Disclaimer: Hiro Mashima and Emolicious

Genre: Romantic, Friendship, Comedy

Pairing: Nalu and more.

I'm not the owner of the story. Deeply apologize for any typo.


CRAZY!

Once again I AM NOT THE AUTHOR OF THE STORY


Aku sampai di apartemen yang ditunjukkan oleh Rogue. Sungguh, apartemen ini keren sekali, ini terlalu keren untuk ukuran anak SMA! Aku masuk ke lobi apartemen dan menaiki lift menuju kamar nomor '9'. Aku menekan bel dan berbicara pada interphonenya,"Natsu~~ main yuk~~"

Tapi tidak dibuka.

Kucoba lagi, tetap tidak dibuka juga.

Bagaimana nih? masa aku harus menunggu disini sampai Natsu keluar?! Aku mencoba membuka pintu, dan ternyata pintunya tidak dikunci. Dasar Natsu.. bagaimana kalau ada maling masuk? pacarku yang bodoh... aku masuk ,"permisii..."

Tapi tidak ada orang sama sekali. yah, jelas saja sih tidak ada orang, Natsu kan tinggal sendiri. Apakah dia membuat makanan dan mencuci baju sendiri selama ini? aku tak bisa membayangkan Natsu memasak ataupun mencuci... Aku melepas sepatuku dan meninggalkannya di atas keset, lalu aku masuk melewati ruang tamu dan dapur, mengarah ke kamar yang berada di pojok. Saat aku membuka pintu kamar, betapa terkejutnya aku menemukan Natsu sedang tertidur di lantai dan bukan itu saja, dia masih memakai baju seragam yang kemarin dia pakai! berarti dia langsung rubuh tanpa mampu melepas bajunya! oh ya ampun Natsuuu!

"NATSU!" teriakku sambil berlari ke arah Natsu.

"Uh.. huh? Lu.. Lucy?" tanya Natsu masih dalam keadaan setengah sadar.

"Iya ini aku! kamu tidak apa-apa?!"

Aku menaruh tanganku ke dahi Natsu, ya ampun, dia panas sekali. "Hei, ayo naik ke kasur." kataku, mengalungi tangan kanannya ke bahuku.

Natsu mengerang dan berusaha membuat tubuhnya berdiri, aku membimbingnya naik ke kasur dan , dia harus mengganti baju dulu, bisa-bisa Natsu tambah sakit memakai baju yang lembab begini. Aku membuka lemari pakaian Natsu dan meraih apapun yang bisa kujangkau.

lalu kubawa bajunya kepada Natsu, "Natsu, hei, kau bisa mendengarku? kau harus ganti bajumu." Natsu tak bergeming, kurasa aku yang harus menggantikan baju untuknya (tolong jangan anggap aku mesum) lalu aku mulai membuka kancing Natsu satu per satu, ukh sial! six pack?! tak kuduga! Pantas saja aku merasa perutnya kencang sekali saat aku memeluknya.

Saat aku mengobati punggungnya dulu, aku tak bisa melihat tubuhnya dengan jelas lantaran gelap tapi sekarang, aku bisa melihat dengan jelas! kupikir Natsu langsing saja, tak kuduga ternyata dia berotot begini. Wuih! suit suit!

Lucy! fokus! fokus! kau tidak boleh begini! Natsu sedang sakit!

setelah aku berhasil membuka kemeja Natsu, aku memakaikan T-shirt yang tadi kuambil.

nah, inilah saatnya... aku.. harus.. membuka.. celananya... Ukh, aku akan menutup mataku, eh tidak tidak, kalau menutup mata bagaimana bisa aku menggantinya?

Ah sudahlah! tak ada waktu berpikir! terobos saja! Baru saja aku bermaksud membuka kancing celana Natsu, tapi Natsu menangkap tanganku. "Kau kira kau mau ngapain...?" kata Natsu tentu saja masih dalam keadaan setengah sadar.

"Eh a- aku-"

"Keluar dulu sana."

Aku langsung keluar tanpa berkata apa-apa lantaran malu. Wuah, hampir saja. aku bersyukur aku tidak harus sampai menggantikan celana Natsu juga. Sungguh, aku tidak bohong, aku benar-benar bersyukur, sembari menunggu, aku mengambil kotak P3K yang berada di atas kulkas. Isinya lengkap dari obat antiseptik sampai obat demam. tapi rata-rata obat antiseptiknya tinggal sedikit sekali.

Yah, tak heran sih.. Natsu kan sering berantem, pasti obat ini juga sering digunakannya. Dimana sih termometernya?

Nah, ini dia !

*Tok tok tok*

Aku mengetuk pintu kamar Natsu.

"Sudah selesai gantinya belum..?" tanyaku.

Natsu tidak menjawab apa-apa. yah, kuanggap itu sebagai 'ya'. Saat aku masuk, Natsu sudah mengganti celananya dan tidur menghadap tembok. Aku menariknya lembut agar dia tidur dengan posisi terlentang dan menyelimutinya, aku mengambil termometer dan memasukkan termometer itu ke mulutnya. Saat kuambil kembali dan kulihat, '38 derajat'.

Ya ampun...

