disekitar mereka juga mulai terbangun dan membereskan headphone yang mereka pakai selama penerbangan.

Tapi tidak bagi Kyuhyun dan Sungmin. Jemari Sungmin yang tadinya memberikan genggaman sepihak, kini mulai masuk ke dalam genggaman Kyuhyun, mengisi jarak diantara jemari Kyuhyun yang sudah lama tidak merasakan jemari Sungmin diantaranya.

Lima belas menit sebelum pesawat mereka benar-benar mendarat, adalah lima belas menit dimana tangan mereka kembali bertautan.

.

.

Konser sudah selesai dan Super junior beserta hoobae mereka, Exo, kini sibuk berpelukan merayakan tahun baru. Dan khususnya merayakan tambah usia anggota mereka, Lee Sungmin. Sungmin harus rela tubuhnya digilir untuk dipeluk satu persatu, tapi tidak untuk Kyuhyun. Sedari tadi pria itu tidak mendekatinya, hanya seadanya dan itu juga tidak lama.

"Sungmin Hyung itu sudah hampir kepala tiga tapi kenapa wajahnya lebih muda daripadaku ya Hyung?" tanya Lay kepada Kyuhyun saat dibackstage. Kyuhyun yang mendengarkan pertanyaan itu sontak tertawa, ini bukan sekali dua kali dia mendengarkan pertanyaan macam itu. Dan selalu bangga Kyuhyun mendengarnya.

"Wajahmu saja yang terlalu boros, makanya jadi terlihat tua." cibir Kyuhyun sambil menahan tawanya. Belum sempat Lay membalas ledekan Kyuhyun, sang manager sudah memanggil sang Hyung untuk kembali ke hotel.

"Aku kembali ke hotel duluan, Yi Xing." ucap Kyuhyun dengan bahasa mandarin yang fasih. Dan dibalas oleh lambaian tangan oleh Lay.

.

Kyuhyun membolak balikan sesuatu berbentuk kotak yang ada ditangannya. Eunhyuk, sang roomate, sudah tertidur pulas pada pukul 2 tadi. Dan kini jam sudah menunjuk diangka tiga namun Kyuhyun belum bisa memejamkan matanya. Dan Kyuhyun sangat tahu apa alasannya,

Dia belum mengucapkan selamat tahun kepada Sungmin.

"Apa dia sudah tidur?" Kyuhyun bergumam sendiri sambil memperhatikan kado yang ada ditangannya. "Ini sudah hampir pagi, pasti dia sudah tidur. Lebih baik aku juga tidur."

Tapi ucapan Kyuhyun bertolak belakang dengan perbuatannya sekarang. Kakinya berjalan mendekati pintu keluar kamar, menutup rapat pintu tanpa suara saat dia sudah berada diluar. Tujuannya hanya satu, kamar Sungmin.

Kyuhyun sudah berada didepan pintu kamar Sungmin. Dia ragu untuk memencet bel karna takut kalau Sungmin dan Zhoumi sudah terlelap dan Kyuhyun mengganggunya. Tapi kalau tidak dilakukan, bisa-bisa Kyuhyun tidak tertidur malam ini.

Tok Tok Tok

Daripada memencet bel, Kyuhyun lebih memilih cara halus saja. Hampir dua menit dan belum ada yang membukakan pintu. Kyuhyun menyerah, mungkin besok sebelum ke airport, dia bisa memberikan kadonya dan mengucapkan selamat ulang tahun pada Sung-

"Kyuhyun? Kau belum tidur?"

Tidak, Tuhan lebih menakdirkan Kyuhyun melakukan semua itu sekarang ternyata. Sungmin sudah berdiri didepannya dengan menggunakan piyama.

Kyuhyun diam sesaaat sebelum menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Maaf mengganggumu. Aku hanya ingin mengucapkan selamat ulang tahun. Ini kad-"

Lagi-lagi ucapan Kyuhyun terputus saat Sungmin memeluknya dengan erat. Sangat erat sampai Kyuhyun bisa merasakan degup jantung Sungmin yang kencang. 'Terima kasih.' kata itu Kyuhyun dengar berkali-kali dari mulut Sungmin. Kyuhyun tidak membalas pelukan Sungmin, namun juga tidak melepasnya. Biarlah sesaat mereka seperti ini.

.

Jam sudah menunjukkan pukul 03.23. Semua makhluk hidup seharusnya sudah tertidur, namun itu tidak terjadi pada kedua pria yang memilih duduk dikoridor hotel bersandarkan tembok dibanding kasur hangat didalam sana. Kyuhyun duduk bersila sedangkan Sungmin duduk disampingnya sambil memeluk kedua kakinya yang ditekuk. Sejak tragedi Sungmin memeluk tiba-tiba, tidak ada suara setelahnya. Hanya saja kado itu sudah berpindah tangan ke tangan Sungmin.

