SWEET LOVE

Story by: puzZy cat

Pair :ChangKyu

Ket: '…' menandakan percakapan dalam telepon

.

.

Enjoy

.

.

"Hyung jadi aku harus bagaimana?"

'Tentu saja kamu harus merawatnya!'

Changmin terdiam, ia hentikan langkahnya yang sedaritadi mondar mandir tak tenang. Ia arahkan pandangannya pada sesosok anak lelaki yang tak sadarkan diri di atas bedcovernya.

'Min dengar! Setidaknya kau harus berterima kasih padanya, hyung tidak mau tahu!'

"Tapi hyung aku tidak tahu caranya merawat makhluk hidup." Ujar Changmin dangan nada yang memelas.

'Salahmu sendiri yang tidak pernah mendengar perkataanku!'

Pik

Changmin menggeram frustasi saaat sambungan teleponnya diputuskan secara sepihak oleh hyungnya itu. Dilemparnya asal handphonenya sebelum berjalan mendekati ranjang. Ia terdiam, merasa tak enak karena telah melibatkan anak yang menolongnya itu.

Awalnya ia ingin meminta tolong kepada Jaejoong untuk membantunya merawat luka anak yang menolongnya. Bodohnya, ia lupa jika hyungnya tengah berada diluar kota. Bukannya mendapatkan pertolongan ia malah mendapat wejangan lain dari hyungnya yang membuat kupingnya panas selama sejam tadi.

Perlahan ia bangkit dan pergi menuju dapur untuk menyiapkan sebaskom air, setidaknya ia bisa memulai dengan mengkompres memar biru diperut anak lelaki itu.

oOo

Anak lelaki itu mengerang saat merasakan perih diperutnya. Perlahan ia membuka matanya yang sedari tadi berat ia buka. Sosok pertama yang ia lihat membuat matanya melotot. Secara tiba-tiba ia bangun terduduk dengan wajah gelisah, membuat lelaki yang ada disampingnya terkejut dengan gerakan tiba-tibanya tersebut.

"…" mulutnya terbuka seperti menggumamkan rasa sakit. Ia mencengkeram perutnya saat merasakan keram dan ngilu dipermukaan kulitnya. Matanya memicing sakit akibat pergerakan tiba-tibanya tadi.

"Hey, kau tidak apa-apa?" suara lelaki itu terdengar cuek ketika menanyakan keadaannya. Ia terdiam mengamati keadaan sekitarnya. Ruangan itu ia yakini sebagai kamar. Berantakan dan penuh sampah makanan ringan. Ia menatap pria itu bingung.

"Kau ada dirumahku. Bagaimana lukamu?"

Ia tetap diam dengan mata yang menyiratkan luka.

"Hey. Aku bertanya padamu."

"…"

Pria didepannya bangkit dengan rahang yang mulai mengeras, merasa tak sabar dengannya yang tetap tak membuka suara. Hingga pria itu menghembuskan napasnya berkali-kali dan kembali duduk didekatnya, anak lelaki itu baru kembali berani menatap wajah pria itu.

"Sebelumnya terima kasih karena menolongku tadi. Jadi bisa kau sebutkan siapa namamu?"

"…"

Changmin sudah nyaris kehilangan kesabarannya menghapati anak lelaki itu. Apa sih susahnya membuka mulut dan bicara?

"YAH! Apa kau bisu?!" benarkan, urat sabar yang ia miliki putus tak kurang dalam tiga detik. Anak lelaki itu berjengit kaget dan merasa takut. Perlahan ia semakin mundur sehingga punggungnya menempel pada kepala ranjang. Kepalanya semakin dalam tertunduk dan tangannya yang semakin kencang memeluk perutnya sendiri.

Dan Changmin hanya bisa menarik napas dalam untuk meredakan emosinya. Posisinya sekarang adalah ia yang bertanggung jawab terhadap anak lelaki ini. Perlahan Changmin mulai beringsut mendekati anak lelaki itu. Mengelus surai coklat yang mendadak kaku atas sentuhannya.