Natsu harus istirahat hari ini, dia takkan bisa pergi ke pesta dengan keadaan begini. Sekarang yang pasti Natsu harus minum obat. Aku membangunkan Natsu dalam posisi duduk dan meminumkan obat demam cair kepadanya (Natsu takkan bisa menelan pil dengan kondisi seperti ini, jadinya kuberi dia obat cair).Setelah itu aku menidurkannya lagi, Natsu butuh banyak istirahat hari ini. sebaiknya dia tak usah datang ke acaranya itu.

Mungkin aku akan membiarkannya tidur saja tapi kalau keadaannya sudah membaik nanti sore, baru akan kubangunkan. Aku mengelap keringat Natsu dengan handuk yang sudah kuperas dengan air, setidaknya ini bisa sedikit menurunkan demamnya. Setelah keadaannya cukup membaik, aku pergi ke dapur dan mencoba untuk membuat bubur tapi aku menyerah pada percobaan kedua-ku, dan memutuskan untuk delivery saja.

Ini sudah jam 4.

Biasanya acara-acara orang kaya itu diadakan saat malam kan?

Biasanya jam 7an ya, lihat saja dulu keadaan Natsu sampai jam 6 nanti, kalau demamnya turun, aku akan membangunkannya untuk pergi ke pesta, kalau belum turun juga, ya sudah takkan kubangunkan. Akan kuterima resikonya nanti, yang penting Natsu tidak tambah sakit. Aku menonton TV sambil menunggu pesanan bubur datang, ternyata pesanannya sampai tidak selama yang kukira. Niatnya sih, aku mau makan bubur ini bersama Natsu saat dia bangun nanti tapi apa daya, aku lapar sekali, jadi kusikat saja bubur bagianku.

Hehehe

Bubur Natsu pasti sudah dingin saat dia terbangun, sebaiknya kupindahkan saja dulu ke pot agar mudah menghangatkannya nanti. Aku kembali ke kamar Natsu, dia masih tertidur dengan mulut sedikit terbuka, sedikit mengesalkan sih, melihat Natsu yang masih cakep walau dalam keadaan tidur, dan aku bertanya-tanya kapan dia bisa terlihat jelek.. Hm..

Aku mengelap keringatnya lagi dan memeras handuknya di baskom yang sudah kusiapkan lalu aku menggenggam tangan Natsu, dan mengamati wajah tidurnya. Duh, puas-puasin deh aku ngeliatin Natsu seperti ini. Kapan lagi aku bisa melihatnya terlihat lemah selain saat ini?

Ukh, aku jadi ngantuk..

aku terbangun saking kagetnya,

Ukh! jam berapa ini?! Harus pergi ke pesta!

"Uh.." erang Natsu.

Ups, sepertinya dia ikut terbangun saat aku menghentakkan tanganku, saat aku terbangun tadi.

"Kau sudah bangun?"tanyaku.

"Jam, jam berapa ini?"tanya Natsu lemah dengan mata masih setengah tertutup.

"Uh, hem sekarang jam... jam setengah delapan.."

"Pagi?"

"Malam."

"Apa? Cepat siap-siap..."

"Apa?! kamu masih sakit!" kataku sambil merasakan suhu Natsu dari dahinya dan dia masih sepanas tadi.

"Sudahlah... cepat..."

"Tapi-" aku berniat protes lebih jauh tapi melihat Natsu yang bersikeras seperti ini, aku juga tidak bisa apa-apa.

"Baiklah" jawabku lunglai dan mengarah keluar untuk mengganti bajuku.

Aku ke kamar mandi dan mencuci mukaku, lalu aku mengganti bajuku dengan gaun yang dibeli kemarin. Ukh... gaunnya sedikit lecek karena kujejalkan begitu saja ke dalam tas. Yah, tapi tak apalah, tidak terlihat kok leceknya. Inilah bedanya pakaian mahal dan murah! Pakaian mahal tidak mudah lecek!

(mungkin cuma perasaanku saja, tapi biarlah)

Sedari tadi aku sudah sengaja men-cepol rambutku, agar saat dibuka nanti hasilnya jadi keriting.

Dan, syukurlah... rambutku terurai seperti harapanku.

Nah! aku harus terlihat cantik! Mungkin memalukan, tapi aku jujur saja.

AKU TAK TAHU CARA BERDANDAN

Jadinya aku cuma memakai bedak yang kubawa dari rumah secukupnya tapi begini saja aku sudah cantik kok, jadi gak usah pakai macam-macam deh. Saat aku masuk ke kamar Natsu, aku terpaku di tempatku berdiri seakan aku menemukan sebongkah emas. Ya, dia kelihatan bersinar sekali, walaupun saat ini dia masih keringatan karena demam, dan rambutnya acak-acakan sehabis bangun tidur, Natsu terlihat keren sekali dalam balutan jas itu.

Wuah... sungguh, Natsu ganteng sekali! Cowok emang paling keren kalau pakai jas!

Natsu memakai jas berwarna coklat tua dengan kemeja biru, kalau tidak salah, ini jas yang dikeluarkan Gucci untuk musim gugur, aku melihat gambarnya tepampang di Gucci store kemarin. sepertinya jas itu benar-benar tercipta untuk Natsu, karena jas itu terlihat begitu sempurna dalam tubuh Natsu dan Natsu juga terlihat begitu sempurna dalam jas itu!