Sungmin sudah membuka kado itu dan ternyata sebuah kalung dengan huruf S ditengahnya. Sungmin tersenyum saat membukanya, Kyuhyun ini memang daridulu tidak pernah pintar memilih kado. Kyuhyun cenderung memilih kado yang simpel namun apapun itu Sungmin tetap menyukainya.

"Terima kasih kadonya." tutur Sungmin sambil melirik ke arah Kyuhyun.

Kyuhyun hanya bergumam. Suasana mereka saat ini persis seperti suasana anak remaja yang dimabuk asmara. Dan hawa dingin yang seharusnya menyelimuti mereka tidak terasa sama sekali.

"Kembalilah ke kamarmu." ucap Kyuhyun. Tapi hatinya tidak menginginkan itu. Dia ingin Sungmin tetap disampingnya seperti ini.

Sungmin menggeleng, "disampingmu lebih nyaman dibanding dikamar."

Satu hal Kyuhyun lupa tentang Sungmin, pria ini sangat pintar dalam berkata, tidak sepertinya.

"Kyuhyun..."

Kyuhyun tidak menjawab namun dipandangnya wajah Sungmin.

"Aku tidak memintamu lagi untuk memaafkan aku atau tidak berharap lagi kalau kita akan kembali seperti dulu. Tapi, tolong biarkan aku untuk berada disisimu. Jangan menghindariku lagi. Rasanya sangat sakit, Kyuhyun." ucap Sungmin. Pandangannya kedepan, seakan menerawang kemana-mana.

Tidak ada lagi suara dari Kyuhyun sampai lima menit kedepan. Sungminpun tidak tahu apa yang ada dipikiran pria itu. Lelah rasanya menunggu seperti ini. Dan Sungmin memilih untuk kembali ke kamar, mungkin Kyuhyun sendiri juga sudah sangat lelah.

"Baiklah, aku kembali ke kamar. Kau juga beristirahatlah." tutur Sungmin sambil berdiri dari duduknya. Kyuhyun juga ikut berdiri.

"Jangan lupa untuk minum obatmu, kau masih kelihatan pucat." Sungmin membuka pintu kamarnya dan selangkah masuk ke dalam, "selamat tidur-"

"Aku tidak akan menghindarimu lagi."

Keinginan Sungmin untuk menutup pintu terhalang oleh ucapan Kyuhyun. Sedari tadi pria itu hanya diam dan kini akhirnya berbicara disaat mereka hampir berpisah.

"Aku adalah rumah bagimu, mana mungkin aku menghindarimu." tutur Kyuhyun dengan senyum diwajahnya.

Sungmin terpaku, seakan tidak percaya dengan apa yang barusan diucapkan Kyuhyun.

"Kau bilang apa?" bisik Sungmin, "Kyuhyun?"

Kyuhyun terdiam sesaat dan meyakinkan pilihannya serta membuang semua ragu di dalam dirinya. Kedua tangannya dia rentangkan, "selamat datang kembali, Sungmin."

Dan sedetik kemudian, Kyuhyun benar-benar merasakan kembali kehangatan yang ia kira takkan bisa ia rasakan lagi. Kedua tangannya terasa pas untuk melingkar ditubuh Sungmin. Dipejamkan kedua matanya, setelah ini dia harus menjaga agar sang kekasih tak bisa lepas lagi.

Pukul 03.34 dini hari. Satu hati yang sempat pergi, kini kembali lagi kerumahnya. Sepasang kekasih yang sempat berpisah, kini kembali berpelukan didepan kamar hotel, di tengah sepinya lorong hotel. Hanya mereka berdua, hanya ada Kyuhyun dan Sungmin.

.

.

"Kyuhyunnie..."

Kyuhyun merasakan tangan Sungmin menggamit lengannya saat mereka sedang berada di kamar Kyuhyun. "Ada apa, hm?"

"Aku ada jadwal musical lagi nanti." jawab Sungmin.

Kyuhyun menaikkan satu alisnya, "lalu?"

Sungmin sedikit berpikir, "Summer Snow di Taiwan. Kau tahu kan maksudku?" ucap Sungmin dengan senyum jahil dibibirnya.

Kyuhyun tidak menjawab apapun. Hanya tarikan di tubuh Sungmin agar tubuh itu jatuh dikasurnya. Dan setelahnya hanya tawa geli dan kata ampun milik Sungmin yang keluar saat Kyuhyun menggelitik tubuhnya tanpa jeda.

"Hahahahaha berhenti Kyuhyunnie!"

"Tidak akan, Sungminnie!"

.

Welcome back to the only thing that ever made your heart race

Welcome back to the time and the place where you first fell in love with the things you embrace

END

Hellooooooo hahahahaha

Akhirnya selesai jugaaaaaaa. Kepanjangan ya? Huhuhu tadinya mau dibagi dua tapi aku takut lupa buat diupdate lagu ntar;(

Maaaff juga ya buat jalan ceritanya yang maksain banget. Aku ngejar dead at heart juga soalnyaaa.

Makasih buat pembaca yang udh baca dr chap awal smp akhir. Makasih juga buat para reviewer, muah muah!;*