"Hahh~ baiklah kalau kamu tak ingin bicara, maaf karena membuatmu takut tadi." Ucap Changmin, terdengar lebih lembut sehingga anak lelaki itu perlahan mengangkat kepalanya menatap Changmin. Dan Changmin tertegun melihat mata besar seperti anak anjing yang begitu menggemaskan didepannya. Dulu ia selalu mengira tatapan mematikan seperti itu hanya dimiliki oleh hyung cantiknya, sehingga ia pasti akan segera luluh saat menatap puppy eyes tersebut.

Changmin memilih mengedarkan pendangannya keluar jendela, tak sanggup menatap mata itu yang pasti akan membuatnya tak tahan untuk mencubiti pipi gembil anak lelaki itu –hal yang sering terjadi saat Jaejoong menatapnya seperti itu-.

"Apa lukamu masih sakit?" Tanya Changmin. Dari ekor matanya dapat ia lihat jika anak lelaki itu mengangguk mengiyakan sehingga Changmin merasa semakin bersalah karenanya.

"Sebaiknya kamu mandi sebelum kita kedokter."

.

.

Changmin menggeram frustasi menatap anak lelaki yang tengah menutup seluruh badannya yang full naked dengan selimut miliknya. Ia lupa jika ia tidak punya stok pakaian yang muat untuk ukuran anak lelaki itu. Tidak mungkin kan ia membawa anak itu dengan pakaian lusuhnya tadi? Akhirnya ia lebih memilih pakaian hyungnya yang mesti tetap kebesaran dibadan anak itu tapi terlihat lebih baik daripada mengenakan pakaian miliknya.

Ia tertegun melihat penampilan anak itu. Kulitnya yang baru ia sadari begitu putih bersih, rambut coklat yang basah, mata bulat dan pipi gembil membuat anak itu terlihat begitu manis dengan pakaian hyungnya yang kebesaran. Tanpa sadar ia tersenyum menatap betapa menggemaskan anak lelaki itu.

"Kajja, kita obati lukamu." Bahkan ia tanpa sadar menarik tangan anak itu untuk mengikutinya.

Kruuyuukkk~

Tapi rupanya perut anak itu meginterupsi gerakan Changmin. Changmin tertawa mendengarnya dan semakin terbahak melihat raut wajah anak itu yang merajuk, tak terima ditertawakan olehnya.

"Sebaiknya kita beri makan cacing diperutmu dulu." Mereka akhirnya menuju dapur Changmin yang berantakkan. Mengekor dibelakang Changmin, anak lelaki itu mengikuti Changmin menuju kulkasnya yang penuh dengan makanan ringan.

"Apa yang harus aku beri padamu?" ujar Changmin yang terdengar seperti bertanya pada dirinya sendiri. Biasanya soal olah mengolah makanan dia adalah yang terburuk, dia lebih senang disebut sebagai penikmat makanan dibanding pembuat makanan, hal seperti ini cukup hyungnya saja yang menguasai.

Sambil menimang-nimang makanan apa yang bisa ia buat tanpa membuat perut anak itu semakin sakit, akhirnya ia lebih memilih membuat sandwich yang tidak terlalu susah dibuat.

"Hey bocah, duduklah dulu disana." Perintahnya sambil menunjuk kursi meja makan dengan dagunya. Anak lelaki itu mengangguk paham. Ia duduk sambil mengamati Changmin yang lebih memilih membuat makanan tepat disampingnya.

Tak lama matanya menilik tertarik pada sebuah toples yang ada didepan Changmin. Ia menarik lengan kemeja Changmin untuk mendapatkan perhatian dari lelaki tinggi tersebut.

"Apa?" Tanya Changmin ketus merasa kegiatan yang baginya memerlukan konsentrasi tinggi tersebut tengah diganggu oleh bocah disampingnya. Anak itu menatap Changmin penuh harap dengan jari telunjuk yang mengarah ke toples tersebut.

"Kau ingin aku membuatkanmu susu?" Tanya Changmin dengan nada enggan.

Anak itu menggeleng.

"Lalu apa?"

Anak itu memilih untuk mengambil toples yang ada ditengah meja makan. Membuka tutupnya dengan tidak sabar, mulutnya terbuka seakan mengatakan waaa~ saat melihat bubuk-bubuk putih tersebut.