Woah

"Huh.." Natsu menghela napas panjang yang membuatku terbangun dari lamunanku. Sepertinya Natsu kecapekkan sekali, padahal dia cuma bangun dan mengganti baju. Apakah dia bisa bertahan di pesta nanti? Aku menghampirinya,"Kamu tidak apa-apa?"

Natsu mengangguk, dia memperhatikanku sebentar lalu dia tersenyum kecil dan berkata,"Kamu cantik."

*DUAR!*

Natsu memujiku?! apakah aku salah dengar?!

Apakah otaknya mulai tak beres karena panas di kepalanya?!

Aakkhh!

"Te- te- terimakasih..." jawabku malu-malu, bisa kurasakan wajahku memanas saking malunya.

"Ayo keluar..." kata Natsu meletakkan tangannya di pinggangku, menuntunku untuk keluar.

Sebenarnya bagian pinggang adalah titik geli-ku sih tapi aku tak tega menampik tangan Natsu saat ini.

Huh, coba dia bisa sakit seperti ini terus, kepribadiannya berubah 180 derajat! seperti gentleman sejati!

"Tunggu dulu." Aku langsung berbalik mengambil handuk kecil dari lemari Natsu.

"Kamu membutuhkan ini kalau mau tampil bersih di pesta nanti, kamu keringatan sekali." kataku sambil mengelap keringat dari wajah Natsu.

Natsu tersenyum, "Ayo turun.." lalu membimbingku turun menuju pintu keluar.

Saat aku melihat mobil jemputan Natsu, aku tidak kaget lagi karena aku bisa menduganya. Mobilnya adalah mobil mercedes berwarna hitam yang sungguh elegan tetapi ada yang menggangguku, walaupun ini mobil bagus, tapi kenapa pak supir mengendarainya lama sekali seperti kutu?! Apakah cuma perasaanku saja, karena sudah terbiasa berkendara dengan kecepatan tinggi bersama Natsu?! Tapi, terimakasih pada pak supir, aku jadi bisa lebih berlama-lama bersama Natsu yang tidur di pundakku.

Sekarang sudah jam 8 lebih, semoga saja kami tidak terlalu terlambat dan lagi keadaan Natsu mengkhawatirkan, kami tidak boleh berlama-lama disini. Aku dan Natsu sudah berada di lobi dan sedang mengarah ke tempat acara, tapi ada yang mengganggu pikiranku. Daritadi Natsu nenteng-nenteng kantung kertas seperti orang o'on saja, sebenarnya apa sih isi kantung itu? Dan juga, kenapa sih orang-orang melirikku begitu? Apa aura miskinku terpancar?!

Hotel ini mengintimidasiku, sepertinya tempat ini tidak menerima keberadaanku disini. Tempat ini terlalu beda dari tempatku berada, disini perkumpulan orang-orang glamor dan manusia bling-bling.

tapi aku akan bertahan demi Natsu! Semangat!

Kami memasuki ballroom tempat acara diadakan, ballroom ini sungguh besar dan megah, mengingatkanku dengan 'titanic'. Ya, tidak ada kata lain yang lebih tepat selain titanic.

Banyak sekali orang di ballroom ini, tapi mataku masih saja dapat menemukan ibu Natsu.

Yah, ibu Natsu memang yang paling menonjol dari orang-orang yang berada disini.

Selain dia yang paling cantik, gaun merahnya itu sangat mengundang mata untuk menatapnya. Sepertinya ibu Natsu juga melihat kedatangan kami, dia tersenyum kepada tamu yang sedang berbincang dengannya, dan memohon diri untuk pergi. Ibu Natsu berjalan ke arah kami, "Natsu, ikut ibu sebentar" kata ibu Natsu masih dengan senyum merekah di bibirnya.

Aku bermaksud untuk menunggu saja tetapi Natsu menggandeng tanganku dan mau tidak mau aku harus mengikutinya. Sesekali orang memberi salam dan membungkuk saat ibu Natsu lewat, tetapi tak kalah banyak juga orang yang menyalami Natsu dan aku cuma mengikuti Natsu dengan kepala tertunduk. Ibu Natsu membimbing kami ke private room yang berada di ujung ballroom, lalu kami masuk ke dalam.

Sesudah kami masuk ke dalam, ibu Natsu berdiri terdiam membelakangi kami dengan kedua tangan disilangkan, dia menghela napas panjang lalu berbalik ke arah Natsu,

*PLAK!* Ditamparnya pipi Natsu.

Aku terhentak kaget. Bagaimana bisa, ibu Natsu selalu menampar setiap kali dia bertemu Natsu?! Apakah itu salam diantara mereka?! Ditambah lagi, Natsu sedang sakit! dia memperparah keadaan Natsu! "Natsu! tante- bagaimana bisa tante melakukan ini pada Natsu?!" teriakku marah, dan sedikit lepas kendali. Aku tahu kalau aku tak boleh ikut campur dalam urusan keluarga, tetapi aku tak tahan lagi!

"Lebih baik kau diam, ini bukan urusanmu." kata ibu Natsu dingin.

Aku ingin membalas, tetapi aku mengurungkan niatku sekuat mungkin karena aku tahu kalau aku membalas, keadaan malah makin parah.

"Kau pikir sekarang jam berapa?" tanya ibu Natsu dingin kepada Natsu.

Aku mengepalkan tanganku kuat-kuat dengan harapan, aku dapat menahan amarahku.

"..." Natsu diam saja.

"Apa kau tak tahu acara ini amat penting?! Pak menteri sudah pulang! Tak tahukah kau betapa sibuknya dia?! Bisa-bisanya kau sama sekali tak punya sopan santun untuk sekedar memberi salam kepadanya!"

Bisa-bisanya nenek tua ini bicara seenak kentut! padahal dia tak tahu pengorbanan Natsu dari kemarin hingga saat ini! Ingin sekali kuacak-acak make upnya itu dan kucabuti bulu hidungnya satu per satu! Ugh!

Lucy... tarik nafas... jangan biarkan kamu lepas kendali..

"Tidak bisa kupercaya, kau adalah anakku..."

Tahan Lucy, kau pasti bisa, tahan.

"Padahal kau cuma anak pembangkang yang tak berguna!"

Cukup! Ini sudah sampai batasnya! Aku tidak sanggup lagi menahan diri! Tanpa peringatan dariku, ternyata tanganku sudah lebih dulu bekerja sebelum pikiranku sendiri dapat menangkap apa yang sedang tanganku lakukan, bisa dibilang tanganku bekerja sendiri.

*SPLASH!*

Aku. Menyiram. Ibu. Natsu. Tepat. Di. Wajahnya.

*tes tes tes*

Perlahan-lahan orange juice yang kusiram mulai menetes dari rambut ibu Natsu. Aku cuma bisa ternganga atas kelakuanku. Aku tak percaya aku bisa lepas kendali pada calon mertua-ku. Manalagi yang kusiram itu bukan air putih, melainkan orange juice yang pastinya 'lengket' sekali tapi yang aneh, aku lebih merasa lega daripada merasa menyesal.

"Apa, apaan kau?" kata ibu Natsu dengan nada yang mengerikan.

Dia menatapku dengan tatapan mematikan yang sedikit membuatku bergidik ngeri tapi tatapannya itu masih tidak ada apa-apanya dibandingkan tatapan mengintimidasi Natsu dulu.

"Ehm, Ma- maafkan aku." kataku dengan nada menyesal. tapi aku tahu bahwa ibu Natsu menyadari ketidaksesalanku dari ekspresiku dan aku juga mengharapkan itu.

"Beraninya kau.. terhadapku.. kau pikir siapa dirimu hah?! kau bangga karena sudah bisa menjadi pacar anak bodohku ini?! Kau seharusnya lebih menyadari statusmu itu! Kau sudah merasa hebat?!"

"Apa katamu-" aku mau protes lebih lanjut, tapi Natsu mengangkat tangannya di hadapanku, memberi kode agar aku tidak bicara lebih jauh lagi.

"Sudah cukup..." kata Natsu.

"Cih..." aku mendengus saking bencinya aku pada ibu Natsu.

UNTUNG NATSU MENGHENTIKANKU! KALAU TIDAK, SUDAH KUACAK-ACAK MAKE UP TEBALMU ITU NENEK TUA!

"Sebaiknya kau jaga perilaku gadismu itu! Dia sama sekali tidak punya tata krama seperti monyet saja! Bukankah sebaiknya kau mencari gadis lain yang lebih bermartabat dari ini?! Kau sudah tidak bermartabat, setidaknya carilah gadis yang bermartabat untuk menutupinya!"

APA?! MONYET?! AKU DISEBUT MONYET?! AAH! BISA GILA AKU! AHH! KEPALAKU MAU PECAH!

DAN BISA-BISANYA DIA BICARA TENTANG MARTABAT! PADAHAL DIA SENDIRI ADALAH NENEK TUA YANG TIDAK BERMARTABAT! AKHH! GATAL SEKALI TANGANKU! AAAAHH!

"Ibu..." panggil Natsu.

"Kau hanya menyusahkan! padahal aku hanya memintamu untuk hadir pada acara ini dan menyalami Pak menteri! tapi apa yang kaulakukan padaku?! kau membawa gadis monyet ini dan dia menyiramku!"

"Ibu.."

"Lihat bagaimana keadaanku sekarang! padahal aku masih harus menyalami banyak tamu! Apakah-"

"Ibu!" teriak Natsu. Saat itu juga, ibu Natsu menutup mulutnya dan terdiam seperti anak kecil yang ketakutan. Aku yang sedang asyik mengutuki ibu Natsu dalam hati, ikut berhenti juga mendengar teriakan Natsu.

Natsu mengangkat kantung kertas yang dia bawa sejak tadi ke hadapan ibunya.

"Ibu.." kata Natsu dalam.

"..Selamat ulang tahun..."

"..." ibu Natsu terdiam dan hanya memandangi Natsu heran.

Jadi, kantung itu berisi kotak musik yang kami beli kemarin?

Sedari tadi dia memegang kantung itu bak benda berharga, ternyata itu hadiah untuk ibunya.