Ia memasukkan jari telunjuknya kedalam mulut yang sontak membuat Changmin heran. Setelahnya jari yang basah akan air liur itu ia masukkan kedalam toples. Saat ia mengeluarkan jarinya terlihat bubuk-bubuk susu yang melengket dipermukaan jari tersebut. Anak itu tersenyum senang sebelum memasukkan jarinya kedalam mulut, merasakan bubuk putih susu itu memanjakan lidahnya.

Changmin melotot horror melihat kelakuan anak lelaki tersebut. Saat anak itu akan kembali memasukkan jarinya yang basah, Changmin terlebih dahulu mencegahnya.

"Yah! Itu jorok!" bentak Changmin dengan mata melotot.

Anak itu mempoutkan bibir tebalnya dan entah kenapa terlihat sangat imut dimata Changmin. Akhirnya ia lebih memilih mengalah dan mengambilkan piring kecil untuk meletakkan susu bubuk itu. Saat ia melihat anak kecil itu begitu bersemangat mengemut jarinya yang penuh serbuk susu, ia jadi berfikir batapa miripnya bocah itu seperti anak kecil yang terjebak pada tubuh seorang remaja.

Ia menggelengkan kepalanya untuk mengusir pikiran konyol tersebut. setelahnya ia kembali melanjutkan pekerjaannya yang tertunda tadi. Tidak mungkinkan anak itu hanya makan serbuk susu untuk mengenyangkan perutnya?

oOo

Saat mereka sudah selesai mengunjungi dokter, Changmin memutuskan untuk membelikan beberapa pakaian untuk anak lelaki tersebut. Ia harus rela mengeluarkan uang jajannya bulan ini untuk dapat membelikan anak lelaki itu baju.

Anak itu tak bisa menyembunyikan senyumnya saat tau Changmin akan membelikannya pakaian. Ia dengan riang mengikuti kaki jenjang changmin dengan kantong belanjaan yang terayun ditangannya.

Siang itu jalanan sungguh ramai karena hari libur. Saat lampu untuk pejalan kaki sudah berwarna hijau, ia dengan antusias menyebrangi trotoar yangpenuh dengan manusia lalu lalang. Hingga akhirnya ia beberapa kali menabrak badan orang lain saat berjalan. Dan ia sadar telah kehilangan lelaki tinggi itu.

Ia berhenti berjalan, mengedarkan matanya kesegala arah yang dapat ia jangkau. Tiba-tiba ia begitu merasa takut sendirian. Ia bahkan sudah tak menghiraukan rasa sakit saat ditabrak beberapa orang atau badannya yang sudah mulai oleng nyaris jatuh.

Bibirnya terbuka seperti berkata sesuatu tapi tidak menghasilkan suara apapun. Ia benar-benar merasa takut. Hingga genggaman dikedua bahunya mengagetkannya. Tangan itu menopangnya agar tak jatuh ketanah dan mungkin terinjak oleh pejalan kaki yang ramai. Dan ia merasa lega saat melihat lelaki tinggi itu berada dibelakangnya.

"Kau tidak apa-apa?"

"…"

"Daritadi kulihat, wajahmu seperti orang yang siap menangis kapan saja."

"…"

"Yah! Kenapa malah menangis?" Changmin jadi kelabakan sendiri melihat anak lelaki itu yang mengeluarkan air mata. Sedari tadi dia sudah heran saat melihat anak itu berhenti tiba-tiba didepannya. Saat ia ingin menghampiri anak itu yang nyaris jatuh, ia malah terbawa arus orang-orang yang berlawanan arah. Untung ia tepat waktu saat anak itu sudah siap jatuh kapan saja.

Ia terkejut saat anak itu memeluknya erat. Melesakkan kepala didadanya, bisa ia rasakan kemeja depannya yang basah karena air mata anak tersebut. Mau tak mau Changmin mengelus punggung bergetar anak itu agar tenang.

"Hey… hey… sudah jangan menangis."

.

.

"Hey kau benar-benar tidak bisa bicara ya?" Tanya Changmin sedikit ketus saat sedari tadi pertanyaan-pertanyaan yang ia lontarkan tidak dijawab oleh anak itu.

Anak lelaki itu menatapnya ragu dengan mata yang bergerak gelisah.