Aku saja sudah lupa kalau hari ini ibunya berulang tahun karena kemarahanku kepadanya tapi Natsu masih ingat dan masih sudi memberi hadiah kepada ibu yang telah mengutukinya itu.

Natsu..

Ibu Natsu terdiam memandangi Natsu dengan tatapan terluka sekaligus tidak percaya. Semoga saja dia bisa mengerti perasaan Natsu lewat hadiah itu. Sial, aku terharu sekali melihat Natsu seperti ini..

Huee! NATSUUU!

"Kami pergi dulu." kata Natsu sambil menggandengku menuju pintu menengok ke belakang untuk sesaat pada saat itu, ibu Natsu masih memandangi sosok Natsu dengan wajah penuh rasa sesal.

Bagaimana? Kau pasti menyesal bukan? Telah menyia-nyiakan anak sebaik Natsu?

Sebaiknya kau belajar dari kesalahanmu hari ini, nenek tua.

Berjalan menuju ke mobil saja, sudah merupakan perjuangan keras bagi Natsu. Keadaannya makin parah sekarang dan aku yakin demamnya naik lagi, karena tubuh Natsu benar-benar panas dibanding tadi. Tadinya aku ingin membawanya ke RS, tapi Natsu menolak dan meminta pulang saja. Jadinya aku memapah Natsu ke kamar apartemennya dengan bantuan dari pak supir karena kali ini Natsu sudah benar-benar tidak bisa bergerak.

Setelah merebahkan Natsu di kasur, pak supir memohon diri dan tinggalah kami berdua disini. Aku kehabisan napas saking capeknya, tenagaku terkuras untuk memapah Natsu sampai ke sini. Huft..Sebaiknya aku istirahat sebentar sebelum merawat Natsu lagi.

Hari ini benar-benar melelahkan lahir batin! Faktor utamanya tentu saja karena nenek tua itu.

Mengingat mukanya saja aku kesal.

Natsu keringatan sekali, dia harus mengganti bajunya.

Ini sudah ke 2 kalinya aku menggantikan pakaian untuk Natsu, jadinya aku sudah tak segugup yang pertama.

Aku mengelap badannya dengan lap basah, karena pastilah tak enak tidur dengan badan lengket sehabis keringatan. Setelah mengelap badan Natsu, aku memakaikan T-shirt , aku tahu dibalik celana panjang ini Natsu memakai celana pendek lagi.

Jadi, aku hanya perlu membuka celana panjangnya saja.

Jadi aku tak perlu melakukan dan melihat yang tidak-tidak.

Aku mengukur lagi suhu badan Natsu, yang benar saja! '39 derajat'!

Oh ya ampun, makin tinggi saja demamnya..

Aku harus meminumkannya obat dan menyuruh Natsu makan, karena Natsu belum makan sejak tadi pagi. Ah, mungkin dia belum makan dari kemarin malam! Huh, pantas saja demamnya terus naik, dia tidak punya energi karena belum makan! aduh bodohnya aku ini.

Aku mengelap keringat di wajah Natsu sampai ke lehernya, setelah Natsu kelihatan tidur lebih nyenyak, aku memutuskan untuk pergi keluar membeli obat dan membeli bubur (bubur yang kubeli untuk Natsu tadi siang sudah basi, jadinya aku harus beli lagi -_-). Kalau tak salah, di depan apartemen ini ada tempat makan dan apotek. Untunglah tempat ini begitu strategis, jadinya aku tak perlu berlama-lama meninggalkan Natsu.

Kasihan Natsu..

Apakah selama ini dia selalu sendiri seperti ini?

Apakah kalau dia sakit tidak ada yang merawatnya?

Natsu... kamu pasti kesepian sekali..

Coba saja ibumu lebih perhatian sedikit dan tidak bertindak seenak jidat! pasti kamu lebih bahagia.

Sekarang sudah jam 11 malam, ayah dan ibu pasti mencariku tapi aku tidak bisa meninggalkan Natsu sendirian untuk saat ini,sebaiknya aku menelpon untuk bilang aku menginap di rumah teman hari ini.

"Halo, ibu? ibu, ini aku Lucy. Hari ini aku menginap di rumah teman bu, lagipula besok hari minggu. Ya, aku akan pulang besok siang. Ya, sampai jumpa."

Syukurlah ibu tak bertanya aku menginap di rumah siapa, jadinya aku tak perlu berbohong.

Aku bilang menginap di rumah 'teman' kan? jadi, pada dasarnya aku tak berbohong.

.

.

Ya! baiklah aku mengaku kalau aku hanya mencari alasan untuk menutupi dosaku tapi kali ini Natsu benar-benar gawat, aku tidak bisa meninggalkannya. Lagipula aku takkan berbuat aneh-aneh padanya kok. Yah, tetap saja sih, yang namanya berbohong tetap saja berbohong, MAAFKAN AKU IBU, AYAH!

Nah, sebaiknya aku pergi membeli obat dan bubur sekarang (dan membeli makanan untukku juga tentunya)! Kunci apartemen Natsu kubawa, tidak apa-apakan? Toh tidak seperti aku mau mencuri atau mau menjual apartemennya, jadi tak apalah aku pinjam kuncinya sebentar daripada ada maling masuk nanti.