"Hey, aku harus tau nama dan alamat rumahmu untuk memulangkanmu. Aissshhh, merepotkan sekali." Ujar Changmin membuat anak itu menunduk semakin merasa tak enak padanya.

"Atau kau kabur dari rumah?" dan pertanyaan itu berhasil membuat tubuh anak itu kaku. Sepertinya tebakan Changmin benar kali ini melihat anak itu semakin menunduk dalam.

"Yah! Kau ini kenapa begitu merepotkanku sih!"

Dan Changmin sekarang benar-benar luluh saat melihat mata anak itu yang terlihat memohon dengan berkaca-kaca.

"Hah~ baiklah. Kalau kau ingin tinggal disini kau harus membantu memberesi rumah, arra?" anak itu mengangguk antusias dengan senyum lebar yang manis. Ia reflek memeluk tubuh Changmin, membuat Changmin tersentak kaget dengan gerakan tiba-tiba tersebut.

"Yah bocah lepaskan pelukanmu!" ucap Changmin kesal alih-alih bibirnya menyunggingkan senyum tipis. Akhirnya anak itu melepaskan tubuh Changmin dan terus menatapnya dengan senyum yang tak hilang diwajahnya.

Anak itu mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru kamar Changmin sebelum bangkit berdiri. Diambilnya buku dan bolpoin yang ada diatas meja belajar Changmin dan mulai menuliskan sesuatu disalah satu halaman buku. Sedangkan Changmin hanya bisa mengkerut alis dengan bingung atas tingkah anak itu. Saat merasa telah selesai menulis, anak itu berjalan menuju Changmin dan memperlihatkan tulisannya.

Kyu imnida.

Changmin tersenyum dan menatap wajah anak itu yang kemudian menunduk seperti halnya sedang berkenalan. Ah, manis sekali bocah didepannya ini.

"Namaku Shim Changmin." Balas Changmin sebelum sesuatu merasuki pikirannya. Jika bocah ini memerlukan kertas dan bolpoin sebagai sarana komunikasinya, apa benar ia bisu? Pikir Changmin menatap anak yang tengah tersenyum itu dengan tatapan yang tak bisa dijelaskan.

.

.

TBC

.

.

A/N: maaf karena update lama, tapi ff ini bakal diupdate nggak tentu sesuai mood nulis Zy/plakk

Big Thanks to:

Guest | FiWonKyu0201 | gaemgyu0321 | SnowyDictator | IrumaAckleschia | Syifa0304 | KMsDhae | ChoYeonRin | shakyu | Izca RizcassieYJ | Raina94 | Blackyuline | withDB5K | | rikha-chan | chwangxian | BlaueFEE | wonkyunjaemo | anne | dewdew90 | minniechangkyu56 | Jmhyewon | Changmin loppie | Kyuhyuk07 | shin min hyo | xoxoxo | mutiara1307 | Augesteca | gdtop | riekyumidwife | kyu7 | Kim Eun Seob | shintaelf

Balasan review: untuk yang punya akun, Zy balas di PM

Guest: ini sudah dilanjut gomawo sudah baca

gaemgyu0321: makasih udah mau baca, ini sudah saya lanjut

Syifa0304: terima kasih, ayo lanjut baca lagi

ChoYeonRin: terima kasih sudah suka, mian karena nggak bisa update cepat

Shakyu: semoga chap ini masih seru, terima kasih karena udah mau baca

withDB5K: bias aku di DB5K itu Junchan, n menurutku junchan itu manis dan imut . jd karakterny baby Su-ie aku buat seperti itu. Chap ini Kyu nya banyak loh :3 terima kasih karena berkenan baca

Anne: terima kasih sudah baca. Iya si kyu jd kumal :p

Dewdew90: semoga chap ini masih menarik, selamat membaca dan terima kasih

minniechangkyu56: yap, itu emang babykyu, semoga chap ini masih tetap keren, gomawo sudah mau baca.

Jmhyewon: gomawo juga sudah baca, ini chap 2 nya

shin min hyo: ini sudah saya lanjut, terima kasih sudah mau baca

xoxoxo: iya Kyunya lebih muda, ini chap 2 nya, gomawo sudah mau baca