Aku keluar dari apartemen Natsu dan mengunci pintunya, aku turun ke lobi dan mengarah keluar.

Wuah, ternyata tempat ini benar-benar strategis!

Begitu keluar, aku langsung bisa mendapati apotek 24 jam dan rumah makan.

Ya ampun, Pasti asyik deh tinggal disini.

Aku membeli obat demam dan plester penurun panas di apotek 24 jam lalu aku pergi ke rumah makan membeli bubur untuk Natsu dan ramen untukku. Syukurlah aku membawa cukup banyak uang hari ini, kalau tidak bisa mampus si Natsu itu.

Hmm, apakah sebaiknya aku beli minuman isotonik untuk Natsu? sepertinya dia memerlukan minuman isotonik, dia mengeluarkan banyak keringat sih jadi sebaiknya aku beli beberapa untuk persediaan.

Betapa baiknya aku ini, sepertinya aku sudah cocok jadi istri, hehehe

Aku mengarah kembali ke apartemen dengan barang belanjaan penuh di kedua tanganku. Aku harus cepat-cepat kembali nih, sebelum Natsu benar-benar mati.

Aku menaiki lift dan menuju ke kamar nomor '9',

Eh? lho lho lho? siapa itu di depan pintu? untuk apa dia malam-malam begini mondar-mandir di depan kamar Natsu?

Penguntit? Pembunuh? Pemerkosa? Perampok?

Ah, perasaanku saja ternyata itu adalah

Ibu Natsu

APA?! IBU NATSU?! SEDANG APA DIA DISITU?! NGAPAIN DIA MONDAR MANDIR SEPERTI MANIAK DISITU?!

Yah, tak ada salahnya mencari tahu.

Aku mendekati nenek sihir itu,"Apa maumu?"

"Eh a- aku cuma mau bertemu Natsu" jawabnya gugup.

"Untuk apa? menamparnya lagi?"

"Sebaiknya jaga mulutmu biarpun begitu, aku masih tetap ibunya." katanya angkuh.

Cih.. masih bisa bicara sok?!

"Dia tidak bisa ditemui." kataku cuek sambil membuka kunci apartemen.

"Biarkan aku..."

"Hah?"

"Biarkan aku.."

"Apa maksud tante?"

"Biarkan aku bertemu dengannya..."

Bertemu? Bagaimana bisa dia seegois ini setelah menyakiti Natsu begitu jauh?!

"Bisa-bisanya tante bicara seegois itu?! Padahal tante sendiri yang telah melukainya! Jadi apa gunanya bertemu kalau untuk menyakitinya!" teriakku mulai kehilangan kontrol atas emosiku.

"Biarkan aku bertemu dengan anak bodohku itu.." kata ibu Natsu masih dengan gaya angkuhnya.

"Tidak bisa."

"Kenapa?! Apa hak-mu melarangku begitu?! dia anakku!"

"Dia sedang sakit.."

"Apa?"

"Ya! dia sedang sakit! kau yang menyebut dirimu ibunya bahkan tidak tahu bahwa Natsu sedang sakit!"

"..." Ibu Natsu diam saja sambil menatapku tak percaya.

Sudah terlanjur ngomong, jadi sekalian sajalah! sekalian melampiaskan amarahku padanya," Mungkin kau tidak tahu atau bahkan kau sama sekali tidak peduli tetapi dia sedang sakit! dia bahkan rela menyeret tubuh sakitnya itu untuk menurutimu hadir di pesta tapi apa yang kau lakukan padanya?! Kau hanya menghakiminya tanpa tahu kebenarannya, kau cuma bisa melihat dia dari segi negatifnya! Dan kau tahu kenapa dia bisa sakit? Itu karena dia mencari hadiah untuk hari ulang tahunmu itu yang tepatnya HARI INI"

"Apa? Apa katamu?"

"Ya! Dia rela hujan-hujanan sampai malam hanya untuk mencari hadiah untuk orang yang sama sekali tidak menghargainya dan orang itu adalah ibunya sendiri.. Kau! "

"Bisa-bisanya, bisa-bisanya" gumam ibu Natsu, segelintir air mata mulai jatuh ke pipinya.

"Bagaimana bisa dia melakukan itu, dia yang kupikir selama ini tidak menganggapku sebagai ibu melakukannya, bagaimana bisa?"

"..." Aku terdiam saja melihat air mata mulai mengalir deras di pipi ibu Natsu.

"Aku pikir dia tidak mencintaiku, dia yang lebih memilih tinggal bersama ayahnya daripada bersamaku namun saat dia kembali, aku ingin mempertahankan dia disisiku untuk selamanya walaupun aku tahu aku bukan ibu yang pantas baginya, aku hanya ingin menyampaikan rasa sayangngku tetapi entah sejak kapan rasa sayang itu tersampaikan menjadi luka dihatinya, entah sejak kapan kata-kata cinta berubah jadi kutukan di bibirku. Aku, aku hanya tak tahu bagaimana cara mengekspresikan rasa sayangku. Kumohon, biarkan aku bertemu dengannya, kesempatan kedua ini takkan ku sia-siakan"

"..."

Ternyata sama saja seperti Natsu, mereka berdua sama-sama tidak bisa mengekspresikan rasa sayang mereka satu sama lain dan tanpa mereka sengajai, mereka salah mengekspresikan cinta menjadi benci. Andai saja mereka bisa mengekspresikan diri lebih baik, pasti mereka akan lebih bahagia. Memang buah tak jatuh jauh dari pohonnya -_-

"Baiklah, tante boleh masuk tapi Natsu sedang tidur, jadi tolong jangan berisik."

Entah siapa yang ibunya disini.

"Hiks, baik." katanya sambil mencoba menghentikan tangisnya.

Aku membuka pintu dan membawa belanjaanku masuk, ibu Natsu mengikutiku dari belakang. Aku menyuruhnya menunggu di ruang tamu sebentar selagi aku meletakkan barangku di dapur.

"Disini kamarnya, ayo masuk" kataku.

Ibu Natsu terlihat gugup, tapi dia mengikutiku masuk.

"Natsu" Gumam ibu Natsu melihat anaknya yang sedang terbaring lemah. Ibu Natsu berjongkok di sisi kasur Natsu dan dia membelai rambut yang ada di dahi Natsu.

"Maafkan ibu, maafkan ibu.." Isaknya.

Perlahan air mata mulai menetes dari pipinya dan jatuh di atas pipi Natsu.

"Ng...?" erang Natsu.

"I-ibu...?"

"Iya, ini ibu, maafkan ibu ya Natsu. Ibu bersalah.."

Natsu heran dengan keberadaan ibunya disini dan dia mulai memaksa badannya untuk duduk.

"Kenapa ibu bisa ada disini?"

"Ibu ingin meminta maaf padamu Natsu, maafkan ibu. Ibu telah banyak melukaimu selama ini"

"..."

"Maafkan ibu, maafkan ibu.."

Natsu membelai pundak ibunya, "Ibu... tidak apa-apa kok, sungguh. Memangnya ibu salah apa?"

Aku tahu sebenarnya Natsu tahu mengapa ibunya minta maaf tapi dia berpura-pura tak tahu apa-apa agar tidak membuat ibunya jauh lebih sedih.

Aku bangga punya pacar seperti Natsu.

Uh sialan, aku jadi ikut menangis deh..

Ugh! Jangan sampai aku menangis- bakal memalukan sekali!

"Natsu, Natsu.." isak ibu Natsu.

"Ibu, sudahlah"

"...Hiks"

"Sudahlah ibu, jangan menangis lagi- Aku tidak apa-apa, sungguh."

Ibu Natsu menyeka air matanya," Natsu, Ibu ada permintaan, maukan kamu datang lagi ke pesta berikutnya? Kali ini ibu akan mengenalkan anak kebanggaan ibu ini kepada semuanya." Kata ibu Natsu sambil mengacak-acak rambut Natsu.

Natsu tersenyum," Ya. "

Sudah hampir 30 menit aku meninggalkan ibu Natsu dan Natsu berdua agar bisa mendapat privasi tapi ibunya tak kunjung keluar juga.

Hm.. Berarti semuanya baik-baik saja.

Senang rasanya melihat mereka berdua rukun seperti itu, aku sudah memakan ramen yang tadi kubeli dan bubur yang kubeli untuk Natsu sudah kuserahkan pada ibunya agar dia bisa menyuapi Natsu. Pertama sih, ibu Natsu menolak karena malu untuk menyuapi Natsu tapi kupaksa saja dia.

Dan akhirnya? dia senang tuh bisa menyuapi anaknya. dasar orang tua jaman sekarang, sambil menunggu, aku iseng-iseng duduk di sofa sambil ngemil dan nonton TV.

Wuah, chanel TV di apartemen Natsu banyak sekali, pasti asyik sekali deh kalau chanel TV di rumahku sebanyak ini.

Nah, acara apa ini? Kayaknya bagus nih film bule, untung ada subtitle-nya jadi aku mengerti. Coba-coba sajalah aku menonton ini, siapa tahu bagus.

Loh loh loh? Mereka mulai ngapain tuh? Kok mereka buka baju! Ih, ya ampun!

Oh tidak! aku harus cepat-cepat mengganti chanel, dimana remotenya?! Dimana?!

"Asyik banget nonton filmnya, sudah kuduga kau pasti suka film mesum seperti ini."

ASTAGA NAGA! Sejak kapan ibu Natsu berada disitu?! oh tidak! Dia pasti menyangka aku sedang nonton bokep!

Ah tidak! Aku malu sekali!

"Eh- eh! I- ini tidak seperti yang tante pikirkan! aku tak bermaksud menonton ini, sungguh!"

"Ah sudahlah, gejolak masa mudakan memang sulit untuk dilawan, apalagi di masa-masa remaja ini, hormon berkembang dengan amat cepat"

"A- apa?! Tidak tante, sungguh! Bukan seperti itu"

"Sudahlah. Hei, aku mau pulang. Dimana tasku?"

"Eh, loh? Kok sudah mau pulang? Natsu gimana? I- ini tasnya."

"Dia tertidur. Tentu saja aku harus pulang, karena rambutku lengket sekali akibat orange juice-mu itu."

Ups mati aku.

Ibu Natsu berjalan menuju pintu keluar dan aku mengikutinya dari belakang sambil terus mengutuki diriku sendiri akan betapa bodohnya aku bisa kehilangan kendali atas calon mertua-ku sendiri. Tiba-tiba dia berhenti dan membalikkan badannya," Hei, asal kau tahu- aku belum mengakui gadis monyet sepertimu sabagai menantuku."

Ya-ya-ya, aku juga tahu kok ibu mertua.

"Tapi, kau harus datang ke pesta berikutnya yang diadakan 7 hari lagi."

Apa? Dia mengundangku?!

Hahaha! Dan lagi, tadi dia menyebut 'belum mengakui' bukannya 'tidak mengakui', berarti aku masih punya harapan!

Yaaaaayyy!

"Lagipula sepertinya punya menantu monyet kayak kamu tidak jelek-jelek amat"

Dia memang mengucapkan ini dengan suara yang amat kecil, tapi aku bisa mendengarnya. Cuma saja, aku berpura-pura tidak mendengar dan tersenyum dalam hati. Hehe

"Iya, selamat jalan ibu mertua! Hati-hati di jalan!" kataku sambil membungkukkan badanku.

"Apa katamu? cih, dasar anak monyet" kata ibu Natsu.

Walaupun dia menyembunyikan wajahnya, aku bisa melihat kupingnya memerah karena malu aku menyebutnya 'ibu mertua'. Hehe, dia memang sama seperti Natsu! Kuping Natsu juga memerah setiap kali dia merasa malu. Haha!

Ah, entah mengapa lega sekali rasanya.

Ternyata ibu Natsu tidak parah-parah amat, dia baik juga.

Pasti beban berat yang selama ini dipikul Natsu-pun telah hilang, senang sekali rasanya. Moodku lagi bagus nih, akan kurawat Natsu sebaik mungkin hari ini. Aku mau ambil air dan handuk ah, untuk mengelap keringat Natsu agar tidurnya lebih nyenyak lagi. Setelah itu, aku akan memandangi wajah tidur Natsu sepuas-puasnya, hahaha!

aku membawa baskom berisi air dan handuk ke kamar Natsu.

Natsu terlihat nyenyak dengan senyum kecil tersungging di bibirnya. Dia pasti sedang bermimpi indah sekarang, aku memeras handuk dan menyeka wajah Natsu, Natsu bergerak terlihat menikmatinya.

"Em... hem hem hem" Igau Natsu.

Hehehe, ternyata dia bisa mengigau juga? Dia pasti sedang mimpi indah sekali sekarang, pasti nyaman ya dibasuh dengan handuk dingin begini, Natsu? akan kuseka lagi wajahmu.

"Sih..." Igau Natsu lagi.

Heh? 'Sih...' ? apa maksudnya..?

"Terimakasih.. telah...membantuku.. hari ini..."

Hm? Jadi dia memimpikan hari ini? Hahaha, pasti dia senang sekali hari ini, sampai-sampai terbawa mimpi.

"Terima kasih telah membantuku hari ini"

Dia berterimakasih pada siapa sih sebenarnya? dari tadi ngoceh begitu terus, kekeke.

"Terimakasih, Lisanna.."

Apa?

Lisanna?

Tidak, tidak, aku pasti salah dengar.

"Lisanna.." Igau Natsu sambil berguling menghadap tembok.

Natsu memimpikan Lisanna?

sejak tadi kau memimpikan rubah betina itu?

Senyum yang tersungging di wajah tidurmu itu, juga karena kau memimpikannya?

Apakah kau begitu gembira karena dapat bertemu dengannya walau hanya dalam mimpi?

Apakah kau begitu merindukan waktu yang kau lewatkan bersamanya, sampai-sampai kau memimpikannya?

Tidak, Lucy!

Kamu tidak boleh berpikir yang aneh-aneh seperti itu! Tidak mungkin Natsu masih menyukai rubah betina itu. Itu cuma mimpi! mimpi'kan tidak bisa diatur, mimpi pasti datang dengan sendirinya! Kamu juga pernahkan memimpikan cowok lain selain Natsu. Ya, aku juga bermimpi tentang Rogue kok minggu lalu. Dan itu cuma mimpi, mimpi tidak berarti apa-apa. Ya, itu tidak berarti apa-apa.

Huh?

Apa ini?

Air mata? Sejak kapan aku mulai menangis?

Aku sama sekali tidak berniat menangis tapi kenapa air mata ini jatuh dengan sendirinya?

Walau aku tahu itu cuma mimpi, tapi kenapa hatiku begitu sakit mendengar nama Lisanna keluar dari bibir Natsu? Apakah jauh di dalam hatiku, aku tahu bahwa di hati kecil Natsu, Lisanna masih berada disana? Apakah selama ini aku hanya berpura-pura tidak menyadarinya, agar aku dapat mempertahankan Natsu disisiku? Tidak Lucy, itu hanya mimpi, tidak lebih.

Malam itu, aku menangis tanpa suara agar Natsu tidak mendengarnya..

TBC


Pls tell me when you find any typo or other mistakes, you guys are the best

I have no words, thank you.